Defender strategy Modal usaha pedagang

70 meningkatkan fasilitas untuk kenyamanan bersama baik pedagang, maupun pembeli. Sehingga harus ditutuntut kesadaran dari pihak pedagang agar melakukan kewajibannya sebagai pedagang yang taat aturan.

a. Defender strategy

Menurut Miles dan Snow strategi ini adalah cara untuk menghindari perubahan, mengutamakan stabilitas, dan mempertimbangkan pengurangan ukuran bisnis. Strategi ini cocok untuk lingkungan bisnis yang stabil dan idustri yang sedang mengalami penurunan. Bagi sebagian pedagang di pasar dwikora Pematangsiantar ini, banyak yang masih bertahan walau telah merasakan ada perubahan dalam beberapa tahun ini. Melihat kondisi pasar dwikora yang sudah cukup lama. Akan tetapi, sekarang dirasa sepi pengunjung. Itu mengindekasikan bahwa sedang mengalami penurunan di lingkungan bisnis. Salah satu strategi ysng digunakan untuk menyiasati. Selain itu, jika harga terpaksa naik, dengan menaikkan harga akan beresiko mengurangi jumlah pembeli, mereka tidak harus menaikkan harga namun cukup mengurangi keuntungan yang didapat dari pembeli, meskipun keuntungan berkurang dan pendapatan berkurang, yang penting bisa tetap laku banyak. Berikut penuturan dari salah satu informan: “..Kalau sekarang uda dapat untung sikit aja udah syukur lah. Melihat kondisi yang sekarang, kadang balik modal aja pun dikasih ajalah. Yang penting laku dan barang dagangan pun ganti. Sekarang ngambil barang pun gak perlu banyak-banyak, yang penting habis aja dulu. wawancara dengan vero..” Hal seperti ini dirasakan cukup efektif karena dalam membeli barang yang dijual di pasar tradisional harganya tetap, jika dibandingkan dengan tempat lain. Sehingga pembeli akan merasa lebih baik berbelanja ke pasar tradisional. Salah satu pedagang yang menggunakan strategi ini dengan mempertahankan 71 pelanggannya dengan cara menjaga kualitas barang dagangan, lebih ramah lagi dengan pelanggan merasa nyaman dalam berbelanja, serta menstabilkan harga. Sehingga pelanggan merasa nyaman dalam berbelanja, tidak merasa dirugikan oleh harga yang ditawarkan di pasar modern.

b. Analyzer strategy

Strategi ini juga salah satu strategi dari Miles dan Snow yaitu mempertahankan stabilitas sambil melakukan inovasi yang bersifat terbatas. Contohnya pedagang tersebut melakukan beberapa inovasi dengan semi agen di pasar dwikora. Maksud dari semi agen disini yaitu menjual barang ke warung- warung yang lebih kecil, jadi tidak menjual secara eceran lagi. Hal ini bermaksud untuk bisa mendapatkan keuntungan yang lebih dari biasanya serta barang cepat laku. Informan yang berdagang dengan menjual barang-barang yang tidak bertahan lama mengakui hal ini, berikut jawaban yang mereka berikan: “..Pedagang monza kek kami ini memang mau juga memborongkan barang yang sudah lama gak laku sama tukang pengobral gitu. Kadang lumayan juga kan, jadi barang gak ada yang terbuang. Nanti uang yang di dapat dari hasil memborongkan barang itu bisa kami buat untuk menambahi modal beli barang baru. Lumayan membantu lah..” wawancara dengan kak Aan. Ditambah dengan penuturan dari Dona sebagai pedagang sayur “.. jualan sayur ini lah yang paling sensitif dek, karena gak bisa sayur ini tahan lama. Hari itu juga harus laku. Karena pasti layu. Terkadang siang aja mau tak segar lagi, mesti sering- sering disiram pulak. Kalau gak habis sampe jam dua siang, udah langsung ku oper sama yang lain dek. Tapi terpaksa rugi lah kita dikit. Untung dari jualan sayur pun dikitnya..” 72 Keberadaan pasar modern dan tradisional memberikan masyarakat dua pilihan tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Ditunjang dengan infrastruktur yang lengkap dan semakin canggih membuat pasar modern semakin menarik hati dan perlahan masyarakat meninggalkan pasar tradisional. Pasar modern semakin menarik hati dan perlahan masyarakat meninggalkan pasar tradisional. Pasar modern menciptakan citra diri yang bergengsi, bangunan yang megah, pelayanan yang ramah. Dan memberikan kemudahan dan keterbukaan pasar modern bagi setiap orang membuat pasar tradisional semakin terlupakan. Orang tidak lagi hanya memikirkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga mendapatkan prestis dan membentuk citra diri yang di idealkan dengan cara mengunjungi pasar-pasar modern. Masyarakat sekitar memang masih mengunjungi pasar tradisional, manun menurut pedagang di pasar tersebut jumlahnya semakin menurun bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hanya segelintir orang yang bertahan dan setia mengunjungi pasar tradisional, selebihnya memilih untuk membelanjakan uangnya di pusat perbelanjaan modern. Pedagang di pasar tradisional mempersepsi keberadaan pasar-pasar modern disekitar wilayah usahanya. Keadaan ini merupakan sebuah proses yang mempengaruhi arus informasi, selanjutnya melahirkan sesuatu bentuk yang holistik, yang lahir dari empirisme dan rasionalisme. Proses selanjutnya diwujudkan dalam tindakan dan perilaku, salah satunya yaitu proses penyesuaian diri.

