TWO-LEVEL GAMES JERMAN DALAM MERESPON RENCANA BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI

(1)

SKRIPSI

TWO-LEVEL GAMES JERMAN DALAM MERESPON RENCANA

BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:

Sulistyo Khoirul Mala 08260088

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. NAMA : Sulistyo Khoirul Mala

2. NIM : 08260088

3. JURUSAN : Hubungan Internasional

4. FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. JUDUL SKRIPSI :Two-Level Games JermanDalam

Merespon Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani

Disetujui oleh, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dyah Estu K., M.Si. Widya Yutanti, M.A.

Mengetahui,

Dekan, Ketua Jurusan,

FISIP UMM Hubungan Internasional


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Sulistyo Koirul Mala

NIM : 08260088

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Two-Level GamesJerman Dalam Merespon Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani

Telah dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada Hari: Selasa Tanggal: 22Januari 2013

Tempat: Laboratorium Hubungan Internasional UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Dyah Estu K, M.Si. ( )

2. Widya Yutanti, M.A. ( )

3. Gonda Yumitro, M.A. ( )


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sulistyo Khoirul Mala

NIM : 08260088

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul:

TWO-LEVEL GAMESJERMAN DALAM MERESPON RENCANA BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 27 Februari 2013 Yang menyatakan,


(5)

BERITA ACARA

1. Nama : Sulistyo Khoirul Mala

2. NIM : 08260088

3. Jurusan : Hubungan Internasional

4. Judul skripsi :Two-Level Games Jerman Dalam Merespon

Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani

5. Pembimbing : Dyah Estu K., M.Si.

Widya Yutanti. M.A. 6. Kronologi bimbingan :

Tanggal Paraf pembimbing I Tanggal Paraf pembimbing II Keterangan 10 Oktober 2011 10 Oktober 2011 Pengajuan Judul Skripsi

11 Juni 2012 11 Juni 2012 ACC BAB I

30 Agustus 2012

3 September 2012

ACC BAB II

16 November 2012

26 November 2012

ACC BAB III

28 Desember 2012

28 Desember 2012

ACC BAB IV

5 Januari 2013 5 januari 2013 ACC Ujian


(6)

MOTTO

Hasil terbaik akan tercapai jika ada usaha yang terbaik.

Ketika kita menginginkan sesuatu, fokus lah untuk mencapai hal itu dan

percaya kalau kita pasti dan harus bisa mewujudkannya.

The world is for those who want to fight. 5cm

Success isn t a result of spontaneous combustion. You must set yourself

on fire. Arnold H. Glasow

You are never too old to set another goal or to

dream a new dream. C.S. Lewis

A dream you dream alone is only a dream. A dream you

dream together is a reality. John Lennon


(7)

PERSEMBAHAN

 Terima kasih buat Allah swt yang udah ngasih banyak banget berkah buatku dan nabi Muhammad saw.

 Makasih banget buat Ayah, Ibu, Bapak, Mama. Ibuku yang tiap nelpon selalu nanya kapan skripsinya selesai, kapan wisuda, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Ayahku selaku donatur finansial terbesar yang selalu sabar nungguin anaknya ngelarin skripsi sama wisuda. Bapak, Mama yang selalu ngasih supportnya. Doa kalian semua akhirnya terkabul. Makasiiiiiiiiiih banget buat semua doa, support, sama marah-marahnya juga.. :*

 Adeku tersayang Aulia, yang masih balita tapi udah sok bijak nasehatin kakaknya buat ga males ngerjain skripsi biar cepet lulus.

 Buat semua keluargaku yang setiap aku pulang ditanyain kapan lulus. Om, Tante, Sepupu, semuanya, aku udah lulus lo sekarang.. :D

 Makasih buat dosen-dosen HI yang super banget semuanya. Dari orangnya sampe ilmunya semuanya super deh. Bangga jadi anak HI, Yeaaaayyy!!


(8)

 Teman-temanku tercinta HI B Ninink Ningsih , Jesi, Jeje, BlankQ, Aldo, Fuad, Campred, Wa ban, Angga, Sokib, Ika, April, Fery si Beb bersama, dll. Bakalan kangen banget sama kalian semua ni. Kangen jaman-jaman kita kuliia lagi, maen bareng lagi. Jaman-jaman lagi stress bikin skripsi semua.

 Temen-temen seperjuangan HI 08 edisi cuci gudang kita (Ninink, Jesi, Jeje, BlankQ, Fery, Efri, Dio somat , Wisnu, Fador, Gesta, dll.) Heyyyyyy, kita uda lulus lo, uda jadi sarjana sekarang, job seeker pula. :D

 Buat temen-temen SMA ku Ty Try, Dian, Monik, Irma, Adi Sapi yang selalu nyemangatin, lebih tepatnya ngompor-ngomporin buat cepet-cepet nyelesein skripsi. Aku sekarang uda ga skripsian lo :p

 Buat anak-anak kostku, Sary, Eva, Rani, Dira yang tiap hari jadi peneror kelulusanku. Makasih banyak lo ya buat kalian.

 Buat semua pihak yang berjasa dan berperan penting dalam perjalanan skripsiku. Makasih banget lo ya :D


(9)

ABSTRAKSI

Sulistyo Khoirul Mala, 2013, 08260088, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, TWO-LEVEL GAMES JERMAN DALAM MERESPON RENCANA BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI, Dosen Pembimbing I: Dyah Estu K., M.Si ; Dosen Pembimbing II: Widya Yutanti, M.A.

Jerman merupakan salah satu negara penggagas berdirinya Uni Eropa (UE) yang pada awalnya berbasis pada kerjasama ekonomi politik. Saat ini UE sedang mengalami krisis yang berwal dari krisis Yunani. Krisis Yunani ini dianggap mengancam integrasi UE karena telah meluas ke negara-negara UE lainnya. Untuk mengatasi krisis itu, pemimpin UE berniat untuk melakukan bailout pada Yunani. Pada awalnya, Jerman tidak menyetujui rencana bailout UE ke Yunani itu karena penolakan dari dalam negerinya. Namun akhirnya Jerman menyetujui rencana itu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan two-level game theory yang menjelaskan bahwa dalam proses pengambilan keputusan ada dua level negosiasi yang terjadi, yaitu negosiasi level I (internasional) dan level II(domestik). Dalam two-level game theory juga menjelaskan tentang win-set yang memegang peranan besar dalam proses ratifikasi suatu perjanjian. Besar kecilnya win-set ini nantinya akan menetukan diratifkasi atau tidaknya suatu perjanjian yang telah dibuat pada level I. Peneliti juga menggunakan konsep bailout untuk menjelaskan bantuan yang diberikan UE untuk mengatasi krisis di Yunani.

Hasil penelitian ini, yaitu dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah bailout tidak langsung keluar begitu saja. Ada negosiasi yang terjadi antara pemerintah dengan level I (internasional) dan level II (domestik)hingga akhirnya Jerman menyetujui rencana bailout UE ke Yunani. Pemberian bailout tersebut bertujuan untuk mengatasi krisis Yunani dan menyelamatkan UE dari dampak krisis yang lebih buruk lagi.

Kata kunci:krisis Yunani, rencana bailout, respon Jerman,two-level games theory

Malang, 27 Januari 2013 Peneliti

Sulistyo Khoirul Mala

Pembimbing I Pembimbing II


(10)

ABSTRACT

Sulistyo Khoirul Mala, 2013, 08260088,University of Muhammadiyah Malang, Faculty of Social and Political Science, Department of International Relations,TWO-LEVEL GAMES GERMANY IN RESPONSE TO EUROPEAN UNION S BAILOUT PLAN TO GREECE,Advisor I: Dyah Estu K., M.Si ; Advisor II: Widya Yutanti, M.A.

