Studi Pembudidayaan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dalam Air Tawar Dan Dalam Campuran Air Tawar Dan Air Laut

(1)

STUDI PEMBUDIDAYAAN IKAN NILA (OREOCHROMIS

NILOTICUS) DALAM AIR TAWAR DAN DALAM

CAMPURAN AIR TAWAR DAN AIR LAUT

TESIS

Oleh

HUSNIDAR 097006012/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERAUTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : STUDI PEMBUDIDAYAAN IKAN NILA

(OREOCHROMIS NILOTICUS) DALAM AIR

TAWAR DAN DALAM CAMPURAN AIR TAWAR DAN AIR LAUT

Nama Mahasiswa : Husnidar Nomor Pokok : 097006012

Program Studi : Magister Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Dr.Hamonangan Nainggolan, M.Sc )

Ketua Anggota

( Jamahir Gultom Ph.D )

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Basuki Wirjosentono, M.S, Ph.D ) (Dr. Sutarman, M.Sc)

Tanggal lulus : 22 Juni 2011


(3)

STUDI PEMBUDIDAYAAN IKAN NILA(Oreochromis niloticus)

DALAM AIR TAWAR DAN DALAM CAMPURAN

AIR TAWAR DAN AIR LAUT

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah di jelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 22 Juni 2011

HUSNIDAR NIM. 097006012


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a : HUSNIDAR N I M : 097006012 Program Studi : Magister Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non – Exclusif

Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :

STUDI PEMBUDIDAYAAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

DALAM AIR TAWAR DAN DALAM CAMPURAN

AIR TAWAR DAN AIR LAUT

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 22 Juni 2011

NIM.097006012 Husnidar


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 22 – Juni - 2011

_______________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Hamonangan Nainggolan, M.Sc Anggota : 1. Jamahir Gultom Ph.D

2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D 3. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil 4. Dr. Minto Supeno MS


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir tanggal 08 Mei 1967, Langsa Kotamadya Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Anak kedua dari enam bersaudara. Anak dari Alm. Abdul Latief dan Mustariah.

Penulis menjalani pendidikan Sekolah Dasar Swasta Panca Budi Medan tahun 1973-1979. Sekolah Menengah Pertama Swasta Panca Budi Medan tahun 1979-1982. Sekolah Menengah Atas Swasta PGRI-1 Medan tahun 1982-1985.

Pada tahun 1985 penulis diterima di Strata-1 Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Kimia IKIP Medan, dan lulus sebagai sarjana pada tahun 1991.

Dari tahun 1991 samapai 2002 penulis menjadi tenaga pengajar honorer dibeberapa sekolah swasta di kota Medan, dan karena Rahmat Allah Yang Maha Pangasih dan Maha Penyayang, pada tahun 2003 penulis diangkat menjadi guru bantu di Perguruan Swasta SMA Darussalam Medan.

Pada tahun 2007 Penulis menerima Rahmat Allah SWT lagi, karena adanya pengangkatan status guru bantu menjadi guru yang berstatus CPNS di SMA Negeri 6 Medan, dan pada tahun 2009 penulis menerima karunia dari yang kuasa sebagai guru PNS di SMA Negeri 6 Medan samapi sekarang ini.

Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan S-2 Program Studi Kimia pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (beasiswa dari Bapeda Propinsi Sumatera Utara) dan lulus serta memperoleh gelar Magister Sains tahun 2011.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatNya kepada penulis sehingga tesis ini dapat di selesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : Bapak Dr. Hamonangan Nainggalan M.Sc selaku pembimbing utama dan bapak Jamahir Gultom , P.hd selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran hingga penelitian dan tesis ini dapat di selesaikan.

Bapak Prof. Harlem Marpaung selaku kepala Laboratorium bidang Kimia Analitik FMIPA USU yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di laboratorium analitik.

Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, P.hd selaku ketua program studi kimia Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada selruh staf dosen program studi kimia sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu yang diberikan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan maupun dalam penyusunan tesis ini.

Tidak lupa juga kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat penulis sebutkan datu persatu.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Tengku Ilhamsyah ,SE. yang telah mendukung dan banyak membantu selama penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini juga kepada ananda tercinta, Tengku Zakky Haziqsyah sebagi sumber inspirasi dan yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Tidak lupa pula ucapan terima kasih tak terhingga kepada Ibunda tercinta, Ibu Mustariah atas doa dan dukungannya yang besar kepada penulis. Juga kepada ibu


(8)

mertua, Ibu Suarni dan kepada seluruh keluarga yang selama ini telaah banyak memberikan bantuan dan perhatian kepada penulis hingga tersusunnya tesis ini.

Atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, semoga Tuhan yang membalasnya kepada Ibu, Bapak dan saudara-saudara semua.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan tesis ini.

Hormat Penulis


(9)

STUDI PEMBUDIDAYAAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) DALAM AIR TAWAR DAN DALAM CAMPURAN

AIR TAWAR DAN AIR LAUT

ABSTRAK

Penelitian pada pembudidayaan ikan nila dalam air tawar dan campuran air tawar dengan air laut telah dilakukan. Sampel air diambil dari Danau Toba untuk air tawar dan untuk air laut diambil dari Sibolga. Budi daya ikan nila dilakukan dalam tiga media, yaitu air tawar, campuran air tawar dengan air laut dengan perbandingan volume 1:1 dan perbandingan volume 2:1. Pakan ikan diberikan 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 ; 12.00 dan 16.00. Parameter yang digunakan untuk penentuan kadar mineral dalam air adalah Natrium, Kalsium, Magnesium, Besi, Klor dan pH. Parameter untuk ikan nila adalah perubahan berat ikan. Penentuan kadar mineral dilakukan sebelum dan sesudah budidaya ikan nila (0 hari -50 hari). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini umumnya terjadi pertambahan kadar mineral. Persen pertambahan kadar besi pada air tawar sebesar 51,7 %, pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 1314,3 % , pada air tawar + air laut = 2:1 sebesar 64,4 %.

Persen pertambahan kalsium (Ca) pada air tawar sebesar 3334,3 %, pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 714,3 %, pada air tawar + air laut = 2:1 sebesar 755,6 %. Persen pertambahan magnesium (Mg) pada air tawar sebesar 28030,4 %, pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 1345,3 %, pada air tawar + air laut = 2:1 sebesar 281,6 %. Persen pertambahan Klor (Cl) pada air tawar sebesar 1059,4 % , pada air tawar + air laut = 1:1 terjadi penurunan sebesar 7,0 % , pada air tawar + air laut = 2:1 adalah 2,6 %. Persen pertambahan Natrium pada air tawar sebesar 1066,66 %, pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 24,63 % , pada air tawar + air laut = 2:1 sebesar 30,50 %.

Selain pertambahan kadar mineral , terjadi juga pertambahan berat ikan pada air tawar sebesar 309,9099 % pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 280,0904 % pada air tawar + air laut sebesar 196,4044 %.

Hasil pengamatan yang lain pada ikan selama pembudidayaan 50 hari terjadi perubahan warna pada tubuh ikan nila pada masing-masing media air, pada air tawar ikan perubahan warna yang terjadi menjadi agak putih kekuning-kuningan sedangkan pada media air campuran menjadi berbintik hitam.


(10)

STUDY CULTIVATION TILAPIA (OREOCHROMIS NILOTICUS) IN FRESHWATER AND IN MIXED FRESHWATER

AND SEA WATER

ABSTRACT

A research on the cultivation of tilapia in freshwater and a mixture of freshwater with seawater has done been. Samples of water taken from Lake Toba to freshwater and seawater taken from Sibolga. Tilapia fish farming is done in three media, that is freshwater, a mixture of freshwater with seawater with volume ratio of 1:1 and 2:1 volume ratio. Fish good given 3 times a day at 08:00, 12:00 and 16:00. The parameters used for the determination of mineral content in water is Sodium, Calcium, Magnesium, Iron, Chlorine and pH. Parameters for tilapia is the change in weight of the fish. Determination of mineral content performed before and after the cultivation of tilapia (0 days- 50 days). Results obtained from this study generally occurs mineral accretion levels. Percent increase in iron content of 51.7 % of freshwater, in freshwater + seawater = 1:1 by 1314.3 %, in freshwater + seawater = 2:1 by 64.4 %.

Percent increase of calcium (Ca) in freshwater at 3334.3 %, in freshwater + seawater = 1:1 by 714.3 %, in freshwater + seawater = 2:1 by 755.6 %. Percent increase magnesium (Mg) in freshwater at 28030.4 %, in freshwater + seawater = 1:1 by 1345.3 %, in freshwater + seawater = 2:1 by 281.6 %. Percent increase Chlorine (Cl) in freshwater at 1059.4 %, in freshwater + seawater = 1:1 there is a decrease of 7.0 %, in freshwater + seawater = 2:1 was 2.6 %. Sodium percent increase in freshwater by 1066.66 %, in fresh water + seawater = 1:1 by 24.63 % , in freshwater + seawater = 2:1 by 30.50 %.

In addition to the increase levels of minerals, there are also weight of fish in freshwater for 309.9099 % on freshwater + seawater = 1:1 at 280.0904 % of freshwater by seawater by 196.4044 %.

