LATAR BELAKANG YUNANI MENYETUJUI BAILOUT DARI UNI EROPA PASCA REFERENDUM PADA TAHUN 2015

(1)

LATAR BELAKANG YUNANI MENYETUJUI

BAILOUT DARI UNI EROPA PASCA

REFERENDUM PADA TAHUN 2015

(

Greece’s Reasons Upon Bailout Acceptance From The European

Union Post

Referendum Year 2015)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

EKI LIANDO PRATOMO

20120510427

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

LATAR BELAKANG YUNANI MENYETUJUI BAILOUT

DARI UNI EROPA PASCA REFERENDUM PADA TAHUN

2015

(Greece’s Reasons Upon Bailout Acceptance From The European Union

Post

Referendum Year 2015)

Diajukan Guna Melengkapi Dan Memenuhi Persyaratan Untuk Meraih

Gelar Kesarjanaan Strata-1 (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dengan Spesialisasi

Ilmu Hubungan Internasional

SKRIPSI

Disusun Oleh :

EKI LIANDO PRATOMO

20120510427

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini berjudul :

LATAR BELAKANG YUNANI MENYETUJUI BAILOUT DARI UNI

EROPA PASCA REFERENDUM PADA TAHUN 2015

Eki Liando Pratomo

20120510427

Skripsi ini telah dipertahankan dalam Ujian Pendadaran, dinyatakan

Lulus, dan Disahkan di depan Tim Penguji Jurusan

Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada :

Hari / Tanggal

: Selasa, 20 Desember 2016

Waktu

: 08.00

selesai

Tempat

: Lab. Hubungan Internasional UMY

DOSEN PENGUJI

Dra. Mutia Hariati, M.Si


(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi lain.

Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 26 Desember 2016


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ucapan terima kasih dipersembahkan penulis kepada :

1. Allah SWT, atas kehendaknya lah penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar sehingga penulis dapat lulus lebih awal dengan nilai yang lebih dari memuaskan. Thanks God.

2. Seluruh keluarga besar dari Mama dan Papa, even though you are no longer together, yet you two still trying to support me in your own ways, I thank you for that. And I hope this hard work could repay a little piece of those support that you two have given to me.

3. Julia Rizky Utami, really, you are the most annoying girl I’ve ever met, still,

I wouldn’t get to this point if not because of you. Thankyou, I love you. 4. Thanks to my self and my brain. Yang selalu bisa menyingkirkan rasa malas

selama 3,3 tahun di bangku perkuliahan dan mampu menyelesaikan skripsi hanya dalam waktu satu bulan. You’ve work hard and done well, my brain. 5. Teman – teman yang tak cukup bila hanya disebutkan satu persatu. Thanks


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Latar Belakang Yunani Menerima Bailout Dari Uni Eropa Pasca Referendum Pada Tahun 2015” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata-1 (S1) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan sekaligus sebagai penerapan dari teori – teori yang telah penulis peroleh selama berada di bangku kuliah. Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya penulis dedikasikan kepada semua pihak – pihak yang telah berkontribusi dalam proses studi dan penulisan skripsi ini. Tentunya kepada :

1. Bapak Prof Dr. Bambang Cipto, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Dra. Nur Azizah M.Si, selaku Kepala Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dra. Mutia Hariati, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi, yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, serta memberi masukan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Surwandono, M.Si selaku dosen penguji 1 atas saran dan arahannya mengenai skripsi ini.

5. Bapak Drs. Djumadi M. Anwar, M.Si selaku dosen penguji 2 atas saran dan arahannya mengenai skripsi ini.


(7)

Tanpa bantuan dari pihak – pihak terkait, tentunya skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis berharap agar skripsi ini kedepannya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Sekian dan Terima Kasih.

Yogyakarta, 26 Desember 2016


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...x

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Landasan Teoritik ... Error! Bookmark not defined.

I. Teori Model Aktor Rasional ... Error! Bookmark not defined.

E. Hipotesa ... Error! Bookmark not defined.

F. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

I. Jangkauan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

II. Metode Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

III. Metode Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined.

BAB II PENYEBAB TERJADINYA KRISIS DAN DINAMIKA KEBIJAKAN ANTARA YUNANI DAN UNI EROPA ... Error! Bookmark not defined.

A. Faktor Internal Dinamika Krisis Yunani ... Error! Bookmark not defined.

I. Pertumbuhan Ekonomi ... Error! Bookmark not defined.

II. Ketenagakerjaan ... Error! Bookmark not defined.

III. Kegiatan Export & Import dan Kesalahan Dalam APBN ... Error! Bookmark not defined.

B. Faktor Eksternal Dinamika Krisis Yunani ... Error! Bookmark not defined.

I. Hutang Luar Negeri ... Error! Bookmark not defined.

II. Perusahaan Pemeringkat Kredit ... Error! Bookmark not defined.

III. Yunani Dalam Integrasi Uni Eropa ... Error! Bookmark not defined.


(9)

BAB III REFERENDUM SEBAGAI LANGKAH POLITIS ALEXIS TSIPRASError! Bookmark not defined.

A. Masa Kepemimpinan Alexis Tsipras ... Error! Bookmark not defined.

B. Menaikkan Bargaining Position Yunani Dihadapan Uni Eropa Error! Bookmark not defined.

C. Mendapatkan Legitimasi Pemerintahan dari Rakyat Yunani ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV KALKULASI UNTUNG RUGI YUNANI MENYETUJUI BAILOUT DARI UNI EROPA PASCA REFERENDUM TAHUN 2015 .... Error! Bookmark not defined.

A. Keuntungan Yunani Menerima Bailout Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

I. Yunani Mampu Membayar Hutang Luar Negerinya . Error! Bookmark not defined.

II. Menstabilkan Kondisi Perekonomian Dalam Negeri YunaniError! Bookmark not defined.

III. Menjamin Keamanan Yunani Dalam Jangka PanjangError! Bookmark not defined.

B. Kerugian Yunani Menerima Bailout Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

I. Hutang Luar Negeri Bertambah ... Error! Bookmark not defined.

II. Tingkat Pengangguran Meningkat ... Error! Bookmark not defined.

C. Keuntungan Yunani Menolak Bailout 2015 ... Error! Bookmark not defined.

I. Kedaulatan Perekonomian ... Error! Bookmark not defined.

II. Meningkatnya Tingkat Kepuasan Rakyat ... Error! Bookmark not defined.

D. Kerugian Yunani Menolak Bailout 2015 ... Error! Bookmark not defined.

I. Keluar dari Keanggotaan Uni Eropa atau Grexit ... Error! Bookmark not defined.

II. Dinyatakan Bangkrut ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel GDP Per-kapita Yunani Tahun 2011-2015 Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.2 Tingkat Pendidikan Pekerja di Yunani .. Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.3 Nilai Ekspor & Impor Yunani ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.4 Nilai Ekspor & Impor Jasa Yunani ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.5 Nilai Hutang Yunani Terhadap PDB Tahun 2006-2015Error! Bookmark not defined.


(11)

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Tidak banyak negara yang bisa mempertahankan perekonomiannya tanpa berhutang kepada negara lain atau pihak lain seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank, dll. Sebuah negara layaknya sebuah perusahaan yang memiliki sebuah sistem perekonomian tertentu untuk menjaga keutuhan dan berkembang lebih jauh. Dan seperti hal-nya perusahaan, sebuah negara dapat memperoleh keuntungan atau kerugian dari perekonomiannya. Keuntungan yang didapatkan oleh negara berasal dari pajak, aktivitas perdagangan dan ekspor impor, atau pendapatan yang diperoleh dari kunjungan wisatawan asing di sektor pariwisata. Dan kerugiannya berasal dari pengeluaran dalam negeri, anggaran belanja negara, hingga faktor-faktor lain seperti bencana alam. Untuk dapat mempertahankan perekonomian sebuah negara, maka pendapatan dan pengeluaran tersebut harus diatur sedemikian rupa agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pendapatan atau merugi. Namun, terkadang banyak negara yang gagal dalam menjalankan sistem perekonomiannya dan mengalami kerugian, sehingga untuk dapat menutupi defisit tersebut, mengambil hutang internasional adalah satu-satunya jalan.

Yunani adalah sebuah negara yang tidak begitu besar, penduduknya sebanyak 12 juta jiwa dan sebagian besar bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Yunani tergabung dalam Uni Eropa dan Eurozone, Yunani menggunakan Euro sebagai mata uangnya. Dilihat dari status Yunani yang tergabung dalam Eurozone, dari permukaan Yunani terlihat memiliki perekonomian yang kuat. Namun nyatanya tidak begitu, Yunani adalah salah satu negara yang sudah lama terjerat hutang luar negeri.


(13)

Pendapatan utama Yunani berasal dari sektor ekspor impor dan pariwisata, dimana kedua sektor tersebut hanya mampu menutup sebesar 18% dari hutang yang harus dibayarkan Yunani per tahunnya. Alhasil, dengan banyaknya hutang yang dimilikinya dan tidak didorong dengan perekonomian yang kuat, Yunani dihadapkan kepada kemungkinan kebangkrutan. Hal tersebut memuncak pada pertengahan 2015 yang lalu. Yunani tidak memiliki jalan lain selain mengambil keputusan untuk menerima bailout (bantuan dana internasional) yang ditawarkan oleh pihak kreditur (IMF, ECB, dan Komisi Eropa).

A. Latar Belakang Masalah

Pada 20 Oktober 2009, menteri keuangan Yunani yang baru saja menjabat sebagai bagian dari pemerintahan sosialis baru, George Papaconstantinou, menyatakan bahwa Yunani akan mengalami defisit sekitar 12% dari PDBnya pada akhir tahun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari pernyataan pemerintahan sebelumnya yang hanya bernilai 3,7% dari PDB. Hal tersebut menuai banyak perhatian dunia khususnya dari Uni Eropa yang merupakan tempat bernaung Yunani dalam aspek perekonomian sebagai salah satu negara anggotanya. Pernyataan tentang tingginya defisit perekonomian Yunani tersebut dinilai sebagai awal mula terjadinya akselerasi dalam krisis perekonomian Yunani karena hal tersebut memicu banyaknya kejadian yang kemudian sangat berpengaruh terhadap berkembangnya krisis ekonomi di negeri para dewa tersebut.

