1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Employee stock ownership program ESOP atau dikenal juga dengan program kepemilikan saham oleh karyawan dipercaya sebagai suatu motivator
alternatif untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan kinerja karyawan setelah perusahaan mengadakan
program ini. Penelitian Kruse et al 1996 menunjukkan adanya peningkatan produktivitas karyawan sesudah perusahaan mengadakan ESOP.
ESOP merupakan alat manajemen sumber daya yang sangat populer di luar negeri ditunjukkan oleh beragam asosiasi dan lembaga yang menyoroti
perkembangan program ini, khususnya di Amerika. Dikenal dengan Employee Stock Ownership Plan, oleh ESOP Association pada tahun 2009 saja diperkirakan
ada 11.400 perusahaan di Amerika yang mengadakan program ini Miller, 2010. Sebagai salah satu bagian dari perekonomian di dunia, praktek manajemen pada
suatu emiten atau perusahaan di Indonesia tentu saja tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di luar negeri.
ESOP sedikit menyerupai rencana berbagi keuntungan profit sharing untuk menarik perhatian karyawan yang diharapkan dapat meningkatkan rasa
kepemilikan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Setiap karyawan memiliki kesempatan berhak untuk memiliki saham di
tempat ia bekerja, namun bonus berupa kepemilikan saham hanya diberikan perusahaan pada karyawan dengan kinerja baik atau berprestasi. Adanya
2 pemberian penghargaan berupa kepemilikan saham diharapkan menjadi pemicu
timbulnya rasa kepemilikan karyawan terhadap perusahaan, sehingga tumbuh keinginan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Keinginan kuat karyawan untuk berkinerja baik akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini diduga akan mendapatkan sinyal positif
dari para investor. Penelitian Freeman 2007 mengenai efek ESOP dan kepemilikan karyawan
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kepemilikan karyawan dengan kinerja perusahaan. Penelitiannya menunjukkan bahwa mengkombinasikan kepemilikan
karyawan dengan peningkatan partisipasi karyawan dapat menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang diluar dugaan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kruse et al 1996 atas studi selama periode 10 tahun menunjukkan hasil positif yang mengindikasikan bahwa ESOP
tampaknya meningkatkan penjualan dan pekerjaan, serta perusahaan yang mengadakan ESOP lebih stabil dan menawarkan keuntungan pensiun yang lebih
besar dibandingkan perusahaan yang tidak mengadakan ESOP. Isu teori keagenan sering dikaitkan sebagai salah satu faktor penyebab tinggi
- rendahnya kinerja manajemen perusahaan. Perusahaan yang memisahkan fungsi
pengelolaan dan kepemilikan, sering kali menghadapi konflik kepentingan akibat pembuatan keputusan dalam RUPS Rapat Umum Pemegang Saham. Sehingga
kehadiran ESOP dianggap menjadi solusi ampuh untuk menghilangkan isu tersebut. Salah satu tujuan penerapan ESOP oleh Bapepam 2002 adalah untuk
3 menciptakan keselarasan kepentingan dan misi antara manajemen dan pemegang
saham. Modal, baik berupa modal pendanaan maupun modal sumber daya manusia
atau human capital, merupakan hal penting yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan usahanya. Sebuah perusahaan mendaftarkan diri di Bursa Efek
dikarenakan adanya kebutuhan tambahan modal yang diperoleh dari invesetor. Pengumuman ESOP memberikan informasi bahwa perusahaan memiliki
karyawan yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja karena adanya penghargaan reward sehingga mendorong produktivitas karyawan dalam
bekerja. Oleh karena itu, pengumuman ESOP memiliki kandungan informasi positif dan diterima sebagai berita baik oleh investor Herdinata, 2012. Namun,
para investor akan melakukan analisa fundamental dengan menganalisa laporan keuangan dan manajemen perusahaan sebelum mebuat keputusan investasi.
Dalam investasi saham atau stock trading biasanya investor bukan mengharapkan perolehan dividen yang akan dibagikan perusahaan, melainkan capital gain.
Capital gain ini diperoleh bila harga saham naik. Studi yang dilakukan dalam kaitan implikasi antara penerapan ESOP dan
kinerja perusahaan yang terkait dengan profitabilitas, produktivitas, earning per share EPS, price earning ratio PER, dan sales growth menunjukkan bahwa
ESOP dapat meningkatkan nilai rasio tersebut.
4 Menurut Mehran 1999 terdapat 382 perusahaan yang melaksanakan
program ESOP memiliki ROA 2,7 lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak melakukan ESOP. Hal ini juga didukung oleh temuan Kruse et al 1996 yang
menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan saham karyawan menghasilkan peningkatan atas ROA selama sepuluh tahun lebih tinggi dibanding
perusahaan tanpa ESOP. Selain itu, studi Coughlan 1997 menemukan bahwa ESOP dapat meningkatkan EPS.
Penelitian mengenai ESOP dan PER dilakukan oleh Kruse et al 1996, dimana hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat pertumbuhan atau
peningkatan yang signifikan dari PER perusahaan yang melaksanakan ESOP perusahaan skala kecil dibanding perusahaan yang tidak melaksanakan ESOP.
Studi yang dilakukan Quarrey dan Rosen 1987 menemukan bahwa perusahaan yang melakukan ESOP memiliki sales growth 3,4 lebih cepat
dibanding perusahaan serupa yang tidak melaksanakan ESOP. Sebaliknya, Strecther et al 2006 menemukan bahwa perusahaan yang mengadakan ESOP
memiliki sales growth -0,8, artinya perusahaan yang memiliki kebijakan ESOP mengalami pertumbuhan penjualan yang menurun.
Earning per share EPS dan price earning ratio PER umumnya adalah rasio yang diperhatikan dalam investasi saham. Umumnya, bila net income
meningkat, maka EPS dan PER juga ikut meningkat, dan bila penjualan meningkat maka net income juga akan meningkat.
5 Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk
meneliti dan mendapatkan bukti empiris perbandingan perbedaan tingkat nilai sales growth, earning per share, dan price earning ratio perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP.
1.2 Perumusan Masalah