Other observations on the cultivation of fish during 50 days of any change color on thebody of the tilapia in each medium of water, in freshwater fish color change that happens to be slightly yellowish white while in the water medium mixture into black spots.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

A. Air Laut 3

B. Air Tawar 3

1.2. Permasalahan 4

1.3. Tujuan Penelitian 4

1.4. Manfaat Penelitian 5

1.5. Lokasi Penelitian 5

1.6. Metode Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1. Bahan-bahan Kimia Dalam Perairan 6 2.1.1. Senyawa Nitrogen Dalam Air 6 2.2. Habitat Ikan Nila 12

2.3. Ikan Nila 15

2.4. Pakan Ikan 21

2.5. Komposisi Pakan 22

2.6. Kebutuhan Mineral pada Ikan 26

BAB III METODE PENELITIAN 28


(12)

3.1.1. Alat-alat yang Digunakan 28 3.1.2. Bahan-bahan yang Digunakan 29

3.2. Prosedur Kerja 30

3.2.1. Penyediaan Reagen 30 3.2.2. Penentuan Kalsium (Ca) dengan metode titrimetri 34 3.2.3. Penentuan Mg + Ca dengan metode titrimetri 34 3.2.4. Penentuan Fe total metode spektrofotometri 35

3.2.5. Pembuatan Kurva Standar Fe dengan metode

Spektrofotometri 35

3.2.6. Penentuan Klorida (Cl

3.2.7. Penentuan Na (metode flamephotometer) 36 ) dengan metode titrimetri 35

3.2.8. Pengukuran pH sampel 36 3.3. Bagan Penelitian 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43

4.1. Hasil Penelitian 43

4.2. Perhitungan 43

4.2.1. Persen Pertambahan Berat Ikan pada Air Tawar 43 4.2.2. Persen Pertambahan Berat Ikan pada Air Tawar

di Campur Air Laut = 1:1 44 4.2.3 Persen Pertambahan Berat Ikan pada Air Tawar

di Campur Air Laut = 2:1 44 4.2.4. Data Berat Pakan Ikan yang Diberikan/hari 45 4.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi Besi (Fe)

dengan Metode Least Square 46 4.3.1. Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi 47 4.3.2. Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam Sampel 48 4.3.3. Persen Penurunan/ Peningkatan Kadar Besi (Fe) 49 4.4. Penentuan Kadar Kalsium (Ca) dan Magnesium

(Mg) dalam Sampel 50

4.4.1. Persen Penurunan/ Peningkatan Kadar Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) 52 4.5. Penentuan Kadar Klorida (Cl) dalam Sampel 54 4.5.1. Persen Penurunan/ Peningkatan Kadar 55


(13)

4.6. Persen Penurunan/ Peningkatan Kadar Natrium (Na) 56 4.7. Perhitungan pH Air 57

4.8. Pembahasan 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 64

DAFTAR PUSTAKA 65


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

1.1 2.1 2.2 2.3 2.4

Berbagai Radikal yang Biasa Terdapat Dalam Air Salinitas Air

Kimia Utama Yang Terkandung Di Air Laut

Persyaratan Mutu Tepung Ikan untuk Pakan (SNI 01-2715-1996) Persyaratan Standar Mutu Tepung Ikan menurut FAO

4 13 14 24 25 4.1 4.2

Pertambahan Berat Ikan

Persen Pertambahan Berat Ikan

43 45 4.3 Berat Pakan yang Diberikan/hari 46 4.4 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe) 46 4.5 Data Hasil Penurunan Persamaan Regresi untuk Logam Besi (Fe) 47 4.6 Kadar Besi dari 0 hari – 50 hari 49 4.7 Data % Pertambahan/penurunan Kadar Mineral Besi (Fe) 50 4.8 Kadar Kalsium dari 0 hari – 50 hari 51 4.9 Kadar Magnesium (Mg) dari 0 hari – 50 hari 52 4.10 Data % Pertambahan/ penurunan kadar mineral kalsium (Ca) 53 4.11 Data % Pertambahan/ penurunan kadar mineral magnesium (Mg) 54 4.12 Kadar Klorida (Cl) dari 0 hari – 50 hari 55 4.13 Data % Pertambahan/ penurunan kadar mineral Klorida (Cl) 56 4.14 Kadar Natrium (Na) dari 0 − 50 hari 56 4.15 Persen Pertambahan Kadar Natrium (Na) 57


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman

3.3 Bagan Penelitian 37


(16)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

Lampiran

Judul Halaman

A Grafik Pertambahan Berat Ikan L-1 B

C D E F G

Grafik Kadar Besi (ppm) Grafik Kadar Kalsium (ppm) Grafik Kadar Magnesium (ppm) Grafik Pengukuran Klorida Grafik Pengukuran Natrium Foto-foto Kegiatan Penelitian

L-2 L-3 L-4 L-5 L-6 L-7


(17)

STUDI PEMBUDIDAYAAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) DALAM AIR TAWAR DAN DALAM CAMPURAN

AIR TAWAR DAN AIR LAUT

ABSTRAK

Penelitian pada pembudidayaan ikan nila dalam air tawar dan campuran air tawar dengan air laut telah dilakukan. Sampel air diambil dari Danau Toba untuk air tawar dan untuk air laut diambil dari Sibolga. Budi daya ikan nila dilakukan dalam tiga media, yaitu air tawar, campuran air tawar dengan air laut dengan perbandingan volume 1:1 dan perbandingan volume 2:1. Pakan ikan diberikan 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 ; 12.00 dan 16.00. Parameter yang digunakan untuk penentuan kadar mineral dalam air adalah Natrium, Kalsium, Magnesium, Besi, Klor dan pH. Parameter untuk ikan nila adalah perubahan berat ikan. Penentuan kadar mineral dilakukan sebelum dan sesudah budidaya ikan nila (0 hari -50 hari). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini umumnya terjadi pertambahan kadar mineral. Persen pertambahan kadar besi pada air tawar sebesar 51,7 %, pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 1314,3 % , pada air tawar + air laut = 2:1 sebesar 64,4 %.

Persen pertambahan kalsium (Ca) pada air tawar sebesar 3334,3 %, pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 714,3 %, pada air tawar + air laut = 2:1 sebesar 755,6 %. Persen pertambahan magnesium (Mg) pada air tawar sebesar 28030,4 %, pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 1345,3 %, pada air tawar + air laut = 2:1 sebesar 281,6 %. Persen pertambahan Klor (Cl) pada air tawar sebesar 1059,4 % , pada air tawar + air laut = 1:1 terjadi penurunan sebesar 7,0 % , pada air tawar + air laut = 2:1 adalah 2,6 %. Persen pertambahan Natrium pada air tawar sebesar 1066,66 %, pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 24,63 % , pada air tawar + air laut = 2:1 sebesar 30,50 %.

Selain pertambahan kadar mineral , terjadi juga pertambahan berat ikan pada air tawar sebesar 309,9099 % pada air tawar + air laut = 1:1 sebesar 280,0904 % pada air tawar + air laut sebesar 196,4044 %.

Hasil pengamatan yang lain pada ikan selama pembudidayaan 50 hari terjadi perubahan warna pada tubuh ikan nila pada masing-masing media air, pada air tawar ikan perubahan warna yang terjadi menjadi agak putih kekuning-kuningan sedangkan pada media air campuran menjadi berbintik hitam.


(18)

STUDY CULTIVATION TILAPIA (OREOCHROMIS NILOTICUS) IN FRESHWATER AND IN MIXED FRESHWATER

AND SEA WATER

ABSTRACT

A research on the cultivation of tilapia in freshwater and a mixture of freshwater with seawater has done been. Samples of water taken from Lake Toba to freshwater and seawater taken from Sibolga. Tilapia fish farming is done in three media, that is freshwater, a mixture of freshwater with seawater with volume ratio of 1:1 and 2:1 volume ratio. Fish good given 3 times a day at 08:00, 12:00 and 16:00. The parameters used for the determination of mineral content in water is Sodium, Calcium, Magnesium, Iron, Chlorine and pH. Parameters for tilapia is the change in weight of the fish. Determination of mineral content performed before and after the cultivation of tilapia (0 days- 50 days). Results obtained from this study generally occurs mineral accretion levels. Percent increase in iron content of 51.7 % of freshwater, in freshwater + seawater = 1:1 by 1314.3 %, in freshwater + seawater = 2:1 by 64.4 %.

Percent increase of calcium (Ca) in freshwater at 3334.3 %, in freshwater + seawater = 1:1 by 714.3 %, in freshwater + seawater = 2:1 by 755.6 %. Percent increase magnesium (Mg) in freshwater at 28030.4 %, in freshwater + seawater = 1:1 by 1345.3 %, in freshwater + seawater = 2:1 by 281.6 %. Percent increase Chlorine (Cl) in freshwater at 1059.4 %, in freshwater + seawater = 1:1 there is a decrease of 7.0 %, in freshwater + seawater = 2:1 was 2.6 %. Sodium percent increase in freshwater by 1066.66 %, in fresh water + seawater = 1:1 by 24.63 % , in freshwater + seawater = 2:1 by 30.50 %.

In addition to the increase levels of minerals, there are also weight of fish in freshwater for 309.9099 % on freshwater + seawater = 1:1 at 280.0904 % of freshwater by seawater by 196.4044 %.

Other observations on the cultivation of fish during 50 days of any change color on thebody of the tilapia in each medium of water, in freshwater fish color change that happens to be slightly yellowish white while in the water medium mixture into black spots.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.7. Latar Belakang

Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudi dayakan di Indonesia. Ikan Nila menduduki urutan kedua setelah ikan Mas (Cyprinces carpio) dalam produksi budi daya air tawar di Indonesia.

Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budi daya dunia. Nila menjadi penting di dunia karena konsumen Nila ada di berbagai benua.

Pasar ikan Nila sangat terbuka, baik pasar ekspor maupun pasar dalam negeri. Amerika Serikat (AS) merupakan pasar ekspor nila terbesar di dunia. Selain AS, pasar lainnya adalah Singapura, Hongkong, Jepang dan Uni Eropa. Sementara di dalam negeri konsumen ikan nila terdiri dari rumah makan di pinggir jalan hingga restoran dan hotel mewah. Ikan nila juga disukai oleh konsumen rumah tangga sehingga pasar-pasar di pinggir jalan dan supermarket di mall mewah memasarkan ikan nila tersebut.

Ikan nila kini banyak dibudi dayakan di berbagai daerah karena kemampuan adaptasinya bagus di dalam berbagai jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila juga tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora dan mampu mencerna makanan secara efisien. Pertumbuhan cepat dan tahan terhadap serangan penyakit.

Para pakar budi daya ikan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO) menganjurkan agar ikan nila ini dibudi dayakan karena dapat dipelihara di kolam yang sempit, seperti kolam pekarangan atau comberan.

Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (eury haline) sehingga dapat


(20)

pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0 – 35 ppt (part per thousand), namun salinitas yang memungkinkan nila tumbuh optimal adalah 0 – 30 ppt. Ikan nila masih dapat hidup pada salinitas 31 – 35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. (M. Ghufran H. Kordik., 2010)

Fungsi makanan bagi ikan adalah sebagai sumber energi yang diperlukan dalam proses fisiologis dalam tubuh. Oleh karena itu makanan harus mengandung zat-zat penghasil energi, yaitu protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, makanan juga harus mengandung vitamin, mineral, serat dan air yang diperlukan untuk proses fisiologi lainnya.

Unsur-unsur mineral mempunyai arti yang sangat penting bagi berbagai macam aspek metabolisme dalam kehidupan ikan. Mineral berfungsi untuk memperkuat tulang dan eksoskeleton (kerangka luar). Di samping itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik antara cairan tubuh dan dalam sistem syaraf, serta kelenjar endokrin air di sekitarnya. Mineral juga merupakan komponen dari enzim, pigmen darah dan senyawa-senyawa organik lainnya. Transfer energi dalam proses metabolisme juga melibatkan mineral-mineral.