Menyusul pernyataan Yunani tentang defisit perekonomian yang akan dialaminya pada akhir tahun, pada Desember 2009 perusahaan pemeringkat kredit berbasis nasional yakni Filch, Standard & Poor’s, dan Moody’s menurunkan rating


(14)

hutang Yunani. Penurunan rating hutang Yunani mengindikasikan berkurangnya kemampuannya untuk membayar hutang luar negerinya. Imbasnya, investor asing banyak yang mengurungkan niatnya untuk berinvestasi di Yunani. Para petinggi di Uni Eropa kemudian banyak yang menekan pemerintah Yunani untuk mengatasi krisis perekonomiannya. Mereka percaya bahwa Yunani harus menghemat anggaran belanja negara yang sebagian besar di keluarkan untuk kesejahteraan rakyat seperti gaji pegawai negeri, uang pensiunan, dll. Kebijakan yang tidak pro rakyat itu dinilai akan membantu Yunani dalam mengatasi krisis perekonomiannya.1

Pada Februari 2010 pemerintah Yunani pada akhirnya mengeluarkan kebijakan berupa paket penghematan pertama yang difokuskan kepada gaji pegawai dan pekerja lembur yang kemudian disusul oleh paket penghematan kedua pada bulan Maret. Namun hal tersebut belum cukup untuk menanggulangi krisis perekonomian yang ada di Yunani. Bahkan perusahaan pemeringkat kredit Filch, Standard & Poor’s, dan Moody’s atau yang lebih dikenal dengan sebutan “The Big Three” tersebut kembali menurunkan peringkat kredit Yunani sehingga memaksa Perdana Menteri yang menjabat pada saat itu untuk meminta bailout atau bantuan dana internasional kepada IMF (International Monetary Funds), Bank Sentral Eropa, dan Uni Eropa (melalui European Commission). Bailout pertama Yunani semasa krisis tersebut kemudian disetujui oleh para kreditur pada 2 Mei 2010. Paket bantuan dana tersebut bernilai €110 miliar dan berlaku selama tiga tahun. Artinya selama tiga tahun kedepan Yunani harus bekerja sangat keras untuk dapat melunasi hutang tersebut ditengah krisis ekonomi yang sedang melanda.

1

Situmorang, Asido. Vibiz News. (online) diakses pada 26 Agustus 2015 http://vibiznews.com/2015/07/02/kronologi-krisis-yunani-2009-2015/


(15)

Untuk dapat melunasi hutang tersebut Yunani kembali mengeluarkan banyak paket penghematan selama akhir 2010 hingga awal 2012. Pada Juni 2011 peringkat hutang Yunani kembali diturunkan oleh tiga perusahaan besar pemeringkat kredit, dan diturunkan lagi untuk kedua kalinya di tahun 2011 sebulan setelahnya yaitu pada bulan Juli. Krisis ekonomi yang semakin parah dan marahnya rakyat Yunani yang tidak bisa menerima banyak paket penghematan yang mengancam kesejahteraan mereka memaksa Perdana Menteri George Papandreu untuk mundur dari jabatannya yang kemudian digantikan oleh Lucas Papademos. pada 8 Agustus 2011.2

Paket penghematan terus dikeluarkan sebagai kebijakan pemerintah demi melunasi hutang-hutang luar negerinya hingga sampai di paket penghematan terakhir yang dikeluarkan pada Februari 2012. Pada pertengahan tahun 2012 tercatat bahwa indeks bursa saham Yunani menurun 500 poin dan merupakan yang terendah semenjak tahun 1997. Dua bulan setelah itu Yunani menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan Perdana Menteri berikutnya. Pemilu tersebut kemudian dimenangkan oleh Antonis Samaras. Sama halnya dengan beberapa Perdana Menteri pendahulunya, Antonis Samaras harus berkutat dengan hutang luar negeri yang kini menjadi kewajibannya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akhirnya pada November 2012 pemerintah Yunani kembali mengeluarkan paket penghematan terhadap anggaran belanja dalam negerinya.

Pada awal tahun 2013 tepatnya pada 28 April, pemerintah Yunani mengeluarkan kebijakan yang cukup berpengaruh dengan memotong 15.000 pekerjaan negara, diikuti dengan kebijakan-kebijakan lainnya selama setahun. Diantaranya adalah pada 11 Juni 2013, pemerintah Yunani menutup layanan

2


(16)

penyiaran publik ERT, yakni perusahaan siar milik negara yang mulai siaran pada tahun 1938 dan didanai langsung oleh negara.3 Dan yang paling ekstrim adalah paket penghematan ke-delapan yakni PHK ribuan pegawai dan pemotongan upah pekerja sipil. Hal tersebut menuai kritikan yang sangat keras dari rakyat Yunani yang telah lama dimanjakan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah terdahulu yang sangat pro rakyat. Namun hal tersebut tetap belum cukup untuk mengatasi permasalahan hutang Yunani dikarenakan kebijakan-kebijakan penghematan tersebut tidak ditunjang dengan perekonomian yang kuat, rasio hutang Yunani telah mencapai lebih dari 140% dari PDB.

Pada awal 2014, Yunani kembali menerima bailout internasional dari kalangan kreditur yang sama yakni IMF, ECB, dan Komisi Eropa. Pada awal hingga pertengahan tahun 2014 Yunani mengalami sedikit peningkatan perekonomian. Hal tersebut ditandai dengan kembalinya Yunani ke dalam pasar keuangan internasional pada 10 April 2014. Perusahaan pemeringkat kredit negara, yakni Filch kemudian menaikkan peringkat hutang Yunani, yang artinya masih ada kemungkinan Yunani bisa membayarkan hutang luar negerinya. Namun sayangnya hal tersebut tidak bertahan lama. Pada 8 Desember 2014, Yunani mengumumkan diadakannya pemilihan umum untuk perdana menteri yang baru. Hal tersebut ternyata mengakibatkan turunnya pasar saham Yunani sebesar 12,78%, yang terendah semenjak tahun 1989. Dan yang lebih parah lagi, pemilu tersebut gagal mendapatkan hasil hingga mengakibatkan pemerintahan vakum sementara hingga awal tahun 2015. Pada 26 Januari 2015, Alexis Tsipras terpilih sebagai Perdana Menteri yang baru. Tsipras-lah yang kemudian memainkan peran penting dalam perkembangan

3

BBC Indonesia. www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/06/130615_ert_yunani. diakses pada 21 Oktober 2015.


(17)

krisis ekonomi yang sedang melanda negeri para dewa tersebut. Hingga pertengahan tahun 2015 bisa dikatakan sebagai masa yang paling sulit bagi perekonomian Yunani. Pada Februari 2015 lalu Jerman menolak perpanjangan bailout untuk Yunani. Hal tersebut menumbuhkan sebuah ancaman berupa keluarnya Yunani dari Eurozone. Pada bulan April 2015, Filch dan Standard & Poor’s menurunkan peringkat hutang Yunani menuju tingkat yang paling rendah, yakni zona sampah. Artinya, Yunani bisa dipastikan tidak akan bisa membayar hutang-hutangnya. Terlebih lagi, di bulan yang sama, IMF, ECB, dan Uni Eropa menghentikan bantuan dana untuk Yunani. Kalangan kreditur tersebut memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Yunani agar mereka bersedia kembali membantu Yunani mengatasi krisis hutangnya.

Uni Eropa kembali menawarkan bailout internasional untuk Yunani disertai dengan persyaratan-persyaratan tertentu tentang kebijakan ekonomi Yunani.4 Namun rakyat Yunani ternyata enggan untuk meminta bantuan kepada kalangan kreditur. Hal itu disebabkan oleh persyaratan bailout yang ternyata memberatkan bagi rakyat Yunani, beberapa diantaranya yaitu menaikkan pajak penjualan hingga 23%, menaikkan pajak badan usaha dari 26% menjadi 28%, reformasi kebijakan pensiun dengan meningkatkan standar usia pensiun menjadi 64 tahun, dan memangkas anggaran belanja negara yang tentunya akan berakibat buruk kepada rakyat, misalnya meningkatnya pemotongan gaji pegawai dan PHK. Sehingga dalam hal menentukan penerimaan bailout ini tidak bisa secara sepihak ditentukan oleh pemerintah.

Puncaknya, pada tanggal 5 Juli 2015 lalu, Tsipras mengadakan referendum untuk menentukan apakah Yunani harus menerima bailout atau tidak. Bahkan sebelum referendum itu diadakan, Tsipras menghimbau rakyatnya untuk menyatakan

4

Deutsch Welle (online), Yunani Mulai Cari Dukungan http://www.dw.com/id/yunani-mulai-cari-dukungan/a-18229750 diakses pada 21 Oktober 2015


(18)

“tidak” kepada bailout yang ditawarkan oleh Uni Eropa tersebut dengan alasan untuk memperkuat posisi Yunani dalam negosiasi bailout.5 Alhasil, referendum tersebut pada akhirnya mengeluarkan hasil dimana 61% menyatakan menolak bailout internasional yang ditawarkan oleh kreditur. Skenario yang paling mungkin terjadi adalah Yunani keluar dari Eurozone dan menjadi negara yang independen dari Uni Eropa.6

Yunani menolak bantuan dana internasional, begitulah bunyi dari referendum yang didalangi oleh Alexis Tsipras, Perdana Menteri Yunani yang baru. Artinya, Yunani harus menanggulangi beban hutang tersebut sendirian. Akan tetapi, terjadi sebuah anomali yang bertolak belakang terhadap hasil referendum tersebut, yakni persetujuan bailout yang dilakukan oleh pemerintah Yunani. Alexis Tsipras mengajukan proposal bailout internasional pada tanggal 10 Juli 2015 dan berjanji memenuhi persyaratan-persyaratannya. Bailout sebesar €86 miliar Euro kemudian disetujui oleh Yunani dan kalangan kreditur pada 13 Juli 2015. Sangat kontradiktif melihat bagaimana Alexis Tsipras dengan bangga menyatakan bahwa Yunani mampu menghadapi krisis ekonomi tersebut dan memuji pilihan “tidak” pada referendum yang diadakannya pada 5 Juli yang lalu.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat ditarik pertanyaan sebagai berikut “Mengapa Pemerintah Yunani akhirnya mengambil keputusan untuk menyetujui bailout yang ditawarkan oleh Uni Eropa yang tidak sesuai dengan hasil referendum?”

5

Finansial Bisnis, Tsipras Puji Pilihan No

http://finansial.bisnis.com/read/20150706/9/450462/referendum-yunani-tsipras-puji-pilihan-no-segera-berunding-agar-perbankan-buka-lagi- diakses pada 21 Oktober 2015

6Yahoo News. Greece PM Urges “NO” Vote. https://uk.news.yahoo.com/greece

-pm-urges-no-vote-live-dignity-europe-182709597.html#BePrDru diakses pada 21 Oktober 2015


(19)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk :

1. Memberikan pengetahuan umum, dan membantu pembaca dalam memahami krisis ekonomi yang terjadi di Yunani

2. Memberikan jawaban berdasarkan analisa atas mengapa Perdana Menteri Yunani, yaitu Alexis Tsipras, pada akhirnya mengambil keputusan untuk menerima bailout dari Uni Eropa setelah diadakannya referendum yang menyatakan hasil “tidak”

Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat menambah referensi dalam bidang ekonomi politik. Selain itu, tujuan penulis untuk membuat penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan setelah menempuh pendidikan sarjana untuk program studi Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

D. Landasan Teoritik

I. Teori Model Aktor Rasional

Dalam proses pembuatan kebijakan atau keputusan terdapat satu pendekatan yang cukup populer yaitu model aktor rasional. Teori model aktor rasional berasumsi bahwa negara – negara mempunyai tujuan yang identik dan pembuatan kebijakan merupakan pilihan yang rasional.7 Pengambilan kebijakan dalam teori ini berfokus pada sudut pandang negara sebagai aktor yang utuh. Model aktor rasional merupakan proses untuk memilih dan memilah secara kolektif berbagai alternatif, yang akhirnya dipilih satu alternatif yang dipandang paling baik dengan tidak mengenyampingkan

7

Allison, Graham T. Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis. The American Political Science Review. 1963.


