Hotel Ekonomis (Budget Hotel) di Kualanamu Arsitektur Hemat Energi

(1)

HOTEL EKONOMIS (BUDGET HOTEL) DI KUALANAMU

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Loren E.,dkk. 1996. Sustainable Building Technical Manual. Public Technology Inc.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2015. Sumatera Utara Dalam Angka 2015 Hill, Mc Graw. 1996. Time Saver Standard for Building Types, Time Saver Standards,

A Hand Book of Architectural Design. New York

Juwana lr. Jimmy S., MSAE (2005) Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Penerbit Erlangga

Medan Dalam Angka 2015, BPS Kota Medan

Neufert, Ernst . 1990. Data Arsitek Jilid 1 . terjemahan oleh Sjamsu Amril . Jakarta . Erlangga

Neufert, Ernst . 1990. Data Arsitek Jilid 2 . terjemahan oleh Sjamsu Amril . Jakarta . Erlangga

Rutes, Walter A., FAIA. dan Richard H. Penner. 1985. Hotel Planning and Design. New York. Watson-Guptill Publications.


(2)

BAB III METODOLOGI

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dalam perancangan Hotel Ekonomis di Kuala Namu adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian berdasarkan survey langsung ke lapangan, mengenai kondisi sekitar lahan perancangan dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus perancangan, serta pengumpulan data lainnya yang mendukung kasus perancangan Hotel Ekonomis di Kualanamu.

Menurut Kirk dan Miller (1989:9) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Rancangan penelitian ini digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana merancang sebuah Hotel Ekonomis di kawasan Bandara Kuala Namu yang dapat digunakan sebagai alternatif desain yang cocok dalam menciptakan desain bangunan dengan karakteristik yang unik.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Metoda pengumpulan data

a. Data primer yaitu data yang didapat dengan cara mencari data langsung dari sumbernya (Sinulingga,2011). Adapun metode pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penelitian ini berupa survei lapangan/observasi visual, dilakukan dengan cara pengambilan gambar-gambar eksisting dan mencatat hal-hal yang diperlukan mengenai kondisi sekitar rencana lokasi perancangan.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolah data tersebut sehingga peneliti tidak perlu mencarinya secara langsung (sinulingga, 2011). Adapun teknik pengumpulan


(3)

data sekunder yang dilakukan dalam proses perancangan ini berupa studi literatur, dilakukan dengan cara mencari informasi mengenai kawasan site perancangan dan juga bangunan Hotel dengan fungsi serta tema yang sama. Langkah selanjutnya adalah menentukan teori (data) yang berbasis fakta yang terkait dan relevan untuk mendukung aspek yang tercakup dalam proses perancangan Hotel Ekonomis di Kualanamu yang sesuai untuk diterapkan dalam perancangan.

3.2.2 Prosedur/ Pelaksanaan Pengumpulan Data

Prosedur/pengumpulan data dimulai dengan penentuan bangunan dengan karakteristik seperti apa yang akan dirancang, kemudian menentukan lokasi site perancangan. Tahap selanjutnya dilakukan observasi ke kawasan site perancangan untuk menggali informasi tentang kondisi site yang akan dirancang dan juga untuk mengetahui aturan-aturan yang terkait kedalam rencana perancangan Hotel Ekonomis Kualanamu.

Selama proses survey langsung ke lokasi site perancangan data-data yang bersifat primer dan sekunder juga dikumpulkan selama proses survey berlangsung. Hal ini dilakukan untuk membantu proses perancangan agar dapat memberikan hasil yang optimal selama proses perancangan, dan juga membantu proses analisis yang terkait dengan kondisi fisik kawasan perancangan.

3.3 Deskripsi Kondisi Tapak

Perancangan Hotel Ekonomis Kualanamu merupakan sarana akomodasi, yang mampu mengakomodir kebutuhan pengguna Bandara Kualanamu dalam hal ini kebutuhan para wisatawan yang mengalami transit penerbangan (wisatawan mancanegara, wisatawan domestik, dan pengusaha luar kota).

Secara umum dapat dijabarkan deskripsi kondisi tapak secara umum sebagai berikut:  Judul proyek : Hotel Ekonomis di Kuala Namu

 Status proyek : Fiktif

 Lokasi tapak : Jl. Pringgan, Kec. Batang Kuis, Kab. Deli Serdang

 Batas – batas site


(4)

 Selatan : Jl. Pringgan

 Barat : Perumahan penduduk

 Timur : Perumahan penduduk

 Luas lahan : ± 1 Ha (± 10.000 m2)

 Kontur : relatif datar

 Bangunan eksisting : tidak ada  Potensi lokasi :

 Berada pada kawasan Bandara Kualanamu

 Aksesibilitas dan transportasi yang lancar dan baik  Luas site yang mendukung ± 1 Ha

3.4 Lokasi Penelitian

Batang Kuis merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah Utara, kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu, di sebelah Selatan dengan Kecamatan Tanjung Morawa, di sebelah Barat dengan Kecamatan Batang Kuis dan di sebelah Timur dengan Kecamatan Pantai Labu. Kecamatan ini terletak di 3o 35 – 3o 41 LU dan 41o– 46o BT dengan ketinggian 4 – 30 meter diatas permukaan laut. Curah hujan di Kecamatan Batang kuis sebesar 1.821 mm/tahun dan kecepatan angin 1,33 mm/tahun. Rata-rata iklim di kecamatan ini maksimum 32oC dan minimum 22,4oC dengan tingkat penguapan 4,08 mm/tahun. Pada umumnya keadaan tanah di Kecamatan Batang Kuis putih bercampur pasir dan memiliki topografi yang relatif datar. Berikut adalah tabel rencana sistem perkotaan di Kabupaten Deli Serdang.


(5)

Gambar 3.1 Peta Lokasi Sumber : Google Earth 3.5 Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi site berdasarkan atas beberapa kriteria, seperti:

1. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel diatas.

2. Berdasarkan peraturan KKOP Bandara Kualanamu yang terletak pada ring 2. 3. Lokasi site berpotensi dikembangkan sebagai kawasan Aerotropolis.

4. Aksesbilitas lokasi site yang berada di jalan arteri ke arah Kualanamu sehingga mudah dicapai dari arah bandara Kualanmu maupun dari Kota Medan

Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi perancangan Hotel Ekonomis di Kualanamu :

1. Berdasarkan kelayakan ekonomi, yaitu kelayakan yang dinilai secara ekonomis dan financial akan memberikan keuntungan bagi pengembangan wilayah dan perkembangan hotel baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Lingkungan site berada di lokasi yang strategis, yaitu dekat dengan bandara udara.


(6)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Kawasan dan Eksisting Site

4.1.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

Gambar 4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan Sumber: Pribadi

Lokasi site berada di dekat persimpangan jalan batang kuis dan jalan bandara, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Pulau Sumatera dan secara geografis terletak pada 2º27’-2º47’ LU dan 98º44’BT dengan luas 5000m² dengan kondisi topografi yang relatif datar atau tidak berkontur. Memiliki Iklim tropis dengan suhu minimum antara 23.3ºC-24.4ºC dan suhu maksimumnya 30.7ºC-33.2ºC.

Kasus Proyek : Hotel Ekonomis di Bandara Kuala Namu Status Proyek : Fiktif

Pemilik Proyek: Persero


(7)

Luas lahan : 5000m² Kontur : relatif datar

KDB : 70%

GSB : ½ lebar jalan + 1 = 10m Bangunan Eksisting: Lahan kosong

Batas Utara : jalan Bandara (min 10m dari batas kavling) Batas Barat : sawah (min 2m dari batas persil/kavling) Batas selatan : sawah (min 2m dari batas persil/kavling) Batas Timur : permukiman (min 2m dari batas persil/kavling)

Potensi lahan:

 Terletak di persimpangan jalan bandara dan jalan batang kuis  Berada pada pinggir jalan utama yaitu akses utama

 Berada pada kawasan komersil dan bisnis

 Transportasi lancar dengan infrastruktur yang baik dan jalan yang lebar  Luas site mendukung (+- 2Ha)

 Berada dekat dengan fasilitas ibadah mesjid Al-Jihad, indomaret dan warung / rumah makan.


(8)

4.1.2 Analisa Tata Guna Lahan

Gambar 4.2. Peta Tata Guna Lahan Sumber: Pribadi

Gambar peta diatas merupakan peta tata guna lahan kawasan sekitar site, terlihat adanya perkembangan komersial yang terjadi di sekitar akses utama kawasan batang kuis. Terdapat pula berbagai instansi pemerintah yang mendukung kegiatan perdagangan dan komersial.


(9)

4.1.3 Analisa Pencapaian

Gambar 4.3. Pencapaian Site Sumber: Pribadi

Gambar diatas merupakan peta pencapaian site dari luar kawasan kecamatan Batang Kuis yakni Kota Medan, Bandara Kuala Namu, Batang Kuis dan Lubuk Pakam.

Berikut peta kawasan site (berada di Jl. Pringgan) beserta akses ke Jl. Bandara, Jl. Batang Kuis dan kayu Besar dan ke Bandara. Pemilihan lokasi dijastifikasi dengan keempat kriteria lokasi yang sudah dijabarkan diatas.


(10)

Gambar 4.4. Peta pencapaian site ke jalan besar sekitarnya disertai dengan jarak dan tempuh

Sumber: Pribadi

Jarak tempuh yang dicapai dari site ke Bandara sejauh 12,9km selama 13 menit, serta memerlukan lebih dari 18km selama lebih dari 25 menit meuju ke Jalan besar Kayu Besar, melalui jalan tersebutlah akses utama menuju Pulau Samosir, Danau Toba, Bukit Lawang, Kota Medan dan daerah tujuan wisata lainnya di Sumatera Utara.