Dalam bidang perikanan, kebutuhan ikan akan mineral mencakup dua golongan mineral essensial, yaitu mineral makro (major mineral) dan mineral mikro (trace

element). Mineral makro terdiri dari 7 bahan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah

relatif banyak, sedangkan mineral mikro terdiri dari 15 bahan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Kedua golongan mineral esensial yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. 7 bahan mineral yang termasuk golongan mineral makro adalah kalsium (Ca), fosfor (P), Kalium (K), Natrium (Na), Klor (Cl), Magnesium (Mg), dan belerang (S)

2. 14 bahan mineral dari 15 bahan mineral mikro diantaranya besi (Fe), Seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), Nikel (Ni), Kobalt (Co), Silikon (Si), Selenium (Se), Krom (Cr), Yodium (J), Flour (F), timah putih (Sn), vanadium (V) dan Arsen (As).


(21)

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Bagi biota perairan seperti ikan, air berfungsi sebagai media, baik sebagai media internal maupun eksternal. Sebagai media internal, air tawar berfungsi sebagai bahan baku reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan makanan keseluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh dan sebagai pengatur atau penyangga suhu tubuh. Sementara itu sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitatnya. Sebagaimana makhluk hidup lainnya, ikan membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh optimal. Bila lingkungannya tidak memenuhi syarat, ikan dapat mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya menyebabkan kematian.

A. Air Laut

Air laut mengandung 3,5% garam-garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tidak terlarut. Keberadaan garam-garam mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti : densitas, kompresibilitas, titik beku dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat tetapi tidak menentukannya.

Garam-garam utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), Natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium 1 %, Potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari Bikarbonat, bromida, asam borak, stonsium dan flourida. Tiga sumber utama garam-garam di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal di laut dalam.

B. Air Tawar

Air yang digunakan oleh manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni. Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air merupakan media trasport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan yang dihasilkan proses kehidupan. Oleh karena itu air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni tetapi selalu ada senyawa atau mineral/ unsur lain yang terdapat di dalamnya.


(22)

Oleh karena itu badan-badan air/ air permukaan banyak mengandung bahan-bahan kimia terlarut maupun dalam bentuk tersuspensi. Pada tabel di bawah ini tampak berbagai senyawa dalam bentuk ion yang biasa terdapat di perairan.

Tabel 1.1 : Berbagai Radikal yang Biasa Terdapat Dalam Air

Nama Rumus Muatan Listrik

Ammonium Hydroxyl Bikarbonat Karbonat Ortofosfat Mono-hidrogen-ortofosfat Di-hidrogen-ortofosfat Bisulfat Sulafat Bisulfit Sulfit Nitrite Nitrat Hipoklorit NH4 OH + HCO CO 3 3 PO + 4 HPO + 4 H +

2PO4 HSO - 4 SO + 4 HSO + 3 SO - 3 NO + 2 NO - 3 OCL - 1 -1 + 1 - 2 - 3 - 2 - 1 - 1 - 2 - 1 - 2 - 1 - 1 - 1 - -

Sumber : Manahan, 1994

Selain berbagai Radikal bebas yang terdapat dalam tabel di atas, dalam air terdapat juga berbagai mineral yang lain yaitu : silikon (si), belerang (s), klorida (cl), Flourida (F), Kalsium (ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na) dan Kalium (K), Besi (Fe) dan Mangan (Mn).

1.8. Permasalahan

Pembudidayaan ikan nila dapat meningkatkan pendapatan masyarakat kecil, bagaimana pengembangan pembudidayaan ikan nila agar lebih cepat berhasil di dalam kolam yang airnya diganti setiap 10 hari dan juga bila dicampur air laut.

1.9. Tujuan Penelitian

− Untuk mengetahui perkembangan pembudidayaan ikan nila dalam air tawar dan campuran air tawar dengan air laut.


(23)

Menganalisa mineral-mineral yang ada dalam air. 1.10.Manfaat Penelitian

- Agar pembudidayaan ikan nila dapat dilakukan lebih mudah dan efisien guna memperoleh hasil yang optimum.

- Mengetahui pengaruh kandungan mineral terhadap pembudidayaan ikan nila.

1.11.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU, laboratorium UPT LIDA USU Medan dan laboratorium RISPA Medan.

1.12.Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen laboratorium. Untuk melihat pengaruh kandungan mineral dalam air terhadap perkembangan ikan nila, digunakan wadah berupa akuarium dengan ukuran 60 x 30 x 30 cm sebanyak 3 buah dengan volume air 36 liter/ akuarium dengan sistem sirkulasi. Sebagai perlakuan adalah penggunaan pakan yang sama pada akuarium yang berbeda tingkat salinitasnya yang ditebari sebanyak 10-11 ekor/ wadah bibit ikan nilai, ikan nila diberi pakan dengan frekuensi tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.00 ; 12.00 ; 16.00. Tiap 10 hari sekali ikan ditimbang, mineralnya diteliti dan airnya diganti.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan – Bahan Kimia Dalam Perairan 2.1.1. Senyawa Nitrogen Dalam Air

Senyawa-senyawa nitrogen terdapat dalam keadaan terlarut juga sebagai bahan tersuspensi. Dalam air senyawa-senyawa ini memegang peranan sangat penting dalam perairan reaksi-reaksi biologi perairan. Jenis-jenis nitrogen anorganik utama dalam air adalah ion nitrat (NO3-), dan ammonium (NH4+). Dalam kondisi tertentu terdapat dalam bentuk nitric (NO2

-Nitrogen perairan merupakan penyebab utama pertumbuhan yang sangat cepat dari ganggang yang menyebabkan eutrofikasi. Pada umumnya nitrogen anorganik dalam perairan aerobic terdapat dalam keadaan bilangan oksidasi +5, yaitu sebagai NO

). Sebagian besar dari nitrogen total dalam air terikat sebagai nitrogen organik, yaitu dalam bahan-bahan yang berprotem, juga dapat berbentuk senyawa/ ion-ion lainnya dari bahan pencemar.

3-, dan dengan bilangan oksidasi keadaan anaerob, sebagai NH4+

Dalam kondisi tanpa katalis biologi, ion nitrat hanya sedikit bereaksi dalam air. Kernampuan pertukaran ion dari bahan-bahan yang terjadi secara alamiah tidak mengikat ion dengan kuat.

yang stabil.

Senyawa Fosfor

Dalam air, fosfor merupakan suatu komponen yang sangat penting dan Bering menimbulkan permasalahan lingkungan. Fosfor termasuk salah satu dari beberapa unsur yang essensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Pertumbuhan ganggang yang berlebihan disamping hasil hancuran biomas dapat menyebabkan pencemaran kualitas air. Sumber fosfor adalah limbah industri, hanyutan dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik, dan mineral fosfat.


(25)

Fosfor dalam air terdapat balk sebagai bahan padat maupun bentuk terlarut. Fosfor dalam bentuk padat dapat terjadi sebagai suspensi garam-garam yang tidak larut, dalam bahan biologis, atau terabsorbsi dalam bahan padat. Fraksi yang paling balk dari senyawa fosfat yang terlarut paling mungkin terdapat dalam bentuk senyawa organik, sedangkan fosfor anorganik yang terlarut terjadi terutama sebagai bentuk ion ortofosfat (PO43-) Protonasi sempuma dari ion ortofosfat menghasilkan H3PO4 yang mempunyai nilai pK1 = 2,17 ; pK2 = 7,31 ; dan pK3 = 12,36. Dan nilai konstanta desosiasi asam ini dapat disimpulkan bahwa H3PO4 adalah asam yang sangat kuat dan PO43- sangat basa bila terdapat dalam perairan alami. Oleh karena itu ion fosfat terbentuk sebagai H2PO4- atau HPO4

2-Kenaikan konsentrasi fosfat merupakan adanya zat pencemar dalam perairan. Senyawa-senyawa fosfat tersebut dalam bentuk organofosfat atau polifosfat. Sejumlah industri dapat rnembuang polifosfat berupa bahan pencuci yang mengapung di atas permukaan air. Senyawa fosfor organik terdapat antara lain dalam bentuk asam-asam nukleat, fosfolipid, gulafosfat. Senyawa ini masuk ke dalam perairan bersama-sama dengan limbah industri dan rumah tangga.

. Fosfat juga dapat berada sebagai ligan dalam sebuah kompleks logam. Karena fosfat bereaksi dengan sejumlah zat membentuk senyawa yang tidak larut, dan mudah diadsorpsi oleh tumbuh-tumbuhan, konsentrasi dari fosfat anorganik terlarut dalam kebanyakan peraiaran konstan.

Karbon Dioksida dan Berbagai Jenis Karbonat

Gas CO2 mempunyai sifat keasaman, maka akan menjadi lebih rumit dalam menghitung kelarutannya dalam air dibandingkan kelarutan gas-gas yang sukar bereaksi seperti O2 dan N2

Karbon Dioksida, ion karbonat, dan ion bikarbonat mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap sifat-sifat kimia air. Banyak mineral diendapkan sebagai garam dari ion karbonat CO

.

32-. Dalam fotosintesisnya ganggang menggunakan CO2 terlarut untuk menghasilkan biomas.


(26)

Konsentrasi yang tinggi dari CO2 ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan akuatik karena akan menghambat pernafasan dan pertukaran gas terutama bagi hewan perairan, bahkan dapat mengakibatkan kematian, Kandungan CO2

Dalam perairan alami, gas CO

dalam air yang aman tidak boleh melebihi 25 mg/ I.

2 dihasilkan dari penguraian bahan-bahan organik oleh bakteri. Ganggang yang menggunakan CO2 dalam fotosintesis juga menghasilkan CO2 melalui proses metabolisme tanpa cahaya. Waktu air merembes melalui lapisan-lapisan dari hancuran bahan organik sambil masuk ke dalam tanah, air inhi dapat melarutkan banyak CO2 yang dihasilkan oleh pernafasan organisme dalam tanah. Seterusnya, waktu air masuk melewati batuan kapur, air tersebut melarutkan kalsium karbonat, karena adanya CO2 yang terlarut.

Silikon Dalam Air

Silikon merupakan unsur kedua terbanyak di kerak bumi setelah oksigen yaitu sebesar 27,7%. Hal ini menyebabkan silikon terbesar luas dalam air. Konsentrasi normal dari silicon dalam air berkisar antara 1 sampai 30 mg/l sebagai SiO2

Silika dalam air dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari sumber pencemaran. Senyawa silikat digunakan dalam pembuatan senyawa detergen dan sebagai anti karat. Oleh karena itu silikon/ Ion dari senyawa silikon terdapat banyak dalam air buangan baik limbah industri maupun limbah domestik.