(20)

konsekuensinya. Teori ini diaplikasikan dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang didapat dalam memilih atau membuat sebuah keputusan.8 Menurut Allison, model aktor rasional memiliki tiga kelebihan yaitu:

1. Proses pengambilan keputusan dapat dilakukan meskipun informasi yang dimiliki sedikit.

2. Dapat dilakukan dalam waktu yang singkat karena tidak berbelit-belit dan merupakan keputusan yang tunggal.

3. Cukup efisien karena tidak memakan biaya yang besar.

Dalam menganalisa latar belakang dibalik keputusan Alexis Tsipras menerima bailout dari Uni Eropa pasca diadakannya referendum Yunani, model aktor rasional dapat dengan mudah di implementasikan. Terlihat dengan jelas salah satu kelebihan model aktor rasional yakni dapat dilakukan dalam waktu yang singkat telah terjadi di Yunani. Hal tersebut ditunjukkan dengan interval antara referendum dan pengumuman pemerintah Yunani, melalui Perdana Menteri Alexis Tsipras, yang menyetujui bailout Uni Eropa yang hanya berjarak sekitar satu minggu.

Dalam menyelesaikan krisis ekonomi Yunani, dapat dikatakan jalan satu-satunya adalah dengan mengambil bailout yang ditawarkan oleh Uni Eropa. Hal tersebut juga adalah jalan satu-satunya bagi Yunani agar tetap berada di Eurozone. Terbukti perekonomian Yunani kembali membaik setelah Alexis Tsipras menerima bailout ketiga dari Uni Eropa tersebut. Sebagai aktor rasional, Alexis Tsipras mempertimbangkan keuntungan dan kerugian apabila ia mengambil atau menolak bailout dari Uni Eropa tersebut. Terlepas dari diadakannya referendum, setiap pilihan yang dimiliki oleh Alexis Tsipras memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan

8Mochtar Mas’oed. Studi Hubungan Internasional. hal. 122


(21)

dan kerugian tersebut selain diperoleh dari keputusan Yunani untuk menerima bailout, juga datang dari keputusan Alexis Tsipras sebagai perdana menteri dalam mengadakan referendum sebelum mengambil keputusan untuk menyetujui bailout beserta persyaratannya. Maka dari itu, model aktor rasional digunakan untuk menganalisa seperti apa keuntungan dan kerugian yang di dapatkan Yunani dalam segala keputusannya berkaitan dengan referendum dan penerimaan bailout dari Uni Eropa.

E. Hipotesa

Latar belakang dibalik keputusan pemerintah Yunani untuk menerima bailout yang ditawarkan oleh Uni Eropa adalah tidak lebih dari pertimbangan keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan oleh Yunani antara menerima atau menolak bailout. Artinya, hasil referendum yang pada saat itu diadakan oleh Alexis Tsipras selaku perdana menteri Yunani menjadi tidak relevan lagi dalam keputusan ini. Dengan kata lain, referendum tersebut memiliki tujuan lain yang bersifat politis. Alasan dibalik keputusan Alexis Tsipras untuk tetap menyetujui bailout dari Uni Eropa meskipun tidak sesuai dengan hasil referendum tersebut tidak lebih dari keuntungan yang akan didapatkan Yunani, yakni:

1. Yunani akan terhindar dari kebangkrutan dan mampu membayar sebagian hutang luar negerinya.

2. Yunani tetap berada di Eurozone dan mendapatkan dukungan penuh Uni Eropa.


(22)

F. Metode Penelitian

I. Jangkauan Penelitian

Penulis memberikan jangkauan waktu dari awal tahun 2015 hingga September 2015. Pemilihan awal tahun 2015 sebagai awal tahun penelitian dikarenakan tahun tersebut adalah titik awal akselerasi dari krisis hutang luar negeri yang menimpa Yunani dimana Alexis Tsipras terpilih sebagai Perdana Menteri Yunani Term 1 pada 26 Januari. Yunani kemudian meminta bantuan dana internasional dalam bentuk bailout kepada Uni Eropa untuk menangani resesi ekonomi Yunani pada saat itu. Krisis hutang Yunani kemudian berakhir pada Juli 2015 lalu pada saat pemerintah Yunani menyetujui talangan dana dalam bentuk bailout sebesar €86 miliar setelah sebelumnya mengadakan referendum. Setelah melakukan resignation pada 20 Agustus 2015, tepat sebulan setelahnya yaitu pada 20 September 2015 Alexis Tsipras kembali terpilih sebagai Perdana Menteri Yunani.

II. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kualitatif, dimana metode tersebut didasarkan pada penelitian yang berbasis kepustakaan. Data-data yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini diambil dari :

1. Buku dan karya-karya ilmiah

2. Jurnal, Majalah, Surat kabar, Website dan media-media yang berhubungan dengan penelitian


(23)

Penulis menggunakan metode deduktif dimana teori digunakan sebagai tahap permulaan yang berfungsi sebagai dasar penulisan. Selanjutnya, data-data dan fakta yang telah terkumpul akan diolah dan dicarikan relasinya untuk kemudian disusun secara sistematis.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang, rumusan masalah, landasan teori, hipotesa, metodologi penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini akan dijelaskan faktor-faktor penyebab baik

internal maupun eksternal yang berpengaruh terhadap krisis ekonomi Yunani dan dinamika kebijakan antara Yunani dan Uni Eropa selama masa krisis.

BAB III : Bab ini akan menjelaskan tentang penyelenggaraan

referendum sebagai langkah politis dari Alexis Tsipras.

BAB IV : Bab ini akan menjelaskan secara detail mengenai alasan

Alexis Tsipras yang menyetujui bantuan dana berupa bailout dari Uni Eropa dimana hal tersebut bertolak belakang dengan hasil referendum yang menyatakan menolak. Akan diterapkan teori untuk menganalisa anomali yang terjadi di Yunani.

BAB V : Bab ini akan berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan

penelitian tentang latar belakang dibalik keputusan pemerintah Yunani untuk menerima bailout internasional dari Uni Eropa.


(24)

(25)

BAB II

PENYEBAB TERJADINYA KRISIS DAN DINAMIKA KEBIJAKAN ANTARA YUNANI DAN UNI EROPA

Bab ini akan menjelaskan tentang penyebab terjadinya krisis ekonomi Yunani dengan menjabarkan mengenai faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap dinamika krisis ekonomi yang terjadi di Yunani dan dinamika kebijakan antara Yunani dan Eropa sepanjang masa krisis. Faktor Internal meliputi aspek pertumbuhan ekonomi dari dalam negara, aspek ketenagakerjaan, dan aspek export & import, pendapatan utama devisa negara dan kesalahan Yunani dalam mengelola anggaran belanja dalam negerinya. Faktor eksternal meliputi aspek kerjasama perdagangan luar negeri dalam wilayah Uni Eropa, peranan pihak luar baik negara maupun aktor non-negara, serta status Yunani dalam Uni Eropa beserta kebijakan yang diterapkan oleh Uni Eropa terkait dengan perekonomia di Yunani.

A. Faktor Internal Dinamika Krisis Yunani

Dalam krisis ekonomi Yunani, faktor internal memainkan peran kunci terhadap stabilitas perekonomian Yunani, dimana pada dasarnya krisis ekonomi di Yunani berawal dari ketidakmampuan Yunani sebagai sebuah negara dalam mengelola perekonomiannya. Faktor-faktor internal tersebut antara lain seperti yang tertera dibawah ini:


(26)

I. Pertumbuhan Ekonomi

Ketidakstabilan perekonomian Yunani berakibat kepada pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terhitung dari tahun 2015, Yunani telah mengalami pasang surut yang sangat signifikan dalam aspek perekonomian. Penurunan paling drastis terjadi pada tahun 2009 dimana Yunani, melalui menteri perekonomiannya, George Papaconstantinou, mengumumkan bahwa Yunani mengalami defisit sebesar 13%. Hal tersebut juga berpengaruh secara global dimana pasar saham global mengalami berbagai fluktuasi dalam hal angka.

Laju perekonomian Yunani tidak didukung dengan solusi yang baik dari pemerintah dan juga rakyat. Warga negara Yunani yang berkecimpung dalam dunia bisnis terbilang tidak “rajin” dalam menjalankan bisnisnya. Tercatat bahwa pendapatan per-kapita Yunani dari tahun 2011 hingga 2015 terus mengalami penurunan. Tabel GDP (Gross Domestic Product) per-kapita Yunani dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Tabel GDP Per-kapita Yunani Tahun 2011-2015

GDP per capita (EUR)

2011 2012 2013 2014 2015 18,613 17,190 16,306 16,152 16,028 Table 1 Greek GDP per capita, Focus Economic1

Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa pendapatan per-kapita Yunani menurun tiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketidak mampuan Yunani dalam menjalankan perekonomiannya memiliki peranan besar dalam dinamika krisis yang terjadi di Yunani. Selain itu, hal tersebut juga

1

Focus Economic, Greek GDP per capita (online)http://www.focus-economics.com/country-indicator/greece/gdp-per-capita-EUR diakses pada 28 Juli 2016


(27)

menunjukkan bahwa warga negara Yunani tidak memiliki kemampuan yang baik dalam menunjang perekonomian pribadi sehingga berdampak kepada perkonomian negara mengingat bahwa pendapatan per-kapita sangat terpengaruh oleh perekonomian dari tiap warga negara di seluruh wilayah negara Yunani.

Selain pendapatan per-kapita, aspek lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomia dalam negeri Yunani adalah menjamurnya praktik korupsi dalam birokrasi Yunani. Di Yunani, terdapat istilah “fakelaki” yang secara harafiah berarti amplop kecil, hal tersebut merujuk kepada budaya pemberian amplop kecil berisi uang kepada aparatur negara oleh rakyat terkait dengan urusan administrasi seperti pengeluaran izin usaha oleh pemerintah. Kelancaran pengeluaran izin untuk pembangunan dan pembukaan usaha berbanding lurus dengan jumlah uang yang ada di dalam amplop tersebut.