Germany is one of founding state of European Union(EU), which was originally based on political economy cooperation. EU is currently facing a crisis that begins from Greece . The crisis considered as a threat to the EU integration because of its impact to other EU countries. To overcome the crisis, EU leader planned to give bailout to Greece. At first, Germany disapprove with the EU bailout plan to Greece due to domestic rejection. Nonetheless, German finally approve the bailout plan.

The reseach use a descriptive methode, using two-level game theory which is explained that in the decision making process there are two levels of negotiation that occured, namely negotiation level I( International) and Level II (domestic). Two level game theory is also explains about win-set which have a major role in the process of ratification in a treaty.The measure of the win-set will determine the treaty that has been made at the Level I either it will not be ratified. Reseacher use bailout concept as well to describe EU assistance to overcome crisis in Greece.

This result is in the process of the decision-making regarding the baliout issue, it was not out easily. There was a negotiation between government and level I (International) also level II (domestic) until Germany approved the EU bailout plan to Greece. There are two aims of the bailout, to overcome the Greece crisis and to save EU from the greater crisis

Keywords: Greece crisis, bailout plan, Germany response, two-level games theory Malang, 27 January 2013 Researcher,

Sulistyo Khoirul Mala

Approved by,

Advisor I Advisor II


(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sangat menolong saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk bagi umatnya. Ucapan terima kasih saya juga tidak lupa kepada pihak-pihak yang telah member kontribusi yang besar dalam proses pembuatan skripsi ini, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan serta menyelesaikan studi pada jenjang pendidikan Strata-1. Ucapan terima kasih ini saya tunjukan kepada:

1. Ibu Dyah Estu K., M.Si selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi saya. 2. Ibu Widya Yutanti, M.A. selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi saya. 3. Bapak Victory Pradhitama, M. Si yang telah banyak memberikan saran dan

ide dalam penulisan skripsi saya.

4. Bapak Gonda Yumitro, M.A. dan Ibu Ayusia Sabitha Kusuma, M.Soc.Sc selaku penguji skripsi saya.

Malang, 27 Februari 2013 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pengesahan... iii

Surat Pernyataan Orisinalitas... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ...v

Motto ...vi

Persembahan ...vii

Abstraksi...ix

Kata Pengantar...xi

Daftar Isi ...xii

Daftar Skema, Tabel, dan Grafik ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian...6

1.4.1 Manfaat Teoritis... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Penelitian Terdahulu ... 7

1.6 Landasan Teori/Konsep... 12

1.6.1Two-level Game Theory... 12

1.6.2 Bailout ... 16

1.7 Metodologi Penelitian ... 18


(13)

1.7.2 Teknik Analisa Data ... 18

1.7.3 Variabel Penelitian ... 19

1.7.4 Batasan Waktu dan Materi ... 19

1.8 Argumen Dasar... 20

1.9 Sistematika Penulisan ... 20

BAB II KRISIS YUNANI DAN RESPON JERMAN TERHADAP RENCANA AWAL BAILOUT UE KE YUNANI 2.1 Latar Belakang Krisis Yunani... 22

2.2 Dampak Krisis Yunani ... 29

2.2.1 Dampak Krisis Yunani Bagi Uni Eropa dan Dunia ... 29

2.2.2 Dampak Krisis Yunani Bagi Negaranya... 33

2.2.3 Dampak Krisis Yunani Bagi Jerman ... 34

2.3 Respon Terhadap Krisis Yunani ... 35

2.3.1 Respon Uni Eropa... 36

2.3.2 Respon Awal Jerman ... 42

2.3.2.1 Perdebatan Parlemen Jerman Tentang Rencana Bailoout Uni Eropa ke Yunani ... 43

2.3.2.2 Penolakan Dari Rakyat Jerman ... 45

2.3.2.3 Referendum Yang Dilakukan Oleh Perdana Menteri Yunani (George Papendrou) ... 47

BAB III TWO LEVEL GAMES JERMAN DALAM MERESPON RENCANA BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI 3.1 Persetujuan Jerman Terhadap Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani ... 49

3.1.1 Delegasi Uni Eropa Ke Jerman ... 50


(14)

3.1.3Deutch BundesbankKreditur Terbesar Yunani ... 52

3.2 Two Level Games Jerman Dalam Merespon Rencana Bailout Uni Eropa Ke Yunani ...53

3.2.1 negosiasi Level I (Internasional)... 57

3.2.2 negosiasi Level II (Domestik)... 58

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 63

4.2 Keterbatasan Penelitian ... 63

4.3 Saran... 63


(15)

DAFTAR SKEMA, TABEL DAN GRAFIK

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ... 10

Tabel 2.1 Defisit Anggaran Pemerintah Beberapa Anggota Eropa Tahun 2004-2010 (Persen PDB) ... 23

Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Eropa 2008-2010... 25

Tabel 2.3 Hutang Pemerintah Beberapa Negara Eropa Tahun 2004-2010 (Persen PDB) ... 28

Grafik 2.1 Grafik Pertumbuhan Tahunan GDP Beberapa Negara Eropa ... 27

Skema Pengambilan Keputusan di Uni Eropa ... 41


(16)

64

✁✂✄ ✁☎✆✝✞✄✁✟ ✁

✠✡ku dan Jurnal

_______. 2010.Fakta Mengenai Jerman.Jakarta: Katalis.

Arndt, H.W. & Hal Hill. 2011. Southeast Asias Economic Crisis: Origins, Lessons, and the Way Forward.Singapore: ISEAS

Asrudin dan Mirza Jaka Suryana. 2009. Refleksi Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dadush, Uri. 2010. Paradigm Lost: The Euro in Crisis. Washington D.C.: Carnegie Endowment for International Peace.

Harris-Quinney, Ben, MSc & Christophe Scholer. The Eurozone and Germany: Crisis and opportunity.

Mas oed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi.

Jakarta: PT Pustaka LP3ES.

Nuril Qisma, Alfina. 2010. Penolakan Inggris Terhadap Penggunaan Euro Sebagai Mata Uang Nasional Pengganti Poundsterling.

Nurlaela Wati, Lela. Krisis Yunani Serta Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia.Jurnal-Krisis Yunani.

Silalahi, Ulber. 2009.Metode Penelitian Sosial.Bandung: Refika Adhitama. Suryabrata, Sumadi. 1997.Metodologi Penelitian.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Internet


(17)

65

Anonim a. 2011.Merkel: Eropa Butuh Bertahun-tahun Untuk Atasi Krisis Utang.

http://www.antaranews.com/berita/288951/merkel-eropa-butuh-bertahun-tahun-untuk-atasi-krisis-utang

Anonym b. 2011. Presiden Bank Sentral Jerman: Euro Dulu Simbol Integrasi Kini

Simbol Krisis.