(11)

4.2 ANALISA MATAHARI DAN ANGIN

Gambar 4.5. Analisa Matahari dan Angin Sumber: Pribadi

4.3 ANALISA SIRKULASI DAN KEBISINGAN


(12)

Sumber: Pribadi

4.4 ANALISA UTILITAS

Gambar 4.7. Analisa Utilitas Sumber: Pribadi

4.5 ANALISA VEGETASI

Gambar 4.8. Analisa Vegetasi Sumber: Pribadi


(13)

4.6 ANALISA VIEW KE DALAM DAN KELUAR

Gambar 4.9. Analisa View Ke Luar dan Ke Dalam Sumber: Pribadi


(14)

4.7 ANALISA FUNGSIONAL

Berdasarkan data BPS Indonesia tahun 2015, jumlah wisatawan mancanegara yang datang melalui bandara Kuala Namu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Wisatawan Mancanegara yang Datang ke Sumatera Utara Menurut Pintu Masuk (orang), 2009 - 2013

Tahun/Bulan Bandar Udara

Polonia

Pelabuhan Laut Belawan

Pelabuhan Laut

Tanjungbalai Asahan Jumlah

2009 148 193 5 075 9 891 163 159

2010 162 410 17 202 11 854 191 466

2011 192 650 18 975 11 501 223 126

2012 205 845 22 132 13 856 241 833

2013 225 550 22 631 11 118 259 299

Sumber: BPS 2015

Rumus proyeksi wisatawan :

Pn = Po ( 1 + r )

n

Keterangan : Pn = jumlah penduduk pada tahun n (ditanyakan)

Po = jumlah penduduk pada tahun 0 / tahun dasar (diketahui) n = jumlah tahun antara 0 hingga n

r = tingkat pertumbuhan penduduk pertahun ( dalam % )

Jumlah wisatsawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara melalui Bandara Udara Polonia pada tahun 2009-2013 mengalami peningkatan sebesar 10% (19340 wisatawan).

Pada tahun 2009 jumlah wisman yang berkunjung ke bandara tercatat 148193 jiwa.

Pn = Po ( 1 + r )n

P2025 = 148193 (1+ 10%)16 P2025 = 148193 x 4.59 P2025 = 680,205 wisatawan


(15)

Tabel 4.2 Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan akomodasi Lainnya Menurut Bulan dan Klasifikasi (%), 2009-2013

Tahun/Bulan Bintang 1

2009 28,92

2010 29,62

2011 34,17

2012 35,86

2013 35,21

Sumber: BPS 2015

Berdasarkan tingkat penghunian kamar hotel dan akomodasi lainnya menurut bulan dan klasifikasinya seperti tabel diatas, menurut klasifikasi hotel bintang 1 dengan rata2 tingkat penghunian tahun 2009-2013 sebesar 34%.

Persentase tingkat penghunian kamar bagi wisatawan yang menginap sebesar 34%, maka jumlah wisatawan yang diproyeksikan:

680,205 x 34% = 231270 wisatawan.

Untuk menghitung kebutuhan tempat tidur berdasarkan periode kunjungan pertahun, rumus yang digunakan sbb: (Lawson & Boud-Bovy, 1998:194)

Bf = � �

Keterangan :

Bf = Total jumlah tempat tidur yang diperlukan

Ty = Jumlah wisatawan per periode waktu (yang menginap pada hotel berbintang) Sn = Rata-rata masa menginap (1.3 hari)

Of = Faktor peluang menginap

Bf = . � %

Bf = tempat tidur


(16)

Rf = �� �

Keterangan:

Rf = Total jumlah kamar yang diperlukan Bf = Total jumlah tempat tidur yang diperlukan

Pr = Jumlah rata-rata nlai hunian kamar (jumlah orang per kamar)

Rf = .

Rf = 808 kamar

Tabel 4.3 Jumlah Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya menurut Kelas dan Kabupaten/Kota, 2011-2013 Kabupaten/Kota Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 Hotel

Melati Jumlah

Deli Serdang - 155 - - - 1233 1388

Kabupaten/Kota Bintang 1

01. N i a s -

02. Mandailing Natal 30

03. Tapanuli Selatan -

04. Tapanuli Tengah -

05. Tapanuli Utara 48

06. Toba Samosir -

07. Labuhanbatu 75

08. A s a h a n -

09. Simalungun 28

10. D a i r i -

11. K a r o 33

12. Deli Serdang -

13. L a n g k a t -


(17)

15. Humbang Hasundutan

-

16. Pakpak Bharat -

17. Samosir 45

18. Serdang Bedagai -

19. Batu Bara -

20. Padang Lawas Utara -

21. Padang Lawas -

22. Labuhanbatu Selatan

-

23. Labuhanbatu Utara 35

24. Nias Utara -

25. Nias Barat

71. S i b o l g a 13

72. Tanjungbalai -

73. Pematangsiantar -

74. Tebing Tinggi -

75. M e d a n 616

76. B i n j a i -

77. Padangsidimpuan -

78. Gunungsitoli -

Sumber: BPS 2015

Tabel 4.4 Jumlah Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Kelas dan Kabupaten/Kota, 2011 - 2013

Kabupaten/Kota Bintang 1

Deli Serdang -

Karo 33


(18)

Toba Samosir 45

Medan 616

Sumber: BPS 2015

Tabel diatas merupakan tabel jumlah kamar hotel dan akomodasi lainnya dengan klasifikasi hotel bintang 1 di kabupaten2 yang memiliki Daerah Tujuan Wisata Sumatera Utara (DTW). Berdasarkan tabel diatas, jumlah kamar hotel bintang 1 di Kab. Deli Serdang tidak terdata, sehingga acuan jumlah kamar maksimal yang digunakan yaitu 616 (jumlah kamar hotel bintang 1 di Medan).

Maka perkiraan kapasitas jumlah kamar hotel bintang 1 yang diperlukan untuk membangun hotel bintang 1 di kawasan Kabupaten Deli Serdang:

(Jumlah maks kamar hotel bintang 1 berdasarkan periode kunjungan wisatawan pertahun) – (Jumlah maks kamar hotel bintang 1 berdasarkan data jumlah kamar eksisting)

= 808 kamar – 616 kamar = 192 kamar

4.8 ANALISA TEKNOLOGI

Struktur bangunan menggunakan rangka kaku (rigid frame) dengan core (inti) bangunan berada didalam bangunan memanjang. Struktur rangka kaku (rigid frame) merupakan struktur yang terdiri atas elemen-elemen linear, seperti kolom dan balok yang ujung ujungnya dihubungkan dengan joints titik hubung" yang bersifat kaku atau rigid, bedakan dengan struktur pos-and-beam yang titik hubungnya bersifat sendi atau roll. Aksi lateral pada rangka menimbulkan lentur, gaya geser, dan gaya aksial pada semua elemen balok dan kolom. Momen lentur akibat lateral akan mencapai maksimum pada penampang dekat titik hubung. Sehingga ukuran elemen struktur didekat titik hubung harus dibuat lebih besar atau diperkuat. Efek beban lateral yang bekerja pada struktur rangka kaku gedung bertingkat banyak, dimana semakin tinggi gedung semakin besar momen dan gaya-gaya pada setiap elemen. Apabila gaya yang bekerja sudah sedemikian besar, maka diperlukan kontribusi struktur lain, seperti bracing, sistim core ataupun dinding geser. Distribusi gaya pada struktur rangka pada


(19)

gedung tingkat banyak, apabila gedung mengalami gaya lateral maka akan terjadi kolom yang mengalami gaya tarik dan mengalami gaya tekan. Struktur rangka rigid frame" merupakan struktur yang terdiri atas elemen-elemen linear, umumnya balok dan kolom, yang ujungujungnya dihubungkan dengan joints titik hubung" yang dapat mencegah rotasi relatif diantara elemen struktur yang dihubungkannya. Dan untuk memahami perilaku struktur rangka sederhana adalah dengan membandingkan perilakunya terhadap beban dengan struktur post-and-beam. kerangka terdiri atas komposisi kolom-kolom dan balok-balok. Unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya-gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal sebagai pemegang dan media pembagi beban dan gaya menuju kolom. Efek turunnya tumpuan (support settlement) pada struktur rangka, karena adanya perbedaan penurunan tumpuan.

Gambar 4.10 Struktur Bangunan Rangka Kaku Sumber: Data Arsitek

Gambar diatas merupakan contoh penggunaan struktur bangunan rangka kaku. Inti bangunan yang digunakan berada didalam bangunan seperti contoh diatas. Sistem utilitas bangunan yang digunakan adalah baris kedua kolom pertama, yaitu utilitas bangunan berada di sepanjang koridor sirkulasi bangunan.


(20)

Gambar 4.11 Sirkulasi Bangunan Tinggi Sumber: Data Arsitek


(21)

Tabel 4.5 Karakteristik Tata Letak Inti Bangunan

Sumber: Data Arsitek

Gambar 4.12 Letak Inti yang dipakai Sumber: Data Arsitek

Tata letak inti bangunan seperti gambar diatas adalah penggunaan letak inti di ujung bangunan, namun dikarenakan bentuk bangunan yang emmanjang, sehingga karakteristik fleksibilitas bangunan seperti bangunan dengan inti ditengah.


(22)

Penerapan tema pada bangunan hotel seperti yang sudah dijabarkan pada subbab penerapan tema sejenis, yaitu menggunakan teknologi hemat energi dalam Rancangan Hotel yang menggunakan panel surya sebagai sumber listrik, penya rigan air hujan untuk dapat digunakan kembali, bukaan dalam bangunan sebagai penerangan alami bangunan untuk mengurangi penggunaan lampu penerangan, serta menggunakan penggunaan AC hanya di ruangan kamar dan kantor, ruangan lain seperti ruang makan, ruang bersantai dan berkumpul dikonsepkan dengan ruangan yang memiliki banyak bukaan dan area hijau untuk meminimkan panas dan menggunakan penghawaan alami serta penggunaan ruangan rooftop, sehingga dapat menurunkan tingginya kebutuhan listrik dan air.

Gambar 4.13 Panel Surya Sumber: Internet


(23)

Gambar 4.14 Konsep Penyaringan Air Hujan Sumber: Internet

Gambar diaats merupakan konsep penyaringan air hujan menjadi air yang dapat digunakan kembali sebagai suplai air bersih pada bangunan hotel.

Gambar 4.15 Konsep Penyaringan Air Hujan Khusus Sumber: Internet

Gamabr daiats merupakan alternatif penggunaan sistem penyaring air hujan, serta teknologi pendingin ruangan dengan menggunakan teknologi aliran air ke seluruh dinding bangunan.


