PERSEPSI MASYARAKAT PEDAGANG TENTANG PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENATA PASAR TRADISIONAL (STUDI KASUS PASAR DWIKORA PARLUASAN KOTA PEMATANGSIANTAR).

PERSEPSI MASYARAKAT PEDAGANG
TENTANG PERANAN PEMERINTAH DAERAH
DALAM MENATA PASAR TRADISIONAL
(Studi Kasus Pasar Dwikora Parluasan Kota Pematangsiantar)

Skripsi
Diajukan Sebagai Sebagian Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Ana Tamana Purba
NIM. 3113111004

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

ABSTRAK
Ana Tamana Purba. NIM. 3113111004. Persepsi Masyarakat
Pedagang Tentang Peranan Pemerintah Daerah Dalam Menata Pasar

Tradisional (Studi Kasus Pasar Dwikora Parluasan Kota
Pematangsiantar)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktual mengenai
persepsi masyarakat pedagang tentang peranan pemerintah daerah dalam
menata pasar tradisional dengan melakukan studi deskriptif pada
masyarakat pedagang yang terdapat dalam pasar tradisional Dwikora
parluasan Pematangsiantar. Pasar tradisional merupakan isu yang banyak
dibicarakan dalam masyarakat, karena permasalahan yang dialami oleh
pasar itu sendiri. Maka untuk mengatasi hal-hal tersebut dibutuhkan
peranan pemerintah daerah dalam menata pasar tradisional agar lebih
diminati oleh pengunjung. Metode penelitian yang digunakan dalam
penulisan ini adalah metode kuantitatif deskriptif, yaitu cara atau metode
yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian di lapangan yang
digunakan untuk memecahkan dan menjawab permasalahan yang
dihadapi pada situasi sekarang ini. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan angket. Populasi penelitian
ialah masyarakat pedagang yang jumlah keseluruhan pedagang ialah
2.099 (3 strata). Penentuan sampelnya dengan cara random sampling
berstratifikasi, yaitu berdasarkan jenis kelas dan letak ruang. Maka
penulis menentukan yang menjadi sampel penelitian ialah pedagang yang

memiliki kios kelas I dan II yang berjumlah 400 kios maka ditentukanlah
sampelnya 10% dari sampel daerah/area yaitu 10% dari 400 pedagang =
40 pedagang. teknik analisis data menggunakan perhitungan persentase,
yang kemudian lebih lanjut dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa dalam menata
pasar tradisional telah ada upaya pemerintah daerah kota Pematangsiantar
terutama dalam hal menjaga kebersihan dan penyedian sarana dan
prasarana dalam pasar tradisional. Namun, didapati belum adanya
kerjasama yang baik antara pedagang dengan pemerintah daerah dalam
menjaga pasar tradisional itu sendiri.
Kata Kunci : Masyarakat Pedagang, Pasar Tradisional, Pemerintah
Daerah

iii

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Ucapkan buat kebaikan dan anugerah yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa Kepada Penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Dalam
kesempatan ini penulis memilih judul “Persepsi Masyarakat Pedagang Terhadap

Pemerintah Daerah Dalam Menata Pasar Tradisional (studi kasus pasar tradisional
Dwikora parluasan Pematangsiantar)”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang membantu penulis selama dalam proses pembuatan
proposal penelitian hingga menjadi skripsi saat ini. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Selaku Rektor UNIMED
2. Bapak Dr. Restu, M.S sebagai dekan FIS UNIMED beserta seluruh jajarannya
3. Ibu. Dr. Reh Bungana Beru PA, SH, M.Hum selaku dosen dan ketua jurusan
PPKn dan Bapak Arief Wahyudi, SH selaku sekretaris jurusan PPKn.
4. Bapak Drs. Liber Siagian, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya, yang
memberikan banyak masukan dan dukungan serta pelajaran kepada penulis
dalam proses hingga selesainya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H selaku dosen pembimbing Akademik Penulis
sekaligus penguji di seminar proposal penelitian dan ujian mempertahankan
skripsi yang telah banyak memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi
ini.