4.8.2. Strategi Sosial Dalam Sistem Arisan

Hubungan sosial yang baik antara pedagang yang satu dengan yang lainnya didasari dengan adanya kepercayaan atau trustdi kalangan pedagang. 73 Semakin kuat kepercayaan yang dibangun di antara pedagang semakin mempererat hubungan sosial mereka, sehingga terjalin kerjasama yang baik dalam aktivitas berdagang. Pada Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar, para pedagang umumnya memanfaatkan waktu luang untuk saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya sehingga melahirkan pola asimilatif yang berbentuk keakraban terutama di antara pedagang tetap Tri Kartono, 2004. Adapun topik-topik yang sering mereka bicarakan bukan hanya mengenai seputar kegiatan perdagangan melainkan dapat berupa masalah keluarga, permasalahan pribadi, dan kesulitan ekonomi. Hubungan yang terjalin semakin menimbulkan solidaritas antar sesama pedagang yang menyebabkan keduanya saling membantu. Dari penelitian yang telah di lakukan, dan yang memang peneliti lihat bahwa di lingkungan pedagang pasar Tradisional dwikora ada juga dibentuk arisan yang dikenal dengan istilah “tarikan” umumnya arisan diikuti oleh pedagang perempuan, namun tidak menutup kemungkinan untuk pedagang laki- laki bergabung di dalamnya. Pada dasarnya tarikan muncul karena ide-ide dari para pedagang untuk membentuknya. Dan biasanya tarikan ini memiliki patokan jumlah yang harus dibayar perhari. Ada beberapa tingkat pembayaran. Ada yang ikut dengan membayar Rp. 30.000hari dan ada juga yang sampai ikut dengan membayar Rp. 100.000hari. Itu tergantung kesanggupan pedagang. Dan melihat apakah memang jenis dagangannya cukup menjanjikan. Dan yang biasa mengikuti pembayaran paling tinggi adalah pedagang yang dagangannya tiap hari rame, memang sudah besar juga usahanya. Misalnya pedagang yang menjual ayam 74 potong, penjual rempah-rempah, dll.Sebagaimana penuturan dari informan berikut: “...setiap hari yang ikut jadi anggota dari tarikan itu ya wajib bayar, kalo nunggak sehari, besoknya ya harus bayar double. Karena kan menjaga supaya sama-sama enak lah. Karena kita pun kan pedagang juga, sama-sama punya tanggung jawab juga. Enak juganya yang main tarikan ini, bisa juga jadi perputaran uang untuk modal usaha. Kalo membayar memang agak terasa lah dek, Cuma kalau uda giliran kita yang narik, pasti senang aja bawaannya..” wawancara dengan Ibu Dona. Pernyataan ini juga didukung oleh Ibu ria 47 tahun “... enak kok main tarikan ini, tau kita kemana uang hasil penjualanan kita. Kadang kalo kita simpan, gak tau nanti abisnya kemana aja. Kadang suka pening mikirinya. Karena adanya main tarikan ini di pajak, lumayan juga manfaatnya. Bisa dibuat untuk menambah barang baru di dagangan kita. Terasa lah manfaatnya kalo dibilang..” Jawaban informan juga dipertegas oleh pengutip arisantarikan Berliana sinaga “...kalau mengutip tarikan dipajak ini aku datangnya sore dek seputaran jam 16.00-17.30. Memang sengaja sore supaya gak terganggu orang itu jualan. Lagian kalau uda sore kan sudah pasti mereka ada lakunya. Mau minta uang tarikan pun uda enak...”