(24)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1. Konsep Perancangan Tapak

Gambar 5.1 Konsep Tapak Sumber: Pribadi

Gambar diatas merupakan gambar perancangan tapak /groundplan pada perancangan Hotel Ekonomis. Berikut rincian fasilitas yang tersedia:

1. Area sirkulasi kendaraan pribadi dan bus menuju hotel

2. Area sirkulasi kendaraan servis berupa truk, maupun kendaraan pribadi staff (mobil dan motor)

3. Lokasi berada di Jl. Pringgan (jalan kolektor dr Jl. Bandara, jalan utama menuju site)

4. Area perkerasan untuk pejalan kaki (area plaza paling bawah tapak merupakan area ruang terbuka komersil yang disewakan pihak hotel sebagai penarik minat pengunjung baik lokal maupun wisman untuk


(25)

melakukan aktifitas komersil seperti pasar malam, perayaan lebaran, perlombaan dsb.

Area biru merupaan sirkulasi kendaraan pengunjung hotel, sedangkan area hijau yaitu area servis tidak tehubung dengan area pengunjung.

Area sirkulasi pengunjung diarahkan untuk berbagai tujuan: 1. Drop off tanpa memarkirkan kendaraan

2. Drop off dan memarkirkan kendaraan 3. Memarkirkan kendaraan

4. Memarkirkan kendaraan dan menjemput pengunjung Area sirkulasi servis diperuntukkan untuk:

1. Jalur loading dock yang berada di samping dapur 2. Jalur parkir motor dan mobil staff

5.2. Konsep Perancangan Bangunan

Gambar 5.2 Konsep Core Sumber: Pribadi


(26)

Core/ inti bangunan terletak didalam bangunan (pinggir bangunan) sebagai struktur utama bangunan dan sebagai transportasi vertikal bangunan. Transportasi vertikal pada core berisi 2 (dua) lift pengunjung, 1 (satu) lift barang, shaft utilitas dan elektrikal, ruang linen serta tangga servis. Bangunan memiliki 2 (dua) tangga pengunjung atau bisa digunakan sebagai tangga kebakaran di kedua ujung bangunan, dimana tangga tidak memerlukan shaft bertekanan karena tangga berada di sisi bangunan yang memiliki sirkulasi udara luar melalui ventilasi tangga. Posisi tangga tersebut memungkinkan kenyamanan penerangan tinggi, sirkulasi udara luar yang baik sebagai penghalang asap bangunan yang masuk ke ruang tangga, serta efisiensi tinggi karena dapat dijangkau oleh pengunjung didalam bangunan dan langsung diarahkan ke luar bangunan apabila terjadi kebakaran.

Kolom bangunan menggunakan sistem penyusunan kolom berdasarkan grid dengan modul grid 6m dan 4 m, disertai dengan area berwarna kuning didalam bangunan yaitu area shaft bangunan yang menyuplai air bersih dan menampung air kotor dari setiap kamar hotel.

Gambar 5.3 Konsep Tipe Kamar Sumber: Pribadi


(27)

Tipe kamar yang disedia di hotel ekonomis ini memiliki 6 tipe kamar dengan kebutuhan dan luasan yang berbeda-beda. Setiap lantai memiliki jumlah dan tipe kamar yang sama dan disusun secara tipikal untuk memudahkan sistem utilitas plumbing setiap kamar. Kamar tipikal yang terdapat pada hotel ini berada pada lantai 2-9 (8 lantai), namun lantai 2 bagian kiri bangunan digunakan sebagai fasilitas umum pengunjung hotel. Berikut perincian tipe kamar, jumlah penghuni dan jumlah kamar yang tersedia:

Tipe-tipe kamar berdasarkan jumlah penghuni dan kamarnya setiap lantai: 2 Deluxe Room (2 org)

2 Dorm A (16 org) 1 Dorm C (6 org) 10 Dorm B (6-8 org) 15 Single A (1 org) 6 Single B (1 org) Total kamar = 36 Kamar

Total Penghuni = 123+6 = 129 org

Kapasitas Kamar Mandi diluar kamar:

5 org = 1 kamar (berdasarkan standar kebutuhan jumlah kamar mandi di hotel ekonomis standar internasional)

Jumlah pengunjung yang menginap di kamar tanpa kamar mandi: Single A+ Dorm C = 15 org + 32 org = 47 org

Jumlah kamar mandi minimal = 9 Kamar Mandi

Tersedia 6 kamar mandi untuk wanita dan 6 kamar mandi untuk (3 Toilet dna 3 shower)

Total kapasitas pengunjung:

(129 org / lantai x 7 lantai) + (Single A, B, Dorm C = 33org) 903 org + 33 org = 936 org

Total kamar: (36/lantai X 7 lantai) + (Single B, Dorm C = 23Kamar) 252 + 23 = 275 Kamar.


(28)

Interior kamar menggunakan ranjang bertingkat dengan pemisah triplek untuk memisah ranjang antar pengguna agar aktivitas privasi pengunjung yang meninap masih dapat dijaga. Sementara itu interior ruang aktivity sebagai ruang fasilitas tambahan untuk bersantai, menggunakan media komputer dan tempat bersantai.


(29)

Sumber: Pribadi

5.2.1 Konsep Penzoningan

Gambar 5.5 Konsep Penzoningan Sumber: Pribadi

Gambar diatas merupakan konsep penzoningan dari hasil rancangan Hotel Ekonomis. Berikut adalah keterangan warna:

1. Merah : Zona Pengunjung yaitu area lobi, breakfast area, kamar tidur dan kamar mandi. Zona ini adalah zona umum kegiatan pengunjung.

2. Biru : Zona servis yaitu ruang utilitas, mekanikal, lift barang, tangga servis, ruang manajer, toilet staff, musholla, laundry room, dapur breakfast, dan ruang penyimpanan lainnya. Zona ini hanya dapat diakses oleh staff dan pekerja. 3. Hijau : zona pendukung atau fasilitas berupa resepsionis, ruang penyimpanan

koper, toilet umum, lift penumpang, ruang aktivity, dan ruang multimedia. 4. Ungu : zona ini diperuntukkan untuk komersil seperti atm, money changer,

dan bar.

5. Kuning : zona evakuasi kebakaran yaitu tangga darurat dari rooftop ke lantai 1.

Zona yang diberikan merupakan hasil dari kebutuhan zoning utama yang disesuaikan dengan pergerakan orang, fungsi ruang, efisiensi aktivitas, serta kebutuhan keamanan. Berdasarkan keseluruhan, zoning servis yaitu zona biru berada di belakang bangunan menghadap Utara, zoning pengunjung berada di depan dan tidak dapat terakses ke servis, serta zona evakuasi kebakaran di kedua sisi terujung bangunan.


(30)

5.2.2 Konsep Sirkulasi

Gambar 5.6 Konsep Sirkulasi Sumber: Pribadi

Gambar diatas merupakan konsep penzoningan sirkulasi dari hasil rancangan Hotel Ekonomis. Berikut adalah keterangan warna:

1. Merah : Zona sirkulasi pengunjung utama sebagai pergerakan utama pengunjung di dalam bangunan.

2. Biru : Zona servis yang hanya dapat diakses oleh staff pekerja hotel.

3. Kuning : zona sirkulasi vertikal servis dan zona kebutuhan maintenance servis.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa zoning sirkulasi pengunjung beada di tengah bangunan dan zoning sirkulasi servis berada di tengah dan belakang bangunan.


(31)

Gambar 5.7 Konsep Vegetasi Sumber: Pribadi

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa konsep vegetasi hotel memiliki area hijau luas baik di depan, samping dan belakang bangunan bahkan di sekitaran parkiran mobil. Pohon yang ditanam di area berupa pohon rindang, pohon hias dan tanaman hias mengelilingi lokasi. Pohon besar rindang ditanam di sekitaran parkiran sebagai peneduh pemarkir mobil dan peneduh pejalak kaki di tgrotar menuju hotel.


(32)

Gambar 5.8 Konsep Orientasi Matahari Sumber: Pribadi

Dari gambar diatas dapat terlihat orientasi matahari mengenai bangunan tidak secara langsung, karena arah timur dan barat bangunan, yaitu area sisi fasad yang mengenai matahari langsung jauh lebih sedikit dibandingkan dengan area fasad bangunan yang menghadap utara dan selatan. Sehingga terik matahari dan panas matahar yang masuk ke dalam bangunan tidak terlalu banyak, sehingga megurangi emisi gas dan karbon dioksida di dalam bangunan tidak terlalu banyak. Sementara kebutuhan matahari itu sendiri juga sudah mencukupi area tapak terlebih area tapak luas.

5.2.5 Konsep Fasade dan Material


(33)

Sumber: Pribadi

Gambar diatas merupakan konsep penggunaan material fasad. Fasad bangunan menggunakan 2 material utama, fabric cement dan teracota. Fabric cement sebagai bahan utama fasad bangunan merupakan jenis semen yang tidak perlu dicat kembali karena sudah memiliki alur yang dapat memperindah fasad. Tanpa adanya cat maka biaya yang diperlukan semakin sedikit, dan maintenance fasad tidak terlalu banyak. Penggunaan material ini sangat cocok untuk diaplikasikan ke fasad bangunan hotel ekonomis ini. Sementara teracota merupakan lapisan aluminium fasad sebagai secondary skin yang menutupi bagian selatan dan barat dan menutupi setinggi fasad bangunan lantai 1, 2 dan sebagian dari lantai 3. Teracota emmbuat bangunan tampak berwarnadan lebih menarik. Material ini sangat mudah dipasang, harga terjangkau dan tidak perlu sering maintenance, sehingga panel aluminium ini sangat cocok untuk diaplikasikan sebagai secondary skin bangunan.


(34)

Gambar 5.10 Konsep Bentukan Massa Sumber: Pribadi

Bentuk bangunan berbentuk persegi panjang mengikuti kebutuhan sisi fasad bangunan sebelah timur dan barat yang lebih sempit karena cahaya matahari pagi dan sore yang tinggi, dan sisi tersebut miring sebesar 45º. Bentuk ini terinspirasi dari bentuk bangunan hotel ekonomis di Perancis yang murah namun masih terlihat elegan dan indah. Bentuk bangunan massa seperti ini juga memberi kesan bangunan yang tidak monoton persegi sehingga terlihat berbeda dibandingkan denga bangunan eksisting di sekitarnya.


(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(51)

(52)

(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

Judul proyek ini adalah Hotel Ekonomis (Budget Hotel) di Kuala Namu Arsitektur Hemat Energi. Hotel Ekonomis di Kuala Namu terdiri dari 3 kata dengan pengertian yang berbeda sebagai berikut:

Hotel ialah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil. (Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987)

Ekonomis ialah kata yang berhubungan dengan pengeluaran uang, penggunaan barang, bahasa bahkan waktu secara hati-hati/ hemat.