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/12/15/lw841m- presiden-bank-sentral-jerman-euro-dulu-simbol-integrasikini-simbol-krisis,

http://id.shvoong.com/law-and-politics/international-relations/2296215-essence-diplomacy-entanglement-domestic-inter/

Anonym c. 2010. Krisis Yunani: Sekali Lagi Mengenai Krisis Utang.

http://www.tribunnews.com/2010/05/24/krisis-yunani-sekali-lagi-mengenai-krisis-utang/

Anonym d. Inilah Kronologi Krisis Yunani. http://antaranews.com/market-outlook/inilah-kronologi-krisis-yunani.htm

Anonym e. 2010. Krisis Yunani Dorong Euro ke Terendah 11 Bulan. http://riset.pacific2000.co.id/research/berita-global/krisis-yunani-dorong-euro-ke-terendah-11-bulan.php

Anonym f. 2010. Krisis Keuangan Yunani dan Politik Uni Eropa. http://www.dw-world.de/dw/article/0,,5540834,00.html,


(18)

66

Anonym g. 2011. Krisis Yunani Cemaskan Eropa Lebih Seram Mirip Lehman Brother. http://vivanews.com/read/20110629/33171/krisis-yunani-cemaskan-eropa-lebih-seram-mirip-lehman-brothers

http://www.vivanews.com/column/forex/2010/04/09/dampak-krisis-utang-publik-yunani-terhadap-euro-dan-poundsterling

anonym h. 2010. Germany Role Europe and European Crisis. http://www.stratfor.com/weekly/germanys-role-europe-and-european-debt-crisis

Anonym i. http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp

Anonym j. http://indonesianvoices.com/index.krisis-ekonomi-yunani-memicu-kerusuhan

Anonym k. 2010.http://news.bbc.co.uk/2/hi/8658973.stm

Anonym l. 2010. Atasi Krisis Yunani, Uni Eropa dan IMF Gelontorkan 750 Milyar Euro. http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/internasional/10/05/11/115038-atasi-krisis-yunani-uni-eropa-dan-imf-gelontorkan-750-miliar-euro

Anonym m. 2010. http://www.financeindonesia.org/showthread.php?1102-Danareksa-Research-Tetap-Waspadai-Krisis-Yunani

Anonym n. 2010. Uni Eropa Diimbau Bantu Krisis Yunani. http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/03/100325_eurozone.shtml


(19)

67

Anonym o. 2010. Trichet Bertolak Ke Berlin Bujuk Jerman.

http://www.tribunnews.com/read/trichet-bertolak-ke-berlin-bujuk-jerman.html

Anonym p. 2010. Efek Domino Krisis Utang Yunani. http://www.antaranews.com/berita/1266574966/efek-domino-krisis-utang-yunani

http://www.jurnalonline.com/jurnal-krisisyunani.pdf,

Anonym q. 2012.

http://finance.detik.com/read/2012/11/28/094848/2103456/1015/aaa-sekuritas-investor-menunggu-kabar-yunani

Anonym r. 2010.http://ec.europa.eu/codecision/stepbystep/diagram_en.htm,

Bastanul Siregar. 2012. http://www.bisnis.com/articles/analisis-ekonomi-5-detail-dalam-krisis-utang-yunani-seri-1

Bosold Oppermann, Governments as Gatekeepers: Mediating Domestic and International Discourses in Two-level Games, diakses dari http://www.ceeisaconf.ut.ee/orb.aw/class=file/action=preview/id=164440/ Bosold_Oppermann.pdf

Diena Lestari. 2012. Krisis Eropa Jerman Tekan Yunani Pangkas Batas Utang. http://www.bisnis.com/articles/krisis-eropa-jerman-tekan-yunani-pangkas-batas-atas-utang


(20)

68

Fajar. 2010. Krisis, Yunani Menolak Bailout. http://metronews.fajar.co.id/read/83180/33/index.php

Nizar Hilmy. 2010. Trichet Bertolak ke Berlin Bujuk Jerman.

http://wwwtribunnews.com./read/trichet-bertolak-ke-berlin-bujuk-jerman.html

Renne R. A. Kawilarang. 2010. Utang Darurat USR$145 Milyar Bagi Yunani.

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/148253-utang_darurat_us_145_miliar_bagi_yunani

Rizal Ramli. 2010. Krisis Utang Yunani. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/05/31/02453033/Krisis.Utan g.Yunani

Robert D. Putnam, Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level

Games, diakses dari

http://www.ceeisaconf.ut.ee/orb.aw/class=file/action=preview/id=164440/ putnam.pdf

Krisis Keuangan Eropa: Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia, Kementrian Perencanaan Pembengunan Nasional/Badan Perencenaan Pembangunan Nasional, diakses dari http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/11702/


(21)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Uni Eropa adalah sebuah organisasi di Eropa yang dibentuk pada tahun 1992 dan mulai diberlakukan pada 1 November 1993.1Proses integrasi Uni Eropa dimulai dengan terbentuknya kerjasama batubara dan baja (☛☞✌ ✍ ✎✏✑ ✒ ✓✍✑ ✔ ✑ ✒✕

✖✗✏✏✔ ✓✍✘✘☞ ✒✙✗✚/ECSC), kemudian ditambah lagi dengan EEC (European

Economic Community), dan Euratom (European Atomic Energy Community. Ketiga organisasi tersebut pada akhirnya bergabung menjadi satu wadah tunggal

dan dikenal dengan EC (European Community) dan pada akhirnya berubah

menjadi European Union atau Uni Eropa (EU/UE).2 Terbentuknya UE ini

menandakan bahwa organisasi itu telah berubah, yang pada awalnya berupa kesatuan ekonomi kini sudah berkembang menjadi kesatuan politik. UE saat ini terdiri dari 27 negara anggota dimana setiap negara yang ingin menjadi negara anggotanya harus memiliki kekuatan ekonomi dan GDP negara sesuai yang telah ditentukan oleh Komisi Uni Eropa.

Uni Eropa sendiri mempunyai beberapa lembaga penting dalam organisasinya, antara lain: Komisi Eropa, Parlemen Eropa, dan Dewan Eropa. Komisi eropa ini terdiri 27 negara (atau disebut juga 26+1) anggota yang salah

1

Sejarah pembentukan Uni Eropa http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp, diakses pada 13 Maret 2011

2

Asrudin dan Mirza Jaka Suryana, 2009,Refleksi Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke Kontemporer,Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 141.


(22)

2

satunya adalah presiden komisi Eropa. Para komisioner Eropa ini dipilih dalam jangka waktu 5 tahun sekali.3 Tiap-tiap anggota komisioner Eropa (26 orang sisanya) membawahi masing-masing bidang seperti bidang hak asasi manusia, lingkungan, ekonomi, politik, perdagangan, dan bidang-bidang lainnya. Tiap bidang yang dikepalai oleh seorang komisioner tersebut mempunyai anggota-anggota kabinet yang biasanya berasal dari teman satu negara mereka, namun harus setidaknya 1 orang dari anggota kabinet tersebut yang berasal dari negara anggota lainnya. Meskipun demikian, tapi komisi Eropa ini bersifat ✛ ✜ ✢✣✤ ✥✣✦✦

dalam pengambilan kebijakan.

Parlemen Eropa yang terdiri dari 732 orang anggota merupakan tempat perwakilan suara masyarakat UE karena di Parlemen Eropa inilah semua perwakilan dari masing-masing negara anggota UE berhak untuk memberikan suaranya dalam seleksi anggota baru UE. Parlemen Eropa juga mempunyai kekuatan untuk menolak atau mengubah keputusan Dewan yang berkaitan dengan pasar tunggal.4Sama seperti Komisi Eropa, para anggota Parlemen Eropa ini juga mempunyai masa jabatan selama 5 tahun.

Dewan Eropa adalah forum pertemuan para Kepala Negara dan

Pemerintahan negara-negara anggota Uni Eropa dan Presiden Komisi Eropa. Masa jabatan dari ketua Dewan Eropa ini hanyalah 6 bulan. Sama seperti Parlemen Eropa, para anggota Dewan Eropa ini juga mempunyai hak dalam memberikan suaranya sebelum UE membuat kebijakan. Dulunya pengambilan

3

Duncan Watts, 2008,theEuropean Union, Edinburgh: Edinburgh University Press, hal. 76.