. Dari uraian data di lapangan, melalui kegiatan tarikan ini secara tidak langsung menimbulkan keakraban diantara pedagang, sebab sistem tarikan ini menimbulkan rasa senasib sepenanggungan di antara mereka yang diperlihatkan dalam bentuk rasa toleransi, serta tolong-menolong di dalam kesulitan. Dengan adanya ikatan-ikatan tersebut maka mereka berusaha menjaga hubungan dan mempertahankan hubungan di antara sesama anggota tarikan. Selain itu, fungsi selanjutnya adalah merupakan sumber perolehan ekonomi sebagai penambah modal usaha seperti yang dikatakan salah satu informan tadi. 75 4.8.3.Sistem Potongan Harga Sistem tawar – menawar yang terjadi di Pasar Tradisional memang bukan hal yang baru lagi, sebab tradisi yang seperti itu hanya dapat kita temukan di pasar tradisional. Karena tawar-menawar merupakan bagian unik yang terjadi di pasar tradisional. Tidak akan ditemukan proses seperti itu di pasar modern. Biasanya proses ini terjadi antara pedagang dan pembeli dengan tujuan untuk mendapatkan kesepakatan harga barang yang akan dibelanjakan. Potongan harga merupakan pengurangan harga yang diberikan kepada pembeli untuk menarik perhatian pembeli. Selain itu, pembelian sejumlah barang yang besar oleh pembeli akan mendapatkan potongan harga. Biasanya jumlah barang belanjaan berkisar Rp. 100.000 akan dikenakan potongan harga Rp. 10.000. Potongan harga juga diberikan apabila kualitas barang tidak sesuai dengan apa yang didapatkan oleh pembeli dalam hal ini terjadi antara distributor dan pedagang perantara. Berikut beberapa penuturan informan: “...Kalo biasa ngambil barang dari toke kan tinggal telpon, kasih tau apa yang kita inginkan, seterusnya langsung diantar. Eh pas kita bukak barangnya rupanya gak sesuai sama harganya. Harganya mahal, sedangkan kualitas barangnya gak bagus. Banyakan yang jelek. Ya langsung nelpon toke, kita beritahu lah cemana isinya di dalam. Nanti setelah kita beritahu dan toke datang melihat kenyataannya baru lah dikasi potongan harga sama dia...” wawancara dengan kak Aan. Hal ini juga dirasakan dan dipertegas oleh ungkapan sahat sebagai pembeli “... aku pun sering dikasih potongan harga sama langganan ku kalo lagi belanja. Namanya pun uda pelanggan tetap. Kalau tidak dapat potongan harga pun, kadang timbangan belanjaan kita dilebihkan sedikit. Mereka bagus kok cari hati pembeli. 76 Coloman dalam Ritzer 2004;480 menyatakan bahwa setiap tindakan individu mengarah pada satu tujuan, dan tujuan tersebut adalah nilai dan prefensi, setiap tindakan yang bertujuan, dan setiap hari tujuan tersebut diharapkan mampu untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dengan adanya potongan harga yang diberikan oleh distirbutor menjadikan pedagang tidak khawatir akan kerugian yang cukup besar akibat adanya kualitas barang yang kurang baik. Sedangkan bagi distributortoke adanya potongan harga merupakan bagian dari strategi untuk tidak membuat jadi kecewa.

