G enderang ditabuh bertalu-talu, trompet tanduk dan

G enderang ditabuh bertalu-talu, trompet tanduk dan

kerang ditiup menderu-deru, suaranya memenuhi ang- kasa. Gajah-gajah melengking dan kuda-kuda meringkik. Para prajurit bersorak-sorai, suara mereka gemuruh me- menuhi angkasa. Perang sudah dimulai!

Di hari pertama, di pihak Kaurawa, Duhsasana menda- pat kehormatan untuk memimpin penyerbuan, sementara di pihak Pandawa kehormatan itu diberikan kepada Bhi- masena. Gemuruh pertempuran hari itu bagaikan petir menyambar-nyambar. Dari kedua pihak, ratusan anak panah dilepaskan dari busurnya, melesat ke angkasa bagai bintang berekor. Para prajurit darat saling berhadapan: panah-memanah, lempar-melempar, pancung-memancung, saling menebas dengan pedang atau menusuk dengan tombak. Korban berjatuhan di mana-mana.

Kereta Bhisma tampak maju sendirian. Dari busur kesatria tua itu anak-anak panah berlesatan bagai sembu- ran api, menyambar dan menewaskan banyak prajurit Pandawa. Melihat itu, Abhimanyu tak bisa menahan diri lagi. Bagaikan angin dipacunya keretanya ke arah Bhisma. Di kereta Abhimanyu terpancang panji-panji berlambang pohon karnikara warna kuning emas. Sambil membiarkan keretanya melaju, Abhimanyu melepaskan panah-panah- nya, puluhan jumlahnya, susul-menyusul bagai rantai api, ke arah Bhisma. Kritawarma dan Salya mencoba menolong kesatria tua itu dengan menghadang kesatria muda Abhi- Kereta Bhisma tampak maju sendirian. Dari busur kesatria tua itu anak-anak panah berlesatan bagai sembu- ran api, menyambar dan menewaskan banyak prajurit Pandawa. Melihat itu, Abhimanyu tak bisa menahan diri lagi. Bagaikan angin dipacunya keretanya ke arah Bhisma. Di kereta Abhimanyu terpancang panji-panji berlambang pohon karnikara warna kuning emas. Sambil membiarkan keretanya melaju, Abhimanyu melepaskan panah-panah- nya, puluhan jumlahnya, susul-menyusul bagai rantai api, ke arah Bhisma. Kritawarma dan Salya mencoba menolong kesatria tua itu dengan menghadang kesatria muda Abhi-

Gaya bertempur Abhimanyu yang elok dan gagah berani membuat para dewata di kahyangan senang melihatnya. Udara cerah, hujan dewata atau hujan bunga menyiram bumi, angin bertiup menebarkan keharuman yang mewa- ngi. Pasukan Pandawa dan Kaurawa sama-sama mengagu- mi kemahiran kesatria muda ini dalam bertempur. Mereka berkata, “Dia memang pantas menjadi anak Dhananjaya. Dia pantas menerima puji-pujian!”

Tengah hari pertempuran makin memanas. Para kesa- tria Kaurawa menyerang Abhimanyu. Sedikit pun kesatria muda itu tidak gentar. Bhisma melemparkan semua tombaknya ke arah Abhimanyu yang dengan tangkas mengelak. Dengan tangkas pula ia membidik panji-panji Bhisma yang berlambang pohon kelapa dan lima bintang emas. Tiang panji-panji itu patah, tumbang ke tanah. Melihat itu, Bhimasena berteriak, “Hidup Abhimanyu!”

Mendengar suara Bhima, Krishna membalas dengan lantang. Suaranya membuat kemenakannya merasa diberi semangat.

Bhisma yang sangat mengagumi keberanian kesatria muda itu, hanya berperang dengan setengah hati. Tetapi, diperintahkannya beberapa prajuritnya mengepung Abhi- manyu. Demikianlah, kesatria muda itu dikepung musuh dari berbagai penjuru. Melihat ini, Wirata, Uttara, Drista- dyumna, dan Bhimasena segera datang membantunya, menggempur dan mengenyahkan musuh-musuhnya.

Uttara datang dengan menunggang gajah. Ia menyerang Salya habis-habisan, hingga kereta dan kuda Salya hancur berantakan. Tetapi, secepat kilat Salya melemparkan lem- bingnya ke arah Uttara. Lembing itu melesat cepat, tepat Uttara datang dengan menunggang gajah. Ia menyerang Salya habis-habisan, hingga kereta dan kuda Salya hancur berantakan. Tetapi, secepat kilat Salya melemparkan lem- bingnya ke arah Uttara. Lembing itu melesat cepat, tepat

Sweta melihat bagaimana Salya membunuh Uttara, sau- daranya yang lebih muda. Amarahnya langsung meledak. Ia memacu keretanya sekencang angin, ke arah Salya. Tujuh kesatria dengan kereta masing-masing menyatu menghadapi Sweta. Anak-anak panah menghujani Sweta, tetapi dapat dielakkan dengan tangkas. Dengan memutar- mutar lembingnya, Sweta menangkis serbuan anak panah.

Dalam keadaan seperti itu, Duryodhana mengirim pasu- kan dalam jumlah besar untuk membantu Salya. Tetapi, Sweta berhasil menembus lautan manusia musuhnya dan terus maju sampai akhirnya berhadapan dengan Bhisma. Panji-panji lambang Bhisma dipatahkan oleh Sweta. Bhis- ma berhasil membunuh kuda Sweta. Bhisma dan Sweta beradu tombak. Dengan sekuat tenaga, Sweta melempar- kan tombaknya ke kereta Bhisma, tepat mengenai sasaran. Kereta Bhisma hancur berantakan. Tepat ketika tombak Sweta mengenai keretanya, Bhisma melompat turun dari keretanya hingga ia selamat. Begitu kakinya menjejak tanah, ia melepaskan anak panah ke arah Sweta. Anak panah itu melesat cepat dan menembus dada Sweta. Seketika itu juga Sweta menemui ajalnya. Duhsasana meniup trompet tanduknya dan menari-nari, merayakan kemenangan Kaurawa!

Bhisma memerintahkan agar disediakan kereta baru. Dengan itu, ia terus melancarkan serangan hebat terhadap pasukan Pandawa.

Di hari pertama, pasukan Pandawa mengalami kekala- han besar. Yudhistira mendapat firasat buruk yang mem- buatnya cemas. Sementara itu, di pihak lawan Duryodhana Di hari pertama, pasukan Pandawa mengalami kekala- han besar. Yudhistira mendapat firasat buruk yang mem- buatnya cemas. Sementara itu, di pihak lawan Duryodhana