iv


v

6. Bapak Drs. Halking, M.Si dan Ibu Sri Hadiningrum, SH, M.Hum sebagai
dosen sekaligus penguji di seminar proposal penelitian juga ujian
mempertahankan skripsi.
7. Seluruh bapak dosen dan ibu dosen beserta seluruh pegawai jurusan
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang telah menolong dan
memperlengkapi penulisan skripsi ini selama ini.
8. Teristimewa buat mama penulis R. Simanjuntak dan Bapak atas ketulusan
cinta dan perjuangannya yang tak tertandingi serta doa yang tak pernah putus
kepada anak-anaknya. Juga buat kedua abang penulis Chandra Fransius Purba
dan Antalius Hamonangan Purba serta kedua kakak Evi Artati Purba dan Tuti
Gustina Purba yang selalu memberikan dukungan dan memberikan dana
dalam proses penulisan skiripsi. Dan tidak terlupakan juga buat kedua adik
perempuanku yang jugul sejagat Juli Friska Purba dan Lisna Purba yang
senantiasa mendukung dan membantu saya khususnya ketika penelitian.
9. Kepada Bapak Setia Siagian Direktur Utama PD Pasar Horas Jaya, Bapak
Hotman Sibuea selaku direktur operasional Perusahaan Daerah pasar Horas
Jaya dan bapak Darsono yang memberikan informasi dan data yang
mendukung dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak

Sinaga

selaku

koordinator

dalam

pasar

Dwikora

parluasan

Pematangsiantar yang begitu banyak memberikan masukan dan arahan kepada
penulis pada saat penelitian.
11. Seluruh teman-teman belajar dan bermain di jurusan PPKn Stambuk 2011
secara khusus kelas Reguler B 2011 yang aneh dan unik.


vi

12. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan di UKMKP. KTB “Glory Small
Group” Mardiana Silaban, Mujur Silaban, Meida Silitonga, Ira Ningsi
Munthe, dan Kak tety si cerewet yang selalu memberikan bimbingan dan
saran yang membangun. Buat Selene Gomez (Vera wati Sinaga) sang Patner
dalam pelayanan di UKMKP UP-FIS yang selalu memberikan semangat dan
dukungan lewat doa.
13. Rekan-rekan istimewa penulis yang selalu memberikan support positif terlebih
saat malas menghampiri, Rosliana Nasution, Benong Siringo-ringo perusak
inspirasi, Renzus Turnip (abangku), Aditya L.Tobing (Bapa).
14. Teman-teman PPLT di SMA N 2 Perbaungan teristimewa buat kamar batak
ada Domdom Novida Sitanggang, Ernita Sinurat, Yanti si cerewet.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukan hanya karena
kemampuan penulis tetapi juga doa-doa dari semuanya. Mengingat keterbatasan
kemampuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna baik
dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2015
Penulis,

Ana Tamana Purba
NIM. 3113111004

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ........................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 11
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 11
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12

F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 14
A. Kerangka Teori ........................................................................................... 14
1. Pengertian Persepsi .............................................................................. 14
2. Masyarakat Pedagang ........................................................................... 15
3. Peranan Pemerintah Daerah dalam Menata Pasar Tradisional ............... 20
a. Defenisi peranan ............................................................................. 20
b. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Menata Pasar
Tradisional ..................................................................................... 25
c. Pasar Tradisional ............................................................................ 29
B. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 38
A. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 38
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 38
1. Populasi ............................................................................................... 38
2. Sampel ................................................................................................. 39

vii

viii


C. Variabel penelitian dan Definisi Operasional .............................................. 39
1. Variabel Penelitian ............................................................................... 40
2. Defenisi Operasional ............................................................................ 40
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 43
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 46
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 46
1. Deskripsi Daerah Penelitian.................................................................. 46
2. Deskripsi Hasil Penelitian..................................................................... 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 73
A. Kesimpulan ................................................................................................ 73
B. Saran .......................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 77

DAFTAR TABEL

Tabel. 3 Kisi-kisi angket penelitian ..................................................................41

Tabel 4.1 Kecamatan dalam Kota Pematangsiantar ............................................45
Tabel 4.2 Pedagang berdasarkan tempat berdagang ............................................47
Tabel 4.3 Kategori Jawaban Angket ...................................................................48
Tabel 4.4 Tanggapan responden, apakah ada upaya pemerintah daerah kota
Pematangsiantar dalam menjaga kebersihan pasar tradisional .............48
Tabel 4.5 Tanggapan responden terhadap kinerja pemerintah daerah dalam
menjaga kebersihan pasar tradisional .................................................49
Tabel 4.6 Jawaban responden tentang sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah terhadap pedagang dalam menjaga kebersihan pasar
tradisional ..........................................................................................50
Tabel 4.7 Tanggapan responden terhadap sosialisasi yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada pedagang ..................................................51
Tabel 4.8 Jawaban responden, apakah ada kerjasama yang dilakukan pedagang
dan pemerintah daerah dalam menjaga kebersihan pasar tradisional ...52
Tabel 4.9 Tanggapan responden terhadap kerjasama yang dilakukan pedagang
dengan pemerintah daerah dalam menjaga kebersihan pasar
tradisional ..........................................................................................53
Tabel 4.10 Tanggapan responden, apakah ada upaya yang dilakukan pemerintah
daerah kepada pedagang dalam menata para pedagang dalam pasar
tradisional ..........................................................................................54