, meskipun kadang kala mencapai 100 mg/ l. Suatu fenomena yang menarik adalah air laut di bagian permukaan umumnya konsentrasi silikonnya sangat rendah karena unsur ini digunakan oleh kerang dan pembentukan tulang organisme laut.

Belerang Dalam Air

Secara umum sebagian besar belerang yang terdapat dalam air adalah S (IV) dalam ion sulfat SO42-. Dalam kondisi anaerobic SO42- dapat direduksi oleh aktivitas bakteri menjadi H2S, HS- atau garam sulfide yang tidak larut. Gas H2S yang dihasilkan dari reduksi sulafat tersebut menyebabkan bau "telur busuk" yang


(27)

dikeluarkan oleh banyak air yang tergenang dan air-air tanah. Adanya perbedaan jenis belerang (bilangan oksidasinya) dalam air menggambarkan adanya hubungan antara pH air, potensial oksidasi, dan aktivitas bakteri.

Dalam air ion sulfat dapat berasal dari banyak sumber. Sulfat dapat berasal dari hasil pencucian mineral utama gips, CaSO4, 2H2O. Oksidasi dari mineral-mineral sulfide yang dipengaruhi oleh mikroorganisme, seperti pyrit, FeS2 menghasilkan sulfat. Garam sulfat digunakan dalam pembuatan deterjen dan dalam banyak industri seperti industri pupuk ZA, maka ion sulfat merupakan komponen yang umum dari air buangan.

Klorida Dan Fluorida Dalam Air

Senyawa halida, klorida, dan fluorida merupakan senyawa-senyawa umum yang terdapat pada peraiaran alami. Senyawa-senyawa tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion-ionnya. Ion klorida pada tingkat sedang relative mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat-sifat kimia dan biologi perairan. Kation dari garam-garam klorida dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut, dan ion klorida secara umum tidak membetuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan garam-garam klorida ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan oleh tingginya salinitas. Air ini tidak layak untuk air pengairan dan keperluan rumah tangga.

Ion fluorida jauh lebih penting dalam air dari pada ion-ion klorida. Fluor adalah salah satu unsur halogen yang keelektronegatifannya paling tinggi dibandingkan unsur-unsur halogen lainnya.

Kalsium dan Magnesium dalam Air

Secara umum dari kation-kation yang ditemukan dalam banyak ekosistem air tawar kalsium mempunyai konsentrasi tinggi. Kalsium adalah unsure kimia yang memegang peranan penting dalam banyak proses geokimia. Mineral merupakan


(28)

sumber primer ion kalsium dalam air. Di antara mineral-mineral primer yang berperan adalah gips, CaSO4.21-120 ; anhidratnya, CaSO4; dolomite, CaMg (CO3)2 ; kalsit dan aragonite yang merupakan modifikasi yang berbecla dari CaCO

Air yang mengandung karbon dioksida tinggi mudah melarutkan kalsium dari mineral-mineral karbonatnya.

3

Ion kalsium , bersama-sama dengan magnesium dan kadang-kadang ion ferro, ikut menyebabkan kesadahan air, baik yang bersifat kesadahan sementara maupun kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat dalam air

Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kaput soda abu, proses zeolit dan -nurses -resin organik.

Pada umumnya konsentrasi magnesium dalam air tawar lebih kecil dibandingkan kalsium. Telah diteliti bahwa dilautan magnesium dalam bentuk larutan lebih lama dari kalsium. Hal ini disebabkan senyawa Mg2+ mengendap lebih lambat dibandingkan senyawa Ca2+.

Logam Alkali Dalam Air

Natrium umumnya terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi di dalam air tawar dibandingkan dengan kalium. Ion natrium, sama dengan ion klorida, bersosiasi dengan salinitas yang berlebihan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang cukup serius.

Kalium dalam perairan alami relative rendah konsentrasinya dari natrium karena unsur ini tidak mudah dilepaskan dari sumbernya dan unsur ini mudah sekali diadsorpsi oleh mineral-mineral. Jenis sumber alami dari kalium adalah feldspar, esensial dan bergabung ke dalam bahan tanaman. Sebagai konsekuensinya bila terjadi kebakaran hutan dimana wring mengandung konsentrasi kalium yang tinggi. Suatu kenyataan bahwa hasil pencucian dan' abu banyak digunakan oleh pioneer-pioner sebagai sumber dari kalium hidroksida untuk pembuatan sabun.


(29)

Alumunium Dalam Air

Aluminium merupakan unsur terbanyak ketiga dalam kerak bumi Kebanyakan alumunium yang dibawa air sebagai partikel-partikel mineral mikroskopik yang tersuspensi. Konsentrasi dari almunium dalam kebanyakan air kemungkinan kurang dari 1,0 mg/l.

Pada nilai pH dari 4,0 jenis alumunium yang terlarut adalah Al (H2O)3+ dan ion Al3+

Almunium bersifat amfoter dan pada perairan alami dengan pH diatas kurang lebih 10, terbentuk ion aluminat yang larut AI (OH)4-. Ion fluorida membentuk kompleks yang sangat kuat dengan alumunium dan dengan adanya fluorida dengan konsentrasi tinggi terbentuk jenis kompleks fluorida seperti AlF

yang terhidrasi kehilangan ion hydrogen pada nilai pH lebih besar dari 4,0.

2+

mungkin akan terbentuk dalam air. Ion Alumunium membentuk endapan dengan silica dan dengan ion ortofosfat.

Besi dalam Air

Besi adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air tanah. Perairan yang mengandung besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga, karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan alai-alai lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum pada konsentrasi diatas kurang lebih 0,31 mg/I. Sifat kimia perairan dari besi adalah sifat redoks, pembentukan kompleks, metabolisme oleh mikroorganisme, dan pertukaran dari besi antara fasa dan fase padat yang mengandung besi karbonat, hidroksida dan sulfide.

Secara umum Fe (II) terdapat dalam air tanah berkisar antara 1,0 –10 mg/l, namun demikian tingkat kandungan besi sampai sebesar 50 mgA dapat juga ditemukan dalam air tanah ditempat-tempat tertentu. Air tanah yang mengandung Fe (11) mempunyai sifat yang unik. Dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (11) jernih, begitu mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri dengan reaksi sebagai berikut :


(30)

4 Fe 2+ + 02 + 10 H2O 4Fe (OH)3 8 H

dan air menjadi keruh. Pada pembentukan besi (111) oksidasi terhidrat yang tidak larut menyebabkan air berubah menjadi abu-abu.

+

Mangan Dalam Air

Toksisitas Mangan (Mn), relative sudah tampak pada konsentrasi rendah. Dengan demikian tingkat kandungan Mn yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk keperluan domestik sangat rendah, yaitu dibawah 0,05 mg/l. Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO2 dan pada dasar perairan tereduksi menjadi Mn2+

Air yang berasal dari sumber tambang asam dapat mengandung mangan terlarut, dan pada konsentrasi ± 1 mg/l dapat ditemukan pada perairan dengan aliran yang berasal dari tambang asam. Pada pH yang agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk mangan yang tidak larut seperti, Mn02, Mn304, atau MnCO

atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu pemakaian air yang berasal dari dasar suatu sumber air, Bering ditemukan mangan dalam konsentrasi tinggi.

3 meskipun oksidasi dari Mn2+

2.2. Habitat Ikan Nila

itu berjalan relatif lambat.

Habitat artinya lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau hewan hidup dan berkembang biak (Suyanto, S.R., 2009).

Ikan nila memiliki eurihaline yang menyebabkan ikan nila dapat hidup di dataran rendah yang berair tawar hingga perairan bersalinitas, sehingga pembudidayaannya sangat mudah.

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas dapat juga mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut dibedakan atas:


(31)

Tabel 2.1 Salinitas Air

Salinitas Air Persentase garam Air tawar <0,05% Air payau 0,05 – 3%

Air saline 3 – 5%

Brine >5%

Sumber : http://rudy-dblues.blogspot.com/2010/01/tingkatan-salinitas-pada-air... Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, disebut brine.

Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh , Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30% (Goetz, P.W., 1986).

Penyelidikan komposisi air laut pertama sekali diselidiki oleh seorang ahli oseanografi W.Dittmar pada tahun 1873 dengan menggunakan contoh air laut sebanyak 77 sampel dari beberapa perairan di Samudera Pasifik, Hindia, dan Atlantik melalui ekspedisi yang dilakukan oleh H.M.S.Challenger hasilnya adalah seperti yang tertera pada tabel 2.2 berikut ini.


(32)

Tabel 2.2 Kimia Utama Yang Terkandung Di Air Laut

No Ion Nilai (%)

1. Cl- 55,04

2. Na+ 30,61

3. SO42- 7,68

4. Mg2+ 3,69

5. Ca2+ 1,16

6. K+ 1,10

7. HCO3 - 0,41

8. Br - 0,19

9. H3BO3 0,07

10. Sr 2+ 0,04

12. F - 0,00

13. CO3 2- 0,00

Sumber : Sverdrup dkk, 1962. The Ocean

Nila dapat hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang disukai antara 0 – 35 permil (Watanabe, 1989).

Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stres dan kematian ikan (Suyanto S.R., 2009).

Ikan nila bisa hidup pada kadar garam sampai 35%, namun ikan sudah tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada kadar garam yang tinggi ikan


(33)

membutuhkan energi yang minim untuk osmoregulasi sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan berkurang (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

Ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar. Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral. Nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6 – 8,5. Namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7 – 8. Batas pH yang mematikan adalah 11(Carman Odang, dkk.,2010).

Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme serta mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu kolam atau perairan yang masih bisa ditolirir ikan nila adalah 15–37oC. Suhu optimum untuk pertumbuhan nila adalah 25-30oC. Oleh karena itu, ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk pemijahan, suhu ideal untuk bisa menghasilkan telur dan larva adalah 22–37oC (Wiryanta, B.T.W., dkk.,2010)

2.3. Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) bukanlah ikan asli perairan Indonesia, melainkan ikan introduksi ikan yang berasal dari luar Indonesia, tetapi sudah dibudidayakan di Indonesia Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui mass penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. (Wiryanta Bernard T. W, dkk 2010).

Sesuai dengan nama Latinnya Oreochromis niloticus berasal dari sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan ( ke hilir) sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan


(34)

manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai ke lima benua, meskipun habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan sub tropis. Sedangkan di wilayah beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. ( Suyanto S.Rachmatun 2009).