Korupsi di Yunani setiap tahunnya bahkan menghilangkan hampir 30% pemasukan negara dari total penerimaan pajak, atau sekitar US$ 20 milyar. Anehnya, pemerintah Yunani justru melegalkan budaya “fakelaki” pada tahun 2013 dengan alasan bahwa memberikan sedikit uang tanda terimakasih bukanlah merupakan sebuah pelanggaran hukum.2 Hal ini merupakan sebuah hal yang sangat kontroversial untuk dilakukan terutama dalam sebuah negara yang tengah mengalami krisis ekonomi seperti Yunani. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Daniel Kauffman, tingkat korupsi

2

Keep Talking Greece, Scandal Greece Turns Fakelaki Bribes Legal Through Law Provision. http://www.keeptalkinggreece.com/2013/04/15/scandal-greece-turns-fakelaki-bribes-legal-through-law-provision/ diakses pada 28 Juli 2016


(28)

di Yunani telah merugikan Yunani sebesar 8% dari total GDPnya.3 Menurut data survey yang dilakukan oleh Uni Eropa atas permintaan dari komisi Eropa berbentuk sebuah jurnal dengan judul Special Eurobarometer 397, Uni Eropa mengklaim bahwa Yunani merupakan negara terkorup di Eropa, setingkat dengan China.4

II. Ketenagakerjaan

Yunani merupakan negara kecil yang hanya berpenduduk sekitar 11 juta jiwa. Sebagian besar warga negaranya berprofesi sebagai PNS, buruh, karyawan perusahaan, dan sebagainya. Sejak awal mula krisis Yunani pada tahun 2008 hingga 2009, data menunjukkan bahwa sepertiga perusahaan milik negara telah berhenti beroperasi. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya jumlah lapangan kerja yang tersedia di Yunani dengan sangat signifikan. Akibatnya, jumlah pengangguran pun melonjak, bahkan dapat dipastikan bahwa hampir setengah dari penduduk Yunani yang berusia dibawah 25 tahun pada saat ini tidak memiliki pekerjaan.5 Seiring dengan berjalannya krisis Yunani, adanya pemotongan terhadap jumlah pekerja oleh perusahaan-perusahaan nasional maupun perusahaan-perusahaan yang berasal dari investor asing serta minimnya tenaga kerja berkualitas semakin memperparah kondisi ketenagakerjaan di Yunani.

3

Wall Street Journal

http://www.wsj.com/articles/SB10001424052702303828304575179921909783864 diakses pada 28 Juli 2016

4

EU, Special Barometer 397

5NPR, Working Without Pay a Reality for Much of Greece’s Labor Force

http://www.npr.org/sections/parallels/2014/03/15/283995626/working-without-pay-a-reality-for-much-of-greeces-labor-force diakses pada 28 Juli 2016


(29)

Data yang diambil dari statistik World Bank menunjukkan bahwa pekerja laki-laki yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi hanya sebesar 45% dari total angkatan kerja pada tahun 2000 dan menurun menjadi 37% pada tahun 2010. Sedangkan pekerja wanita yang memiliki latar belakang pendidikan primer sebesar 37% dari total angkatan kerja wanita pada tahun 2000 dan menurun menjadi 26% pada tahun 2010. Sedangkan pekerja pria dengan latar belakang pendidikan sekunder sebesar 37% Pada tahun 2000 dan menigkat menjadi 38% pada tahun 2010. Pekerja wanita dengan latar belakang pendidikan sekunder sebesar 41% dari total angkatan kerja wanita pada tahun 2000 dan meningkat menjadi 42% pada tahun 2010. Sisanya merupakan pekerja dengan latar belakang pendidikan tersier. Data tersebut dijelaskan pada tabel tingkat pendidikan pekerja di Yunani yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Tingkat Pendidikan Pekerja di Yunani

Pendidikan Primer

Pendidikan Sekunder

Pendidikan Tersier 2000 2010 2000 2010 2000 2010 Laki-laki 45% 37% 37% 38% 21% 31% Perempuan 37% 26% 41% 42% 17% 23% Table 1.2 Greek Labor Force, Trading Economics6

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada saat ini Yunani juga tengah mengalami krisis kualitas tenaga kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah tenaga kerja dengan latar pendidikan sekunder yang saat ini jauh lebih

6

Trading Economics, Greece Labor Force (online) http://www.tradingeconomics.com/greece/labor-force-total-wb-data.html diakses pada 28 Juli 2016


(30)

banyak dibanding tenaga kerja dengan latar pendidikan primer. Kondisi ketenagakerjaan di Yunani juga semakin merosot pada saat krisis ekonomi mulai ber-akselerasi sejak tahun 2009 hingga 2015 dimana banyak terjadi pemotongan jumlah pekerja dengan tujuan untuk menghemat anggaran keuangan negara. Dari total seluruh pekerja tersebut, sebagian besar pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja adalah pekerja wanita. Padahal bisa dilihat pada tabel ketenagakerjaan diatas bahwa pada saat ini pekerja dengan latar belakang pendidikan sekunder berjenis kelamin perempuan lebih banyak dalam hal jumlah dari pekerja laki-laki dengan latar belakang yang sama.7

III. Kegiatan Export & Import dan Kesalahan Dalam APBN

Krisis di Yunani seperti yang telah diterangkan sebelumnya terjadi akibat adanya ketimpangan antara pemasukan dan pengeluaran yang menyebabkan Yunani tidak memiliki dana segar yang dapat di alokasikan untuk membayarkan hutang-hutang luar negerinya. Dalam hal ini, bukti lebih kuat dapat ditemukan di aspek ekspor & impor. Diketahui bahwa nilai ekspor Yunani jauh lebih rendah dari nilai impornya. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa tingkat konsumerisme di Yunani cukup tinggi. Ketimpangan antara neraca ekspor dan impor di dalam Yunani memberi andil besar dalam instabilitas perekonomian negara ini.

7

Eurofound, Greece Quality of Work and Employment of Low Quality Workers

http://www.eurofound.europa.eu/observatories/eurwork/comparative-information/national-contributions/greece/greece-quality-of-work-and-employment-of-low-qualified-workers diakses pada 28 Juli 2016


(31)

Yunani merupakan negara dengan nilai ekspor terbesar ke-63 di dunia dan merupakan negara dengan perekonomian ter-kompleks peringkat 54 menurut data dari Economic Complexity Index (ECI). Produk utama ekspor Yunani adalah minyak olahan senilai 10.5 milliar dollar AS, produk lainnya adalah obat-obatan dalam kemasan, aluminium, ikan, sayur-sayuran yang telah diproses, kapal kargo & penumpang, dan gas. Partner ekspor terbesar Yunani adalah negara-negara besar seperti Jerman, Turki, dan Italy. Sedangkan partner Impor terbesarnya adalah Jerman dan Rusia

Sehubungan dengan itu, nilai total dari keseluruhan ekspor Yunani adalah $33.2 milliar dollar AS.8 Meskipun Yunani menduduki peringkat ke 63 sebagai negara dengan nilai ekspor terbesar di dunia, namun nilai ekspor Yunani tidak bisa mengimbangi nilai impornya. Nilai impor Yunani juga menduduki peringkat 63 sebagai negara pengimpor terbesar di dunia dengan nilai impor sebesar 60,8 milliar dollar AS. Artinya dari segi ekspor dan impor Yunani mengalami defisit sebesar 27,6 milliar dollar AS. Ketimpangan ekspor dan impor Yunani tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini yang menunjukkan kegiatan ekspor dan impor Yunani selama 10 tahun terakhir:

8

Atlas Media, Greece country profile (online) http://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/grc/ diakses pada 28 Juli 2016


(32)

Tabel 1.3 Nilai Ekspor & Impor Yunani

Terakhir Sebelum Ini Tertinggi Terendah Neraca Perdagangan -1508.70 -2080.50 -711.20 -4328.80 Ekspor 2022.40 2112.80 2767.70 691.90 Impor 3531.10 4193.30 6219.50 1919.00 Table 1,3 Greece Imports & Exports, Trading Economics9

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa selama sepuluh tahun terakhir, Yunani tidak pernah mendapatkan keuntungan secara finansial dari kegiatan ekspor dan impornya. Bahkan nilai tertinggi yang pernah diraih oleh Yunani dari segi ekspor dan impor adalah -711.20 juta Euro dimana nilai tersebut masih dalam kategori defisit. Bukti lain yang menunjukkan bahwa awal mula krisis Yunani terjadi pada tahun 2009 adalah bahwa nilai neraca perdagangan terendah yang ada pada tabel diatas, yakni senilai -4328.80 juta Euro terjadi pada tahun 2009. Artinya pada tahun tersebut, seperti yang diumumkan oleh George Papaconstantinou, Yunani memang mengalami defisit yang sangat tinggi.

Pendapatan utama Yunani terletak pada sektor jasa pengiriman barang dan sektor pariwisata. Selama bertahun-tahun Yunani mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pemasukan yang stabil yaitu berkisar antara 10% hingga 13% dari total GDP. Sektor pengiriman barang juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Tercatat pada tahun 2013, sektor pengiriman

9

Trading Economics, Greece, Imports (Impor) http://www.tradingeconomics.com/greece/imports & Trading Economics, Greece, Exports (ekspor) http://www.tradingeconomics.com/greece/exports diakses pada 28 Juli 2016


(33)

jasa Yunani menyumbang sebanyak 11%, lebih tinggi dari sektor pariwisata Yunani pada saat itu yang hanya menyumbang sebesar 10%.10 Selain itu, Yunani yang berawal dari mengandalakn sektor agrikultur kini beralih menuju sektor perindustrian. Tercatat bahwa pada saat ini, sektor agrikultur Yunani hanya menyumbang sebesar 5% dari total GDP sedangkan sektor industri menyumbang sekitar 20% dari total GDP. Meskipun Yunani mengalami defisit pada aspek ekspor dan impor barang, namun Yunani masih meraup keuntungan dari segi ekspor dan impor jasa. Pada sektor ekspor dan impor jasa, nilai ekspor jasa Yunani bisa mencapai dua kali lipat dari nilai impor jasa. Data tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.4 Nilai Ekspor & Impor Jasa Yunani

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 Impor Jasa 19,441 19,875 19,210 15,758 14,428 Ekspor Jasa 37,385 37,588 39,645 34,962 36,810 Table 1.4 Greece Exports & Imports of Services, WTO11

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor ekspor jasa Yunani terbilang cukup stabil dan dapat diandalkan sebagai pemasukan utama Yunani. Terlebih lagi data menunjukkan bahwa setiap tahunnya, nilai impor jasa Yunani menurun secara perlahan dan mulai signifikan sejak tahun 2012. Hal tersebut merupakan efek dari kebijakan penghematan yang dilakukan oleh pemerintah Yunani pasca terjadinya krisis ekonomi di Yunani. Meskipun demikian, nilai keuntungan yang didapatkan Yunani dari segi ekspor dan

10

Greek Reporter, Shipping Remains Source Income Greek Economy

http://www.grreporter.info/en/shipping_remains_source_income_greek_economy/10117 diakses pada 28 Juli 2016

11


(34)

impor jasa masih lebih kecil dari kerugian yang dialami oleh Yunani dari segi ekspor dan impor barang.

