Latar Belakang Pendidikan MENGENAL BIOGRAFI SINGKAT SYEIKH DAUD bin ABDULLAH Al-

Banjari, Abdul Al-Wahhab Al-Bugisi, Abdul Ar-Rahman Al-Batawi dan Muhammad Al-Nafis. Di antara murid-murid itu, beliau yang paling muda sehingga mereka-mereka di jadikan guru oleh beliau untuk membantunya belajar ketika dengan guru non-Melayu. Beliau, Al-Palimbani, Muhammad Arsyad, Abdul Rahman Al-Batawi, dan Abdul Al-Wahhab Al-Bugisi, mendapatkan pelajaran langsung dengan Al-Sammani. Di antara ulama Patani yang telah diiitiraf dan diperbolehkan mengajar di Masjidii Haram antara lain ialah Syeikh Muhammad Shaleh bin Abdur Rahman Al-Fatani. Syeikh Muhammad Shaleh adalah seorang tokoh ahli Syariat dan Haqiqat yang lebih banyak terjun ke dunia kesufiaan. Beliau juga di riwayatkan belajar dengan Isa bin Ahmad Al-Barawi w. 1182H1768M 23 , tujuh tahun sebelum beliau belajar kepada Al-Sammani w. 1189H1775M. Dengan demikian, ketika beliau belajar kepada Al-Barawi, mungkin pada masa-masa akhir kehidupannya, sedangkan Al-Sammani berada pada masa puncak dari karirnya. Karena banyak di antara murid Melayu- Nusantara telah belajar dengan Al-Sammani, maka dengan mendapat berita seperti itu beliau bergegas bergabung dengan mereka yang terlebih dahulu berguru dengan Al-Sammani. Kepada Al-Barrawi beliau mendapatkan ilmu tentang Ushuludin, al-Barrawi sendiri mempunyai keahlian khusus dalam hadist- hadist hukum Islam dan dalam terhadap telaah komparatif atas mahzab-mahzab hukum Islam. Al-Barrawi menerima hadist melalui isnad-isnad yang mencakup seperti Abdullah Al-Bashri, Alaudin Al-Babili, Syams Al-Din Al-Ramli, dan Zakarya Al-Anshari. 23 Shaghir Abdullah, Syeikh Daud bin Abduliah Al-Fatani: Penulis Islam Produktif Asia Tenggara Solo: Ramadhani, 1987, h.. 39. Di samping belajar dengan Al-Barrawi dan Al-Sammani beliau melanjutkan pembelajarannya dengan Al-Syarqawi, Syeikh Al-Azhar, dan Muhammad Nafis. Al-Syarqawi adalah pakar dari ilmu-ilmu hadist, syariat, kalam, dan tasawuf maka beliau mendapatkan pembelajaran seperti itu. Guru beliau berikutnya setelah Al-Syarqawi adalah Al-Syanwani W.12J3H1818M Al-Syarwani merupakan Rektor Universitas Al-Azhar setelah meninggalnya Al- Syarqawi. Dalam pembelajarannya Al-Syanwani belajar kepada beberapa ulama Mesir yaitu Ahmad Al-Damanhuri, Al-Barrawi, Al-Syarqawi, dan Murtadha Al- Zabidi. Al-Syanwani adalah pakar dalam ilmu-ilmu hadist, fiqh, tafsir, dan kalam. Dari Al-Syanwani beliau menambah pengetahuannya dalam bidang fiqh dan kalam. Selain dari guru-guru yang telah tersebut di atas beliau juga berguru kepada Muhammad Asad, Alimad Al-Marzuqi, dan Ibrahim Al-Rais al-Zamzami Al-Makki 24 . Mereka juga adalah guru dari Al-Palimbani. Dari Ibrahim Al-Rais beliau mendapat pelbagai disiplin ilmu dan pembelajaran tentang tarekat