4


(23)

3

suara yang dilakukan oleh Dewan Eropa ini bersifat kesepakatan, namun sekarang semuanya ditentukan berdasarkan suara mayoritas (qualified majorities voting). Suara-suara tersebut didistrbusikan sedemikian rupa sehingga jika ada negara yang ingin menolak suatu kebijakan UE, maka paling tidak diperlukan kombinasi antara 2 negara besar dan 1 lagi dukungan dari negara kecil untuk memblokir proses pengambilan keputusan.5

Yunani yang pada saat ini sedang mengalami krisis finansial yang sangat buruk juga merupakan salah satu anggota Uni Eropa. Krisis yang terjadi di Yunani ini disebabkan karena kurang disiplinnya anggaran serta buruknya administrasi perpajakan di negaranya, seperti korupsi, pemborosan, dan manipulasi pembukuan negara mereka. Dengan adanya krisis yang dialami oleh Yunani tersebut seakan mematahkan pandangan bahwa UE adalah negara-negara yang memiliki ekonomi yang kuat. Selain itu, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa krisis yang dialami Yunani itu adalah awal dari kehancuran Uni Eropa. Banyak terjadi perdebatan tentang pemberian bailout untuk membantu mengatasi krisis di negara tersebut. Hal itu juga pada akhirnya menimbulkan polemik di negara-negara kawasan Uni Eropa sendiri. Ada anggota yang setuju dengan pemberian bailout tersebut dan ada pula yang menolaknya. Jerman, Inggris, dan Slovakia pada awalnya merupakan salah satu negara yang menolak pemberian bailout6 UE ke Yunani.

5

Ibid, hal. 88.

6

Bailout dalam istilah ekonomi dan keuangan digunakan untuk menjelaskan situasi dimana sebuah entitas yang bangkrut atau hampir bangkrut, seperti perusahaan atau sebuah bank diberikan suatu injeksi dana segar yang likuid, dalam rangka untuk memenuhi kewajiban jangka


(24)

4

Krisis yang dialami oleh Yunani tersebut merupakan sebuah pukulan besar untuk Uni Eropa. Ini disebabkan karena Yunani yang juga merupakan salah satu zona Euro membuat nilai tukar mata uang tersebut terhadap mata uang lain menjadi anjlok sangat drastis selama sejarah penggunaan Euro. Selain itu, dampak lain yang ditimbulkan krisis Yunani yang sangat dirasakan oleh negara-negara Eropa lainnya yaitu menjalarnya krisis tersebut ke negara-negara anggota EU lainnya seperti Irlandia dan Portugal.

Penyelesaian krisis yang dianggap lambat hingga menyebabkan jatuhnya nilai euro tersebut pada akhirnya menimbulkan skeptisme7sendiri dikalangan para pemimpin Uni Eropa. Bahkan pada acara peringatan 10 tahun pengenalan uang euro yang diadakan di Berlin, Presiden Bundesbank Jens Weidmann menyesalkan mata uang tunggal (euro) yang dulunya digunakan sebagai symbol integrasi UE kini telah berubah menjadi symbol krisis.8Krisis yang telah menyebar ke anggota kawasan Uni Eropa lainnya yang telah mengancam integrasi UE dan mata uang bersama mereka itu pada akhirnya diatasi dengan bailout ke negara-negara yang terkena krisis. Meskipun bailout tersebut tidak bisa membantu pemulihan perekonomian UE secara keseluruhan, tapi sedikit banyak bailout tersebut dapat

membantu untuk mencegah ✧★✩✩✪ ✫✬ ✭-nya perekonomian Uni Eropa sembari

negara-negara anggota UE lainnya membenahi dan menjaga perekonomian mereka agar tidak terkena krisis.

pendeknya. Seringkali bailout dilakukan oleh pihak pemerintah atau konsorsium beberapa investor

7

Skeptisme adalah aliran (paham) yang memandang sesuatu yang terjadi denagn rasa keragu-raguan atau tidak pasti

8

http://www.antaranews.com/berita/288951/merkel-eropa-butuh-bertahun-tahun-untuk-atasi-krisis-utang, diakses pada 9 Februari 2012


(25)

5

Selain bailout yang diberikan untuk negara yang terkena krisis, 26 pemimpin Eropa dari 27 negara anggota UE menyetujui langkah Jerman dan Perancis untuk lebih memperketat anggaran negara-negara UE sebagai salah satu

upaya penyelamatan zona euro.9Namun, meskipun demikian skeptisme mengenai

kembalinya lagi masa-masa emas Uni Eropa seperti sebelum krisis dulu masih terus berlangsung. Skeptisme yang berkepanjangan mengenai Uni Eropa ini pada akhirnya bisa menimbulkan dinamika di kawasan UE yang bisa berujung pada perpecahan dan hancurnya Uni Eropa.10

Jerman yang merupakan salah satu pilar utama penggagas berdirinya Uni Eropa pada awalnya menolak untuk memberikan bailout kepada Yunani. Negara ini lebih memilih untuk memberikan kesempatan kepada Yunani untuk mengatasi sendiri masalah mereka tersebut sebelum meminta bantuan kepada Uni Eropa. Selain itu, alasan Jerman menolak memberikan bantuan kepada Yunani yaitu agar negara-negara UE lainnya yang sedang mengahadapi krisis mempunyai motivasi untuk memperbaiki perekonomian negara mereka sebelum meminta bantuan kepada UE.

Penolakan Jerman pada awalnya terhadap rencana bailout UE ke Yunani itu menimbulkan dampak yang cukup buruk. Dampak buruk itu tidak hanya dirasakan oleh Yunani, tetapi juga Uni Eropa serta negara-negara zona euro lainnya. karena dampak negative itulah kemudian pemimpin UE membicarakan kembalai rencana tentang bailout untuk Yunani. Untuk itu, presiden ECB

9

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/12/15/lw841m-presiden-bank-sentral-jerman-euro-dulu-simbol-integrasikini-simbol-krisis, diakses 25 Januari 2012

10


(26)

6

(✮✯ ✰✱ ✲✳✴ ✵ ✶✳ ✵✷ ✰✴ ✸ ✹✴ ✵✺✻ berperan sebagai perwakilan dari Uni Eropa datang ke

Jerman untuk membujuk Jerman (dalam hal ini parlemen dan rakyat Jerman) agar mereka mau menyetujui rencana bailout yang akan diberikan pada Yunani untuk mengatasi krisis keuangan yang terjadi di negara itu. Setelah kedatangan presiden ECB itu, parlemen Jerman mengadakan voting lagi terkait masalah bailout. Pada akhirnya parlemen Jerman menyetujui rencana bailout untuk Yunani itu dengan memperoleh suara mayoritas.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana ✷✼✱✽✸✳✾✳✸ ✿✴❀✳❁ Jerman berkaitan dengan

masalah bailout uni Eropa ke Yunani?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui✷✼✱✽✸✳✾✳✸✿✴❀✳❁Jerman

sebelum pada akhirnya mereka setuju atas rencana bailout Uni Eropa ke Yunani.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang bisa diperoleh adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis,yaitu:


(27)

7

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang didapat dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pola interaksi yang terjadi antara negara dengan organisasi supra-state seperti Uni Eropa dan bagaimana suatu negara besar bisa mempengaruhi dalam pengambilan keputusan suatu organisasi supra-state.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dengan adanya penelitian ini yaitu, dapat dijadikan sebagai suatu rujukan untuk mahasiswa-mahasiswa lainnya yang juga ingin melakukan penelitian tentang bailout yang diberikan oleh suatu organisasi supra-state kepada negara anggotanya.