Tabel 4.11 Tanggapan responden terhadap penataan para pedagang dalam
menjajakan dagangannya saat ini sudah baik atau sesuai ..................54
Tabel 4.12 Tanggapan responden, apakah ada pengamanan yang diberikan oleh
pemerintah daerah kota Pematangsiantar terhadap dagangan yang
ditinggal oleh pedagang pada waktu malam hari ..............................55
Tabel 4.13 Tanggapan responden terhadap keamanan yang diberikan pemerintah
daerah terhadap para pedagang ........................................................56

ix

x

Tabel 4.14 Tanggapan responden, apakah ada pemerintah daerah melakukan
pengamanan terhadap para pembeli dari orang-orang yang hendak
berbuat jahat, seperti pencopet .........................................................57
Tabel 4.15 Tanggapan responden terhadap pengamanan yang dilakukan
pemerintah daerah terhadap para pembeli ........................................58
Tabel 4.16 Tanggapan responden, apakah ada pemerintah daerah kota
Pematangsiantar menyediakan sarana pendukung, seperti parkir yang
lapang bagi masyarakat yang ingin berbelanja di pasar tradisional ...59
Tabel 4.17 Tanggapan responden terhadap sarana parkir yang disediakan
pemerintah daerah............................................................................60
Tabel 4.18 Tanggapan responden, apakah ada pemerintah daerah menyediakan
sarana pendukung seperti pemadam api dan toilet umum dalam setiap
blok dalam pasar tradisional .............................................................61
Tabel 4.19 Tanggapan responden terhadap sarana pendukung seperti pemadam api
dan toilet umum yang disediakan oleh pemerintah daerah ................62
Tabel 4.20 Tanggapan responden, apakah ada upaya pelestarian pasar tradisional
seperti dilakukannya renovasi terhadap pasar tradisional dwikora ....63
Tabel 4.21 Tanggapan responden terhadap renovasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah terhadap pasar tradisional ...................................64
Tabel 4.22 Jawaban responden, apakah ada pasar modern yang berdiri disekitar
pasar tradisional dwikora saat ini .....................................................65
Tabel 4.23 Tanggapan responden, apakah dengan adanya pasar modern dan
pedagang yang berjualan di pinggir jalan disekitar pasar
tradisional mengurangi omzet penjualan ..........................................66
Tabel 4.24 Tanggapan masyarakat pedagang tentang upaya pemerintah daerah
dalam menjaga kebersihan pasar tradisional .....................................67
Tabel 4.25 Tanggapan masyarakat pedagang tentang keamanan yang diberikan
terhadap pedagang ...........................................................................69
Tabel 4.26 Tanggapan masyarakat pedagang tentang sarana dan prasarana dalam
pasar tradisional...............................................................................70

xi

Tabel 4.27 Tanggapan Masyarakat pedagang tentang pelestarian pasar
tradisional ........................................................................................72
Tabel 4.28 Tanggapan masyarakat pedagang terhadap PKL dan adanya pasar
modern ............................................................................................72

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

: Angket Penelitian

Lampiran 2

: Wawancara

Lampiran 3

: Dokumentasi

Lampiran 4

: Nota Tugas

Lampiran 5

: Surat ijin Penerbitan Penelitian dari Jurusan

Lampiran 6

: Surat ijin mengadakan penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial

Lampiran 7

: Surat Keterangan Penelitian dari tempat penelitian

Lampiran 8

: Surat keterangan perpustakaan jurusan PPKn

Lampiran 9

: Surat keterangan dari laboratorium PPKn

Lampiran 10 : Surat keterangan Perpustakaan UNIMED
Lampiran 11 : Kartu kendali bimbingan skripsi jurusan PPKn
lampiran 12