4.8.4 Persepsi terhadap laju pertumbuhan pasar modern

Persepsi merupakan pengalaman seseorang tentang obyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, persepsi merupakan proses merasa, menafsirkan pesan, mengorganisasi, menginterpretasi dan mengevaluasi informasi yang masuk Lumintang dan Murni,1998. Melihat semakin maraknya persaingan antara pasar modern dan pasar tradisional, pasti setiap masyarakat memiliki persepsinya tersendiri, terutama para pedagang tradisional yang sekarang posisinya mulai tergeser. Berikut persepsi yang diberikan seluruh informan peneliti mengenai kehadiran pasar modern yang semakin marak: “..Dibilang persaingan memang betul , tapi kan jelas barang dagangan yang kakak jual beda sama yang dijual di ramayana itu. Kakak kan jual baju monza, bukan buatan dari indonesia, kualitasnya juga kita pun tau mana yang lebih tahan lama. Dari segi harga pun jelas beda, kalo barang monza kegini paling mahal pun hanya berkisar harga Rp.60.000..” wawancara dengan Aan. “...saingan ya enggak lah, wak pun disini cari makan, disana pun kan kegitu. Uda ada rezeki masing-masing kok. Kalau dibilang bersaing ya gak sepenuhnya. Wak dari sini pun masih mencukupi untuk kebutuhan rumah kok. Anak-anak uda selesai 77 sekolah dari sini juga. Sekarang memang beda sama yang dulu, yang penting sekarang masih bertahan, bisa jualan, gak sampe tutup karena kehabisan modal..”wawancara dengan Aisyah. “... bersaing lah memang namanya ini. Apalagi kek aku kan dek jualan baju baru. Padahal di ramayana atau di suzuya sana pun cantik-cantik. Kalah saing dengan produk yang disini. Kalau kami buat barang kami kek yang disana, manalah cukup modal kami. Maunya pemerintah itu membatasi berdirinya pasar modern itu, kasihan juga kami disini..”wawancara dengan Ria. “... aku kan pedagang sayur dek, manalah merasa saingan aku sama mereka. Jarangnya orang mau beli sayur ke mall itu. Lagian biar ajalah disitu, kita disini ya disini. Sekarang tergantung pembeli itunya mau kemana..”wawancara dengan Dona. “..sah-sah ajanya berdiri pasar-pasar modern itu. Kita kan masyarakat ini perlu juga mengkonsumsi hal baru. Adanya pasar kegitu buat kita bisa melihat-lihat juga. Suasananya, barang-barangnya pun enak lah dirasakan dan dilihat. Berlama-lama disana membuat kita gak bosan juga..”wawancara dengan sahat. “.. kalau aku gak merasa bersaing. Jualan ku kan beda. Sekarang sama dulu memang berubah suasana pajak ini. Semakin sepi memang. Tapi jualan ku kan jarangnya ada di supermarket itu..” wawancara dengan vero. “... pembeli kosmetik selalu ada kok, malah banyak yang nyarin kepajak ini dek. Memang pajak mulai sepi, tapi kan sama ajanya kalau ku pikir. Semua itu tergantung maunya orang. Orang kalau mau cari yang murah tau harus kemana, ngapai dipaksa..”wawancara dengan salim. 4.9.Waktu Operasional Sebagai Patokan Penghasilan Pedagang Waktu merupakan hal yang paling berhubungan dekat dengan para pedagang. Waktu dapat mempengaruhi segala aktivitas yang mereka lakukan, dan waktu juga menjadi salah satu alat ukur untuk mendapat hasil penjualanan. Akibat banyaknya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar-pasar modern yang sudah berdiri diluar sana menjadikan waktu sebagai alat bersaing bagi pasar. Hal 78 ini tampak dari ungkapan seorang informan yang mengatakan bahwa pasar sudah tidak seperti dulu lagi yang bisa menjadi tumpuan ekonomi kelas menengah kebawah. Berikut hasil wawancara dengan beberapa informan yang mengakui bahwa adanya pergeseran disaat sekarang ini yang terjadi di pasar dwikora. “...susah lah dek diwaktu sekarang ini. Dulu jam buka kios masih bisa enak. Mau pagi atau agak siangan gak masalah. Dulu baru bukak pintu kios saja sudah ada pembeli yang melihat. Bahkan pernah lah sampe kewalahan melayani pembeli karena banyaknya. Sering dulu saya membungkus barang, yang manandakan bahwa dagangannya terjual. Kalo sekarang apa boleh buat, yang dulunya bukak jam 10 wib sekarang bukak jam 12 ajalah. Bukak cepat sama agak siangan pun sama aja, sepi juga kok. Mending ngurus rumah dulu. wawancara dengan kak Aan. “...kalau dulu menjual sayur ini enak lah dek, gak capek kita. Uangnya pun lancar. Mau pagi-sore ada aja yang cari sayur. Gak pala habis tenaga kita. Kalo sekarang jual sayur agak payah lah. Paling hanya pagi aja bisa terjual cepat dan lumayan lah. Itu pun mesti agak pagi datang ke pajak ini. Kalau dulu jam lima pagi pun datang, sayur itu pasti habis. Sekarang ya jelas beda, jam empat harus uda kepajak. Karena kalau uda siang-sore uda payah laku. Yang ada sayur pun gak laku dan kadang mau rugi...” Tidak lepas dari masalah waktu, informan tersebut telah memperjelas bahwa ada pergeseran jam operasional pedagang tradisional yang mengatur segala sesuatunya dan telah merubah segala sesuatunya. Persaingan yang tampak terjadi antara kedua pasar ini membuat sebagian kehidupan pedagang juga berubah. Salah satu strategi bertahan ini memang pantas dipilih para pedagang. Tidak pernah ada satu pasar modern pun yang buka 24 jam. Bahkan pada kenyataannya, pasar modern yang berdiri sekarang ini mulai beroperasional pukul 11.00 wib. 79