1.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan ini yang berkaitan dengan masalah perilaku suatu negara dalam organisasi internasional, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Alfina Nuril Qisma.11 Dalam penelitiannya tersebut dia menjelaskan bahwa penolakan Inggris terhadap penggunaan euro sebagai mata uang nasional pengganti mata uang nasional terjadi karena dianggap bahwa penggantian mata uang tersebut akan sangat merugikan bagi negara itu. Pada prosesnya, unit organisasi mempunyai peranan yang penting dalam pembuatan keputusan di negara ini sebelum akhirnya mereka mengeluarkan sebuah kebijakan.

11

Alfina Nuril Qisma, 2010, Penolakan Inggris Terhadap Penggunaan Euro Sebagai Mata Uang Nasional Pengganti Poundsterling, Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang (tidak dipublikasikan)


(28)

8

Dalam skripsi tersebut, penulis menggunakan pendekatan kebijakan luar negeri dan proses pengambilan keputusan (❂❃❄ ❅❆ ❅❇ ❈ ❉❊ ❋❅❈● ❍■ ❇❄❃ ❆ ❆❏. Penulis

menjelaskan bahwa dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri ada actor-aktor yang mempengaruhi. Di Inggris aktor yang mempengaruhi dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri dalam kasus penolakan Inggris terhadap penggunaan euro sebagai pengganti mata uang nasional adalah organisasi. Organisasi yang dimaksud disini lembaga-lembaga yang mempunyai kapabilitas dalam bidang ekonomi dan militer. Kebijakan penolakan yang akhirnya mereka keluarkan itu beralasan bahwa jika mereka menerima penggantian mata uang tersebut maka hal itu akan merugikan negaranya. Dengan menggunakan pendekatan tersebut dapat diketahui bahwa ternyata dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri pasti ada aktor-aktor yang berpengaruh didalamnya, seperti organisasi hingga setelah melalui proses perundingan dan sebagainya terbentuklah kebijakan luar negeri itu.

Penelitian lain terkait masalah perilaku suatu negara dalam organisasi internasional adalah respon Singapura dalam menghadapi krisis di Asia pada tahun 1997 dengan judul ❑▲❃ ▼❆ ❅❊❈ ◆❅❈❊❈❄ ❅❊❖ P■ ❅❆ ❅❆◗ ❘❅❈● ❊ ❍❇■ ❃ s Experience

and Response yang ditulis oleh Chia Siaow Yue.12Dalam tulisannya tersebut dia menjelaskan bahwa pada saat terjadi krisis keuangan di Asia yang juga meliputi negara-negara di ASEAN, Singapura adalah negara yang tidak terlelu terkena dampak yang signifikan. Ini dikarenakan Singapura adalah negara yang mempunyai ekonomi yang lebih terbuka dan dasar-dasar makroekonomi yang

12

H. W. Arndt & Hal Hill, 2011,Southeast Asias Economic Crisis: Origins, Lessons, and the Way Forward, Singapore: ISEAS, hal. 51


(29)

9

kuat dibanding negara-negara ASEAN lainnya yang perekonomiannya cenderung lebih tertutup. Meskipun Singapura pada waktu itu tidak terkena dampak yang terlalu serius, namun sedikit banyak krisis tersebut menyebabkan terganggunya pertumbuhan ekonomi Singapura.

Krisis keuangan yang terjadi di Asia pada tahun 1997 itu memberikan dampak buruk bagi negera-negara yang terkena krisis karena krisis tersebut menyebabkan jatuhnya harga aset-aset di kawasan Asean. Penurunan ekonomi yang terjadi pada waktu itu dijadikan sebuah kesempatan oleh Singapura untuk memperbaiki infrastruktur untuk persaingan jangka panjang, serta melakukan investasi dalam bidang pendidikan. Respon yang diberikan oleh Singapura dalam menghadapi krisis itu, yaitu negara ini tidak menolak globalisasi dan liberalisasi yang masuk ke negara meraka, sehingga hal itu bisa membantu untuk memperkuat system keuangan domestic negaranya agar dapat bersaing dalam perekonomian internasional. Selain itu, Singapura juga membantu negara-negara Asean lain yang terkena dampak krisis yang buruk dengan melalui pinjaman bilateral dan bantuan kemanusiaan berupa makanan.

Dalam penelitian yang berjudul ❙❚❯ ❱❲ ❳ ❨❚❩ ❬❭ ❳ ❪❚❩ ❫❭ ❴❭ ❱ ❙❚ ❳❵❭❳❭

❛❚❬❜❚❩❝❭ ❳❞❭❝❡❲❢❣❤❳❝ ✐❩ ❲ ❱❭ ❥❚❦ ❢❳❭ ❳❝ berbeda dengan penelitian terdahulu di

atas. Disini penulis mencoba untuk membandingkan respon yang diberikan oleh masing-masing negara tersebut dalam lingkup organisasi internasionalnya. Dalam permasalahan krisis Yunani, Uni Eropa terkesan sedikit mengulur waktu dalam memberikan bailout pada negara anggotanya yang mana hal tersebut dikarenakan oleh penundaan Jerman untuk pemberian bailout oleh UE tersebut. Respon yang


(30)

10

diberikan oleh Jerman itupun pada akhirnya menyebabkan semakin bertambah parahnya krisis yang terjadi di kawasan Uni Eropa. Sedangkan dalam kasus respon Singapura dalam menghadapi krisis financial Asia, negara ini sebagai negara anggota ASEAN yang tidak terkena dampak yang terlalu parah dari krisis terseut langsung memberikan bantuan berupa pinjaman uang dan bantuan makanan untuk negara-negara anggota ASEAN lainnya yang terkena dampak krisis cukup parah.

Dalam hal ini, walaupun Jerman dan Yunani sama-sama merupakan anggota dari Uni Eropa, namun dalam hal ini dapat dilihat bahwa Jerman mempunyai posisi yang sangat penting dalam keanggotaannya di Uni Eropa. Ini terbukti dari tertundanya rencana pembailoutan dana UE ke Yunani karena Jerman tidak menyetujui rencana tersebut.

Nama, Judul Teori/Konsep Hasil

Alfina Nuril Qisma, Penolakan Inggris Terhadap Penggunaan Euro Sebagai Mata Uang Nasional Pengganti Poundsterling

Konsep Kebijakan Luar Negeri, Model

Pengambilan Keputusan (Model Organisasi)

Hasil dari penelitian tersebut yaitu, dalam proses pengambilan kebijakan luar negeri Inggris terkait

penggunaan mata euro sebagai mata uang nasional pengganti Poundsterling organisasi


(31)

11

di Inggris mempunyai peranan yang penting dalam pengambilan keputusan, sehingga hasil akhir dari keputusan itu adalah Inggris menolak penggunaan euro.

Chia Siaow Yue, The Asian Financial Crisis: Singapore s Experience and Response

Hasil penelitian ini, yaitu dalam menghadapi krisis keuangan yang terjadi pada 1997 Singapura dapat dibilang cepat dalam merespon krisis tersebut. Respon

Singapura dalam hal itu antara lain dengan memberikan pinjaman bilateral dan bantuan kemanusiaan berupa makanan.