: Daftar peserta seminar proposal penelitian mahasiswa jurusan
PPKn

Lampiran 13 : Pernyataan keaslian tulisan
Lampiran 14 : Riwayat hidup

xii

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pasar Dwikora merupakan Pasar tradisional yang dibangun dan dikelola
oleh Pemerintah Daerah yang dimana sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
adalah walikota. Pasar tradisional ini terdiri dari berbagai macam toko, kios, los,
dan tenda yang dimilki dan dikelola oleh pedagang kecil dan menengah dengan
proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Dalam perekonomian
Indonesia, sektor usaha kecil inilah yang memegang peranan yang sangat penting
terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserapnya.
Usaha kecil ini selain memilki arti strategis bagi pembangunan, juga sebagai
upaya untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.
Keberadaan pasar tradisional tidak lepas dari kebijakan-kebijakan
Pemerintah Daerah yang ikut mengatur tangan di dalamnya. Saat ini pasar
tradisional menjadi wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang
dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah dan kecil yang sebagian
besar merupakan produk hasil pertanian. Oleh karena itu, kehadiran pasar
tradisional sangat dibutuhkan sebagian besar para petani untuk menjual hasil
produksinya. Dengan demikian pasar tradisional tidak hanya berperan penting
dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi ratusan pedagang yang ada di dalam
pasar tradisional dwikora, namun juga memberikan kesempatan kepada para
petani dalam menyalurkan hasil kebunnya atau dengan kata lain sebagai produsen,

1

2

sehingga dalam hal ini para petani yang datang dari berbagai desa dapat
memperoleh pendapatan dari hasil pertaniannya baik memasarkan produknya
secara langsung dipasar tradisional dwikora maupun melalui para perantara
pemasok.
Damsar (2012:146) mengutarakan pendapat Max Weber tentang “the
protestant Ethics and the spirit of capitalism”, weber menjelaskan bahwa
dalam setiap masyarakat, tindakan ekonomi adalah suatu produk
persoalan, etika, dan pertimbangan sosial. Oleh sebab itu, perilaku
ekonomi melekat dalam banyak aspek kehidupan sosial, budaya,
kepercayaan, dan seterusnya. Dalam studi Scott tentang the moral
economy of the peasant menunjukkan bahwa terdapat etika tertentu yang
harus diperhatikan oleh pengusaha dalam menghadapi petani yang sedang
mengalami krisis subsistensi misalnya.
Deliarnov (2006:154) juga mengutarakan pernyataan Scott (1976) yaitu
preferensi petani terhadap aransemen ekonomi, social, dan politik yang
cenderung lebih menyukai tingkat pendapatan yang lebih rendah tetapi
pasti ketimbang hasil yang lebih tinggi tetapi beresiko yang lebih tinggi.
Masalahnya, jika eksperimen mereka gagal hal ini bisa membawa mereka
pada tingkat kehidupan yang lebih buruk dari marjin subsistensi.
Selain the moral economy yang dikemukakan oleh James C. Scott tentang
masyarakat petani, terdapat juga the moral economy pedagang yang dikemukakan
oleh H.D.Evers dan Heiko Schrader dengan tulisannya The Moral Ecconomy of
Trade.
Damsar (2002:74) dalam bukunya sosiologi ekonomi juga mengutarakan
pendapat Evers tentang “The Moral Economy of Trade: Ethnicity and
Developing Market” (1994:7) Hans-Dieter Ever setuju dengan pendapat
James Scott (1976:176) yang menyatakan bahwa masyarakat petani
umumnya dicirikan dengan tingkat solidaritas yang tinggi dan dengan
suatu sistem nilai yang menekankan tolong menolong, pemilikan bersama
sumber daya dan keamanan subsistensi. Evers (1994:7-8) dalam Damsar
mengemukakan para pedagang dalam masyarakat petani dihadapkan
dengan sejumlah masalah pokok. Pedagang mungkin harus membeli
berbagai komoditas dari petani-petani yang masuk anggota komunitas
mereka sendiri, tetapi menjual komoditas tersebut kepada pihak-pihak lain
diluar desa mereka. Di desa mereka sendiri, harga-harga dipengaruhi jika
tak dapat dianggap ditentukan oleh suatu moral ekonomi terhadap hargaharga yang wajar; serta dipengaruhi juga oleh keunggulan nilai pakai