Kuala Namu merupakan sebutan sebuah kawasan di sekitar Bandara Kuala Namu, yaitu terletak di sekitar kecamatan Beringin, kecamatan Batang Kuis dan kecamatan Pantai Labu.

Jadi Hotel Ekonomis di Kuala namu merupakan suatu akomodasi sebuah penginapan di sekitar bandara Kuala Namu dengan berstandar bintang satu dengan ketentuan harga penginapan yang murah.

2.2 Ttinjauan Umum Proyek

2.2.1 Studi Banding Proyek dengan Fungsi Sejenis

Studi banding Hotel Ekonomis yang dapat dijadikan paduan seperti Harris Hotel. Berikut data perancangan harris Hotel:


(54)

Gambar 2.1 Konsep Bali Hotel Sumber: Internet


(55)

Gambar 2.2 Masa dan Tampak Bali Hotel Sumber: Internet


(56)

Gambar 2.3 Fungsi dan Fasilitas Bali Hotel Sumber: Internet


(57)

Gambar 2.4 Gambar Perancangan Bali Hotel Sumber: Internet

Gambar Harris Hotel dan data diatas merupakan satu dari ribuan hotel ekonomis yang sukses di Indonesia. Kesimpulan yang didapat melalui data diatas yaitu keberhasilan membangun hotel tidak hanya dilihat dari rancangan hotel yang sesuai dengan kebutuhan dan minat pengunjung, namun juga dilihat dari pasar


(58)

kebutuhan penginapan yang diintegrasikan dengan lokasi, aksesibilitas, feasibilitas serta kenyamanan dan keamanan penginapan.

2.3 Lokasi Perancangan

Hotel Ekonomis akan dibangun di lokasi yang strategis dan berada di kawasan bandara Kuala Namu, berada di kecamatan batang kuis tepatnya dekat dengan simpang perbatasan jalan utama bandara dengan jalan batang kuis, serta dekat dengan berbagai sarana dan fasilitas pendukung lainnya seperti mesjid, rumah makan, indomaret, pasar sore, dan pertokoan komersil lainnya.

2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Tabel 2.1 Syarat Pemilihan Lokasi

No. Kriteria Lokasi

1 Tinjauan terhadap

struktur kota

Berada di kawasan dekat dengan bandara Kuala namu, dan jalan besar bandara, batang kuis dan kayu besar, serta dekat dengan pusat transportasi umum

2 Pencapaian

Akses pencapaian terdapat angkutan umum dan pribadi dari badan jalan masih terjangkau serta pengaturan jalan masih dapat dikontrol dengan baik

3 Ukuran Lahan

Ukuran lahan mencukupi kebutuhan ruang secara fungsional beserta fasilitas-fasilitas yang direncanakan (maksimal 1500m2)

4 Kemudahan Entrance Entrance menuju dan keluar tapak mudah diakses oleh pengguna dan pengunjung hotel

5 Kontur Tapak Kontur tapak relatif datar untuk memudahkan akses pencapaian dan pergerakan aktivitas transportasi

Sumber : Pribadi, 2016

Berikut peta kawasan site (berada di Jl. Pringgan) beserta akses ke Jl. Bandara, Jl. Batang Kuis dan kayu Besar dan ke Bandara. Pemilihan lokasi dijastifikasi dengan keempat kriteria lokasi yang sudah dijabarkan diatas.


(59)

Gambar 2.5 Peta pencapaian site ke jalan besar sekitarnya disertai dengan jarak dan tempuh


(60)

2.3.2 Alternatif Pemilihan Lokasi

Gambar 2.6 Peta Kawasan Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Sumber: Internet

Gambar 2.7 Peta Struktur Kota sekitar Alternatif Site Sumber: Internet

Tinjauan struktur kota pada kawasan alternatif site yang berada di kecamatan batang kuis berupa posisi lokasi site yang diintegrasikan terhadap aksesibilitas transportasi terdekat dengan site, yaitu aksesibilitas yang melayani kecamatan Tanjung Morawa (berada di selatan kawasan kec. Batang Kuis), kecamatan Beringin


(61)

(berada di timur kawasan kec. Batang Kuis), kecamatan Pantai Labu (berada di utara kawasan kec. Batang Kuis), kecamatan Percut (berada di barat kawasan kec. Batang Kuis), serta Kota Medan yang memiliki akses terdekat dan tercepat dari dan ke kec.

Batang Kuis.

Gambar 2.8 Peta Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kuala Namu dan Sekitarnya

Sumber: Internet

Berdasarkan pelayanan tata ruang kawasan di sekitar Kuala Namu, kawasan komersial untuk setiap fungsinya tersebar ke seluruh kawasan di sekitar Kuala Namu. Ini berdampak dengan perkembangan komersil terutama perkembangaan akomodasi perhotelan yang berada tak jauh dari bandara. Kawasan kecamatan Batang Kuis yang berlokasi di site itupun diperuntukkan untuk perkembangan komersial di kawasan tersebut, sehingga pembangunan Hotel Ekonomis ini merupakan salah satu pembangunan yang memicu pertumbuhan kawasan ini terlebih beralokasi di lokasi yang strategis.


(62)

2.3.3 Area Pelayanan

Gambar 2.9 Peta Pencapaian ke Lokasi Site Sumber: Pribadi

Lokasi site dapat dicapai dari Jalan Bandara dengan Jalan Bantang Kuis. Jalan bandara merupakan jalan kolektor dan Jalan Batang Kuis merupakan jalan lingkungan. Keduanya memiliki jumlah kendaraan yang berlalu lalang banyak terutama pada jam-jam tertentu.

Pencapaian menuju site dapat dicapai dengan beberapa moda transportasi yang ada, baik melalui angkutan pribadi maupun angkutan umum. Lokasi site terhadap pusat kota Medan yaitu Medan, Tembung, Batang Kuis, Aras Kabu, Lubuk Pakam (Kuala Namu) sepanjang 33.8 kilometer ditempuh dengan kendaraan pribadi dan umum. Lokasi site juga dapat dicapai dengan jalan bebas hambatan yaitu melalui TOL Balmera. Jarak 15 kilometer dapat ditempuh dari simpang jalan Kayu Besar sampai ke Bandara Kuala Namu.


(63)

Gambar 2.10 Peta Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Sumatera tara Tahun 2003-2018.

Sumber: Internet

Hotel Ekonomis di Kuala Namu ini melayani kota-kota di Provinsi Sumatera Utara yang tertera pada gambar diatas.


(64)

Gambar 2.11 Peta kawasan Daerah Tujuan Wisata (DTW) terhadap site. Sumber: Internet

Gambar peta diatas merupakan area pelayanan kabupaten yang memiliki DTW sebagai tujuan wisata wisatawan yang berkunjung melalui Bandara Kuala Namu.

Adapun DTW yang ada di Sumatera Utara adalah sbb: 1. Kabupaten Deli Serdang

1) Kota Medan (bangunan bersejarah seperti Istana Maimun, Kantor Pos, Tjong A Fie, dll; Situs Kota Cina, Danau Siombak, Asam Kumbang, dll)

2) Pemandian Alam Lau Sigembur 3) Pemandian Alam Pantai Kasanova 4) Taman Hutan Wisata Sibolangit 5) Pemandian Alam Sembahe 6) Pemandian Alam Pulo Sari

7) Pemandian Alam Pantai Sari Laba Biru Indah 8) Objek Wisata Gua dan Air Panas Penen 9) Pemandian Bendungan Namurambe 10)Pemandian Alam Loknya

11)Danau Linting

12)Air Terjun Dua Warna 13)Pantai Muara Indah 14)Sungai Dua Rasa 2. Kabupaten Langkat

 Bukit Lawang 3. Kabupaten Karo

1) G. Sibayak 2) G. Sinabung 3) Berastagi 4) G. Sipiso-piso 5) Bukit Barisan

4. Kabupaten Samosir dan Toba  Danau Toba

5. Kabupaten Serdang Bedagai  Pantai Cermin


(65)

Lokasi lahan terletak di jalan Bandara Kuala namu dekat dengan persimpangan Jl. Batang Kuis-Kuala Namu. Batas-batas site:

Sebelah Timur : Rumah Penduduk Sebelah Selatan : Jl. Pringgan Sebelah Barat : Rumah Penduduk Sebelah utara : Pertanian sawit

Luas lahan : 1 ha. (10000m2) Kontur : Relatif rata GSB : 2.5 m

Jarak dari pusat kota: dari Medan-Tembung-Batang Kuis-Aras Kabu-Lubuk Pakam-Kuala namu sepanjang 33,8km.

Pemilik : Persero Ketinggian maksimum : 46m Lantai : 9 lantai maksimal

Motel = tempat menginap yang didesain untuk pengunjung bermotor, terletak disamping jalan, memiliki fasilitas yang minim dan area parkir yang cukup untuk kendaraan bermotor. Tempat menginap tidak lebih dari 1 lantai.

Hostel = tempat menginap yang ideal untuk backpackers dan budget travelers, fasilitas akomodasi murah, pengunjung biasanya berbagi ruang tidur dan terdapat fasilitas komunal.

(sumber: Architect Handbook by Fred Lawson)

Dapat disimpulkan bahwa hotel Ekonomis / Budget Hotel merupakan tipe Hostel.