Pada awalnya ikan nila dikenal dengan nama Tilapia nilotica. Aristoteles dan rekan-rekannya memberi nama itu 300 tahun SM. Mengingat Mesir kuno bukan satu-satunya negeri yang menghargai nila tetapi di kawasan Yunani juga telah dikenal sebagai penggemar ikan nila sehingga diyakini telah menamakan Tilapia nilotica (ikan Nil) pada waktu tersebut.

Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan sejak tahun 1972. Menurut klasifikasi yang terbaru (1982) nama ilmiah ikan nila ialah Oreochromis niloticus. Name genus Oreochromis menurut klasifikasinyang berlaku sebelumnya disebut Tilapia. Perubahan nama tersebut telah disepakati dan clipergunakan oleh para ilmuwan meskipun di kalangan swam tetap disebut Tilapia nilotica. Perubahan klasifikasi tersebut dipelopori oleh Dr.Trewavas (1980) dengan membagi genus Tilapia tiga genus berdasarkan prilaku kepedulian induk ikan terhadap telur dan anak-anaknya yaitu genus Oreochromis, genus Sarotherodon dan genus Tilapia.

- Genus Oreochromis

Pada genus Oreochromis induk ikan betina mengerami telur di dalam rongga mulut dan mengasuh sendiri anak-anaknya. Anggota genus ini adalah Oreochromis hunteri, O.niloticus, O.mossambicus, O.aureus, dan O.spilurus

- Genus Sarotherodon

Pada genus Sarotherodon induk jantanlah yang mengerami telur dan mengasuh anaknya. Contoh spesiesnya adalah Sarotherodon melanotheron dan S.galilaeus - Genus Tilapia

Ikan dalam genus Tilapia memijah dan menaruh telur pada suatu tempat atau bends (substrat). Induk jantan dan betina bersama-sama atau bergantian menjaga telur dan anak-anaknya. Contoh spesies ini adalah Tilapia sparmanii, T.rendalli, dan T.zilli.


(35)

Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh para ilmuwan adalah yang telah dirumuskan oleh Dr.Trewavas sebagai berikut:

Filum : Chordate Sub- Filum : Vertebrate Kelas : Osteichthyes Sub- kelas : Achanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus ( Suyanto S.Rachmatun 2009). -

Secara umum ikan nila. (Oreochromis niloticus) masih kerabat dekat dengan ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Karakteristik fisik pada beberapa strain ikan nila juga ada mirip dengan ikan mujair. Ikan mujair kurang disukai petani karena lambat pertumbuhannya, sangat rakes tetapi tidak gemuk. Mujair juga cepat sekali beranak pinak sehingga sangat mengganggu ikan lain yang sama-sama dipelihara di kolam. Akibatnya muncul anggapan bahwa mujair adalah hams yang harus diberantas.

Untuk menggantikan ikan mujair maka didatangkanlah bibit ikan nila dari mancanegara, untuk disebarluaskan. Hal ini mengingat ikan nila mempunyai sifatsifat yang menguntungkan yaitu:

− Ikan nila sangat peridi (mudah berbiak) − Perwatannya tidak rumit

Ikan nila efisien dalam menggunakan pakan (merupakan) yaitu mempunyai konversi pakan (Food Convertion Ratio = FCR) yang lebih rendah misalnya di kolam air tawar, tambak, dan keramba faring apung secara intensif dan tujuan komersil sekitar 0,8 – 1,2 kg. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan nila dibutuhkan pakan sebanyak 0,8 – 1,2 kg


(36)

Bersifat omnivora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Pada stadia larva pakan utamanya adalah alga bersel tunggal, crustacea kecil, dan benthos. Ukuran benih sampai fingerling lebih menyukai zooplankton, sedangkan ukuran pembesaran menyukai pakan buatan (Sudjana, 1988)

• Cepat pertumbuhannya sehingga waktu panennya lebih pendek • Berdaging tebal

• Relatif tahan terhadap hams dan penyakit

• Ikan nila sangat muclah beradaptasi dengan kondisi perairan. Artinya ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara dalam lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Ikan nila mampu hidup pada suhu 14 - 38 T. Adapun suhu terbaiknya adalah 25 - 30 T. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam. Kadar garam air yang disukai antara 0 - 35 permil. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stres dan kematian pada ikan (Carman Odang, Sucipto Adi, 2010).

Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera ditemakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Sehingga untuk kedepan ikan nila bagi Indonesia akan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam yang relatif besar dengan jumlah penduduknya menducluki rangking empat terbesar di dunia yang menyebabkan potensi pasar domestiknya masih sangat terbuka.

Berikut beberapa strain ikan nila yang cukup dikenal dan digemari, baik oleh petani maupun konsumen.


(37)

a. Nila Gift (Genetic Improvement of Farmed Tilapias)

Dikembangkan oleh International Center for Living Aquatic Research Management (ICLARM) pada tahun 1987 dengan dukungan dari Asian Development Bank dan Unites Nations Development Programe (UNDP). Strain ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila darim Kenya, Israel, Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir , dan Taiwan.

b. Nila Best (Bogor Enhanced Strain Tilapias)

Merupakan salah satu ikan unggulan yang dihasilkan pada tahun 2008. Mempunyai fisik yang mirip dengan nila gift. Merupakan hasil seleksi yang menggunakan populasi dasar yang salah satunya bersumber dari ikan nila gift generasi keenam. Tepatnya nila best lahir dari seleksi empat strain ikan nila yaitu nila lokal, nila danau tempeh, nila gift generasi ketiga, dan nila gift generasi 6 (generasi terakhir).

c. Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapias)

Yang berarti ikan nila yang secara genetis diarahkan menjadi jantan super. Ikan ini dihasilkan di BBPBAT Sukabumi hasil kerja sama dengan IPB dan BBPBAT. Rintisannya sudah dimulai sejak 2001 dan di-release tahun 2007. Sumber gennya berasal dari nila Gift G3.

d. Nila Jica (Japan for International Cooperation Agency)

Jika adalah sebuah lembaga donor dari Jepang. Tahun 2002, Jika bekerja sama dengan BBAT Jambi melakukan rekayasa genetis strain ikan nila hasil penelitian Kagoshima Fisheries Research Station , Jepang di Jambi. Tahun 2004 dihasilkan ikan nila unggul yang dinamakan strain Rea. Sebagian masyarakat Jambi menyebut nila strain Jica dengan nama nila kagoshima.

e. Nila Nifi (National Inland Fishery Institute)

Disebut juga nila Bangkok.Nifi pertama kali didatangkan dari Thailand pada tahun 1989.Dikenal juga sebagai nila merah atau nirah. Ada juga menyebutnya mujarah (mujair merah) atau kakap merapi. Pertumbuhannya lebih cepat dari ikan nila lokal. Keunggulan lainnya mampu menghasilkan keturunan yang dominan


(38)

jantan. Ikan ini kemungkinan merupakan hasil persilangan antara mujair dengan nila O.aureus, O.zilii, O.hornorum.

f. Nila Nirwana (Nila Ras Wanayasa)

Berasal dari Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Merupakan hasil pemuliaan genetis dari nila gift dan nila get dari Filipina yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa dan FPK, Institut Pertanian Bogor. Dikenalkan kepada masyarakat tahun 2006 ak-hir. Gennya berasal dari nila gift dan nila get (Genetically Enhanced of Tilapias).

g. Nila hitam 69

Merupakan strain ikan nila yang pertama kali didatangkan dari Taiwan. Karena begitu akrabnya masyarakat dengan ikan nila ini sehingga tidak heran jika ada yang menyebutnya dengan ikan nila lokal. Memiliki keunggulan mudah berkembang biak, pertumbuhan badannya cepat, serta pemakan plankton dan tanaman air lunak yang tumbuh di dalam kolam.

h. Nila Cangkringan

Merupakan nila yang berasal dari Cangkringan. Ikan nila merah ini merupakan hasil pemuliaan genetis dari strain nifi, citralada, Singapura, dan Filipina oleh BAT atau BBI Cangkringan. Strain ini sebenamya belum resmi diliris ke masyarakat.

i. Nila Larasati

Dikenal juga dengan nila janti. Ikan nila strain ini merupakan hasil pemuliaan BBI Janti di Klaten. Memiliki keseragaman warns sampai 90% warna merah. (Wiryanta Bernard T. W, dkk.2010)

Jenis nila unggul yang direkomendasikan sebagai bibit untuk pembesaran secara cepat ( 2,5 bulan panen) adalah nila merah hasil silangan (hibrida), nila Gesit dan nila Best. (Carman Odang, Sucipto Adi, 2010).

Untuk pangsa ekspor sebaiknya memilih ikan nila merah dan ikan nila gift yang tentu saja harganya pasti akan lebih mahal dibandingkan ikan nila biasa. Kualitas daging dan ukuran tubuh menjadi tuntutan bagi para peternak untuk mengekspor


(39)

produknya. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah berat tubuh minimal 500 gr per ekornya dengan kualitas nomor 1 dan tujuan ekspornya adalah Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

Pembesaran ikan nila merupakan salah satu proses dalam budidaya ikan yang bertujuan untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi. Pada usaha budidaya ikan, pembesaran merupakan segmen usaha yang banyak dilakukan oleh para pembudidaya ikan. Dalam melakukan pembesaran, ikan ini relatif tidak terlalu sulit karena ketrampilan yang dibutuhkan tidak sesulit dalam melakukan pembenihan ikan.

Pada kegiatan pembesaran ikan, hal yang perlu diperhatikan adalah wadah yang akan digunakan dalam proses pembesaran, padat penebaran, pola pemberian pakan, pencegah terhadap hama, dan penyakit ikan, pengontrolan pertumbuhan serta pengelolaan kualitas air.

2.4. Pakan Ikan

Pakan merupakan sumber energi bagi ikan. Tanpa makanan, ikan tidak akan tumbuh dan berkembang biak. Pakan yang dapat diberikan untuk ikan nila adalah sebagai berikut:

1. Pakan alami

Yaitu makanan hidup bagi larva dan benih ikan yang diperoleh dari perairan kolam atau membudidayalcannya secarah terpisah.Ikan nila merupakan ikan pemakan plankton yang tumbuh disekitarnya.

2. Pakan tambahan

Adalah pakan yang diberikan dalam bentuk apa adanya kepada ikan seperti daun-daunan, limbah rumah tangga, keong, dan lain-lain. Pakan ini dibuat dengan susunan bahan tertentu dengan gizi sesuai keperluan.