Yunani yang bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1981 dan mulai menggunakan Euro secara resmi sebagai mata uang negaranya, mendapatkan banyak manfaat besar, salah satunya adalah membanjirnya investasi asing yang masuk ke Yunani. Namun banyak studi yang mengindikasikan bahwa awal mula Yunani mengalami krisis adalah karena hal ini. Seolah memanfaatkan keuntungan dari penggunaan mata uang euro, pemerintah Yunani kemudian menggelontorkan anggaran tak kurang dari 50% dari total GDP untuk membayar gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil. Selain itu, pemerintah Yunani menggunakan dana pinjaman luar negeri untuk melakukan transaksi impor, tanpa diimbangi dengan peningkatan ekspor. Intinya, pinjaman asing tidak digunakan untuk kegiatan ekonomi produktif, melainkan menjadi pengeluaran konsumsi.12

B. Faktor Eksternal Dinamika Krisis Yunani

Selain dari dalam negeri Yunani itu sendiri, krisis ekonomi yang dialami oleh Yunani juga merupakan dampak dari berbagai hal yang terjadi di luar negara Yunani. Peranan pihak luar negeri, baik negara maupun aktor non-negara sangat berpengaruh terhadap krisis yang terjadi di Yunani. Terlebih krisis Yunani tersebut merupakan krisis vertikal yang melibatkan Yunani dengan organisasi di tempat mereka bernaung, yakni Uni Eropa. Hal-hal penting yang menjadi faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi Yunani adalah:

12Nelson, Belkin, and Mix, Greece’s Debt Crisis: Overview, Policy Responses, and Implications,


(35)

I. Hutang Luar Negeri

Yunani dikenal sebagai negara yang memiliki banyak sejarah mengenai dunia keilmuan. Namun dalam sejarah Yunani, tidak pernah tercatat bahwa Yunani adalah negara yang pandai dalam mengelola keuangan negaranya. Sejak masa kejayaannya di masa silam, Yunani terkenal dengan ketidakmampuannya dalam hal managemen keuangan dalam negeri. Bahkan pada masa dimana negara “Yunani” belum terbentuk, masyarakat Yunani kuno memiliki kebiasaan aneh yang menjadi tradisi hingga kini, yakni kebiasaan untuk mengambil hutang dalam jumlah besar dengan rasio bunga yang tinggi.13 Adanya kebiasaan yang telah menjadi tradisi turun temurun ini sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian Yunani pada masa kontemporer saat ini. Buruknya pengelolaan keuangan sejak masa terbentuknya negara ini terus berlanjut selama beratus – ratus tahun yang kemudian menjadi faktor pendorong terbesar kacaunya perekonomian dalam negeri Yunani.

Hutang pertama yang pernah diambil oleh Yunani adalah pada 30 November, 1823 dimana rakyat Yunani pada saat itu, meskipun konseptualisasi negara “Yunani” belum ada, memutuskan untuk mengambil hutang kepada pihak asing. Hutang tersebut digunakan dengan tujuan untuk memberontak melawan kerajaan Ottoman yang pada saat itu menduduki wilayah Yunani. Pada tanggal tersebut, British Bankers Group memberikan dana hutang yang diinginkan oleh masyarakat Yunani sebesar £800.000

13

Quartz, The Complete History of The Greek Debt Drama http://qz.com/440058/the-complete-history-of-the-greek-debt-drama-in-charts/ diakses pada 28 Juli 2016


(36)

kepada kepemimpinan pasukan pemberontakan Yunani melawan Ottoman. Sebagian besar dana tersebut digelontorkan untuk membeli persenjataan, dan sisanya digunakan untuk menutup kebutuhan dari wilayah-wilayah yang berada dalam kekuasaan pasukan pemberontak.14

Pada akhirnya, mengambil hutang luar negeri menjadi kebiasaan bahkan setelah terbentuknya negara Yunani. Hingga saat ini Yunani terus bergantung kepada hutang luar negeri dalam menjalankan perekonomiaannya. Dalam sejarahnya Yunani telah mengalami kebangkrutan sebanyak tidak kurang dari tiga kali, yaitu pada tahun 1827, hanya berjarak kurang dari empat tahun setelah pinjaman pertama Yunani, kemudian pada tahun 1893 dibawah kepemimpinan perdana menteri Charilaos Trikoupis, dan yang terakhir adalah pada tahun 1923 akibat dari ketidakmampuan perdana menteri Eleftherios Venizalos dalam menganalisa dan memahami konsekuensi dari krisis ekonomi global pada tahun 1929.

Menurut data yang dikeluarkan bagi publik oleh Trading Economics, terlihat bahwa hutang Yunani telah melampaui Gross Domestic Product (GDP) sejak tahun 1992 dimana jumlah hutang Yunani adalah 101% dari GDPnya. Karena pengelolaan yang tidak baik dan kebiasaan belanja konsumsi pemerintah yang terus dilanjutkan, angka hutang Yunani terus meningkat setiap tahunnya. Nilai hutang Yunani pada tahun 2015 bahkan mencapai hingga kisaran €327 milyar yang berasal dari kreditur dari beberapa pihak. Beberapa diantara kalangan kreditur daru hutang Yunani bahkan berasal dari

14

Independent, Greece Debt Crisis Explained.

http://www.independent.co.uk/news/world/europe/greece-debt-crisis-explainer-a-history-of-how-the-country-landed-itself-in-such-a-mess-10365798.html diakses pada 28 Juli 2016


(37)

institusi swasta dan pribadi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan nilai hutang Yunani (dalam %) selama 10 tahun terakhir:

Tabel 1.5 Nilai Hutang Yunani Terhadap PDB Tahun 2006-2015

Tahun Nilai Hutang Yunani Terhadap GDP

2006 103,5%

2007 103,1%

2008 109,4%

2009 126,7%

2010 146,2%

2011 172%

2012 159,6%

2013 177,7%

2014 180,1%

2015 176,9%

Table 1.5 Greece Government Debt to GDP, Trading Economics15

Data dari tabel diatas menunjukkan bahwa selama sepuluh tahun terakhir Yunani terus mengalami defisit nilai hutang dimana nilai hutang Yunani telah berada diatas GDPnya. Data tersebut juga menunjukkan bahwa pada tahun 2009, akselerasi krisis ekonomi di Yunani sangat dipengaruhi oleh jumlah hutangnya yang meningkat cukup drastis dari total GDPnya. Kenaikan tertinggi dari jumlah hutang yang dimiliki Yunani terjadi pada tahun 2011 dimana jumlah hutang Yunani meningkat sebanyak 25,8% dari nilai hutang

15

Trading Economics, Greece Government Debt to GDP (online)


(38)

yang sebelumnya. Dan jumlah hutang tertinggi selama 10 tahun terakhir dimiliki Yunani pada tahun 2014 sebanyak 180,1% dari total GDPnya.

Jumlah hutang Yunani yang kian melonjak dari tahun 2009 hingga 2015 tidak lain berasal dari dana suntikan atau baillout yang terus diberikan oleh pihak Komisi Eropa dan IMF dengan tujuan menanggulangi krisis yang terjadi di Yunani. Namun pengelolaan dana hutang yang tidak sesuai dengan prioritas negara menjadi bumerang bagi Yunani sehingga mengakibatkan terus meningkatnya jumlah hutang tanpa diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi dari pembangunan dalam negeri akibat dari alokasi dana hutang untuk hal-hal yang konsumtif.

II. Perusahaan Pemeringkat Kredit

Tanpa disadari, secara tidak langsung organisasi atau perusahaan-perusahaan multi-nasional memiliki nilai afektif yang sangat tinggi terhadap perekonomian global terutama dalam hal dampaknya pada iklim investasi internasional. Bisa dikatakan pula bahwa perusahaan-perusahaan itu, meskipun merupakan aktor non-negara dan tidak memiliki kekuatan dalam hal kedaulatan dan diplomasi, namun mereka merupakan pengontrol arus perekonomian dunia. Hal itu disebabkan karena perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga setiap langkah kebijakan atau penilaian yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut terhadap sebuah negara memiliki dampak yang besar secara tidak langsung terhadap perkembangan ekonomi negara tersebut. Keputusan yang dihasilkan oleh


(39)

perusahaan – perusahaan tersebut bahkan juga menjadi tolak ukur penting yang menentukan kebijakan yang akan diambil oleh investor dunia.

Contoh yang terjadi dalam kasus krisis ekonomi di Yunani adalah keterlibatan tiga perusahaan besar pemeringkat kredit yang memiliki kredibilitas paling tinggi di dunia dalam krisis tersebut, yakni Moody’s, Filch, dan Standards & Poor’s atau yang kerap dijuluki dengan The Big Three.16 Perusahaan pemeringkat kredit adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan statistik perekonomian global berupa hutang negara, saham internasional, nilai stock market, dan lain-lain.

Perusahaan pemeringkat kredit juga berperan dalam mengeluarkan penilaian atau memberi peringkat terhadap tinggi rendahnya sebuah nilai di sektor tertentu, hutang luar negeri contohnya. Nilai tersebut bervariasi dari A hingga CCC-. Peringkat A diberikan apabila negara tersebut tergolong stabil dalam hal hutang luar negerinya, atau menandakan bahwa negara tersebut memiliki stabilitas ekonomi yang baik. Sedangkan nilai CCC- atau kerap disebut sebagai zona sampah mengindikasikan bahwa negara tersebut memiliki situasi perekonomian yang negatif atau sedang tidak stabil.

Secara tidak langsung, peringkat kredit hutang luar negeri tersebut akan sangat berimbas kepada perekonomian sebuah negara. Negara dengan peringkat kredit yang baik akan memiliki banyak keuntungan khususnya dalam hal investasi. Investor asing cenderung melihat peringkat kredit yang dikeluarkan oleh ketiga perusahaan tersebut sebagai acuan untuk melakukan

16

Spiegel (online) http://www.spiegel.de/international/europe/breaking-the-power-of-the-big-three-german-firm-wants-to-set-up-new-rating-agency-a-773549.html diakses pada 28 Juli 2016


(40)

investasi di sebuah negara. Maka dari itu, tujuan utama investasi biasanya adalah negara-negara dengan peringkat kredit A.

Sebaliknya, apabila sebuah negara memiliki peringkat kredit yang buruk, maka kemungkinan terbesar adalah negara tersebut akan kekurangan investor asing yang berminat untuk membuka investasi di dalam negara tersebut. Bahkan bukan tidak mungkin ada perusahaan asing yang menutup usahanya dan melepas investasinya di negara tersebut karena menganggap bahwa nilai investasi yang ada dalam negara tersebut tidak memiliki potensi yang baik. Perusahaan pemeringkat kredit memiliki andil yang sangat besar dalam menentukan investasi yang akan diperoleh oleh suatu negara.