Sulistyo Khoirul Mala,

❧♠♥ ♦L♣q♣rst ✉♣ ✈Jerman

❧♠♥ ♦r♣q♣r✇t✉♣ ✈①②♣♥ ③ ④⑤


(32)

12

Dalam Merespon Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani (peneliti)

1.6. Landasan Teori/Konsep 1.6.1. Two Level Game Theory

Teori ini dikemukakan oleh Robert D. Putnam. Putnam menggambarkan

⑥⑦⑧ ⑨⑩❶❷❶⑩ ❸ ❹❺❶ ini sebagai negosiasi yang dilakukan pada dua level, yaitu level

internasional (level I) dan level domestik (level II). Pada tingkat nasional, kelompok domestik mengejar kepentingan mereka melalui tekanan yang dilakukan kepada pemerintah. Sedangkan pada tingkat internasional, pemerintah berusaha untuk memenuhi tuntutan domestik dengan memaksimalkan

kemampuan mereka.13 Negoisasi ditingkat internasional dilakukan oleh

pemerintah bersama dengan diplomat atau penasehat internasional yang lain. Ditingkat nasional, negosiasi terjadi antara pemerintah dengan partai dan parlemen, serta perwakilan kelompok kepentingan.

Pemerintah yang dalam hal ini berperan sebagai ❸ ❹ ⑥❶❻❶❶❼❶❽ ❾ antara kedua

tingkat ini harus bisa menyeimbangkan antara tekanan domestik dan tekanan internasional yang biasanya saling bertentangan sehingga dapat memenuhi tuntutan dari kedua tingkat ini. Di tingkat internasional, kebijakan pemerintah

13

Robert D. Putnam,❿ ➀ ➁lomacy and❿ ➂mestic Politics: The Logic of Two -Level Games, diakses darihttp://www.ceeisaconf.ut.ee/orb.aw/class=file/action=preview/id=164440/putnam.pdf7 Juli 2012


(33)

13

dibentuk oleh dinamika peristiwa politik internasional dan perkembangan serta dengan strategi preferensi, kekuatan dan negosiasi pemerintah lainnya. Di dalam negeri, ruang pemerintah dibatasi oleh preferensi dan sumber daya politik dari para aktor di mana pemerintah bergantung untuk dukungan politik.14

Dalam ➃➄ ➅ ➆➇➈ ➇➆➉ ➊ ➋➇ ➃ ➌ ➇➅ ➍ ➎ semua tingkatan baik itu nasional maupun

internasional mempunyai peranan yang penting. Jika salah satu tingkatan tersebut tidak berjalan dengan baik, maka keputusan yang pada akhirnya akan diambil dapat merugikan salah satu pihak. Negosiasi yang terjadi di level I bersifat sementara karena keputusan akhir berada di level II, tentunya setelah melalui proses ratifikasi yang dilakukan sebelumnya.

Level II (negosiasi di tingkat domestik) diperlukan untuk mendukung kesepakatan yang dilakukan di level I, karena pada level II inilah proses ratifikasi berlangsung yang akan menentukan keputusan akhir dari sebuah negara. Hubungan keterkaitan antara level I dengan level II ini ini disebut juga dengan

➄ ➏➐ ➑➒ ➇➃

15

. Aktor pada level II antara lain bisa mewakili parlemen dan perwakilan kelompok kepentingan.16 Dalamtwo level game, win-setsangat diperlukan karena besar kecilnya suatu win-set dapat menentukan dalam proses ratifikasi. Ada 3 faktor yang mempengaruhiwin-set,yaitu17:

a. Preferensi dan koalisi (level II): ukuran win-setsangat tergantung dari koalisi dan pilihan-pilihan yang ada pada level II berupa tekanan dari yang

14

Bosold Oppermann, ➓mnets arnevos atekeepers: Mediating Domestic and International

Discourses in Two-level Games, diakses dari

http://www.ceeisaconf.ut.ee/orb.aw/class=file/action=preview/id=164440/Bosold_Oppermann. pdf, 7 Juli 2012.

15

Op.cit

16

Ibid

17


(34)

14

menentang kerjasama ataupun perjanjian internasional secara umum dan yang mendukung semua tujuan dari kerjasama ataupun perjanjian internasional itu. b. Institusi (level II): praktek politik suatu negara juga dapat mempengaruhi

besar kecilnya suatu ➔ →➣ ↔↕➙➛. Selain itu, prosedur dalam ratifikasi juga ikut

mempengaruhi ➔→➣ ↔↕➙➛. Dalam institusi ini, semakin besar otonomi dalam

pengambilan suatu keputusan di level II, maka akan semakin besar ➔→➣↔ ↕➙➛

nya. Namun, jika suatu terlalu kuat dalam hal otonominya terhadap tekanan domestik dalam pengambilan keputusan, itu juga memperlemah posisi tawar suatu negara dalam sistem internasional.

c. Strategi negosiator (level I): setiap negosiator mempunyai kepentingan dalam memaksimalkan ➔→➣ ↔↕➙➛ pihak lain, tapi tetap menghormati ➔ →➣ ↔↕➙➛ nya

sendiri. Semakin besar ➔→➣ ↔↕➙➛ nya maka akan semakin mudah dalam

mencapai kesepakatan, tapi dilain pihak itu juga akan melemahkan posisi tawarnya dalam berhadapan dengan negosiator lain. Hal itu akan memunculkan dilemma sendiri pada negosiator. Namun, dengan mengabaikan dilema yang dihadapi, seorang negosiator akan berkeinginan untuk memperbesar➔ →➣ ↔↕➙➛nya akan dapat mencapai kesepakatan dengan pihak lain.

Sebagai negosiator, sebelum akhirnya mencapai keputusan hingga akhirnya menghasilkan kebijakan harus mempertimbangkan dengan benar resiko apa saja yang akan diterima ketika pemerintah memenuhi tuntutan kedua level tersebut. Dalam hal ini negosiator akan menghadapi dua kondisi, yaitu: tingkatan I yaitu tawar menawar antara negosiator-negosiator yang akan menuju pada persetujuan yang sifatnya sementara. Level I disini merupakan negosiasi yang


(35)

15

terjadi antara pemerintah Jerman dengan perwakilan dari Uni Eropa yang datang untuk membujuk parlemen Jerman agar mereka menyetujui rencana bailout UE untuk Yunani. Sedangkan yang berperan dalam level II disini adalah diskusi yang terjadi di dalam parlemen Jerman yang setelah terjadi negoisasi pada level I, pemerintah bersama dengan parlemen membicarakan hasil diskusi yang terpisah didalam tiap kelompok konstituante tentang apakah mereka akan meratifikasi persetujuan tersebut atau tidak. Ratifikasi sebuah persetujuan memerlukan pemungutan suara pada tingkat II.18Karena itu, dalam➜➝ ➞➟➠➡➠➟➢ ➤➥ ➠➜ ➦ ➠➞➧ ➨level

I dan level II sangat diperlukan dan tidak bisa dipisah.

Melalui teori ini dijelaskan bahwa pada prosesnya sebelum Jerman pada akhirnya menyetujui adanya bailout Uni Eropa ke Yunani tingkat nasional dan internasionalnya mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam rencana pemberian bailout Uni Eropa ke Yunani ini awalnya terjadi pro dan kontra tersendiri di Jerman. Pro dan kontra tentang pemberian bailout untuk Yunani ini terjadi di parlemen Jerman. Untuk itu, Jean-Claude Trichet (presiden ECB) berperan sebagai perwakilan dari Uni Eropa pergi ke Jerman untu melakukan negosiasi tentang bailout Yunani. Trichet diminta oleh Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeble untuk berbicara dengan parlemen Jerman agar mereka mau mengubah keputusan mereka yang menentang adanya bailout Uni Eropa ke Yunani.19 Penolakan dari parlemen Jerman sempat menghambat dikeluarkannya

bailout UE untuk Yunani. Untuk itu, maka diadakanlah negosiasi ulang antara

18

http://id.shvoong.com/law-and-politics/international-relations/2296215-essence-diplomacy-entanglement-domestic-inter/, diakses pada 7 Juli 2012

19

http://wwwtribunnews.com./read/trichet-bertolak-ke-berlin-bujuk-jerman.html, diakses pada 27 Agustus 2012


(36)

16

pemerintah Jerman dengan parlemen Jerman (sebelumnya negosiasi dilakukan terlebih dahulu antara pemerintah Jerman dengan perwakilan dari Uni Eropa) untuk membahas mengenai rencana bailout itu. Pada akhirnya, rencana bailout UE ke Yunani itupun didapat berdasarkan hasil voting suara mayoritas yang mana banyak parlemen Jerman yang pada akhirnya merubah suara mereka yang pada awalnya menolak menjadi menyetujui rencana bailout UE ke Yunani itu.

