14 kuantitas makanan, serta ruang gerak Gusrina, 2008. Menurut Mudjiman 2000,
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan akan dapat dipercepat jika pakan yang diberikan memiliki nutrisi yang cukup. Untuk memacu Pertumbuhan, jumlah
nutrisi pada pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya.
F. Kualitas Air
Kegiatan budidaya harus memperhatikan kualitas air budidaya karena kondisi air yang tidak sesuai dengan kondisi optimal maka akan menyebabkan
pertumbuhan terhambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan adalah pencemaran limbah organik, limbah zat kimia pabrik,
serta pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran juga mempengaruhi pertumbuhan ikan. Akan tetapi
berbeda dengan kekeruhan air yang disebabkan oleh plankton. Karena plankton baik untuk makanan ikan nila Hidayati, 2009.
Pada kegiatan budidaya pemeliharaan kualitas air dapat dilakukan dengan penyiponan, pergantian air, dan penggunaan filter air. Ikan nila dapat hidup pada
kisaran suhu yang lebar yaitu antara 14-38ºC. Secara alami ikan nila dapat memijah pada suhu 22-37ºC, namun suhu optimal berkisar antara 25-30ºC.
Kisaran pH antara 5-11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal adalah berkisar antara 7-8 Arie, 2000.
Konsentrasi oksigen terlarutyang optimum untuk pertumbuhan ikan adalah 5,0 mgL, namun DO minimum yang harus dipertahankan dalam pemeliharaan
ikan nila harus lebih tinggi dari 3 mgL Stickney, 1993. Budidaya ikan nila
15 mempunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas berkisar 0-35 permil ikan nila.
Amonia merupakan bentuk nitrogen anorganik yang bersifat toksik terhadap organisme budidaya. Menurut Boyd 1991, konsentrasi NH
3
bukan ion pada air kolam sekitar 0,1-0,3 mgl. Berpengaruh mematikan dan konsentrasi ammonia
baru bersifat toksik berkisar 0,6-2,0 mgl.
16
II. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain : akuarium berukuran 40x30x35 cm sebanyak 12 buah, aerator, selang aerasi, batu aerasi, pH meter, termometer, DO
meter, timbangan digital, penggaris, ember plastik, imhofcone, scoopnet dan kertas label. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi gula, air limbah lele,
pellet, ikan nila merah berukuran 3 cm dengan bobot rata-rata 2± 0,4 gram sebanyak 180 ekor, pelet, dan air.
C. Desain Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap RAL, yang terdiri atas satu kontrol dan tiga perlakuan yang masing-
masing tiga kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Perlakuan A = Kontrol 2.
Perlakuan B = Rasio C:N 15
17 3.
Perlakuan C = Rasio C:N 20 4.
Perlakuan D = Rasio C:N 25 Model linear yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap RAL
adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + ∑ij
Keterangan : i
: Perlakuan A, B, C, D j
: Ulangan 1, 2, dan 3 Yij : Nilai pengamatan dari pemberian bioflok dengan persentase rasio yang
berbeda ke-i terhadap pertumbuhan ikan nila pada ulangan ke-j µ
: Nilai tengah umum i
: Pengaruh pemberian bioflok dengan persentase rasio yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan ikan nila
∑ij : Pengaruh galat percobaan pada pemberian bioflok dengan persentase rasio yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan ikan nila merah pada
ulangan ke-j Adapun penempatan akuarium yang digunakan dalam penelitian sebagai
berikut:
Gambar 3. Penempatan akuarium selama penelitian
B1 D1
D3 D2
C3
C2 B3
B2 A3
A2 C1
A1
18 Keterangan :
A1 : Perlakuan A ulangan 1; C1 : Perlakuan C ulangan 1
A2 : Perlakuan A ulangan 2; C2 : Perlakuan C ulangan 2
A3 : Perlakuan A ulangan 3; C3 : Perlakuan C ulangan 3
B1 : Perlakuan B ulangan 1; D1 : Perlakuan D ulangan 1
B2 : Perlakuan B ulangan 2; D2 : Perlakuan D ulangan 2
B3 : Perlakuan B ulangan 3; D3 : Perlakuan D ulangan 3
D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa akuarium berukuran 40x30x35 cm. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan dengan cara disikat
kemudian dikeringkan selama 24 jam, akuarium diisi air tawar masing-masing sebanyak 20 liter dan diberi aerasi.
2. Pembuatan Bioflok
Pembuatan bioflok didahului dengan menambahkan 3 gram pakan pelet dan 200 ml air limbah lele kedalam akuarium berisi 10 liter air tawar.
Penambahan air limbah kolam lele diharapkan bakteri yang tersedia pada air limbah lele lebih cepat membantu dalam pembentukan struktur bioflok.
Selanjutnya ditambahkan 4,8 gram gula pada perlakuan C:N 15 dan 7,56 gram gula pada perlakuan C:N 20, serta 10,35 gram gula untuk C:N 25. Campuran
tersebut diberi aerasi selama 24 ‐48 jam. Pembentukan bioflok dilakukan selama
10 hari, jika bioflok sudah terbentuk tambahkan 10 liter air dan ikan dimasukkan kedalam akuarium Lampiran 1.