3

daripada nilai tukar terhadap berbagai macam hasil panen subsistensi. Di
luar desa para pedagang diharapkan dengan tuntutan anonim yang sering
bersifat anarkis dan berasal dari pasar terbuka dengan fluktuasi harga yang
liar. Pedagang cenderung terperangkap ditengah dan dalam hal ini bisa
disebut sebagai tengkulak karena mereka tidak hanya menanggung risiko
kerugian secara ekonomi tetapi juga risiko terhadap diskriminasi dan
kemarahan petani. Mengingat bahwa para pedagang diharapkan membayar
suatu harga wajar pada penghasil dari produk pertanian, maka mereka
harus menjual dengan harga pasar setempat, harga pasar di tingkat
nasional, dan bahkan harga pasar dunia. Tentu saja perbedaan harga juga
akan mengubah keuntungan para pedagang, serta membuka kesempatan
memperoleh laba yang besar. Dalam hal ini mereka pantas dianggap jika
mereka tidak mau mengalah pada moral ekonomi para petani serta
mendistribusikan kembali keuntungan yang mereka peroleh kepada
teman-teman, tetangga, dan pelanggan.
Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa peranan pasar tradisional sangat
besar cakupannya dalam memberikan manfaat yang besar pula. Kesejahteraan
masyarakat yang ikut terlibat di dalamnya seperti produsen, pedagang, pembeli,
dan pemasok bahkan tukang parkir juga ikut terlibat dan sangat bergantung dari
keberadaan pasar tradisional tersebut. Oleh sebab itu, peran aktif pemerintah
sangat diharapkan dapat meningkatkan daya saing pasar tradisional terlebih dalam
perdagangan yang semakin bebas sehingga nasib ribuan pelaku ekonomi yang
ambil bagian di dalamnya dapat diselamatkan.
Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang
dimana daerah memiliki keleluasaan dalam mengatur daerahnya sesuai dengan
karateristik masing-masing kota. Kota Pematangsiantar juga telah memiliki
peraturan daerah No.5 Tahun 2014 tentang pembentukan PD Pasar Horas Jaya.
Pembentukan PD Pasar Horas Jaya dimaksudkan dapat menciptakan lapangan
pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tujuannya adalah mendorong
perkembangan pembangunan dan perekonomian daerah serta menunjang

4

peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) baik yang bersumber dari penggalian
dan pemanfaatan potensi daerah maupun yang bersumber dari pengembangan
usaha ke luar daerah.
Adapun ruang lingkup usaha yang dilakukan perusahaan daerah pasar
antara lain, melakukan pembinaan terhadap pedagang pasar, membantu
menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa, melakukan
kerja sama dengan pihak ketiga yang bersifat membangun, melaksanakan upaya
pemberdayaan pedagang pasar tradisional.
Namun, seiring berkembangnya sebuah kota, pengelolaan pasar tradisional
semakin terpinggirkan oleh pasar modern karena tidak dapat dipungkiri
keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dari gaya hidup
modern yang berkembang ditengah-tengah masyarakat kita saat ini. Tidak hanya
dikota metropolitan tetapi sudah merambah sampai ke kota kecil di tanah air
termasuk dalam kota Pematangsiantar itu sendiri, yang dimana sangat mudah
menemukan

supermarket

bahkan

hypermarket

disekitar

tempat

tinggal

masyarakat. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman
dengan harga yang tidak kalah menariknya. Akibatnya eksistensi pasar tradisional
di tengah modernisasi perlahan-lahan tampaknya mulai mengalami penurunan
kepercayaan signifikan dari masyarakat. Apalagi jika dibandingkan dengan pasar
modern yang menyajikan kenyamanan, kepercayaan, dan pelayanan yang lebih
unggul dibandingkan pasar tradisional.
Persoalan ini diperkeruh apabila kebijakan pemerintah yang lebih
mengedepankan kepentingan politik daripada rakyat itu sendiri. sebagai contoh,

5

dengan kian maraknya regulasi keberpihakan pemerintah terhadap pasar modern
disejumlah daerah-daerah pada saat ini. Pada dasarnya, kebijakan merupakan
salah satu bentuk penerapan dalam memenuhi kinerja sistem birokrasi pemerintah.
Dengan begitu, regulasi kebijakan itu akan melahirkan pokok bahasan dalam
implementasi kerja nyata untuk masyarakat. Seperti halnya kebijakan ekonomi,
kesejahteraan rakyat, pendidikan dan lain sebagainya. Dari semua aspek tersebut
mengarah pada satu tujuan bersama yakni pengelolaan pemerintah yang baik.
Namun, kebijakan tidak terlepas dari persoalan ketidakadilan yang timbul dalam
masyarakat. sehingga ketidakadilan menjadi perbincangan menarik dikalangan
intelektual maupun masyarakat bisaa karena selalu mengarah pada dampak dan
biang dari ketidakadilan itu disebabkan oleh pemerintah.
Landasan tersebut sangat beralasan karena inti dari kebijakan adalah studi
tentang keputusan (decision) dan tindakan (actions) pemerintah dalam
fokustrasinya terhadap kebutuhan publik (Suryana Fermana dalam http:// duduk
inspiratif. Blogspot. com/2014/01/

pemberdayaan–pasar-tradisional pada.html.

Kehadiran pasar modern yang nyaman membuat sebagian orang enggan
untuk berbelanja ke pasar tradisional. Berbagai alasan mungkin akan dilontarkan
orang jika ditanya, “mengapa tidak memilih pasar tradisional?”. Maka jawaban
yang akan dilontarkan ialah “Penataan pasar dwikora yang kurang baik dan
semrawut, becek, bau, belum lagi faktor keamanan seperti copet, penuh sesak, dan
sejumlah alasan lainnya”.
Keberadaan pasar tradisional merupakan salah satu wujud nyata kegiatan
ekonomi masyarakat disuatu wilayah, untuk itu pemerintah daerah harus fokus

6

terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang
mendukung kegiatan ekonomi masyarakat dalam suatu wilayah.