Program Ruang hotel bintang 1 yang dibatasi oleh Fred Lawson adalah sebagai berikut:

1. Kamar tidur

2. Sirkulasi vertikal (tangga/lift) 3. Kantor manajer


(66)

5. Area laundry 6. Loker karyawan 7. Kantor teknisi 8. Dapur

9. R. Santai/ R. Makan 10.Toilet umum

(sumber: Architect Handbook by Fred Lawson)

Jumlah parkir (khusus untuk perhitungan hotel bintang 1/ budget hotel) = /10 unit kamar

Total = 9 = 19 parkir mobil (minimal)

(sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE)

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) = 70%

Koefisien Dasar hijau (KDH) = 100% - (KDB + 20%KDB)

Garis Sepadan Bangunan (GSB) = jalan + 1 = x3 + 1 = 2.5

Garis Sepadan Belakang = 2 m

Garis Sepadan Samping = 1 m

Tinggi maksimum = 46m (9lantai)

(sumber: Perda No. 6 Tahun 2011, Deli Serdang) KDB = Luas Lahan x 70%

10000 m² = Luas Lahan x 70% Luas Lahan = 10000 x

7 Luas Lahan = 14286 m²

KDH = 100% - (KDB + 20%KDB) = 16% Luas Lahan

= 16% x 14286 = 2286 m² GSB = jalan + 1

= 3 + 1 = 2.5 m


(67)

(68)

Gambar 2.12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN TERTENTU BUPATI DELI

SERDANG. Sumber: UUD


(69)

Gambar 2.12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN TERTENTU BUPATI DELI

SERDANG. Sumber: UUD

2.4 TINJAUAN KELOMPOK DAN PELAKU KEGIATAN

2.4.1 Deskripsi Kegiatan Pengguna Deskripsi pengguna

Pelaku dan kegiatan pengunjung hotel secara garis besar terdiri dari: a. Kelompok pengguna/ pengunjung


(70)

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini adalah orang yang menginap di hotel dengan tujuan utama sebagai tempat beristirahat dengan mempertimbangkan harga dan kebutuhan utama selama berkunjung. Kegiatan pengguna yang beristirahat di hotel ini adalah sebagai turis, atau untuk melakukan kegiatan bisnis.

b. Kelompok pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam hotel yang mengatur segala operasional, keamanan maupun maintenance.

Tabel 2.2 Tabel Deskripsi Pengguna Tamu Pengguna Kamar

Fungsi Kegiatan Sifat Ruang

Service Memarkirkan kendaraan PB R. Parkir

Service Mengurus administrasi PB Resepsionis, lobby

Hunian Tidur, istirahat PR Kamar Tidur

Service Mandi, buang air, sikat gigi PR Toilet/ KM

Fasilitas Makan, minum SP Ruang makan/santai

Fasilitas Bersantai, nonton TV SP Ruang makan/santai

Karyawan Hotel

Fungsi Kegiatan Sifat Ruang

Service Parkir SP R. Parkir

Service

Bekerja/mengurus administrasi, mengantar koper/barang bawaan tamu

SP Resepsionis, lobby, kamar tamu

Service

Bekerja mengurus dapur, menyiapkan makanan, mengantar makanan, mengambil dan mencuci piring, loading barang, mencatat barang dan menyimpan perlengkapan dapur

PR

Dapur, ruang makan, gudang dapur, loading dock


(71)

Service

Membersihkan ruangan kamar, mengambil dan mencuci laundry, menjemur dan melipat kemudian mengembalikan laundry ke tamu, membuang sampah, mengurus keperluan kamar dan mencuci sprei tempat tidur

PR

Janitor, kamar tamu, laundry area, gudang peralatan, jalur servis

Service

Mengatur operasional hotel, keuangan, dan mengontrol karyawan

PR R. Manajer

Service Mengatur sistem mekanika elektrikal hotel, plumbing, ac dsb PR

R. Operasional teknis, semua ruangan hotel Fasilitas Makan, Minum, menyimpan

brang bawaan, istirahat PR R. Loker

Service Buang air PR Toilet

Sumber: Pribadi

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Standar Ruang Keterangan Sumber:

NAD : Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek, jilid 1 dan 2. Erlangga. Jakarta

TS : De Chiara, joseph, and John Calender. 1973. Time Saver Standard for Building Types. McGraw Hill Book Company. New York.

SBT : Sistem Bangunan Tinggi

Kebutuhan Areal Parkir Hotel

 Menurut SBT, standar parkir untuk hotel bintang 1 dihitung 1 slot parkir per 10 unit kamar. Jadi jumlah parkir mobil untuk tamu di hotel yang memiliki 105kamar adalah 105/5 = 11 slot parkir minimal, total luasan parkir 152m2

 Untuk parkir kendaraan roda 2 bagi tamu diasumsikan sebanyak 6 parkir kendaraan beroda dua, karena hotel diperuntukkan untuk pengunjung wisatawan mancanegara yang menggunakan transportasi umum jauhlebih banyak dibandingkan dengan kendaraan pribadi, sehingga total luasan jumlah parkir 6 x 1.8 = 10.8m2.


(72)

 Untuk parkir kendaraan mobil dan beroda dua diasumsikan dari jumlah parkir untuk servis dan pengelola.

Tabel 2.3 Tabel Deskripsi Ruang HOTEL EKONOMIS

FUNGS

I DESKRIPSI

ZO NA KA PA SIT AS STANDA R STA NDA RD (m2) JUM LAH (unit) LUAS (m2) SUMB ER AREA HUNIAN Kamar Hotel

Kamar 1B PR 2 3X4.5 13.5 60 810 NAD

Kamar 1B +

WC PR 2 3X5.5 16.5 60 990 NAD

Kamar 2B +

WC PR 4 4x5.5 21 60 1260 NAD

Kamar doubled PR 2 4X8 32 10 320 NAD

Kamar Mandi PR 1 2X3 6 36 216 NAD

TOTAL 226 3596

SIRKULASI 30% 1078.8

TOTAL LUAS 4674.8

AREA PUBLIK

Lobby

Resepsionis PB 2

0.5m2 x

jlh kamar 100 1 100 P R. Santai/

Makan PB 25

1.9m2 x

jlh kamar 400 1 400 NAD

Toilet SP 1 2 x 3 6 10 60 NAD

RTH Taman PB 50 20 x 25 500 1 500 A

TOTAL 13 1060

SIRKULASI 30% 318

TOTAL LUAS 1378

AREA SERVIS

PENGE LOLA

Kantor Manajer PR 1

0.15m2 x

jlh kamar 32 1 32 P

R. Mekanikal PR 1 asumsi 40 1 40

Kantor Teknisi PR 1

0.12m2 x

jlh kamar 25 1 25 P


(73)

jlh kamar Loker

Karyawan SP 8

0.6m2 x

jlh krywn 5 1 5 P

PELAY ANAN

Toilet SP 10 2 x 3 6 10 60 NAD

Dapur SP 5

0.9m2 x

jlh kamar 189 1 189 P

Loading Dock PR 2 mo bil

0.7m2 x

jlh kamar 147 1 147 TS

Gudang dapur PR 1

0.25m2 x luas dapur

47.2

5 1 47.3 DA

Gudang

peralatan PR 1

0.25m2 x luas dapur

47.2

5 1 47.3 DA

Janitor PR 1 asumsi 3 1 3

Musholla PB 20 asumsi 100 1 100

TOTAL 21 821.5

SIRKULASI 30% 246.45

TOTAL LUAS 1067.95

AREA PARKIRAN

PARKI RAN

Parkir tamu

(mobil) PB 50

2.3m x 5.5m /mobil

12.6

5 50 633 DA

Parkir tamu

(motor) PB 50

0.9m x

2m/mobil 1.8 50 90 DA

Parkir kryw

(mobil) SP 10

2.3m x 5.5m /mobil

12.6

5 10 127 DA

Parkir kryw

(motor) SP 10

0.9m x

2m/mobil 1.8 10 18 DA

Parkir Bus PB 5

12m x

2.8m /bus 33.6 5 168 DA

TOTAL 148 1035

SIRKULASI 100% 1035

TOTAL LUAS 2070

LUAS TOTAL KESELURUHAN

Jenis Kelompok Ruang Luasan (m2)

Ruang Hunian Tamu 4674.8

Area Publik 1378

Area Servis 1067.95

Area parkiran 2070

Total Luasan Bangunan 7120.75


(74)

Sumber: Pribadi

2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang a. Unit Hunian

Unit hunian harus memperhatikan standar tingkat kenyamanan dan keamanan bagi penghuni hotel.

b. Fasilitas

Fasilitas pendukung hunian hotel hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan penghuni akan bersosialisasi, bersantai, dan menikmati hidangan yang disajikan hotel.

c. Kantor Pengelola

Kantor pengelola harus memperhatikan fleksibilitas dan standar bagi para pekerja.

d. Servis

Area servis harus ditata sesuai standar agar tidak menggaggu keselamatan dan kenyamanan bagi penghuni, serta memperhatikan fleksibilitas untuk perawatannya.

2.4.3.1. Klasifikasi Hotel

Klasifikasi hotel berdasarkan sistem penjualan harga kamar, di mana harga kamar yang dijual hanya harga kamar saja atau merupakan sistem paket, yaitu:

1. Harga Jual

a. European plan Hotel

Hotel dengan biaya untuk harga kamar saja. Menggunakan sistem billing dan praktis

b. American Plan Hotel

Hotel dengan perencanaa biaya termasuk harga kamar dan harga makan, terbagi dua:

 Full American Plan (FAP) : Harga termasuk tiga kali makan sehari  Modified American Plan (MAP) : Harga termasuk dua kali makan


(75)

c. Continental Plan Hotel

Hotel dengan perencanaan harga kamar sudah termasuk dengan continental breakfast

d. Bermuda Plan Hotel

Hotel dengan perencanaan harga kamar yang sudah termasuk dengan American Breakfast

2. Ukuran Hotel a. Small Hotel

Hotel dengan jumlah kamar maksimal 25 kamar. Hotel ini biasanya dibangun di daerah dengan angka kunjungan rendah.

b. Medium Hotel

Hotel dengan jumlah kamar sekitar 29-299 kamar. Hotel ini biasanya dibangun di daerah dengan angka kunjungan sedang.

c. Large Hotel

Hotel dengan jumlah kamar minimun 300 kamar. Hotel ini biasanya dibangun di daerah dengan angka kunjungan tinggi.

3. Tipe tamu Hotel a. Bussiness Hotel

Merupakan hotel yang dirancang untuk mengakomoasi tamu yang mempunyai tujuan berbisnis. Hotel seperti ini memerlukan berbagai macam fasilitas seperti olah raga, bersantai, jamuan makan ataupun minum, fasilitas negosiasi dengan mengedepankan kenyamanan dan privasi yang tinggi. Selain itu standart luas ruang pertemuan juga perlu dipertimbangkan.

b. Pleasure Hotel

Merupakan hotel yang sebagian besar fasilitasnya ditujukan untuk memfasilitasi tamu yang bertujuan berekreasi. Sebagai fasilitas pendukung aktivitas rekreasi, hotek seperti ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk bersantai dan relaksasi baik itu unutk krgiatan outdoor ataupun indoor.