(40)

Berbentuk pelet, larutan ( emulsi, suspensi ), lembaran ( flake atau waver ), dan remahan. Ikan nila yang dipelihara secara intensif (cara modem) dan semi intensif (cara madya) memerlukan pakan buatan.

Untuk induk ikan nila pemberian pakan tambahan berupa, pelet yang mengandung 30 – 40% protein dan kandungan lemak tidak lebih dari 3% adalah penting dalam pembentukan telur pada ikan yang memerlukan bahan protein yang cukup dalam pakannya. Dalam praktiknya, baik pakan alami maupun pakan buatan diberikan kepada ikan dengan closis 3 – 5% dari bobot ikan perhari. Misalnya pemberian pakan sebesar 4% per hari dari jumlah bobot ikan yang dipelihara dalam sate kolam. Jumlah ikan dalam kolam 500 ekor dengan berat per ekor ikan 100 gr. Maka jumlah pakan yang diberikan untuk satu hari adalah:

500 ekor X 100 g X 4% = 2000 g atau 2 kg Jadi jumlah pakan yang diberikan adalah sebanyak 2 kg/hari.

Mengingat ikan nila pemakan yang aktif di Siang hari. Maka berdasarkan pertimbangan dan pengamatan, dosis pakan yang diberikan dibagi ke dalam 2 – 4 kali pemberian. Namun karena dengan pertimbangan ekonomis dan komersial, sering kali frekuensinya dibatasi hanya dua kali sehari. (Carman Odang, Sucipto Adi, 2010).

2.5. Komposisi Pakan

Standar nutrisi pakan tambahan antara lain mengandung protein 25 – 40 %, karbohidrat 10-12 %, lemak 4-8 %, serat kasar 5-13 % dan kadar air 13-14 % (Afrianto E, dkk., 2005, http://suharjawanasuria.tripod.com/ikantawar01.htm

Selain itu pabrik pakan juga melengkapinya dengan vitamin dan mineral sebagai bahan tambahan dalam campurannya yang dikemas dalam bentuk premiks.

)

Berikut adalah contoh vitamin dan mineral tambahan pada pakan ikan:


(41)

amino essensia (metionin dan lisin) dan 6 mineral (Mn,Fe,I,Zn,Co dan Cu), serta antioksidan (BHT).

- Rhodiamix : mengandung 12 macam vitamin 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral

(Mg, Fe, Mo, Ca, I, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.

- Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO3, FeSO4, MnSO4, KI, CuSO4, ZnCO3

, serta vitamin B12

Pada dasarnya, pakan buatan yang sering kita jumpai termasuk dalam kelompok senyawa pakan dan silase ikan. Dua jenis senyawa pakan yang biasa dibuat oleh pabrik pakan adalah pakan yang berbentuk tepung, pasta, cake, serta pakan yang berbentuk pelet.

Secara umum tepung ikan dikategorikan sebagai Fish Protein Consentrat (FPC). Terdapat 3 tipe FPC yaitu A, B, dan C. Tepung ikan tipe A dan tipe B untuk konsumsi manusia, sedangkan tipe C adalah untuk makanan ternak (Buckle, et al.,1987).

Dalam menentukan kelas tipe/tipe tepung ikan terdapat standard tertentu, antara lain dengan memenuhi persyaratan mutunya. Persyaratan mutu tepung ikan untuk pakan ternak yang harus dipenuhi dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat dilihat pada tabel 2.2, sedangkan persyaratan mutu tepung ikan menurut FAO dalam Buckle et al. (1987), disajikan pada tabel 2.3.


(42)

Tabel 2.3 Persyaratan Mutu Tepung Ikan untuk Pakan (SNI 01-2715-1996) Persyaratan K e l a s

Mutu I Mutu II

Mutu III Kimia:

- Air(%; maks.)

- Protein kasar (%;min.) - Serat kasar (%;maks.) - Abu(%;maks) - Lemak(%;maks) - Kalsium(%;maks) - Phospor(%;maks) - Garam(%;maks) Mikrobiologi:

Salmonella (pada 25 g

sample) Organoleptik: Nilai Minimum 10 65 1,5 20 8 2,5-5,0 1,6-3,2 2 Negatif 7 12 55 2,5 25 10 2,5-6,0 1,6-4,0 3 Negatif 6 12 45 3 30 12 2,5-7,0 1,6-4,7 4 Negatif 6

Sumber : Revisi Standar Nasional Indonesia No. 01-2715-1992


(43)

Tabel 2.4 Persyaratan Standar Mutu Tepung Ikan menurut FAO

Komposisi Tipe A Tipe B Tipe C

Protein 67,5 65 60

Daya cerna pepsin (%; min.)

92 92 92

Lisin (%; min.) 6,5 dari protein 6,5 dari protein 6,5 dari protein

Air (%; maks.) 10 10 10

Lemak(%;maks.) 0,75 3 10

Klorida(%;maks) 1,5 1,5 2

SiO2 (%;maks.) 0,5 0,5 0,5 Bau, rasa Lemah Tidak ada

spesifikasi

Tidak ada spesifikasi Sumber: FAO dalam Buckle et al.,1987


(44)

2.6. Kebutuhan Mineral pada Ikan

Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting.

Tidak kurang 15 zat mineral telah diketahui mempunyai fungsi esensial dalam tubuh ikan. Beberapa zat-zat mineral tersebut adalah: natrium, kalium, fosfor, kalsium, khlor, magnesium, ferrum, belerang, iodium, mangan, kuprum, kobalt, molybdenum, selenium, dan zincum. Ikan setidak-tidaknya membutuhkan 13 zat anorganik untuk makanan yang baik. Kalsium dan fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan gigi, tulang, dan kulit sehingga zat-zat mineral tersebut harus ada dalam jumlah yang besar.

Berdasarkan kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral esensial dan mineral non esensial. Mineral esensial harus selalu tersedia di dalam tubuh ikan dan harus disuplai dari pakan karena tubuh ikan tidak mampu memproduksi mineral ini. Sementara, mineral nonesensial yaitu mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan.

Berdasarkan jumlah kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral yaitu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif besar (lebih dari 100 mg/kg pakan kering), seperti kalsium, fosfor, belerang, natrium, klorida, magnesium, dan kalium. Sebaliknya, mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relative kecil (kurang dari 100 mg/kg pakan kering), yaitu kobalt, selenium, tembaga, seng, mangan, krom, fluor, iodium, besi, dan molibden. Mikromineral sering pula disebut sebagai trace mineral.


(45)

Pada umumnya, makanan ikan yang sempurna mengandung sebagian besar zat-zat mineral yang diperlukan. Akan tetapi, beberapa zat mineral perlu ditambahkan di dalam makanan, antara lain kalsium, natrium, klor dan fosfor. Zat-zat mineral tersebut perlu dimasukkan di dalam makanan ikan. Kelengkapan mineral akan memberikan dampak positip apabila diikuti dengan komposisi yang tepat dari nutrisi lainnya, seperti protein, lemak, karbohidrat, dsan vitamin. Komposisi pakan tersebut sangat berpengaruh terhadap penyerapan mineral oleh tubuh ikan.

Fungsi utama mineral adalah:

1. Berperan dalam proses pembentukan rangka, pernapasan, dan metabolisme. Mineral Ca, P, F, dan Mg adalah mineral yang berguna dalam pembentukan struktur tubuh ikan, tulang, gigi, dan sisik ikan. Mineral Fe, Cu, dan Ca berperan besar dalam proses pernapasan. Sementara, mineral yang membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial maupun nonesensial.

2. Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara cairan tubuh dan lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan Cl).

3. Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan haemoglobin (terutama Fe, Cu, dan Co).

4. Berperan penting dalam proses metabolisme (terutama Cl, Mg, dan P).

5. Mengatur fungsi sel (Cu dan Zn), membentuk fosfolipid dan bahan inti sel (S, dan P), mematangkan kelenjar kelamin (Br), dan membentuk hormone tiroid (I).


(46)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Nama Alat Spesifikasi Merek

Beaker glass 250 mL Pyrex

Buret 25 mL Pyrex

Erlenmeyer 250 mL Pyrex

Gelas ukur 100 mL Pyrex

Statif - -

Klem - -

Labu ukur 50 mL Pyrex

Hot plate - PMC

Spektrofotometri UV-Vis Spektronik 20 -

Pipet tetes - -

Pipet volum 10 mL Pyrex

pH meter 330 i WTW

Akuarium 60 x 40 x 40 cm -

Tanggok - -

Termometer 250 0 C Fisons Neraca analitik Presisi ± 0,001 g Mettler PM 400

Indikator Universal - -

Aerator - -


(47)

3.1.2. Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Nama Bahan Spesifikasi Merek

HCI (p) p.a. 37 % E.Merck

Eriochrom Black T p.a. E.Merck

Na2EDTA p.a E.Merck

Mureksid p.a E.Merck

NH2OH.HCI p.a E.Merck

1,10 Fenantrolin p.a E.Merck

KOH p.a E.Merck

AgNO3 p.a E.Merck

K2CrO4 p.a E.Merck

NH4OH p.a E.Merck

NH4Cl p.a E.Merck

Aquadest - -

NaCl p.a E.Merek

Ikan Nila Hitam - -

Pakan Ikan HI-PRO-VITE FF-999 Pokphand

Air tawar Danau Toba - -


(48)

3.2. Prosedur Kerja 3.2.1. Penyediaan Reagen

3.2.1.1. Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar untuk Penentuan Ca + Mg (Metode Titrimetri)

a. Larutan Standar EDTA 0,03 M

Sebanyak 11,1671 g di-natrium etilendiamin tetraasetat dihidrat dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Penyangga pH 10

Sebanyak 70 g amonium klorida dilarutkan dengan 200 mL akuades. Kemudian ditambahkan 475 mL amonia pekat kemudian diencerkan dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda lalu dihomogenkan.

c. Larutan KOH 4 N

Sebanyak 224 g KOH dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

d. Larutan Standar CaC12

Sebanyak 1 g CaCO

0,01 M

3 anhidrat dilarutkan dengan sedikit HC1 1:1 dalam erlenmeyer 500 mL kemudian ditambahkan 200 mL akuades lalu di didihkan

beberapa menit untuk menghilangkan CO2. Larutan didinginkan dan ditambahkan beberapa tetes indikator metil merah dan NH4

e. Standarisasi Larutan Standart EDTA

OH 3 N sampai terbentuk warna jingga kemudian diencerkan dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

Sebanyak 10 mL larutan standar CaC12 0,01 M dimasukkan dalam gelas erlenmeyer 150 mL dan ditambah dengan 40 mL akuades, 2 mL larutan peyangga pH 10 dan 30-50 mg indikator EBT kemudian dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01 N sampai warna larutan berubah dari merah keunguan menjadi biru. Konsentarsi larutan standar EDTA dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :


(49)

EDTA CaCl V x CaCl

M 2 2

V EDTA

M =

Dengan Pengertian : MEDTA

V

= molaritas larutan baku EDTA EDTA

M CaCl

= volume larutan baku EDTA (mL) 2 = molaritas larutan CaC12

V

yang digunakan CaCl2 = volume larutan CaC12 yang digunakan (mL)

3,55 x10 0,01 = EDTA M

= 0,0282 M

f. Indikator Eriochrome Black T (EBT)

Sebanyak 0,2 g EBT dan 100 g kristal NaCl dicampur dan digerus sampai halus kemudian disimpan dalam botol tertutup rapat.

g. Indikator Mureksid

Sebanyak 0,2 g Mureksid dan 100 g NaCl dicampur dan digerus sampai halus kemudian disimpan dalam botol tertutup rapat.

