Penilaian Status Gizi Status Gizi Balita 1. Pengertian Status Gizi

atau hal baru guna pemeliharaan kesehatan anak maupun salah satu penjelasannya Sri Kardjati, 1985 dalam Mastari, 2009. d. Akses Pelayanan Kesehatan. Sistem akses kesehatan mencakup pelayanan kedokteran medical service dan pelayanan kesehatan masyarakat public health service. Secara umum akses kesehatan masyarakat adalah merupakan subsistem akses kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif pencegahan dan promotif peningkatan kesehatan dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa akses kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif pengobatan dan rehabilitatif pemulihan Notoatmodjo, 1997. Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses kesehatan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi Harper, Deaton, dan Driskel, 1986 dalam Mastari, 2009.

2.2.3. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk Hartriyanti dan Triyanti, 2007. Menurut Hartriyanti dan Triyanti 2007, penilaian status gizi bertujuan untuk: 1. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi; 2. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada; Universitas Sumatera Utara 3. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi. Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi dalam penilaian ini menggunakan penilaian antopometri. 1. Antropometri a. Pengertian Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. b. Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh Supariasa, Bakri, dan Fajar 2001. Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut Hartriyanti dan Triyanti, 2007. a. Berat Badan BB BB mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Untuk menilai status gizi biasanya BB dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan Hartriyanti dan Triyanti, 2007. Jika seorang anak diukur BB secara periodik, misalnya setiap tiga bulan sekali, maka diperoleh suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut Santoso dan Ranti, 1999. Universitas Sumatera Utara b. Tinggi Badan TB Penilaian status gizi pada umunya hanya mengukur total tinggi atau panjang yang diukur secara rutin. TB yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu Hartriyanti dan Triyanti, 2007. c. Panjang Badan PB Dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data TB Hartriyanti dan Triyanti, 2007. d. Lingkar Kepala Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus ukuran kepala besar atau microcephaly ukuran kepala kecil. Untuk melihat pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus Hartriyanti dan Triyanti, 2007. e. Lingkar Dada Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun sehingga biasa digunakan pada anak berusia 2 – 3 tahun Hartriyanti dan Triyanti, 2007. f. Lingkar Lengan Atas LILA Biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita yang kadang kala susah mendapatkan data umur yang tepat Hartriyanti dan Triyanti, 2007. g. Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran TB dan BB yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak Universitas Sumatera Utara disertai dengan penentuan umur yang tepat Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. c. Indeks Antropometri 1 Berat badan menurut umur BBU Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. 2 Tinggi badan menurut umur TBU Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. Universitas Sumatera Utara 3 Berat badan menurut tinggi badan BBTB Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. 4 Lingkar Lengan Atas terhadap Umur LILAU Indeks antropometri ini dapat mengidentifikasikan KEP kekurangan energi dan protein pada balita, tidak memerlukan data umur yang kadang sulit, dapat digunakan pada saat darurat, membutuhkan alat ukur yang murah dan pengukuran cepat Hartriyanti dan Triyanti, 2007. Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit. i. Persen Terhadap Median Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50. Tabel 2.2. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen Terhadap Median Status Gizi Indeks BBU TBU BBTB Gizi Baik 80 90 90 Gizi Sedang 71 – 80 81 – 90 81 – 90 Gizi Kurang 61 – 70 71 – 80 71 – 80 Gizi Buruk ≤ 60 ≤ 70 ≤ 70 Sumber : Yayah K. Husaini, Antropometri Sebagai Indeks gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No.8 Th.XXIII, 1997 dalam Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. Universitas Sumatera Utara ii. Persentil Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada di atasnya dan setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health Statistics NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. iii. Standar Deviasi Unit SD Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. Rumus perhitungan Z – Skor : Z – Skor = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan Tabel 2.3. Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor Status Gizi Indeks BBU, TBU, BBTB Gizi Lebih ≥ + 2 SD Gizi Baik ≥ - 2 SD dan + 2 SD Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan - 2 SD Gizi Buruk - 3 SD Sumber : Soekirman, 19992000 dalam Munawaroh, 2006. Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO-NCHS Indrawani, 2007: 1 BBU: a. Gizi lebih 2.0 SD baku WHO-NCHS b. Gizi baik -2.0 SD s.d. +2.0 SD Universitas Sumatera Utara c. Gizi kurang -2.0 SD d. Gizi buruk -3.0 SD 2 TBU: a. Normal -2.0 SD baku WHO-NCHS b. Pendek Stunted -2.0 SD 3 BBTB: a. Gemuk 2.0 SD baku WHO-NCHS b. Normal -2.0 SD s.d. +2.0 SD c. Kurus Wasted -2.0 SD d. Sangat kurus 3.0 SD 2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel supervicial epithelial tissues seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda sign dan gejala symptom atau riwayat penyakit Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. 3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. Universitas Sumatera Utara Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. 4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. 1. Survei Konsumsi Pangan. Survei konsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. 2. Statistik Vital. Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2001. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor Ekologi. Bengoa dalam Supariasa, Bakri, dan Fajar 2001, mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Sadar Gizi Keluarga a. Definisi Sadar gizi keluarga adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya dan mampu mengambil langkah- langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya. Tingkat sadar gizi keluarga Status gizi balita Faktor faktor yang mempengaruhi:  Tingkat pendapatan keluarga  Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi  Tingkat pendidikan ibu  Akses pelayanan kesehatan Variabel Dependen Variabel Independen Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan Tahun 2009

2 73 101

Status Gizi Balita Di Posyandu Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 23 58

Analisis hubungan penerapan gizi seimbang keluarga dan perilaku keluarga sadar gizi dengan status gizi balita di Provinsi Kalimantan Barat

1 21 237

Hubungan perilaku keluarga sadar gizi (KADARZI) dengan status gizi balita di Kota Jambi

1 7 124

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe.

0 1 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KELUARGA MANDIRI SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN PERILAKU SADAR GIZI Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Balita Usia 6-59 Bulan

0 0 15

HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN.

0 0 1

HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS BAMBANGLIPURO TAHUN 2016

0 0 11