1.6.2. Bailout

Bailout dapat didefinisikan sebagai situasi dimana bisnis, individu, ataupun pemerintah menawarkan uang untuk sebuah bisnis yang gagal untuk mencegah konsekuensi yang muncul dari kejatuhan bisnis.20 Dalam istilah ekonomi dan keuangan, menyebut bailout sebagai:

Umumnya, bailout adalah respon terhadap adanya kesulitan pada aliran dana jangka pendek, dimana entitas yang mengalami kesulitan dana likuid namun memiliki asset yang cukup akan disuntikkan dana bantuan oleh pemerintah atau konsorium investor untuk tide it over sehingga masalah keuangan jangka pendek dapat diselesaikan.21

Ada pula yang mendifinisikan bailout sebagai penyediaan dari batuan keuangan atau likuiditas ke perusahaan yang berada diambang kegagalan atau kebangkrutan. Sebuah bailout mungkin saja dilakukan untuk kepentingan yang menyediakan dana bantuan kepada suatu perusahaan untuk mendapatkan kontrol dari perusahaan tersebut.22

20

http://www.investopedia.com/terms/b/bailout.asp, diakses 26 Januari 2013

21

http://www.untukku.com/berita-untukku/berita-ekonomi-dan-keuangan-untukku/defenisi-atau-arti-bailout-untukku.html, diakses 26 Januari 2013

22


(37)

17

Dari definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa bailout merupakan suatu dana talangan yang biasanya diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan atau lembaga yang mengalami kebangkrutan ataupun hampir bangkrut untuk menyelesaikan masalah hutang yang dialami oleh perusahaan tersebut. Bailout disini dimaksudkan untuk menyelamatkan perusahaan atau lembaga atau negara itu dari kebangkrutan.

Syarat-syarat yang harus dilakukan untuk sebuah negara, dapat berupa pengetatan fiskal yang harus dilakukan suatu negara yang akan diberikan bailout.23 Pengetatan fiskal itu bertujuan untuk mengurangi defisit berlebih yang dialami oleh suatu negara yang menyebabkan negar itu mengalami krisis. Dengan adanya pengetatan fiskal tersebut, maka dana bailout baru bsa dikeluarkan oleh suatu lembaga yang memberikan bailout.

Bailout yang diberikan pada Yunani dalam hal ini bertujuan untuk menyelamatkan negara itu dari resiko gagal bayar akibat hutang yang dideritanya. Untuk mendapatkan dana bailout itu juga Yunani harus melakukan pengetatan fiskal, yang mana kebijakan-kebijakan pemerintah Yunani yang berhubungan dengan pengetatan fiskal itu dinilai sangat merugikan rakyat Yunani. Namun, hal itu mau tidak mau harus dilakukan oleh pemerintah Yunani untuk mendapatkan bailout dan untuk menyelamatkan negaranya dari resiko➩➫➭➯ ➲➳➵➸

23

http://www.equityworld-futures.com/index.php/Referendum-Yunani-Mentahkan-Hasil-KTT-Eropa.html, diakses 23 Oktober 2012


(38)

18

1.7.Metodologi Penelitian

1.7.1. Teknik Pengumpulan Data

Keterbatasan kemampuan penulis untuk melakukan penelitian di lapangan menjadikan data sekunder pilihan utama. Dikarenakan data yang digunakan adalah data sekunder, maka teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan.24 Data ini diperoleh dengan mempelajari dan memahami literatur-literatur berupa buku, jurnal, artikel, surat kabar, maupun internet yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Setelah dikumpulkan, data diseleksi dan dikelompokkan ke dalam bab-bab pembahasan yang disesuaikan dengan sistematika penulisan.

1.7.2. Teknik Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan disini, yaitu deskriptif kualitatif. Metode analisa ini diawali dengan pengumpulan data dari berbagai media dan sumber, lalu menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain untuk menjelaskan masalah yang diteliti. Penulis berusaha untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan di Jerman menggunakan ➺ ➻➼ ➽➾➚➾➽

➪➶ ➹➾ ➺➘➾➼➴ ➷ (proses pengambilan keputusan melalui ltawar menawar di tingkat

domestik dan internasional) sehingga akhirnya keluar kebijakan Jerman mengenai rencana bailout Uni Eropa ke Yunani yang akan melibatkan seluruh anggota Uni Eropa.

24


(39)

19

1.7.3. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen (unit eksplanasi) adalah variabel yang berfungsi untuk menjelaskan perilaku dari variabel dependen, sedangkan variabel dependen merupakan suatu unit analisa yang perilakunya akan dideskripsikan, dijelaskan, dan diprediksikan25. Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam variabel independen adalah respon Jerman terhadap rencana bailout UE ke Yunani dan yang merupakan variabel dependennya yaitu proses pengambilan keputusan di Jerman terkait masalah bailout.

1.7.4. Batasan Waktu dan Materi

Agar tidak terjadi perluasan penelitian disini, maka peneliti membuat batasan penelitian. Pembatasan penelitian disini menggunakan batasan waktu dengan rentang tahun April 2009 hingga penyetujuan Jerman atas pemberian bailout Uni Eropa ke Yunani pada Mei 2010. Materi yang dibahas pada penelitian ini memfokuskan pada respon Jerman terkait dengan rencana pemberian bailout UE kepada Yunani dan bagaimana proses pengambilan keputusan di Jerman sehubungan dengan adanya rencana bailout Uni Eropa ke Yunani.

25

Mochtar Mas oed, 1994, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, Jakarta: PT Pustaka LP3ES, Hal.33


(40)

20

1.8.Argumen Dasar

Persetujuan rencana bailout Uni Eropa ke Yunani yang pada akhirnya diberikan oleh Jerman tidak keluar begitu saja. Sebelumnya parlemen dan rakyat Jerman sempat menentang rencana bailout Uni Eropa itu. Namun, setelah ada proses negosiasi yang terjadi di tingkat nasional dan internasional antara Jerman dan UE pada akhirnya Jerman menyetujui adanya bailout untuk Yunani.

1.9. Sistematika Penulisan

Judul Pembahasan

Bab 1 Pendahuluan berisi tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori/konsep, metodologi penelitian (teknik pengumpulan data, teknik analisa data, variabel penelitian, serta batasan waktu dan materi), hipotesa, dan sistematika penulisan

Bab 2 Krisis Yunani dan Respon Awal

Jerman Terhadap Rencana Bailout

Uni Eropa ke Yunanimembahas

tentang latar belakang krisis Yunani, dampak yang ditimbulkan oleh krisis


(41)

21

Yunani, dan tentang respon Uni Eropa dan respon awal Jerman mengenai rencana bailout UE ke Yunani.

Bab 3 Two-level GamesJerman Dalam

Merespon Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunanimenjelaskan tentang proses pengambilan keputusan di Jerman terkait rencana bailout UE ke Yunani sehingga Jerman setuju dengan rencana itu.