(76)

Merupakan hotel khusus bagi tamu antar negara. Hotel seperti ini sangant memerlukan privasi dan kemanan yang sangat tinggi. Biasanya lokasi hotel tersebut berada di pusat kota agar dekat dengan pusat pemerintahan suatu negara, atau berada jauh dari pusat kota tetapi lokasi tersebut mempunyai nilai lebih seperti pemandangan yang indah sehingga tamu daapt beristirahat dengan nyaman.

d. Sport Hotel

Merupakan hotel yang fasilitasnya ditujukan terutama untuk melayani tamu yang bertujuan untuk berolahraga. Untuk fasilitas sport hotel hampir sama dengan fasilitas pleasure hotel, hanya saja untuk fasilitas olah raga lebih ditonjolkan, tidak hanya sekedar fasilitas olah raga untuk berekreasi TELfasilitas untuk berekreasi juga tetap diadakan karena tidak semua tamu yang menginap di hotel tersebut merupakan kalangan penggemar olah raga saja tetapi juga merupakan masyarakat biasa.

4. Sistem bintang

Semakin banyak jumlah bintang suato hotel, pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik. Klasifikasi hotel berdasarkan sistem bintang, yaitu:

 Hotel bintang satu (*)  Hotel bintang dua (**)  Hotel bintang tiga (***)  Hotel bintang empat (****)  Hotel bintang lima (*****)

Khusus untuk hotel bintang lima, terdapat tingkatan yaitu Palm, Bronze, Diamond.

5. Lama Tamu menginap a. Transit Hotel

Hotel dengan waktu inap tiak lama (harian). Fasilitas yang dapat mendukung hotel seperti ini adalah layanan pada tamu dalam waktu singkat seperti laundry, restoran, dan agen perjalanan.


(77)

b. Semiresidential Hotel

Hotel dengan rata-rata waktu inap tamu cukup lama (mingguan). Fasilitas hotel seperti ini perlu dilengkapi dengan fasilitas yang lebih bervariasi, tidak membosankan, dan untuk waktu yang relatif lebih lama, seperti fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tenis, kolam renang,dll), dan fasilitas rekreasi (restoran, cafe, taman bermain,dll).

c. Residential Hotel

Hotel dengan waktu kunjungan tamu yangtergolong lama (bulanan). Hotel seperti ini mengedepankan rasa nyaman dan keamanan pada tamu hotel. Fasilitas yang disediakan biasanya fasilitas yang dibutuhkan sehari-hari seperti supermaket atau perbelanjaan, fasilitas kebugaran, (spa, jogging track, tenis, kolam renang,dll), fasilitas rekresi (taman bermain, restoran, cafe, dll). Maka dari itu perletakan hotel yang seperti ini biasanya digabungkan atau join dengan tempat perbelanjaan atau supermaket agar saling dapat memberikan keuntungan, layanan dan sebagai daya tarik pengunjung.

6. Aktifitas Tmau Hotel a. City Hotel

Hotel yang terletak di pusat kota dan biasanya menampung tamu yang bertujuan bisnis atau dinas. Sasaran konsumen dari hotel ini adalah tamu pebisnis atau urusan dinas, lokasi yang dipilh sebaiknya mendekati kantor-kantor atau area bisnis di kota tersebut.

b. Down Town Hotel

Hotel yang berlokasi di dekat perdagangan dan perbelanjaan. Sasaran konsumen dari hotel ini adalah pengunjung yang ingin berwisata belanja ataupun menjalin relasi dagang. Kadang hotel ini dibangun brgbung dengan suatu fasilits perbelanjaan agar dapat saling memberikan keuntungan.

c. Suburban Hotel/Motel

Hotel yang berlokasi di pinggir kota. Sasaran konsumen dari hotel ini adalah tamu yang menginap dengan waktu pendek dan merupakan fasilitas transit masyarakat yang sedang melakukan perjalanan.


(78)

Hotel yang dibangun di tempat-tempat wisata. Tujuan pembangunan hotel ini adalah sebagai fasilitas akomodasi dari suatu aktivitas wasata.

7. Lokasi

 City Hotel : hotel yang terletak di dalam kota, dimana sebagian besar tamu yang menginap melakukan kegiatan bisnis.

 Urban Hotel : hotel yang terletak di dekat kota  Suburb Hotel: hotel yang terletak dipinggiran kota

 Resort Hotel : hotel yang terletak di daerah wisata, dimana sebagian besar tamu yang menginap tidak melakukan usaha.

8. Jumlah kamar dan persyaratannya

Berdasarkan jumlah bintang yang disandang, jumlah persyaratan kamar dan lainnya, yaitu;

 Hotel bintang satu (*) : jumlah kamar standar, minimal 15 kamar dengan kamar mandi di dalam luas kamar standar minimum 20m2.  Hotel bintang dua (**) : jumlah kamar standar, minimal 20 kamar

dengan kamar suite, minimum 1 kamar 1 kamar mandi di dalam luas standar kamar, minimum 22m2 luas kamar suite, minimum 44m2.  Hotel bintang tiga (***) : jumlah kamar standar, minimal 30 kamar

kamar suite, minimum 2 kamar kamar mandi di dalam luas kamar standar, minimum 24m2 luas kamar suite, minimum 48m2.

 Hotel bintang empat (****) : jumlah kamar standar, minimal 50 kamar kamar suite, minimum 3 kmaar kamar mandi di dalam luas kamar standar, minimum 26m2 luas kamar suite, minimum 52m2.

2.5 ELABORASI TEMA

Hotel Ekonomis di Kuala Namu ini menggunakan tema arsitektur hemat energi, yaitu akomodasi yang menggunakan bangunan dengan teknologi penghematan energi baik dari segi material, konstruksi dan utilitas.


(79)

Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghemaan energi.

Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi. Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi energi.

Selain itu, dengan mengurangi emisi, penghematan energi merupakan bagian penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim. Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber tak dapat diperbaharui dengan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapi kekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi.

Frick, Heinz, dan Suskiyatno, FX. Bambang, 1998, menyebutkan bahwa eko-arsitektur adalah :

1. Holistis, berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai suatu kesatuan,

yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagianbagian.

2. Memanfatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan) dan

pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.

3. Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang

statis.

4. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan ke

dua belah pihak.

Dari pendekatam tersebut (Frick, Heinz & Suskiyatno, Fx. Bambang, 1998) maka dapat dipahami bahwa kehidupan bukan menciptakan lingkungan menurut


(80)

kebutuhannya, kehidupan bukan merupakan faktor penentu, melainkan suatu sistem keseluruhan, termasuk kehidupan dan lingkungan material.

2.5.2. Interpretasi Tema

Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010, tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan, Bab II pasal 4 dijelaskan bahwa kriteria bangunan ramah lingkungan sebagai berikut:

1. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi:

a. Material bangunan yang bersertifikat eco-label b. Material bangunan lokal.

2. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain:

a. Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi

b. Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumber daya air c. Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.

3. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain:

a. menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca.

b. Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi.

4. Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain:

a. Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon.

b. Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.

5. Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestikpada bangunan gedung antara lain:

a. Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus

b. Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.


(81)

6. Terdapat fasilitas pemilahan sampah

7. Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain: a. Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih;

b. Memaksimalkan penggunaan sinar matahari.

8. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain:

a. Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir.

b. Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim.

c. Mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang.

d. Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan.

9. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain: a. Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait

dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut.

b. Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat.

Keuntungan Tata Ruang Ramah Lingkungan:

Disain tata ruang ramah lingkungan memiliki beberapa keuntungan diantaranya:

1. Mengurangi biaya operasi a. Efisiensi energi

1) Disain ruang yang tanggap terhadap cuaca dan memakai teknologi hemat energi dapat mengurangi pemakaian pemanas dan pendingin sampai 60% serta, memotong pemakaian cahaya hingga 50% pada bangunan.

2) Pengembalian break evan point untuk bangunan yang menerapkan sustainable building lebih cepat dan lebih tinggi daripada bangunan yang tidak menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan sustainable building.

3) Partisipasi masyarakat dengan menerapkan program penghematan pemakaian listrik secara menyeluruh dapat menghemat jutaan watt listrik dan mengurangi tagihan listrik nasional pertahun.


(82)

b. Efisiensi air

Disain ruang yang tepat akan meminimalkan penggunaan air yang berlebih.

c. Pengurangan sampah konstruksi

1) Sampah konstruksi dan demolisi adalah 35-40% dari sampah padat municipal. 2) Daur ulang sampah konstruksi dan demolisi dapat memberikan penghematan yang

berarti. Perluasan lahan konstruksi bukan hanya dengan cara menguruk lahan tapi bisa juga dengan cara waste hauling dan tipping fest.

3) Daur ulang menciptakan pekerjaan. Merubah material-material sisa ini menjadi local processors jauh lebih baik dari pada hanya dijadikan bahan untuk menguruk tanah serta dapat menciptakan peluang-peluang ekonomi yang baru.

2. Mengurangi biaya pokok.

a. Rehabilitasi bangunan yang sudah ada dapat mengurangi biaya infra struktur dan material.

b. Disain yang terintegrasi dapat menghemat biaya sehingga biaya-biaya tersebut dapat dialihkan untuk kebutuhan yang lain.

c. Gedung yang hemat energi dapat mengurangi kebutuhan peralatan, pengurangan pemakaian peralatan seperti chiller atau insulasi seperti penahan panas.

d. Dengan mempergunakan pervious paving dan strategi runoff prevantion dapat mengurangi ukuran dan biaya dari struktur management stormwater .

3. Mengekspansi jangka waktu untuk mendapatkan keuntungan infestasi

Saat ini melalui analisa biaya life cycle building dapat dilihat nilai bersih sebuah design sebagai infestasi. Tujuan utama ialah untuk mencapai performance lingkungan yang paling baik dan paling efektif dalam biaya, jika memungkinkan hingga melewati dari masa perkiraan proyek tersebut. Dalam perputaran hidup sebuah bangunan 2% kurang lebih dari biaya keseluruhan life cycle adalah untuk biaya bangunan, 6% biaya operasi dan maintenance dan 92% adalah biaya personel.

Banyak penilaian bangunan (green building) memakai perkiraan ekonomi jangka panjang yang baik jika nilai pertama dikurangkan dari semua simpanan (saving) untuk masa depan, dan simpanan tersebut dikalkulasi dengan nilai (rate) pasar kapitalis (market capitalization).