Untuk itu

pemerintah daerah ada baiknya melakukan perencanaan penggunaan ruang
wilayah dan perencanaan aktivitas pada ruang wilayah tersebut. Campur tangan
dan perencanaan pemerintah adalah penting sekali di dalam menciptakan
pembangunan dalam suatu daerah termasuk dalam penataan pasar tradisional agar
lebih banyak diminati oleh masyarakat sehingga keberadaannya tidak akan lenyap
secara perlahan-lahan. Campur tangan tersebut akan mencapai hasil yang
maksimum apabila terdapat koordinasi yang efektif dari berbagai lembaga yang
ikut serta di dalamnya.
Damsar berpendapat (2012:146) :
struktur sosial-budaya masyarakat memainkan peranan tidak kalah
pentingnya dalam pembentukan keberhasilan atau kegagalan suatu
pembangunan. Orang dalam bertindak selalu meorientasikan tindakannya
terhadap tingkah laku orang lain, melalui makna yang dikontruksi secara
sosial. Orang menginterpretasikan (verstehen) adat, kebisaaan, norma dan
kepentingan yang mereka miliki dalam hubungan sosial yang sedang
berlangsung.
Seperti layaknya sektor prasarana wilayah dan kota yang lain, pasar
tradisional dwikora juga memiliki beberapa permasalahan yang kompleks untuk
saat ini. Beberapa permasalahan tersebut antara lain :
1. Berkurangnya

pengunjung

pasar

tradisional

sejak

ada

Hypermart,

minimarket, dan lain sejenisnya belum lagi di sebabkan oleh pedagang kaki
lima yang berjualan di luar gedung pasar yang bertumbuh bagaikan jamur.
Dengan semakin berkembang pesatnya pasar bebas di dunia, maka
semakin

besar

pula

tuntutan

masyarakat

akan

pasar.

Seperti

7

yang dikemukakan oleh Djumantri,H(hal 19)http://penataan ruang.pu.go.id/bulleti
n/upload/data_buletin/butaru4a.pdf, menyatakan :
Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin
besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara kuantitas
maupun kualitas. Seiring kemajuan teknologi dan manajemen maka
maka berkembanglah pusat perbelanjaan, pusat perdagangan,
departemen store, mall, hypermarket, supermarket. Menurut survey
AC Nielsen, pertumbuhan pasar modern (termasuk hypermarket,
supermarket, supermall, minimarket, dll) sebesar 31,4 % sedangkan
pertumbuhan pasar tradisional minus 8,1 %.
Dari keadaan yang seperti ini yaitu tidak seimbangnya perkembangan
antara pasar tradisional dengan pasar modern maka akan mengakibatkan
persaingan yang tidak seimbang pula. Persaingan yang tidak seimbang ini
akan berdampak besar di masa akan datang terhadap sektor pedagang yang
melakukan usaha kecil terhadap hasil penjualan mereka dan akan dapat pula
menutup kebudayaan dalam pasar tradisional karena berkurangnya
pengunjung dalam pasar tradisional. Dampak ini sekarang masih belum
nampak secara jelas, namun seyogyanya dampak besar itu akan terlihat di
masa yang akan datang.
Persaingan yang dialami oleh pedagang yang ada dalam pasar
tradisional juga tidak hanya dari pasar modern itu sendiri, namun juga
sebagian lagi berasal dari pedagang yang berjualan di emperen jalan yang
kita kenal dengan sebutan pedagang kaki lima yang menjajakan hasil
jualannya sama dengan para pedagang yang ada di dalam pasar. Masyarakat
yang perekonomiannya menengah ke bawah kebanyakan lebih tertarik
berbelanja terhadap pedagang ini karena mereka tidak perlu lagi memasuki