Syadziliyah. Ibrahim Al-Rais mendapatkan tarekat itu dari Shalih Al-Fullani, yang mendapatkan dari gurunya Ibn Sina 25 . Selanjutnya Muhammad Asad dimungkinkan bernama Muhammad Asad Al-Hanafi Al-Makki, seroang muhaddis yang memiliki sebuah Isnad hadis yang diketahui ke belakang hingga Abdullah Al-Bashri. Beliau tidak mengambil Isnad dari Muhammad Asad itu sendiri melainkan mengambil tarekat Syatariyah. Kemudian beliau mempelajari tentang tarekat Samaniyah oleh Syeikh Ali bin 24 Shaghir Abdullah, Syeikh Daud bin Abduliah Al-Fatani: Penulis Islam Produktif Asia Tenggara Solo: Ramadhani, 1987, h. 34-35 dan39. 25 Lihat, silsilah tarekat Syadziliyah al-Fatani dalam Abdullah, h.41. tentang Shalih al- Fullani dan Ibn Sina. Ishaq Al-Fatani. Namun riwayat lain menyebutkan bahwa beliau belajar langsung kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Karim Samman Al-Madani pelopor tarekat Samaniyah. Berikut tentang silsilah guru beliau mengenai tarekat Syatariyah dan Samaniyah yang di pelajarinya 26 . Sebagai Ulama yang memiliki banyak guru dan pelbagai ilmu pengatahuan yang di dapati pasti ada karya-karya yang di ciptakan sebagai aplikasi dari ilmu yang di dapat oleh beliau. Ada sekitar kurang lebih 66 karya 27 yang pemah di tulis beliau baik dengan bahasa Arab ataupun Melayu. Semua karya-karya yang beliau tulis jarak waktunya sangat berdekatan. Hal tersebut membuktikan betapa besarnya dedikasi beliau terhadap penulisan tentang Islami. Semua itu sebagai wujud rasa tanggung jawab beliau untuk menyebar luaskan ilmu pengetahuan. Semua karyanya beliau merupakan intisari dari hasil- hasil pemikiran beliau. Dalam penuliasan beliau tidak menulisnya dengan sendiri namun di Bantu para murid-muridnya. Beliau hanya menceritakan semua apa yang ingin di tulis lalu muridnya itu menyalin setiap perkataan beliau dengan baik, setelah itu di koreksi jika ada sedikit kesalahan dalam penulisan. Karya-karya beliau sangat popular di daerah Arab umumnya dan Melayu khususnya. Setengahnya menjadi kitab-kitab rujukan sampai sekarang-sekarang ini di wilayah Arab dan Melayu, diantaranya adalah kitab Ad-Durrus Stamiin, Minhajul Abidin, Munyatul Mustalli, dan lain-lain. Dalam karya beliau mengenai fiqh juga menjadi buku teks di beberapa pondok-pondok, dan setengahnya masih di pakai sampai sekarang seperti furuuul Masail yang mendetail isinya, Fathul Mannan, juga sebuah kitab hukum Islam yang popular yakni Bughyatul Thullab. 26 Lihat lampiran silsilah tarekat 27 Lihat, Lampiran karya Munyatul Mushalli yang membicarakan tentang shalat bukan hanya dari segi hukum sah dan batalnya tetapi dari segi kekayaan rohanian yang banyak diinspirasikan oleh tasawuf. Kemudian kemudian Sullamul Mubtadi, lidhaahul Baab tentang perkawinan dan kitab Ghanyatut Taqriin tentang Al-Faraid.