(83)

Dengan kata lain banyak bangunan (green building) dinilai sebagai investasi yang nilainya akan bertambah sejalan dengan waktu, bahkan lebih dari nilai pasar.

Pengeluaran awal yang terlalu irit biasanya akan menghasilkan bangunan dengan pembiayaan yang lebih tinggi sepanjang life cycle dari bangunan tersebut. 4. Meningkatkan produktifitas dan kesehatan manusia

a. Dengan meningkatkan lingkungan dalam ruang maka dapat meningkatkan produktifitas pegawai sehingga 16%.

b. Pegawai yang bekerja di lingkungan dalam ruang yang sehat cenderung kurang melakukan absen dan mau bekerja lebih lama.

c. US Environmental Protecion Agency menilai bahwa polusi udara di dalam ruangan termasuk dalam lima tertinggi factor yang membahayakan kesehatan. Sepertiga dari bangunan-bangunan ditemukan mempunyai kondisi ruang dalam yang jelek.

d. Sindrome “bangunan sakit” dan penyakit yang disebabkan oleh kondisi bangunan diperkitakan memakan biaya perobatan jutaan rupiah per tahun dan hilangnya jumlah produktifitas pekerja.

e. Keuntungan bagi penyewa bangunan green building selain secara keseluruhan mendapatkan kualitas lingkungan yang baik, lingkungan kerja yang baik, kurangnya kecenderungan absen pegawai, moral pegawai yang lebih baik, tapi juga menjadi “terpandang” di mata komunitas lain.

f. Memastikan kondisi ruang dalam yang sehat dapat mengurangi asuransi, biaya operasional dan resiko bahaya.

Konsep dasar bangunan ekologis adalah bangunan dengan ciri sebagai berikut:

1. Bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi dengan baik dengan memperhatikan

kekhasan aktivitas manusia pemakaiannya serta potensi lingkungan sekitarnya dalam membentuk citra bngunan

2. Memanfaatkan sumber daya alam terbaru yang terdapat di sekitar kawasan

perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air).

3. Sistem bangunan bentuk yang mudah sehingga dapat dikerjakan dan dipelihara


(84)

4. Bangunan yang sehat, artinya yang tidak memberi dampak negatif bagi kesehatan

manusia dalam proses, pengoperasian/purna huni, maupun saat pembongkaran. Di dalamnya juga termasuk lokasi yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat dan suasana yang sehat.

Adapun arahan perencanaan bangunan ekologis adalah: perlindungan terhadap panas matahari, pemanfaatan matahari untuk pencahayaan alamiah siang hari, pemanfataan angin untuk pengkondisian udara alamiah, dan antisipasi terhadap curah hujan/kelembaban

2.5.3. Keterkaitan Tema dengan Judul

Dengan menggunakan tema arsitektur hemat energi, proyek hotel Ekonomis di Kuala Namu dapat meningkatkan inovasi arsitektur yang ramah lingkungan di kawasan Kuala namu dan dapat menarik peminat usaha penginapan lainnya yang ingin membangun penginapan dengan inovasi-inovasi lainnya, sehingga dengan adanya persaingan usaha ini dapat meningkatkan perkembangan urban kawasan Kuala Namu.

Bangunan, termasuk di dalamna bangunan hotel, menggunakan 50% energi secara umum atau 70% listrik dari total konsumsi di Indonesia, menjadikannya sebagai pengguna energi terbesar bahkan melebihi sektor industri dan transportasi. Besarnya energi pada bangunan ini berkontribusi terhadap tingginya biaya operasional bangunan (sebesar 25-30%), selain kontribusi yang cukup besar terhadap emisi gas rumah kaca dan pemanasan global. Sehingga penghematan energi menjadi salah satu solusi cerdas untuk diaplikasikan pada bangunan, terutama pada bangunan hotel.

2.5.4. Penerapan Tema dalam Rancangan

Penerapan teknologi hemat energi dalam Rancangan Hotel ini menggunakan panel surya sebagai sumber listrik, penyarigan air hujan untuk dapat digunakan kembali, bukaan dalam bangunan sebagai penerangan alami bangunan untuk mengurangi penggunaan lampu penerangan, serta menggunakan penggunaan AC hanya di ruangan kamar dan kantor, ruangan lain seperti ruang makan, ruang bersantai dan berkumpul dikonsepkan dengan ruangan yang memiliki banyak bukaan dan area hijau untuk meminimkan panas dan menggunakan penghawaan alami serta


(85)

penggunaan ruangan rooftop, sehingga dapat menurunkan tingginya kebutuhan listrik dan air.

2.5.5. Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis

Penggunaan teknologi hemat energi yang diaplikasikan ke bangunan seperti pada hotel H2Hotel di USA dengan data sebagai berikut:

 Fasilitas dan Layanan 100 % hotel bebas rokok Meja resepsionis 24 jam 24 jam gym

Bar

Persewaan sepeda terdekat Pusat bisnis AC sentral Wifi gratis Golf terdekat Penyimpanan barang Staf multi-bahasa

Kolam renang luar ruangan

Binatang peliharaan ( biaya dikenakan ) Restoran

Ruang pelayanan

Layanan Parkir sendiri ( biaya dikenakan ) daerah perbelanjaan di dekatnya

Perawatan spa ( atas permintaan ) Parkir valet ( biaya dikenakan ) Layanan bangunan


(86)

Gambar 2.13 Tampak Hotel H2Hotel Sumber: Internet


(87)

Gambar 2.14 Suasana Hotel H2Hotel Sumber: Internet

Hotel dengan desain arsitektur Italia dan Perancis memiliki fitur tradisi arsitektur homegrown h2hotel yang modern di pusat kota Healdsburg. H2hotel didesain oleh arsitek dari San Fransisco, David Baker, berada di pusat kota metropolis Healdsburg. Kamar terang dan cerah, dilengkapi seperti apartemen kecil, dan layanan sepeda-share tersedia, ada parkir sepeda di lantai dasar juga dan dapat bikendarai


(88)

sendiri. Difasilitasi restoran Spoonbar, menyajikan masakan Mediterania dan high-end koktail, dan lokasi tepat di tengah kota, menawarkan akses mudah ke sejumlah restoran, serta Hotel Healdsburg. Memiliki kriteria Hotel dengan 36 Kamar dan suasana sekitar tenang.

Teknologi hemat energi yang diaplikasikan pada hotel ini adalah denganmenggunakan panel surya sebagai sumber listrik, serta penyarigan air hujan untuk dapat digunakan kembali, sehingga dapat menurunkan tingginya kebutuhan listrik dan air.


(89)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aerotropolis merupakan suatu konsep tata kota yang terpusat atau terintegrasi dengan bandara udara yang memunculkan fasilitas-fasilitas pendukung berupa perindustrian, perumahan, logistik, rumah sakit, pendidikan, perkantoran, perhotelan dan sarana pendukung lainnya. Konsep Aerotropolis ini di Indonesia merupakan bagian dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) menanggapi program Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang terletak strategis dengan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT). Terwujudnya konsep Aerotropolis ini didukung dengan adanya perencanaan infrastruktur utama sebagai jalur koridor (jalur transportasi utama) antara bandara udara dengan kota maupun kawasan disekitar bandara tersebut. Adapun bandara udara yang direncanakan menjadi kawasan Aerotropolis yang terintegrasi dengan lokasi strategis IMT-GT ialah Bandara Udara Kualanamu di Deli Serdang dan jalur koridor Mebidangro (jalur transportasi utama Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo sebagai kawasan perekonomian utama Sumatera Utara) sebagai transportasi utama penghubung Bandara Udara Kualanamu.

Bandara Internasional Kualanamu sendiri merupakan bandara udara yang beroperasi selama 2 tahun lebih, yang berlokasi di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli-Serdang, Sumatera Utara, serta berjarak sekitar 40km dari pusat Kota Medan. Berdasarkan pernyataan Tris S. Sunoko, direktur PT Angkasa Pura II sebagai pengelola utama bandara, kawasan diluar pagar bandara dengan luas 10.000 ha, akan dijadikan sebagai kawasan komersil dengan cluster-cluster fungsi bangunan komersil yang sudah ditetapkan dan akan tumbuh menjadi kawasan perdagangan Bandara Kuala Namu nantinya.

Dengan diwacanakannya Bandara Udara Kualanamu menjadi kawasan Aerotropolis serta adanya program yang mendorong pembangunan di kawasan ini maka akan sangat memungkinkan munculnya berbagai bisnis baru dan pelaku bisnis yang berdatangan dan melakukan bisnis di kawasan ini. Pelaku bisnis antara lain merupakan penduduk lokal maupun wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara melalui trasportasi udara ke Sumatera Utara dalam lima tahun terakhir (2011-2015) terjadi peningkatan rata-rata sebesar 0.2% tiap tahunnya (BPS Prov. Sumatera Utara, Desember 2015).


(90)

Berdasarkan konsep Aerotropolis yang sudah dicetuskan, kondisi perkembangan perekonomian yang strategis di kawasan bandara, serta pertumbuhan wisatawan mancanegara yang berkunjung seperti yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan hotel (salah satu fungsi komersil bangunan kawsan Aerotropolis) dapat dibangun dan berkembang di lokasi kawasan bandara Kuala Namu.

Berdasarkan data statistik wisatawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara melalu 3 (tiga) pintu masuk (Bandara Kuala Namu, Pelabuhan Laut Belawan, dan Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan), jumlah penghuni kamar hotel berbintang yang disesuaikan menurut klasifikasi hotel bulan Oktober 2015 terhadap bulan Oktober 2014 , TPK (Tingkat Penghunian Kamar) tertinggi di hotel berbintang 5 yaitu mencapai 68,24 persen (permintaan hotel berbintang terbanyak dibandingkan hotel berbintang lainnya), sedangkan hotel berbintang 1 berada di peringkat ketiga setelah hotel berbintang 5 dan 4. Namun hanya hotel berbintang 1 yang terus meningkat secara bertahap sebanyak 6 poin tiap bulannya. Ini membuktikan jasa perhotelan berbintang 1 terus bertambah secara bertahap. Maka dari itu penulis bermaksud merancang hotel dengan fasilitas standar dengan harga ekonomis (harga budget rendah) namun memenuhi kebutuhan utama wisatawan yang menginap.