Kejadian inilah yang terjadi pada saat Yunani mengalami krisis ekonomi. Sejak tahun 2009 ketiga perusahaan besar tersebut secara tidak langsung terlibat dan berdampak besar terhadap perekonomian Yunani dengan menurunkan beberapa kali peringkat kredit Yunani. Terlebih, Yunani sempat terperosok ke dalam zona sampah atau yang dikenal dengan peringkat terendah yang diberikan oleh perusahaan pemeringkat kredit selama beberapa kali. Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan peringkat kredit Yunani selama tahun 2009 hingga 2015:


(41)

Tabel 1.6 Peringkat Kredit Yunani Tahun 2009-2015

Tahun

Perusahaan

Filch Standard & Poor’s Moody’s

2009 A- (-) A- (-) A1 (-)

2010 BBB- (-) BBB+ (-) A3 (-)

2011 BB+ (-) BB- (-) B1 (-)

2012 CCC CCC (-) C

2013 B- (+) - Caa3 (+)

2014 B (+) B (+) Caa1 (+)

2015 CCC (-) CCC- (-) Caa3 (-) Table 1.6 Greek Debt Rating, Trading Economics17

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tiga perusahaan besar pemeringkat kredit terus mememberikan penurunan nilai kredit Yunani di setiap tahunnya semenjak Yunani terindikasi akan mengalami krisis. Hal tersebut tentu saja sangat berdampak kepada Yunani dari segi investasi. Bahkan jika dilihat dari tabel tersebut, pada tahun 2012 dan 2015, peringkat kredit Yunani masuk ke dalam zona sampah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Yunani tidak akan mampu membayar hutang luar negerinya dan secara ekonomi sangat tidak stabil. Bagi para investor, nilai-nilai tersebut sudah cukup meyakinkan mereka bahwa membuka investasi di Yunani pada saat itu merupakan sebuah bisnis yang buruk.

17

Trading Economics, Greek Debt Rating http://www.tradingeconomics.com/greece/rating diakses pada 28 Juli 2016


(42)

Akibat dari hal tersebut adalah selama 5 tahun Yunani mengalami krisis ekonomi. Beberapa sumber mengatakan bahkan sejumlah perusahaan asing dan termasuk bank asing telah menutup usahanya di Yunani. Bahkan, tercatat selama masa krisis, sejumlah 244.000 perusahaan gulung tikar di Yunani.18 Akibatnya, pemasukan Yunani semakin berkurang seperti yang ditunjukkan dalam data sebelumnya mengenai kelajuan ekonomi. Tutupnya beberapa perusahaan juga menandai banyaknya lapangan pekerjaan yang hilang dan meningkatnya pengangguran dimana hal tersebut juga sejalan dengan data sebelumnya mengenai ketenagakerjaan.

III. Yunani Dalam Integrasi Uni Eropa

Integrasi ekonomi Uni Eropa diawali dengan disetujuinya perjanjian Maastricht pada tahun 1999 yang menggagas ide penggunaan satu mata uang di kawasan Eropa, yakni Euro. Sebelumnya, pada tahun 19944-1999 Uni Eropa mempersiapkan pembentukan pasar tunggal dan mendirikan European Monetary Institute yang merupakan pendahulu dari European Central Bank (ECB). Di tahun 1999 Uni Eropa meresmikan kebijakan moneter tunggal ECB.19 Kemudian, pada tahun 2004, Euro resmi di gunakan di Eropa meskipun terbatas pada negara-negara yang tergabung dalam eurozone.

Pada tahun 1999 saat perjanjian Maastricht di ratifikasi, Yunani dinyatakan belum memenuhi syarat untuk bergabung dalam Eurozone. Hal tersebut dikarenakan sebelum bergabung dengan Eurozone, Yunani

18

The National Herald, Crisis Closed 244000 Greek Companies.

http://www.thenationalherald.com/121596/crisis-closed-244000-greek-companies/ diakses pada 28 Juli 2016

19“EU Economic and Monetary Union: A Framework for Stability”,

EU Focus, Washington, D.C: the Delegation of the European Commission to the United States, 2009, hal 2.


(43)

menunjukkan performa ekonomi yang sangat buruk. Hal ini dapat dilihat dari inflasi tahunan Yunani yang begitu tinggi dan pertumbuhan PDB yang dinilai lambat apabila dibandingkan dengan negara-negara Eropa yang lain.20 Hingga pada tahun 2001, Yunani baru dinyatakan memenuhi syarat untuk bergabung dalam Eurozone dan mengadopsi Euro sebagai mata uangnya. Pada tahun 2002 Euro resmi digunakan sebagai mata uang Yunani menggantikan mata uang sebelumnya, yaitu Drachma.21

Sistem integrasi yang dimiliki oleh Uni Eropa terbilang cukup kompleks dengan adanya dua lapisan yang menjadi dasarnya. Lapisan pertama adalah European System of Central Banks (ESCB) yang terdiri dari ECB beserta bank sentral nasional dari seluruh negara anggota Uni Eropa. Lapisan kedua adalah Eurosystem yang terdiri dari ECB dan bank sentral nasional dari 17 negara yang mengadopsi Euro sebagai mata uang yang digunakan di negaranya atau yang lebih dikenal dengan Eurozone.22

Namun, meskipun Uni Eropa memiliki kebijakan moneter tunggal, kebijakan fiskal dan sistem pajak tetap diserahkan kepada pemerintahan negara masing-masing anggota. Pengaturan kebijakan fiskal tiap negara dibatasi dengan regulasi-regulasi tertentu oleh ECB. Contohnya, kebijakan moneter tunggal yang diusung oleh ECB melarang diberlakukannya devaluasi mata uang Euro. ECB juga melarang beberapa regulasi perdagangan dan industrial. Hal ini, menurut ECB, adalah untuk mencegah gangguan stabilitas

20Bennett Stancil, “Why Greece Has To Restructure Its Debt”, dalam

Paradigm Lost: The Euro In Crisis, Washington, D.C, 2010, hal 25-26

21

Roger Cohen, Ther Great Greek Illusion, http://www.nytimes.com/2011/06/21/opinion/21iht-edcohen21.html diakses pada 30 September 2016

22

Cristina Arellano, Juan Carlos Conesa, dan Timothy J. Kehoe, Chronic Sovereign Debt Crisis in The Eurozone 2010-2012, Minneapolis: Federal Reserve Bank of Minneapolis, 2012, hal. 2


(44)

ekonomi di Uni Eropa karena apabila sebuah kebijakan di satu negara mengalami kegagalan akan berdampak kepada stabilitas ekonomi negara-negara lain sebagai bentuk dari efek domino dikarenakan adanya integrasi yang begitu kuat.

Untuk dapat bergabung dengan Eurozone, sebuah negara anggota anggota Uni Eropa harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan Convergence Criteria Atau Maastricht Criteria seperti persyaratan minimum tingkat inflasi, tingkat defisit, jangka waktu keanggotaan, dan suku bunga jangka panjang.23 Persyaratan ketat tersebut ada dikarenakan nilai Euro di mata Uni Eropa yang begitu tinggi dari segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Agar dapat bergabung dengan eurozone, setiap negara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:24

- Tingkat inflasi dalam negeri sebuah negara tidak boleh melebihi angka 1,5% dari tingkat inflasi dari tiga negara anggota dengan performa ekonomi yang terbaik selama masa penilaian.

- Defisit perekonomian pemerintah tidak boleh melebihi angka 3% setiap tahunnya, dan persentase hutang terhadap GDP tidak boleh melebihi 60%.

- Negara tersebut harus sudah menjadi bagian dari sistem nilai penukaran atau kurs dari sistem moneter Eropa paling tidak selama 2 tahun sebelum bergabung dengan Eurozone.

23Fernanda Nechio, “Long

-Run Impact of the Crisis in Europe. Reforms and Austerity Measures”, San Francisco: Federal Reserve Bank of San Francisco, 2011, hal. 1-2

24

European Commission, Who Can Join and When

http://ec.europa.eu/economy_finance/euro/adoption/who_can_join/index_en.htm diakses pada 28 Juli 2016.


(45)

- Angka suku bunga jangka panjang sebuah negara tidak boleh melebihi 2% dari tiga negara anggota dengan performa ekonomi terbaik di Uni Eropa.

Dari segi ekonomi, diberlakukannya penggunaan mata uang tunggal berarti menciptakan sebuah pasar tunggal yang bersifat lebih fleksibel terhadap alur perdagangan setiap negara anggotanya. Keuntungan yang lain adalah dapat menghilangkan resiko yang berpotensi muncul dari valuta asing, artinya setiap negara tidak harus berurusan dengan perbedaan nilai tukar dari mata uang masing-masing negara. Kemudian penggunaan mata uang Euro juga mendorong laju investasi di negara-negara Eurozone.

Secara politik, Euro telah menjadi identitas dari Uni Eropa dan merupakan alat untuk melegitimasi klaim bahwa Uni Eropa merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Uni Eropa menjadi sebuah organisasi internasional dengan tingkat perekonomian terbesar sehingga hal tersebut akan menarik negara-negara Eropa lain yang belum tergabung dengan Eurozone untuk segera bergabung. Kekuatan ekonomi yang besar akan memberikan Uni Eropa bargaining position yang tinggi dalam negosiasi-negosiasi dengan negara lain. Dan secara sosial budaya, penggunaan sistem mata uang tunggal, yaitu Euro, sangat mempermudah pergerakan masyarakat negara-negara Eurozone dalam hal traveling dengan tujuan pariwisata maupun bisnis, mendorong masyarakatnya untuk melakukan perjalanan lintas budaya tanpa mereka sadari dan secara tidak langsung menjaga stabilitas perdamaian dari negara-negara Uni Eropa. Dengan begitu, Euro telah menjadi sebuah simbol pemersatu negara-negara Eropa.


(46)

Yunani memiliki keuntungan dari segi geopolitik dimana wilayahnya terletak di tempat yang strategis sebagai jangkar basis militer dari North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang merupakan sebuah kekuatan militer besar yang didominasi oleh negara-negara Uni Eropa. Yunani sendiri merupakan salah satu negara dengan kekuatan militer yang terbesar diantara negara-negara anggota NATO dan salah satu negara yang memiliki personel militer aktif terbanyak. Letak wilayah Yunani yang berada di Semenanjung Balkan merupakan salah satu benteng pertahanan penting yang dimiliki Uni Eropa apabila sewaktu-waktu muncul ancaman militer yang berasal dari negara lain seperti Rusia.

Selain faktor ekonomi dan geopolitik tersebut, Yunani juga berperan dalam badan birokrasi Uni Eropa. Yunani memiliki beberapa perwakilan penting dalam badan birokrasi Uni Eropa, salah satunya yaitu 21 anggota Parlemen Eropa. Selain itu, Yunani juga rutin mengirim perwakilan dalam sidang Dewan Uni Eropa yang membahas kebijakan-kebijakan tertentu. Dalam Dewan Uni Eropa, menteri-menteri negara anggota Uni Eropa berkumpul secara rutin untuk membahas pengadopsian regulasi-regulasi Uni Eropa dan mengkoordinasi kebijakan.