Bab 4 Penutup

4.1. kesimpulan

4.2. keterbatasan penelitian 4.3. saran


(1)

pemerintah Jerman dengan parlemen Jerman (sebelumnya negosiasi dilakukan terlebih dahulu antara pemerintah Jerman dengan perwakilan dari Uni Eropa) untuk membahas mengenai rencana bailout itu. Pada akhirnya, rencana bailout UE ke Yunani itupun didapat berdasarkan hasil voting suara mayoritas yang mana banyak parlemen Jerman yang pada akhirnya merubah suara mereka yang pada awalnya menolak menjadi menyetujui rencana bailout UE ke Yunani itu.

1.6.2. Bailout

Bailout dapat didefinisikan sebagai situasi dimana bisnis, individu, ataupun pemerintah menawarkan uang untuk sebuah bisnis yang gagal untuk mencegah konsekuensi yang muncul dari kejatuhan bisnis.20 Dalam istilah ekonomi dan keuangan, menyebut bailout sebagai:

Umumnya, bailout adalah respon terhadap adanya kesulitan pada aliran dana jangka pendek, dimana entitas yang mengalami kesulitan dana likuid namun memiliki asset yang cukup akan disuntikkan dana bantuan oleh pemerintah atau konsorium investor untuk tide it over sehingga masalah keuangan jangka pendek dapat diselesaikan.21

Ada pula yang mendifinisikan bailout sebagai penyediaan dari batuan keuangan atau likuiditas ke perusahaan yang berada diambang kegagalan atau kebangkrutan. Sebuah bailout mungkin saja dilakukan untuk kepentingan yang menyediakan dana bantuan kepada suatu perusahaan untuk mendapatkan kontrol dari perusahaan tersebut.22

20

http://www.investopedia.com/terms/b/bailout.asp, diakses 26 Januari 2013

21

http://www.untukku.com/berita-untukku/berita-ekonomi-dan-keuangan-untukku/defenisi-atau-arti-bailout-untukku.html, diakses 26 Januari 2013

22


(2)

Dari definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa bailout merupakan suatu dana talangan yang biasanya diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan atau lembaga yang mengalami kebangkrutan ataupun hampir bangkrut untuk menyelesaikan masalah hutang yang dialami oleh perusahaan tersebut. Bailout disini dimaksudkan untuk menyelamatkan perusahaan atau lembaga atau negara itu dari kebangkrutan.

Syarat-syarat yang harus dilakukan untuk sebuah negara, dapat berupa pengetatan fiskal yang harus dilakukan suatu negara yang akan diberikan bailout.23 Pengetatan fiskal itu bertujuan untuk mengurangi defisit berlebih yang dialami oleh suatu negara yang menyebabkan negar itu mengalami krisis. Dengan adanya pengetatan fiskal tersebut, maka dana bailout baru bsa dikeluarkan oleh suatu lembaga yang memberikan bailout.

Bailout yang diberikan pada Yunani dalam hal ini bertujuan untuk menyelamatkan negara itu dari resiko gagal bayar akibat hutang yang dideritanya. Untuk mendapatkan dana bailout itu juga Yunani harus melakukan pengetatan fiskal, yang mana kebijakan-kebijakan pemerintah Yunani yang berhubungan dengan pengetatan fiskal itu dinilai sangat merugikan rakyat Yunani. Namun, hal itu mau tidak mau harus dilakukan oleh pemerintah Yunani untuk mendapatkan bailout dan untuk menyelamatkan negaranya dari resiko➩➫➭➯ ➲➳➵➸

23

http://www.equityworld-futures.com/index.php/Referendum-Yunani-Mentahkan-Hasil-KTT-Eropa.html, diakses 23 Oktober 2012


(3)

1.7.Metodologi Penelitian

1.7.1. Teknik Pengumpulan Data

Keterbatasan kemampuan penulis untuk melakukan penelitian di lapangan menjadikan data sekunder pilihan utama. Dikarenakan data yang digunakan adalah data sekunder, maka teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan.24 Data ini diperoleh dengan mempelajari dan memahami literatur-literatur berupa buku, jurnal, artikel, surat kabar, maupun internet yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Setelah dikumpulkan, data diseleksi dan dikelompokkan ke dalam bab-bab pembahasan yang disesuaikan dengan sistematika penulisan.

1.7.2. Teknik Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan disini, yaitu deskriptif kualitatif. Metode analisa ini diawali dengan pengumpulan data dari berbagai media dan sumber, lalu menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain untuk menjelaskan masalah yang diteliti. Penulis berusaha untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan di Jerman menggunakan ➺ ➻➼ ➽➾➚➾➽

➪➶ ➹➾ ➺➘➾➼➴ ➷ (proses pengambilan keputusan melalui ltawar menawar di tingkat

domestik dan internasional) sehingga akhirnya keluar kebijakan Jerman mengenai rencana bailout Uni Eropa ke Yunani yang akan melibatkan seluruh anggota Uni Eropa.

24


(4)

1.7.3. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen (unit eksplanasi) adalah variabel yang berfungsi untuk menjelaskan perilaku dari variabel dependen, sedangkan variabel dependen merupakan suatu unit analisa yang perilakunya akan dideskripsikan, dijelaskan, dan diprediksikan25. Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam variabel independen adalah respon Jerman terhadap rencana bailout UE ke Yunani dan yang merupakan variabel dependennya yaitu proses pengambilan keputusan di Jerman terkait masalah bailout.

1.7.4. Batasan Waktu dan Materi

Agar tidak terjadi perluasan penelitian disini, maka peneliti membuat batasan penelitian. Pembatasan penelitian disini menggunakan batasan waktu dengan rentang tahun April 2009 hingga penyetujuan Jerman atas pemberian bailout Uni Eropa ke Yunani pada Mei 2010. Materi yang dibahas pada penelitian ini memfokuskan pada respon Jerman terkait dengan rencana pemberian bailout UE kepada Yunani dan bagaimana proses pengambilan keputusan di Jerman sehubungan dengan adanya rencana bailout Uni Eropa ke Yunani.

25

Mochtar Mas oed, 1994, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, Jakarta: PT Pustaka LP3ES, Hal.33


(5)

1.8.Argumen Dasar

Persetujuan rencana bailout Uni Eropa ke Yunani yang pada akhirnya diberikan oleh Jerman tidak keluar begitu saja. Sebelumnya parlemen dan rakyat Jerman sempat menentang rencana bailout Uni Eropa itu. Namun, setelah ada proses negosiasi yang terjadi di tingkat nasional dan internasional antara Jerman dan UE pada akhirnya Jerman menyetujui adanya bailout untuk Yunani.

1.9. Sistematika Penulisan

Judul Pembahasan

Bab 1 Pendahuluan berisi tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori/konsep, metodologi penelitian (teknik pengumpulan data, teknik analisa data, variabel penelitian, serta batasan waktu dan materi), hipotesa, dan sistematika penulisan

Bab 2 Krisis Yunani dan Respon Awal

Jerman Terhadap Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunanimembahas tentang latar belakang krisis Yunani, dampak yang ditimbulkan oleh krisis


(6)

Yunani, dan tentang respon Uni Eropa dan respon awal Jerman mengenai rencana bailout UE ke Yunani.

Bab 3 Two-level GamesJerman Dalam

Merespon Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunanimenjelaskan tentang proses pengambilan keputusan di Jerman terkait rencana bailout UE ke Yunani sehingga Jerman setuju dengan rencana itu.

Bab 4 Penutup

4.1. kesimpulan

4.2. keterbatasan penelitian 4.3. saran