Dari berbagai klasifikasi dan tipe hotel, tentu tidak sedikit wisatawan yang membutuhkan tempat untuk menginap dengan harga yang terjangkau. Salah satu tipe hotel murah dengan fasilitas yang nyaman adalah Budget Hotel/ Hotel Ekonomis. Menurut Kepala Hubungan Investor Bakrieland, Nuzirman Nurdin, Hotel Ekonomis memiliki peluang besar karena adanya permintaan dari pasar wisatawan domestik yang cukup tinggi yang menyebabkan terciptanya okupansi Budget Hotel sehingga Budget Hotel memiliki pasar sendiri yang sangat menjanjikan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Menyediakan wadah/ fasilitas untuk istirahat dan menginap bagi wisatawan yang berkunjung dari Bandara Internasional Kuala namu, dengan konsep penginapan yang murah, nyaman, sesuai dengan kebutuhan standar dan ramah lingkungan. Tujuan khusus perancangan hotel ekonomis untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan yang memperhatikan biaya yang harus dihemat untuk keperluan lain selama menginap, yaitu mengakomodasi kebutuhan utama wisatawan dengan kebutuhan ruang yang standar serta harga penginapan yang terjangkau.


(91)

1.3 Masalah perancangan

Beberapa masalah perancangan yang mungkin timbul dalam proses perancangan bangunan Hotel Ekonomis Kuala Namu ini sebagai berikut:

Adanya persaingan antar hotel dari berbagai klasifikasi.

Adanya keinginan wisatawan untuk menginap di sebuah penginapan atau hotel yang murah, tetapi memiliki fasilitas yang memadai dan nyaman.

Sebagian besar hotel-hotel yang ada belum atau tidak menerapkan konsep hemat energi meskipun tau bahwa hotel merupakan salah satu bangunan yang mengonsumsi energi dalam jumlah yang besar.

Budget hotel cukup prospek karena letak kawasan Beringin yang dekat dengan Bandara Internasional Kuala Namu, persimpangan jalan Batang Kuis, dan persimpangan Kayu Besar, membuat budget hotel menjadi fungsi komersial yang menguntungkan. Tetapi daerah tersebu belum terdapat budget hotel.

Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan Budget Hotel di Kuala Namu dengan pendekatan Arsitektur Hemat Energi.

1.4 Pendekatan

Berikut beberapa pendekatan yang dilakukan dalam perancangan proyek ini antara lain:

Studi lapangan dan studi literatur mengenai judul proyek untuk mendapatkan informasi danmemperkuat fakta secara ilmiah.

Studi literatur yang berkaitan dengan judul dan tema, sumber dapat berupa buku, majalah internet, film, dan lain-lain.

Studi lapangan mengenai situasi dan lokasi keadaaan eksisting site serta lingkungan secara fisik yang berhubungan dnegan kasus proyek.

1.5 Lingkup/Batasan

1.5.1 Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan yang akan dibahas adalah tentang konsep dan teori yang mendukung dalam perencanaan dan perancangan Budget Hotel di Kuala Namu yang dipadukan dengan teknologi hemat energi.


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Masalah perancangan ... 3

1.4 Pendekatan ... 3

1.5 Lingkup/Batasan ... 4

1.5.1Lingkup Pembahasan ... 4

1.5.2Batasan... 4

1.6 Kerangka Berpikir ... 4

1.7 Sistematika Penulisan Laporan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Terminologi Judul ... 6

2.2Tinjauan Umum Proyek ... 6

2.2.1 Studi Banding Proyek dengan Fungsi Sejenis ... 6

2.3Lokasi Perancangan ... 11

2.3.1Kriteria Pemilihan Lokasi ... 11

2.3.2Alternatif Pemilihan Lokasi... 13

2.3.3Area Pelayanan ... 15

2.3.4Deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai tapak perancangan ... 17

2.4Tinjauan Kelompok dan Pelaku Kegiatan ... 22

2.4.1Deskripsi Kegiatan Pengguna ... 22

2.4.2Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Standar Ruang ... 24

2.4.3Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang ... 26


(2)

2.5.1.Pengertian ... 31

2.5.2.Interpretasi Tema ... 32

2.5.3.Keterkaitan Tema dengan Judul ... 37

2.5.4.Penerapan Tema dalam Rancangan ... 37

2.5.5.Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis ... 38

BAB III METODOLOGI ... 42

3.1Rancangan Penelitian ... 42

3.2Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.2.1Metoda pengumpulan data... 42

3.2.2 Prosedur/ Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 43

3.3Deskripsi Kondisi Tapak ... 43

3.4Lokasi Penelitian ... 44

3.5Kriteria Pemilihan Lokasi ... 45

BAB IV ANALISA PERANCANGAN ... 46

4.1Analisa Kawasan dan Eksisting Site ... 46

4.1.1Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 46

4.1.2Analisa Tata Guna Lahan ... 48

4.1.3Analisa Pencapaian ... 49

4.2Analisa Matahari dan Angin ... 51

4.3Analisa Sirkulasi dan Kebisingan ... 51

4.4Analisa Utilitas ... 52

4.5Analisa Vegetasi ... 52

4.6Analisa View ke Dalam dan Ke Luar ... 53

4.7 Analisa Fungsional ... 54

4.8Analisa Teknologi ... 58

4.9Analisa Penerapan Tema ... 62

BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 64

5.1.Konsep Perancangan Tapak ... 64

5.2.Konsep Perancangan Bangunan ... 65

5.2.1 Konsep Penzoningan ... 69

5.2.2 Konsep Sirkulasi ... 70

5.2.3 Konsep Vegetasi dan Ruang Terbuka ... 70


(3)

5.2.5 Konsep Fasade dan Material ... 72

5.2.6 Konsep Bentukan Bangunan ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... x

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR ... 75

6.1.Perspektif Eksterior ... 75

6.2.Perspektif Interior dan Detail Lansekap ... 76

6.3.Foto Maket ... 77

6.4.Siteplan ... 78

6.5.Groundplan ... 79

6.6.Denah Lantai 1 dan Lantai 2 ... 80

6.7.Denah Tipikal Lantai 3-9 dan Denah Kamar ... 81

6.8.Rencana Pondasi ... 82

6.9.Rencana Pembalokan Lantai 1 dan Lantai 2 ... 83

6.10.Rencana Pembalokan Tipikal Lantai 3-8 dan Rooftop ... 84

6.11.Potongan B-B ... 85

6.12.Tampak Depan ... 86

6.13.Potongan A-A dan Tampak Samping ... 87

6.14.Rencana Plumbing ... 88

6.15.Rencana Penghawaan ... 89

6.16.Rencana Kebakaran ... 90

6.17.Rencana Elektrikal ... 91


(4)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 2.1 Syarat Pemilihan Lokasi... 11 Tabel 2.2 Tabel Deskripsi Pengguna ... 25 Tabel 2.3 Tabel Deskripsi Ruang ... 27 Tabel 4.1 Wisatawan Mancanegara yang Datang ke Sumatera Utara Menurut

Pintu Masuk (orang), 2009 - 2013 ... 57 Tabel 4.2 Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan akomodasi Lainnya Menurut

Bulan dan Klasifikasi (%), 2009-2013 ... 59 Tabel 4.3 Jumlah Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya menurut Kelas dan

Kabupaten/Kota, 2011-2013... 60 Tabel 4.4 Jumlah Kamar Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Kelas dan

Kabupaten/Kota, 2011 - 2013... 62 Tabel 4.5 Karakteristik Tata Letak Inti Bangunan ... 65


(5)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

Gambar 2.1 Konsep Bali Hotel ... 7

Gambar 2.2 Masa dan Tampak Bali Hotel ... 8

Gambar 2.3 Fungsi dan Fasilitas Bali Hotel ... 9

Gambar 2.4 Gambar Perancangan Bali Hotel ... 10

Gambar 2.5 Peta pencapaian site ke jalan besar sekitarnya disertai dengan jarak dan tempuh ... 12

Gambar 2.6 Peta Kawasan Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan... 13

Gambar 2.7 Peta Struktur Kota sekitar Alternatif Site ... 14

Gambar 2.8 Peta Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kuala Namu dan Sekitarnya ... 14

Gambar 2.9 Peta Pencapaian ke Lokasi Site... 15

Gambar 2.10 Peta Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Sumatera tara Tahun 2003-2018. ... 16

Gambar 2.11 Peta kawasan Daerah Tujuan Wisata (DTW) terhadap site... 17

Gambar 2.12 Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Perizinan Tertentu Bupati Deli Serdang. ... 22

Gambar 2.12 Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Perizinan Tertentu Bupati Deli Serdang. ... 24

Gambar 2.13 Tampak Hotel H2Hotel ... 42

Gambar 2.14 Suasana Hotel H2Hotel... 43

Gambar 3.1 Peta Lokasi ... 48

Gambar 4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 49

Gambar 4.2. Peta Tata Guna Lahan ... 51

Gambar 4.3. Pencapaian Site ... 52

Gambar 4.4. Peta pencapaian site ke jalan besar sekitarnya disertai dengan jarak dan tempuh ... 53

Gambar 4.5. Analisa Matahari dan Angin ... 54

Gambar 4.6. Analisa Sirkulasi dan Kebisingan ... 55

Gambar 4.7. Analisa Utilitas ... 55


(6)

Gambar 4.9. Analisa View Ke Luar dan Ke Dalam ... 57

Gambar 4.10 Struktur Bangunan Rangka Kaku ... 63

Gambar 4.11 Sirkulasi Bangunan Tinggi ... 64

Gambar 4.12 Letak Inti yang dipakai ... 65

Gambar 4.13 Panel Surya ... 66

Gambar 4.14 Konsep Penyaringan Air Hujan ... 67

Gambar 4.15 Konsep Penyaringan Air Hujan Khusus... 67

Gambar 5.1 Konsep Tapak ... 68

Gambar 5.2 Konsep Core ... 70

Gambar 5.3 Konsep Tipe Kamar ... 71

Gambar 5.4 Konsep Interior ... 73

Gambar 5.5 Konsep Penzoningan... 74

Gambar 5.6 Konsep Sirkulasi ... 75

Gambar 5.7 Konsep Vegetasi ... 76

Gambar 5.8 Konsep Orientasi Matahari ... 77

Gambar 5.9 Konsep Fasade ... 78