3.2.1.2. Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar untuk Penentuan Fe total (metode spektrofotometri)

a. Larutan Hidroksilamin (NH2

Sebanyak 10 g NH

OH.HCl) 2

b. Larutan Buffer ammonium asetat

OH. HCl dilarutkan dengan akuades, kemudiandiencerkan di dalam labu ukur 100 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.

Sebanyak 25 g NH4. C2H3O2 dilarutkan dengan 15 mL akuades dan ditambahkan 70 mL asam asetat glasial, kemudian diencerkan di dalam labu ukur 100 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.


(50)

c. Larutan 1,10 fenantrolin

Sebanyak 0,1 g 1,10-fenantrolin monohidrat (C12H8N2.H2O) dilarutkan dalam 100 mL akuades, kemudian dipanaskan sampai 800

d. Pembuatan Larutan Induk Fe 1000 ppm dari kristal (NH

C (tidak boleh mendidih).

4)2Fe2(SO4

Ditimbang dengan teliti 3,3571 g kristal (NH

) 4)2Fe2(SO4

e. Pembuatan larutan standar 100 ppm dari larutan induk 1000 ppm

), kemudian dimasukkan kedalam beaker glass 50 mL. Dilarutkan dengan akuades, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml. Lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

Dipipet sebanyak 5 ml larutan induk 1000 ppm, lalu dimasukkan kedalam labu 50 mL. Diencerkan dengan akuades hinga garis tanda dan dihomogenkan.

f. Pembuatan larutan standar 10 ppm dari larutan induk 100 ppm

Dipipet senyak 5 mL larutan induk 100 ppm, lalu dimasukkan kedalam labu takar 50 mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

g. Pembuatan larutan standar 1 ppm dari larutan standar 10 ppm.

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar 10 ppm, lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

h. Pembuatan larutan seri standar 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ppm dari larutan standar 1 ppm.

Dipipet masing-masing senyak 10 ml ; 20 mL; 30 mL; 40 ml larutan standar 1 ppm. Lalu dimasukkan masing-masing kedalam labu ukur 50 mL. Kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

3.2.1.3. Pembuatan Pereaksi dan larutan standar untuk penentuan Cl a. Larutan NaCl 0,01 N

Sebanyak 0,585 g NaCl dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan.


(51)

b. Larutan AgNO3

Sebayak 5,0961 gr AgNO 0,03N

3

c. Standarisasi Larutan Standar AgNO

dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 mL garis tanda dan dihomogenkan.

Kedalam gelas Erlenmege dipipet 10 mL larutan AgNO

3

3 kemudian dititrasi dengan larutan standar NaCl 0,01 N. Kemudian konsentrasi larutan standar AgNO3

V

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1 N1 = V2 N2

Dengan pengertian V1

N

=Volume larutan buku standard pimer yang digunakan (mL) 1

V

=Normalitas larutan buku standard pimer yang digunakan 2 =Volume larutan AgNO3

N

(mL) 2 =Normalitas larutan AgNO

3.2.1.4. Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar untuk Penentuan Na (metode flamephotometer)

3

Pereaksi

− Standar pokok 1000 ppm, pindahkan secara kuantitatif masing- masinglarutan standar induk Na di dalam ampul ke dalam labu ukur 1000 mL.

Impitkan dengan air bebas ion sampai dengan tanda garis, kocok.

− Standar campuran 100 ppm (standar campuran 1). Pipet 20 mL standar pokok 1000 ppm Na ke dalam labu ukur 100 mL dan diimpitkan dengan air bebas ion sampai tanda garis.

− Standar campuran 10 ppm standar (campuran 2). Pipet 10 mL larutan standar campuran 1 ke dalam labu ukur 100 mL dan diimpitkan dengan air bebas ion sampai tanda garis.

− Deret standar campuran 0 – 10 ppm Na. Pipet larutan standar campuran 2 masing-masing 0 ; 1 ; 2 ; 4; 6; 8; 10 mL ke dalam tabung kimia, tambahkan air bebas ion hingga setiap tabung berisi 10 mL larutan dikocok.


(52)

Deret standar campuran akan mengandung :

S0 S1 S2 S3 S4 S5 S

0 1 2 4 6 8 10 ppm Na 6

− Larutan 25.000 ppm La

Timbang 29,32 g La2O3, ditambah 100 mL HCl 25% dilarutkan dengan air bebas ion, kemudian diimpitkan tepat 1 L dan dikocok atau 67,0 gram LaCl3. 7H2

3.2.2. Penentuan Kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

O ditambah 15 mL HCl 25% dilarutkan dalam satu liter air bebas ion.

Sebanyak 50 mL sampel air dipipet ke dalam erlenmeyer 250 mL kemudian ditambah sedikit demi sedikit NaOH 1 N sampai dicapai pH 12 (diukur dengan indikator universal) dan seujung spatula indikator mureksid. Setelah itu, sampel dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01 N secara perlahan – lahan sampai warna larutan berubah dari merah menjadi ungu. Dicatat banyaknya volume larutan standar EDTA 0,01 N yang digunakan (perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali).

Kadar Ca dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kadar Ca =

el volumesamp

EDTA xNNa

rCax

mLtitranxA 1000 2

3.2.3. Penentuan Mg + Ca dengan metode titrimetri

Sebanyak 50 mL sampel air sumur dipipet ke dalam erlenmeyer 250 mL kemudian ditambah 2 mL larutan penyangga 10 da seujung spatula indikator EBT. Kemudian sampel dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01 N secara perlahan – lahan sampai warna larutan berubah dari merah keunguan menjadi biru. Dicatat banyaknya volume larutan standar EDTA 0,01 N yang digunakan (perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali).


(53)

Kadar Mg =

mLsampel

EDTA xNNa

xArMgx mLCa

mLCaMg ) 1000 2

( −

3.2.4. Penentuan Fe total metode spektrofotometri

Sebanyak 50 mL sampel air sumur di pipet ke dalam erlenmeyer 250 mL kemudian ditambah 2 mL HCL(p) dan 2 mL NH2OH. HC1 kemudian dididihkan 15 sampai 20 menit diatas hot plate. Setelah itu, didinginkan kemudian ditambah 10 mL larutan buffer amonium asetat dan 2 mL 1,10 fenantrolin kemudian didiamkan selama 5 menit sehingga didapatkan larutan berwarna merah orange. Absorbansi larutan

diukur dengan spektrofotometer Spektronik 20 pada λmax= 510 nm (perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali).

3.2.5.Pembuatan Kurva Standar Fe dengan metode spektrofotometri

Larutan seri standar Fe 0,2 mg/L dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambahkan 2 mL HC1(p) , 1 mL NH2OH.HC1 , 10 mL larutan buffer amonium asetat dan 2 mL 1,10 fenantrolin sehingga didapatkan larutan berwarna merah orange. Setelah itu, didiamkan 10 menit, kemudian diukur absorbansi larutan dengan spektrofotometer spektronik 20 λmax = 510 nm (perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Fe 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1,0 mg/L).

3.2.6. Penentuan Klorida (Cl

-Dimasukkan sampel kedalam labu takar 50 mL, lalu diencerkan dengan penambahan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan. Dipipet 10 mL sampel dengan pipet volum dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator K

) dengan metode titrimetri

2CrO4 5%. Dititrasi dengan larutan standar AgNO3 0,0284 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah bata. Dicatat volume AgNO3 yang digunakan. Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali.


(54)

Kadar Mg dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar Cl

-el volumesamp

xFp darxArClx

sis xkonsentra anblanko

volumetitr ansampel

volumetitr ) tan 1000

( −

=

3.2.7. Penentuan Na (metode flamephotometer)

Pipet 10 mL contoh air ke dalam tabung kimia. Tambahkan 1 mL larutan 25.000 ppm La ke dalam setiap tabung contoh dan deret standar campuran dan dikocok. Ukur Na dalam contoh dengan flamephotometer, menggunakan deret standar sebagai pembanding.

Perhitungan kation (me l-1 Keterangan :

) = ppm kurva/bst kation x fp

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

fp = faktor pengenceran (kalau ada) bst kation = bobot setara kation (Na=23)

3.2.8. Pengukuran pH sampel

Sebanyak 100 mL sampel air dimasukkan kedalam gelas beaker 250 mL. Terlebih dahulu pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH=7. Kemudian pH sampel diukur dengan menggunakan pH meter. Perlakuan sebanyak 3 kali.


(55)

3.3. Bagan Penelitian

Aquarium I Air Tawar

36 Liter

Aquarium II Air Tawar + Air

Laut 1:1 36 Liter

Aquarium III Air Tawar + Air

Laut 2:1 36 Liter

Diambil dari masing-masing aquarium 500 ml air untuk analisa mineral : Fe, Na, Ca, Mg, dan Cl.

Setelah 10 hari ikan nila masing-masing aquarium ditimbang beratnya.

Setelah 10 hari air dari masing-masing aquarium dianalisis mineral seperti diatas.

Setelah 10 hari air dari masing-masing aquarium diganti.

Prosedur penimbangan ikan nila, pengambilan contoh air untuk analisis mineral dan air diganti diulangi secara berkala sampai hari ke- 50.

Diaresi dengan aerator

Dimasukkan bibit ikan masing-masing 10-11 ekor (berat ikan ditimbang terlebih dahulu).

Diberi pakan 3 x sehari masing-masing dalam berat pakan yang sama.