Dalam Eurozone, performa ekonomi satu negara anggota sangat mempengaruhi perekonomian negara anggota lainnya akibat dari bentuk integrasi ekonomi yang ada. Contoh kasusnya adalah pada saat terjadinya krisis global pada awal tahun 2009.25 Krisis global pada awal tahun 2009

25

The History Learning http://www.historylearningsite.co.uk/british-politics/what-are-the-arguments-for-and-against-joining-the-euro/ diakses pada 28 Juli 2016


(47)

ditandai dengan menurunnya tingkat perekonomian diseluruh dunia. Meskipun krisis tersebut diawali oleh Amerika Serikat, namun memiliki efek domino yang luar biasa sehingga mempengaruhi hampir seluruh negara di dunia, khususnya di Uni Eropa dimana efek domino akan sangat berpengaruh terhadap kawasan yang memiliki sistem integrasi ekonomi.26

C. Dinamika Kebijakan Antara Yunani dan Uni Eropa

Bagi Uni Eropa, krisis hutang luar negeri Yunani berpotensi memiliki dampak jangka panjang dan dikhawatirkan akan “menular” kepada negara-negara anggota yang lain apabila tidak ditangani dengan segera. Oleh karena itu Uni Eropa terus berupaya untuk menyelamatkan Yunani sekaligus menyelamatkan perekonomian Uni Eropa secara keseluruhan. Kedua belah pihak berusaha untuk menanggapi atau mengimbangi regulasi dan kebijakan yang dikeluarkan oleh masing-masing kubu. Aksi dan reaksi pertama yang terjadi antara Yunani dan Uni Eropa terjadi pada tahun 2009 pasca pergantian rezim pemerintahan di Yunani. Perdana Menteri Yunani pada saat itu, George Papandreou, menyatakan bahwa pada akhir tahun Yunani akan mengalami defisit sebesar 12,7% dari PDB. Anehnya, pernyataan tersebut berbeda dari pengumuman oleh pemerintah sebelumnya yang menyatakan bahwa defisit anggaran Yunani hanya sebesar 6% dari PDB. Atas perbedaan klaim tersebut, Eurostat pada akhirnya melakukan revisi anggaran Yunani dan menemukan bahwa angka defisit sebenarnya adalah 15,6% dari PDB.27

26

The Guardian, Global Financial Crisis Key Stages

https://www.theguardian.com/business/2011/aug/07/global-financial-crisis-key-stages diakses pada 28 Juli 2016

27

Georgios P. Kouretas dan Prodromos Vlamis, The Greek Crisis: Causes and Implications, Beograd: Economists Association of Vojvodna, 2010, hal. 394


(48)

Perdana Menteri George Papandreou menjabat pada tahun 2009 mengambil langkah pertama dalam upaya menghemat anggaran belanja dalam negeri Yunani pada 9 Februari 2010. Paket penghematan tersebut berisi pembekuan gaji pegawai pemerintah, pemotongan 10% bonus, serta pemotongan pekerja lembur. Meskipun demikian, paket penghematan tersebut dinilai masih belum efektif dan Yunani masih harus menemukan solusi yang lain.28 Pada 3 Maret 2010, Perdana Menteri George Papandreou menerapkan paket kebijakan penghematan yang lebih signifikan dari sebelumnya. Paket penghematan kedua ini berisi pembekuan dana pensiun, peningkatan pajak penjualan dari 19% menjadi 21%, kenaikan pajak bahan bakar, rokok, alkohol, dan barang mewah lainnya serta pemotongan gaji sektor publik. Paket penghematan tersebut setara dengan memotong gaji satu bulan dari 700.000 pegawai.

Setelah merasa bahwa paket-paket kebijakan penghematan yang sudah dikeluarkan sebelumnya telah cukup, langkah selanjutnya yang ditempuhnya adalah dengan meminta bailout atau dana talangan dari para kreditor. Hal tersebut diutarakannya pada 23 April 2010 pada saat dirinya sedang berkunjung ke Pulau Kastelorizo. Dalam press conference tersebut dirinya menyatakan bahwa telah secara resmi menugaskan menteri keuangan George Papakonstantinou untuk meminta bantuan dana kepada partner-partner di Uni Eropa. Pada 2 Mei 2010, Perdana Menteri George Papandreou dan menteri keuangan George Papakonstantinou berhasil membujuk IMF dan Uni Eropa untuk menggelontorkan dana talangan atau bailout sebesar €110 milyar yang berlaku hingga 3 tahun ke depan.29

28

Vibiz News, Kronologi Krisis Yunani 2009-2015 (online)

http://vibiznews.com/2015/07/02/kronologi-krisis-yunani-2009-2015/ diakses pada 30 September 2016

29

"Statement by IMF Managing Director Dominique Strauss-Kahn on Greece". IMF. 23 April 2010. Diakses pada 30 September 2016.


(49)

Para petinggi Uni Eropa beranggapan bahwa dana talangan tidak bisa begitu saja menyelesaikan permasalahan krisis Yunani tanpa tidak adanya reformasi pengelolaan anggaran dari pihak pemerintah Yunani. Menanggapi pernyataan tersebut, pada 15 Desember 2010, pemerintah Yunani kembali melakukan perubahan pada anggaran sektor publik dengan melakukan pemotongan gaji sebesar 10% untuk gaji diatas €1800. Pada 29 Juni 2011, Perdana Menteri George Papandreou kembali menerapkan reformasi pajak yakni menerapkan regulasi pajak baru dan pemotongan gaji pegawai. Paket penghematan terakhir yang diterapkan oleh Perdana Menteri George Papandreou adalah pada tanggal 20 Oktober 2011. Perusahaan-perusahaan pemeringkat kredit seperti Standart & Poor’s, Moody’s, dan Fitch terus menurunkan peringkat hutang Yunani dimana hal tersebut menandakan bahwa perekonomian Yunani jauh dari kata stabil dan memiliki potensi investasi yang sangat kecil.

Tugas yang dipikul oleh Perdana Menteri George Papandreou menjadi semakin berat. Hal tersebut ditunjukannya pada saat dirinya kembali menginginkan talangan dana meskipun di tahun sebelumnya telah mendapatkan bailout sebesar €110 milyar dari IMF dan Uni Eropa. Pada 31 October 2011, Papandreou menyatakan kepada publik perihal rencananya untuk mengadakan referendum untuk menentukan apakah Yunani akan mengajukan proposal talangan dana kembali atau tidak.

Namun, para petinggi di Uni Eropa menyatakan keberatan tentang referendum tersebut. Hingga puncaknya pada pertemuan tertinggi G20 di Cannes, Perancis, petinggi-petinggi Uni Eropa memberikan ultimatum pertama kepada pemerintah Yunani dengan tuntutan bahwa referendum yang akan diadakan oleh George Papandreou adalah bukan untuk menentukan proposal talangan dana untuk Yunani


(50)

melainkan untuk menentukan apakah Yunani akan bertahan di Eurozone atau tidak.30 Melihat ancaman tersebut, menteri dalam birokrasi Yunani mengkritik kebijakan yang direncanakan oleh Perdana Menteri George Papandreou tersebut dan menilai bahwa ancaman tersebut akan sangat merugikan bagi Yunani apabila terealisasikan. Pada tanggal 3 November 2011, George Papandreou menyatakan menghentikan rencananya untuk mengadakan referendum.31 Perdana Menteri George Papandreou akhirnya menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 10 November 2011 dan digantikan oleh Perdana Menteri Lucas Papademos.32

Papademos merupakan seorang caretaker atau pengganti sementara posisi Perdana Menteri selepas pengunduran diri yang diajukan oleh Perdana Menteri George Papandreou. Status caretaker diberikan kepada Lucas Papademos hingga pemilihan umum berikutnya digelar kembali. Di awal karirnya sebagai pejabat pengganti yang menggantikan peran George Papandreou sebagai Perdana Menteri, Lucas Papademos menyatakan bahwa tugas utama pemerintahan yang dipimpimnnya adalah untuk memfasilitasi dialog yang memungkinkan Yunani untuk mendapatkan dana talangan kembali, dimana Uni Eropa mengklaim akan kembali memberikan dana talangan tersebut dengan syarat Yunani kembali mengimplementasikan penghematan anggaran. Lucas Papademos juga menyatakan bahwa prioritas tertinggi

30

"How the Euro Was Saved". The Financial Times Ltd. 11 Mei 2014. Diakses pada 30 September 2016.

31

Kington, Tom; Smith, Helena (6 November 2011). "Papandreou out as Greek leaders agree unity government deal". The Guardian. London. Diakses pada 30 September 2016.

32

"Greek PM George Papandreou resigns; polls set for February". Business Today. Diakses pada 30 September 2016


(51)

pemerintahannya adalah untuk menjaga Yunani agar tetap tergabung dalam Eurozone.33

Pada Januari 2012, Lucas Papademos memberikan peringatan kepada kaum buruh bahwa mereka harus menerima pemotongan gaji yang signifikan sebagai upaya untuk mencegah Yunani dari kebangkrutan. Dirinya juga memberitahu kepada kalangan pebisnis dan pemimpin-pemimpin serikat bisnis bahwa Komisi Eropa, IMF, dan ECB atau yang kerap disebut dengan julukan “troika” menekan pemerintah Yunani untuk mengatur ulang regulasi pendapatan minimum, pemotongan uang bonus untuk natal dan liburan musim panas, serta kenaikan gaji otomatis.34

Kebijakan penghematan dana yang direncanakan oleh Lucas Papademos kemudian mulai di implementasikan pada 12 February 2012. Menanggapi kebijakan tersebut, terjadi demo besar-besaran oleh kaum buruh Yunani. Demonstrasi tersebut dilakukan dalam bentuk mogok kerja dan penutupan tempat-tempat ekonomis Yunani seperti pelabuhan dan area pariwisata, demonstrasi besar-besaran tersebut juga mengganggu kelancaran transportasi publik di dalam kota. Namun, justru ditengah kekacauan demonstrasi tersebut, Lucas Papademos mengadakan pertemuan dengan petinggi Uni Eropa dan IMF guna membahas pencairan dana talangan kedua untuk Yunani sebesar €130 milyar.35

Paket-paket penghematan anggaran tersebut terus dipertahankan oleh Lucas Papademos hingga masa jabatannya berakhir dan

33

BBC, Lucas Papademos named as new Greek prime minister http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-15671354 diakses pada 30 September 2016

34

Smith, Helena. Guardian, UK. London "Lucas Papademos to lead Greece's interim coalition government". http://www.guardian.co.uk/world/2011/nov/2010 diakses pada 30 September 2016

35

Monex News, Optimisme Kesepakatan Yunani Kuatkan Euro (online)

http://www.monexnews.com/forex/optimisme-kesepakatan-yunani-kuatkan-euro.html diakses pada 30 September 2016


(52)

pemilihan umum diadakan pada 17 Juni 2012.36 Perdana Menteri yang terpilih berikutnya untuk memikul beban perekonomian Yunani adalah Antonis Samaras.