8

gedung pasar tradisional yang becek, gelap, dan bau dengan harga
terjangkau pula.
Seperti dalam pasar dwikora itu sendiri, para pedagang kaki lima ini
selalu memenuhi badan jalan mereka menjajakan hasil jualannya sama
seperti para pedagang yang terdapat dalam pasar tradisional. Sehingga kita
dapat bayangkan kualitas ruang kota dapat menurun tidak terkendali akibat
perkembangan jumlah PKL. Dalam kota pematang itu sendiri PKL ini yang
berada disekitar daerah Parluasan sudah mengambil ruas jalan yang
mengelilingi pasar tradisional sehingga kerap sekali terjadi kemacatan
disekitar daerah ini.
Seperti yang dikemukakan Antonius, dkk (2013:213) :
PKL mengambil ruang dimana-mana, tidak hanya ruang kosong atau
terabaikan, melainkan juga pada ruang yang jelas peruntukannya
secara formal. PKL secara illegal berjualan hampir di seluruh jalur
pedestrian, ruang terbuka, jalur hijau, dan ruang kota lainnya kerana
tempat-tempat itu memiliki aksebilitas tinggi sehingga berpotensi
besar untuk menjaring konsumen. Akibatnya, kaidah-kaidah penataan
ruang menjadi mati oleh pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat
keberadaan PKL tersebut. Fenomena itu mengakibatkan pejalan kaki
berdesak-desakan, sehingga dapat timbul tindak kriminal
(pencopetan), dapat mengganggu kegiatan ekonomi pedagang formal
karena lokasinya yang cenderung memotong jalur pengunjung seperti
jalan dan depan toko. Sebagian dari barang yang mereka jual juga
mudah mengalami penurunan mutu lantaran disesuaikan dengan
kondisi keuangan konsumen.
Dari

permasalahan

di

atas

diharapkan

pemerintah

daerah

kota

Pematangsiantar dapat merelokasi para PKL ini dengan penuh hati, karena tidak
dapat dipungkiri PKL sebagai sektor informal memiliki potensi untuk
pengembangan pembangunan suatu wilayah apabila diolah dengan baik. Apabila
sektor ini dapat diolah dengan baik maka pasar tradisional yang ada dalam daerah

9

dapat berjalan dengan baik pula dan masyarakat akan lebih sejahtera dalam
melakukan usahanya.
2. SDM dalam pengelolaan pasar tradisional masih rendah sehingga rendah pula
fungsi kontrol dan manajemen
Dalam hal ini Ruslan (2005:9) berpendapat bahwa :
Sumber daya manusia merupakan titik sentral yang sangat penting untuk
maju dan berkembang. Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara
tradisional. SDM usaha kecil sebagian besar memiliki keterbatasan baik
dari segi pendidikan formal maupun dari segi pengetahuan dan
keterampilan. Keadaan ini menyebabkan motivasi berwirausaha menjadi
tidak cukup kuat untuk meningkatkan usaha dan meraih peluang pasar.
3. Pergeseran Trend berbelanja segmen Menengah Atas yang lebih suka belanja
di Mall
Dalam hal ini tidak dapat dipungkiri seiring berkembangnya jaman,
masyarakat yang ada dalam suatu wilayah akan mulai bergeser ke arah trend yang
fenomenal saat ini yaitu lebih suka berbelanja di Mall. Yang dimana pasar modern
menjanjikan kenyamanan, dan kebersihan.
4. Fisik bangunan yang tidak terawat
Permasalahan terakhir yang terdapat dalam pasar tradisional itu sendiri
ialah fisik bangunan yang tidak terawat. Akibat ketidakterawatan bangunan yang
ditempati oleh para pedagang tradisional ini maka meninggalkan kesan yang
negatif terhadap para pengunjung pasar tradisional itu sendiri seperti pasar
tradisional yang panas, semrawut, kotor, becek, hal ini sangat bertolak belakang
dengan pasar modern yang ber-AC, nyaman, pelayanan mandiri dan cepat.
Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan usaha para pedagang di

10

pasar tradisional, yang pada umumnya merupakan pedagang kecil dan menengah
karena kondisi seperti inilah yang menjadi hal yang menguntungkan para
pengusaha dalam membangun pasar modern dalam setiap daerah.
Seperti yang dikemukakan oleh Poesoro, Adri (2007:7) menyatakan,
penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional dengan supermarket adalah
lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan sematamata karena keberadaan supermarket. Supermarket sebenarnya mengambil
keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional.
Maka dengan adanya permasalahan di atas peneliti mengambil judul
“Persepsi Masyarakat Pedagang Terhadap Peranan Pemerintah Daerah Dalam
Menata Pasar Tradisional”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah :
1. Persepsi masyarakat pedagang terhadap peranan pemerintah daerah dalam
menata pasar tradisional
2. Peran dan fungsi usaha kecil dalam pasar tradisional bagi daerah.
3. Upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengembangkan pasar
tradisional.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya daya saing pasar tradisional
dengan pasar modern.
5. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah dalam menata pasar
tradisional.