4.10. Modal usaha pedagang

Dalam membuka usaha, biasanya seseorang membutuhkan biaya ataupun modal untuk membuka usaha tersebut. Seberapa modal yang dibutuhkan tergantung seberapa luas wilayah usaha dan juga jenis usaha apa yang akan dikelola. Ketika sudah mengetahui jenis usaha dan berapa jumlah biaya, maka selanjutnya menkondisikan jumlah biaya yang dimiliki. Apabila jumlah biaya tidak mencukupi, maka jaringan kekerabatan sangat berperan penting di dalam hal ini untuk membantu dalam membuka usaha tersebut. Menjaga hubungan dengan rekan dan keluarga dapat membantu seseorang dalam membuka sebuah usaha. Dan berdasarkan penelitian bahwa keterangan informan mengatakan pernah dibantu oleh sanak saudara dalam memberikan modal usaha. Berikut pernyataannya: “... kadang kalo aku kurang modal, aku coba minjem sama keluarga terdekat lah dulu. Ya namanya keluarga, pasti mau lah membantu. Tapi pakek perjanjian juga, bukan karena keluarga jadi bebas kali minjam uang untuk modal usaha. Tetap ada syaratnya. Paling tidak gak seribet kayak mau minjem ke bank. Tapi ada juga gak enaknya minjam sama keluarga. Takutnya nanti di ceritai sama orang lain. Kalau sama bank kan beda. Cuma pribadi kita yang tau sama pihak bank. Apa lagi kalau aku gak bisa memulangkan uangnya tepat waktu..” wawancara dengan Ibu Ria. Berikut jawaban berbeda dari Salim “..Kalau modal ini pernah aku meminjam ke bank. Ku gadekan lah surat tanah rumah sebagai jaminan. Sesudah uangnya sudah keluar, baru nanti ku buat jadi modal usaha. Kalau meminjam ke bank memang agak payah, Cuma kan kita yang tau. Kadang keluarga ini payah kali ngasih. Dikira kurasa gak akan dikembalikan sepenuhnya. Apalagi lihat kondisi keluarga kegini, kurang ngasih kepercayaan. Maunya nanti dia lebih percaya sama orang lain dari pada aku sendiri yang uda saudaranya..” 80 Sesuai dengan pernyataan Ria bahwa ia medapatkan modal dengan bantuan dari keluarga. Karena tidak membutuhkan persyaratan yang sulit seperti meminjam uang ke bank. Cukup hanya dengan membayar tepat waktu saja kepada keluarga, Ria bisa mendapatkan modal usaha berupa uang untuk menambah modal, serta menambah jumlah produk barang dagangan. Sehingga barang dagangan yang lama juga bisa diganti dengan yang baru. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga pedagang yang meminjam untuk modal usaha ke Bank. Karena sikap kepercayaan yang didapat tidak sepenuhnya diberikan. Dan meminjam kepada pihak Bank merasa lebih privasi. Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa modal yang kita peroleh melalui peminjaman dari Bank. 81

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual dalam melakukan aktivitas jual beli dengan sistem tawar menawar dan menggunakan uang tunai sebagai alat pembayaran. Keberadaan pasar tradisional dwikora Pematangsiantar memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat Pematangsiantar, terutama bagi kalangan kelas menengah ke bawah. Hal ini dibuktikan dengan adanya pedagang serta pembeli yang menggantungkan keberlangsungan hidupnya melalui aktivitas berdagang dalam kurun waktu yang sangat lama. Berjalannya suatu fungsi pasar tidak terlepas dari strategi para pedagang untuk dapat mempertahankan posisinya sebagai pedagang di pasar tradisional. Sehingga pasar tradisional tidak hilang keberadaannya ditengah- tengah maraknya pasar-pasar modern yang sudah berdiri. Karena pasar tradisional tetap memiliki ciri khas yang berbeda dengan yang lain. Beragamnya jenis barang dagangan yang diperjualbelikan dipasar tradisional membuat pedagang itu sendiri harus memiliki strategi untuk mempertahankan agar pedagang tetap bertahan. Berbeda barang yang diperdagangkan, berbeda pula strategi yang dimiliki setiap pedagang. Terkhususnya pedagang yang menjual barang-barang yang disediakan oleh pasar- pasar modern yang sudah banyak berdiri di sekitar kita. Berdasarkan penjelasan dan analisis data di bab sebelumnya dapat dipahami bahwa mekanisme survivalstrategi bertahan yang dilakukan para pedagang pasar tradisional dwikora, Pematangsiantar yaitu menjalin hubungan secara kekeluargaan, dengan memberikan beberapa botol minuman sirup sebagai ucapan