BAB III KEADAAN ISLAM SEBELUM SYEIKH DAUD BIN ABDULLAH AL-

FATANI

A. Perkembangan Islam di Patani Sebelum Daud bin Abdullah Bin Al-Fatani

Untuk bagaimana Islam masuk di Patani tidak perlu di jelaskan kembali karena sudah ada sumber-sumber lain yang membahasnya. Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani juga bukan ulama pertama yang melakukan pengajaran Islam didaerah Patani. Banyak ulama-ulama terdahulu yang telah memberikan pengajaran Islam di daerah Patani salah satunya adalah keluarga dari Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani itu sendiri. Kedatangan Islam sudah ada dan bersiar pada masa pemerintahan kerajaan Sukothai di abad ke tiga belas, yang terjalin dari hubungan dagang dengan saudagar muslim. Kemudian muncul kerajaan Ayutthaya sebabagi pengganti kerajaan Sukothai yang runtuh pada abad ke empat belas, yang pada saat itu Islam telah memiliki kekuatan politik. Kemudian banyak para muslim tersebut di angkat oleh Raja untuk di jadikan perdana menteri dan pejabat penting di kerajaannya. Peran orang-orang muslim sebagai menteri, pejabat tinggi dan saudagar yang dekat dengan Raja menjadikan mereka kelompok yang berpengaruh di istana 28 . Islam mungkin saja sudah menyebar secara luas tak hanya di kalangan istana saja namun sudah ke pelosok-pelosok daerah baik di pesisir pantai atau dalam pedesaan. Dalam kegiatan keagamaannya bercampur dengan keagamaan 28 Ibnu Muhammad Ibrahim, The Ship of Sulaiman ter. John O’Kane London: Routledge and keagen Paul, 1972, h. 94-97. Ikhtisar tentang peran Muslim periode ini, lihat Omar Farouk Shaeik Ahmad, Muslim in the Kingdom Ayutthaya JEBAT: Journal of the History Departement University Kebangsaan Malaysia, 1980-1, bil 10, h. 206-214. terdahulu yang sinkretisme. Praktek magis permohonan di antara rakyat desa adalah hal yang berbeda dari agama, yang merupakan Islam ortodoks. Kata Magi sendiri di definisikan sebagai ―agama rakyat Melayu‖ hidup di antara orang-orang Melayu, baik yang berkuasa ataupun yang dikuasai. Sebagai contoh pentingnya kegiatan magi sendiri bagi kalangan kerajaan adalah keyakinan kuat terhadap upacara tabal pusaka atau secara bahasa, pelantikan leluhur yang dilakukan pada sore hari hingga tengah malam. Kemudian harinya dilakukan tabal adat yang bisa disebut sebagai pengukuhan yang di laksanakan pada hari upacara pelantikan suatu penguasa. Tentu saja kedua acara tersebut dilaksanakan dengan cara Islam, misalnya dengan pembacaan do’a dalam bahasa Arab. Magi sendiri terbagi dalam pelbagai macam bentuk seperti kegiatan ekonomi menanam padi, menangkap ikan-nelayan melakukan upacara tahunan yang disebut basemah, yang merupakan bentuk sesajian untuk terhindar dari ruh-ruh jahat, kontruksi bangunan bangunan rumah atau sebagainya, siklus hidup manusia kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan kematian, pengobatan tradisional, hiburan permainan bayang-bayang. Nyabung ayam, adu kerbau, ramal-ramalan membaca tanda- tanda dari dunia ruh, kehidupan pribadi memikat lawan jenis, dan hubungan antar pribadi lainnya magi cinta atau black magic. Selain hal di atas tersebut masyarakat memiliki kepercayaan terhadap sesuatu ya ng keramat. Kata ‗keramat’ sendiri bisa diartikan sebagai ‗hal yang sakral’. Baik berbentuk benda mati atau benda hidup lainnya. Bebebrapa contoh keramat adalah batuan karang yang berbentuk aneh, pohon-pohon besar yang tua umurnya dan sudah tidak utuh lagi bentuknya, kuburan yang ditemukan di tengah hutan, hewan-hewan yang berbentuk aneh hewan albino, berkaki ganjil, dsb, dan terutama sesepuh pendiri desa yang memiliki pengetahuan lebih soal agama 29 . Aspek-aspek budaya dan keagamaan kehidupan daerah Patani sebelum kemunculan Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani adalah gabungan dari dua tradisi pra-Islam dan Islam yang datang dari Timur Tengah, walaupun masyarakat Patani sudah memeluk Islam sejak abad 15 yang lalu. Selain di kalangan masyarakat Patani, kegiatan atau praktek magis masih di jalankan oleh raja-raja di kerajaan Patani. Mungkin karena pengaruh Buddha- Mahayana yang begitu kuat dan turun temurun di dalam istana sehingga ke dua ajaran tersebut bercampur aduk menjadi sebuah agama sinkretisme. Ahli-ahli sejarah terdahulu berpendapat bahwasannya raja Patani sebelum Sultan Ismail Syah 30 adalah raja-raja yang belum memeluk Islam walaupun agama Islam sudah ada dan mulai berkembang. Seperti contohnya pada tahun 1412 pada masa Phya Tu Kurub Mahajana ada seorang dari ulama Patani yang pergi ke Pulau Buton dan menyebarkan Islam. Raja setempat yang bernama Mulaesi-Gola menyambutnya dengan baik. Kemudian datang seorang Syeikh yang bernama Syeikh Said Barsisa seorang bomoh atau tabib yang berasal dari Pasai pada tahun 1457 barulah raja di kerajaan Patani memeluk Islam. Raja pertama kali memeluk Islam adalah Phya Tu Nakpa keturunan dari Sultan Sulaiman Syah yang memerintah di negeri Langkasuka Wurawari. Sebagai bentuk rasa syukurnya karena telah memeluk Islam dan sebagi bentuk rasa tanggjung jawab untuk mensyiarkan Islam maka Sultan Ismail Syah mendirikan sebuah masjid yang di beri nama Masjid Kerisek yang berasiterktur masjid-masjid di Asia Barat. 29 , Saifull Mujani, ed., Pembagunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara terj, Saiful Mujani dan Abduh Hisyam. Cet I. Jakarta: Pustaka LP3ES, 1993, h. 170. 30 Nama aslinya adalah Phya Tu Nakpa. Kemudian setelah masuk Islam di ganti menjadi Sultan Ismail Zilullah fil-Alam atau yang di kenal Sultan Ismail Syah