Berbeda dengan pemimpin-pemimpin pemerintahan Yunani sebelumnya, dimana hampir sebagian besar berupaya untuk mendapatkan bantuan dana dari pihak kreditor dengan cara menerapkan kebijakan penghematan dana, Antonis Samaras pada masa awal kepemimpinannya menyatakan bahwa Yunani tidak lagi membutuhkan bantuan dari Uni Eropa selepas 2014. Perdana Menteri Antonis Samaras optimis bahwa selama empat tahun kedepan Yunani dapat bangkit dan keluar dari keadaan ekonomi yang carut marut tersebut.37 Namun, Setelah lima bulan pemerintahan Perdana Menteri Antonis Samaras berjalan, kapal pemerintahan mulai terlihat mengubah arah haluan. Pada 5 November 2012, paket penghematan anggaran pertama yang digagas oleh pemerintahan Perdana Menteri Antonis Samaras mulai diimplementasikan.38 Paket penghematan anggaran tersebut berisi antara lain rekapitalisasi perbankan, reformasi pajak, upah pekerja dan reformasi dana pensiun.

Sama seperti pemimpin-pemimpin Yunani terdahulu, masa pemerintahan Perdana Menteri Antonis Samaras diwarnai dengan berbagai kebijakan penghematan anggaran dan upaya untuk mencairkan dana talangan dari “troika”. Bertolak belakang dengan pernyataannya saat masa awal pemerintahannya berjalan dimana dirinya mendeklarasikan bahwa Yunani tidak akan mengimplementasikan kebijakan penghematan anggaran lagi, PM Antonis Samaras justru menerapkan

36

Vibiz News, Kronologi Krisis Yunani tahun 2009-2015 http://vibiznews.com/2015/07/02/kronologi-krisis-yunani-2009-2015/ diakses pada 30 September 2016

37

Monex News, Yunani Tidak Ingin Lakukan Kebijakan Penghematan Tambahan (online) http://www.monexnews.com/world-economy/yunani-tidak-ingin-lakukan-kebijakan-penghematan-tambahan.htm diakses pada 30 September 2016

38

Vibiz News, Kronologi Krisis Yunani tahun 2009-2015 http://vibiznews.com/2015/07/02/kronologi-krisis-yunani-2009-2015/ diakses pada 30 September 2016


(53)

kebijakan penghematan anggaran yang lebih signifikan dari pemerintahan sebelumnya.

Pada tahun 2013, tepatnya pada 28 Juni, Samaras memutuskan untuk memotong 15.000 pekerjaan negara, beberapa diantaranya adalah tenaga pengajar sekolah menengah, penjaga atau satpam sekolah, dan kepolisian dalam kota. Di waktu yang sama, dirinya memotong pajak pertambahan nilai pada restoran-restoran dari yang sebelumnya 23% menjadi 13%.39 Selain itu, Samaras juga mengeluarkan perintah pengaturan pajak properti individu dan pelelangan rumah.40 Melalui Menteri Reformasi Administrasi dan e-Governance, Kyriakos Mitsotakis, PM Antonis Samaras juga mengimplementasikan proses evaluasi yang memungkinkan untuk menemukan pekerja yang produktif di sektor publik.41

Pada 11 Juni 2013, pemerintah Yunani secara resmi menutup lembaga penyiaran nasional mereka, ERT, untuk sementara dengan tujuan untuk menghemat lebih banyak anggaran. Lembaga penyiaran nasional yang mencakup siaran televisi dan radio tersebut juga direncanakan akan dilakukan pemotongan jumlah pegawai sebanyak 2.500 orang. Menanggapi kebijakan tersebut, sejumlah 3.000 pegawai ERT melakukan aksi demonstrasi dengan cara duduk dan tinggal di halaman kantor mereka. Meskipun demikian, demonstrasi tersebut tidak digubris oleh PM Antonis Samaras, lebih jauh lagi, dirinya menyatakan bahwa ERT akan dibuka kembali

39

Reuters, Greece Approves Scheme to Fire Thousands of Public Workers (Online) http://www.reuters.com/article/2013/07/18/ diakses pada 30 September 2016

40

Proto Thema, Auctions: The Bill Has Passed (online) http://www.protothema.gr/news-in-english/article/338955/auctions-the-bill-has-passed/ diakses pada 30 September 2016

41

Tovima, Evaluation and dismissal process expanded to wider public sector (Online) http://www.tovima.gr/en/article/?aid=537988 diakses pada 30 September 2016


(1)

93 Kolom Economist (Online) http://www.economist.com/node/15603267 diakses

pada 30 September 2016

Monex News, Optimisme Kesepakatan Yunani Kuatkan Euro (online)

http://www.monexnews.com/forex/optimisme-kesepakatan-yunani-kuatkan-euro.html diakses pada 30 September 2016

Monex News, Yunani Tidak Ingin Lakukan Kebijakan Penghematan Tambahan (online) http://www.monexnews.com/world-economy/yunani-tidak-ingin-lakukan-kebijakan-penghematan-tambahan.htm diakses pada 30 September 2016

NAMFI Official Website (online) http://www.namfi.gr/ diakses pada 2 November 2016

NATO. "Financial and Economic Data Relating to NATO Defence" (PDF). NATO. Diakses pada 2 November 2016

Newpost, Access to free medicine for all uninsured citizens (online) http://newpost/gr/ellada/365914/prosbash-se-dwrean-farmaka-gia-oloys-toys-anasfalistoys-polites diakses pada 30 September 2016

NPR, Working Without Pay a Reality for Much of Greece’s Labor Force http://www.npr.org/sections/parallels/2014/03/15/283995626/working-without-pay-a-reality-for-much-of-greeces-labor-force diakses pada 28 Juli 2016

Politico, “Greece Default Debt Referendum” (Online) http://www.politico.eu/article/greece-default-debt-referendum-2015/ diakses pada 8 November 2016

Proto Thema, Auctions: The Bill Has Passed (online) http://www.protothema.gr/news-in-english/article/338955/auctions-the-bill-has-passed/ diakses pada 30 September 2016


(2)

94 Quartz, The Complete History of The Greek Debt Drama

http://qz.com/440058/the-complete-history-of-the-greek-debt-drama-in-charts/ diakses pada 28 Juli 2016

Republic of Turkey Ministry of Foreign Affair Official Website http://vasington.be.mfa.gov.tr/ShowAnnouncement.aspx?ID=115955 diakses pada 8 November 2016

Reuters, “ECB Will Accept Even Junk-Rated Greek Bonds” (Online) http://www.reuters.com/article/idUSLDE6420A920100503 diakses pada 8 November 2016

Reuters, Fitch Upgrades Greece to 'B'; Outlook Stable (onlilne) http://www.reuters.com/article/2014/05/23/ diakses pada 30 September 2014

Reuters, Greece Approves Scheme to Fire Thousands of Public Workers (Online) http://www.reuters.com/article/2013/07/18/ diakses pada 30 September 2016

Roger Cohen, Ther Great Greek Illusion,

http://www.nytimes.com/2011/06/21/opinion/21iht-edcohen21.html diakses pada 30 September 2016

Sindo News, Yunani, Uni Eropa, dan Organisasi Regional (Online) http://nasional.sindonews.com/read/1025193/18/yunani-uni-eropa-dan-organisasi-regional-1437535807/3 diakses pada 30 September 2016

Situmorang, Asido. Vibiz News. (online)

http://vibiznews.com/2015/07/02/kronologi-krisis-yunani-2009-2015/ diakses pada 26 Agustus 2015

Smith, Helena. Guardian, UK. London "Lucas Papademos to lead Greece's

interim coalition government".

http://www.guardian.co.uk/world/2011/nov/2010 diakses pada 30 September 2016


(3)

95 Spiegel (online)

http://www.spiegel.de/international/europe/breaking-the-power- of-the-big-three-german-firm-wants-to-set-up-new-rating-agency-a-773549.html diakses pada 28 Juli 2016

The Financial Times Ltd. "How the Euro Was Saved". 11 Mei 2014. Diakses pada 30 September 2016.

The Guardian, Global Financial Crisis Key Stages https://www.theguardian.com/business/2011/aug/07/global-financial-crisis-key-stages diakses pada 28 Juli 2016

The Guardian, Greece Shut Down State Broadcaster ERT (online) https://www.theguardian.com/world/2013/jun/11/state-broadcaster-ert-shut-down-greece diakses pada 30 September 2016

The History Learning http://www.historylearningsite.co.uk/british-politics/what-are-the-arguments-for-and-against-joining-the-euro/ diakses pada 28 Juli 2016

The National Herald, Crisis Closed 244000 Greek Companies. http://www.thenationalherald.com/121596/crisis-closed-244000-greek-companies/ diakses pada 28 Juli 2016

The Toc, Tourists Arrivals up to 23 million In 2014 (online) http://www.thetoc.gr/eng/food--travel/article/ diakses pada 30 September 2016

Tovima, Evaluation and dismissal process expanded to wider public sector (Online) http://www.tovima.gr/en/article/?aid=537988 diakses pada 30 September 2016

Trading Economics, Greek Debt Rating

http://www.tradingeconomics.com/greece/rating diakses pada 28 Juli 2016

Trading Economics, Greece Government Debt to GDP (online) http://www.tradingeconomics.com/greece/government-debt-to-gdp diakses pada 28 Juli 2016


(4)

96

Trading Economics, Greece, Imports (Impor)

http://www.tradingeconomics.com/greece/imports & Trading Economics,

Greece, Exports (ekspor)

http://www.tradingeconomics.com/greece/exports diakses pada 28 Juli 2016

Trading Economics, Greece Labor Force (online) http://www.tradingeconomics.com/greece/labor-force-total-wb-data.html diakses pada 28 Juli 2016

Turkey Embassy Official Website

https://web.archive.org/web/20060415091248/http://www.turkishembassy. org/index.php?option=com_content&task=view&id=225&Itemid=240 diakses pada 10 November 2016

Vibiz News, “Hasil Referendum Yunani Menentang, Pasar Dunia Bergejolak” (online) http://vibiznews.com/2015/07/06/61-hasil-referendum-yunani-menentang-pasar-dunia-bergejolak/ diakses pada 30 September 2016

Vibiz News, Kronologi Krisis Yunani 2009-2015 (online) http://vibiznews.com/2015/07/02/kronologi-krisis-yunani-2009-2015/ diakses pada 30 September 2016

Vibiz News, “Menteri Keuangan Yunani Mengundurkan Diri, Pasar Forex Semakin Jelas” (online) http://vibiznews.com/2015/07/06/menteri -keuangan-yunani-mengundurkan-diri-pasar-forex-semakin-jelas/ diakses pada 30 September 2016

Vibiz News, “Parlemen Yunani Mneyetujui Paket Penghematan” (Online) http://vibiznews.com/2015/07/16/parlemen-yunani-menyetujui-paket-penghematan/ diakses pada 30 September 2016

Wall Street Journal

http://www.wsj.com/articles/SB1000142405270230382830457517992190 9783864 diakses pada 28 Juli 2016


(5)

97 World Trade Organization (WTO), Greece. Diakses pada 28 Juli 2016

Yahoo News, Greece PM Urges NO Vote (online) https://uk.news.yahoo.com/greece-pm-urges-no-vote-live-dignity-europe-182709597.html#BePrDru diakses pada 30 September 2016


(6)