(56)

Penentuan Ca

30mL Sampel Air

Dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 mL Ditambahkan 3 tetes HCl (p)

Dipipet 10 mL sampel ke dalam gelas erlenmeyer 250 mL

Ditambahkan KOH 4 N sampai pH 12

Ditambahkan indikator murexid secukupnya (seujung Spatula)

Dititrasi dengan larutan Standar EDTA 0,03 M sampai terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi warna ungu

Dicatat volume Na2EDTA 0,03 M yang digunakan

Catatan : Pengukuran dilakukan perlakuan tiga kali

(Standard Methods for Examination of water and wastewater, sixteenth editions, 1985 section 311 C)


(57)

Penentuan Mg dari CaMg

Dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 mL Ditambahkan 3 tetes HCl (p)

Dipipet 10 mL sampel kedalam gelas erlenmeyer

Dibuat pH 10 dengan penambahan KOH 4 N, juga ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10 (buffer salmiak) Ditambahkan indikator Eriochrome Black T (EBT) secukupnya, sampai terbentuk warna merah anggur

Dititrasi dengan larutan standar Na2EDTA 0,03 M sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi warna biru

Dicatat volume larutan standar Na2EDTA 0,03 M yang digunakan

Catatan : Pengukuran dilakukan perlakuan tiga kali

(Standard Methods for Examination of water and wastewater, sixteenth editions, 1985 section 318)

Hasil 30mL Sampel Air


(58)

Penentuan besi total (Fe)

Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 3 tetes HCL(p).

Didihkan diatas hot plate selama 15-20 menit, sampai ½ volume awal.

Ditambahkan 2 mL NH2OH.HCL

Ditambahkan 4 mL buffer amonium asetat. Ditambahkan 1 mL 1,10 fenantrolin. Didiamkan selama 15 menit.

Diukur absorbansi dengan spektrofotometer pada λ max =510 nm.

Catatan :Pengukuran dilakukan 3 kali (triplo)

(Standard Methods for Examination of water and wastewater, sixteenth editions, 1985 section 315)

Hasil

50 mL Sampel Air


(59)

Penentuan Cl

50 mL sampel

Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL.

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Di homogenkan

Di pipet 10 mL sampel dengan pipet volume dan dimasukkan kedalam erlenmeyer

Ditambahkan 3 tetes Indikator K2CrO4 5%

Di titrasi dengan larutan standard AgNO3 0,0284 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah bata

Dicatat volume AgNO3 0,0284 N yang digunakan Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali

Catatan :Pengukuran dilakukan 3 kali (triplo)

(Standard Methods for Examination of water and wastewater, sixteenth editions, 1985 section 407)


(60)

Penentuan pH Sampel Air

pH-Meter

Disambung dengan elektroda

Dihidupkan dengan menekan tombol-ON Dibibarkan 15 menit

Elektroda dicuci dan dikeringkan

Elektroda dicelupkan kedalam larutan buffer pH 4

Harga pH diatur pada angka 4 dengan menekan tombol “Cal” Di ulangi dengan menggunakan pH 7 dan 10

pH Meter terkalibrasi

Elektroda dicelupkan kedalam sampel air Hasil pengukuran pH sampel air

Catatan : Pengukuran dilakukan 3 kali sebelum dan sesudah perlakuan dengan bahan pengontak.


(61)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada budidaya ikan Nila dari 0 hari sampai dengan 50 hari berupa analisis kandungan mineral dalam air dengan parameter Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Klor (Cl), Besi (Fe), pH dan berat ikan.

Data hasil pertambahan berat ikan ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Data % Pertambahan Berat Ikan

4.1 Tabel Pertambahan Berat Ikan

Jumlah Hari

Pertambahan Berat Ikan (gram) Air Tawar Air tawar + Air Laut

1:1

Air tawar + Air Laut 2:1

0 hari 44,4 44,2 44,5

10 hari 63,8 56,2 59,6

20 hari 85,8 77,3 75,4

30 hari 113,5 95,6 97,7

40 hari 160,7 122,9 121,3

50 hari 182,0 168,0 131,9

Persen pertambahan berat ikan diperoleh dari perhitungan dengan rumus sebagai berikut : % 100 Awal Berat Awal Berat -Akhir Berat x ambahan PersenPert =

4.2. Perhitungan

4.2.1. Persen Pertambahan Berat Ikan pada Air Tawar

% 100 Awal Berat Awal Berat -Akhir Berat x ambahan PersenPert =


(62)

Pada 0 − 10 hari

% 100%

g 44,4 g 44,4 -g 63,8 x =

= 43,6936 %

Data % (persen) pertambahan berat ikan lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

4.2.2. Persen Pertambahan Berat Ikan pada Air Tawar di Campur Air Laut = 1:1

Pada 0 − 10 hari

% 100%

g 44,2 g 44,2 -g 56,2 x =

= 27,1493 %

Data persen % (persen) pertambahan berat ikan lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

4.2.3. Persen Pertambahan Berat Ikan pada Air Tawar di Campur Air Laut = 2:1

Pada 0 − 10 hari

% 100%

g 44,5 g 44,5 -g 59,6 x =

= 33,9325 %

Data persen % (persen) pertambahan berat ikan lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(63)

Tabel 4.2 Persen Pertambahan Berat Ikan

Jumlah Hari

Pertambahan Berat Ikan Air Tawar Air tawar + Air Laut

1:1

Air tawar + Air Laut

2:1 0 − 10 hari 43,6936 % 27,1493 % 33,9325 % 10 − 20 hari 93,2432 % 74,8868 % 69,4382 % 20 − 30 hari 155,6306 % 116,2895 % 119,5505 % 30 − 40 hari 261,9669 % 178,0542 % 172,5842 % 40 − 50 hari 309,9099 % 280,0904 % 196,4044 % 4.2.4. Data Berat Pakan Ikan yang Diberikan/hari

Perhitungan berat pakan ikan tiap 10 hari sekali yaitu, 4 % dari berat ikan dalam 1 aquarium.

Perhitungan dari 0 − 10 hari

Pada air tawar

Jumlah ikan dalam aquarium = 10 ekor Berat ikan = 44,4 gram Berat ikan per ekor = 4,44 gram

Maka berat pakan = 10 ekor x 4,44 gr x 4 % = 1,776 g

= 1,8 g

Pada air tawar + air laut = 1:1

Jumlah Ikan dalam aquarium = 11 ekor Berat ikan = 44,2 gram Berat ikan per ekor = 4,018 gram

Maka berat pakan = 11 ekor x 4,018gr x 4 % = 1,76 g

= 1,8 g

Pada air tawar + air laut = 2:1


(64)

Berat ikan = 44,5 gram Berat ikan per ekor = 4,045 gram

Maka berat pakan = 11 ekor x 4,045 gr x 4 % = 1,779 g

= 1,8 g

Data berat pakan ikan (gram) lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Berat Pakan yang Diberikan/hari

Jumlah Hari

Berat Pakan (gram) Air Tawar Air tawar + Air Laut

1:1

Air tawar + Air Laut 2:1

0 − 10 hari 1,8 g 1,8 g 1,8 g 10 − 20 hari 2,5 g 2,3 g 2,4 g 20 − 30 hari 3,4 g 3,1 g 3,0 g 30 − 40 hari 4,5 g 3,8 g 3,9 g 40 − 50 hari 6,4 g 5 g 4,9 g

4.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi Besi (Fe) dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan standar dari suatu seri larutan standar besi (Fe) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar besi (Fe) tertera pada tabel 4.3.

Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe)

No. Kadar (mg/L) Absorbansi (A)

1 0,2 0,0132

2 0,4 0,0269

3 0,6 0,0410

4 0,8 0,0506


(65)

4.3.1. Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibarasi larutan standard besi (Fe).

Gambar 4.1 Kurva Kalibarasi Larutan standard besi (Fe)

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.5 Data Hasil Penurunan Persamaan Regresi untuk Logam Besi (Fe)

No Xi Yi (Xi -X) (Xi -X)2 (Yi -Y) (Yi -Y)2 (Xi -X)( Yi i-Y)

1. 0,2 0,0132 -0,4 0,16 -0,0252 0,0006 0,0101 2. 0,4 0,0269 -0,2 0,04 -0,0115 0,0001 0,0023 3. 0,6 0,0410 0,0 0,00 0,0026 0,0000 0,0000 4. 0,8 0,0506 0,2 0,04 0,0122 0,0001 0,0024 5. 1,0 0,0605 0,4 0,16 0,0221 0,0005 0,0088 6. 3,0 0,1922 0,0 0.40 0,0002 0,0013 0,0236

Dimana harga X rata-rata =

n Xi

= 5 0 , 3 = 0,6

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe

y = 0,0632x R2 = 0,986

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Konsentrasi (mg/L) A b s o rb a n s i


(66)

Dan harga Y rata-rata = n Yi

= 5 1922 , 0 = 0,0384

Persamaan garis registrasi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis :

Y = aX + b Dimana : a = slope

b = intersept

a =

− − − 2 ) ( ) )( ( X Xi Y Yi X Xi

Sehingga diperoleh harga a = 4 , 0 0235 , 0 = 0,0590

Harga intersept (b) diperoleh melalui substitusi harga (a) ke persamaan berikut :

Y = aX + b b = Y - aX

= 0,0384 – (0,0590 x 0,6) = 0,0030

Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah : Y = 0,0590X + 0,0030

4.3.2. Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam Sampel

Kadar besi (Fe) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) (lampiran) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Y = aX + b

Y = (0,0590)X + 0,0030


(67)

Dengan cara yang sama, maka didapatkan data kadar mineral besi pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.6 Kadar Besi dari 0 hari – 50 hari

Jumlah Hari

Kadar Besi (ppm) Air Tawar Air tawar + Air Laut

1:1

Air tawar + Air Laut 2:1

0 hari 0,2496 0,0231 0,1734

10 hari 0,1000 0,0711 0,1305

20 hari 0,3000 0,1305 0,5627

30 hari 0,5915 0,7254 0,8627

40 hari 0,6434 1,1166 0,8069

50 hari 0,3786 0,3267 1,2912

4.3.3. Persen Penurunan/ Peningkatan Kadar Besi (Fe)

Perhitungan peningkatan/ penurunan kadar mineral besi (Fe) untuk air tawar dari 0-10 hari.


(1)

(2)

Gambar Lampiran G.11. Ikan yang dibudi dayakan dalam campuran air tawar dan air laut


(3)

(4)

(5)

(6)

Gambar Lampiran G.13. Ikan yang dibudi dayakan dalam campuran air tawar dan air laut