11

C. Batasan Masalah
Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Persepsi masyarakat pedagang terhadap peranan pemerintah daerah dalam
menata pasar tradisional
2. Peranan yang dilakukan pemerintah daerah dalam menata pasar
tradisional.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi masyarakat pedagang mengenai kebijakan pemerintah
daerah kota Pematangsiantar dalam menata pasar tradisional.
2. Bagaimana peranan Pemerintah Daerah kota Pematangsiantar dalam Menata
Pasar Tradisional.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
penulis, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk

mengetahui persepsi para pedagang

mengenai kebijakan

pemerintah daerah kota Pematangsiantar dalam menata pasar tradisional
2. Untuk mengetahui peranan Pemerintah Daerah kota Pematangsiantar
dalam Menata Pasar Tradisional.

12

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi dan pertimbagan bagi pemerintah daerah dalam
mengambil

keputusan

untuk

menyusun

kebijakan

pembangunan

terkhusus dalam pasar tradisional.
2. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat pada umumnya, agar dapat
melestarikan pasar tradisional dengan cara menjaga kebersihan pasar
tradisional tersebut.
3. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah daerah agar menjaga
kebersihan, ketertiban, dan keindahan pasar tradisional.
4. Dapat dijadikan langkah guna mengatasi kendala-kendala, baik yang
dihadapi masyarakat pedagang maupun yang dialami pemerintah daerah.
5. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam rangka pengaturan
dan pembinaan para pedagang.
6. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya dinas pasar
untuk menetapkan kebijakan terhadap para pedagang.
7. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi kepada semua pihak seperti
pemerintah kota, dinas pasar, dan pihak lain yang membutuhkannya.

81

DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko. (2002). Koperasi kewirausahaan dan
Usaha Kecil. Jakarta: PT Rhineka Cipta.
Andriani Maritfa dan Moh.Mukti Ali, (2013). Kajian Eksistensi Pasar
Tradisional Kota Surakarta, Tehnik PWK, Vol 2, No.2 2013
Antonius, dkk. (2013). Dampak Otonomi Daerah di Indoesia; Pedagang Kaki
Lima Indonesia Pada Masa Otonomi Daerah. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian: suatu pendekatan Praktek
(Cet
IV). Jakarta: Rhineka Cipta.
Aryani, Dwinita. (2011). Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 2, No. 2, 2011, pp:
169-180. Malang : Fakultas Ekonomi, STIE Malangkucecwara, Malang,
Indonesia
Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia
Damsar. (2002). Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
______. (2012). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana.
Djumantri, H.M (Ed). (2011). Pasar Tradisional: Ruang Untuk Masyarakat
Tradisional
yang
Semakin
Terpinggirkan.
dalam
http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf.
diakses 10 Februari 2015. Pukul 19.00 wib.
Deliarnov. (2006). Ekonomi Politik. Jakarta:Erlangga
Fabrina isna dan Eko Handoyo, (2014). Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kudus
dalam Melindungi Eksistensi pasar Tradisional, Unnes Education Journal 3
No.1.
Hamdani, Deni. (2003). Kompetensi Membuka Usaha Kecil. Bandung: Yrama
Widya.
Kasmir dan Jakfar. (2007). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Koentjaningrat. (1981). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
Gramedia
Moenir. (2010). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara
Mubyarto. (2000).
Yogyakarta.

Membangun

Sistem

Ekonomi.

Yogyakarta:

BPFE

Nugroho, Heru. (2001). Negara, Pasar, dan Keadilan Sosial. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar Yogyakarta.

81

82

Nurhadiyanti Finta, (2012). Gurita Neoliberalisme dan Pasar Tradisional di kota
Surabaya, Jurnal Politik Muda Vol 2 No.1, Januari – Maret.
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Andreas Budi Purnomo Brodjonegoro. (2000).
Ekonomi Lingkungan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Ruslan (2005). Usaha Kecil dan Menengah Ditinjau dari Aspek Hukum dan
Aspek Ekonomi, Jurnal Komunikasi Penelitian Staf Pengajar FIS Universitas
81
Negeri Medan Volume 17 No. 1 Januari.
Paskarina, Caroline, dkk. (2007). Laporan-laporan Penelitian Muda (LITMUD)
UNPAD: Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Pasar di Kota Bandung.
(http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/evaluasi_kebijakan_pe
ngelolaan pasar.pdf), diakses: Rabu, 21 Januari 2015, Pukul 19.30 wib.
Perda Kota Pematangsiantar Nomor 5 Tahun 2012 tentang investasi daerah
dalam rangka pemberian pinjaman dana bergulir bagi koperasi, usaha
Mikro, kecil dan Menengah.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/MDAG/PER/12/2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
penataan dan pembinaan pasar tradisional, Pusat perbelanjaan dan toko
Modren.
Poesoro, Adri (2007). News Letter: Pasar Tradisional Di Era Persaingan
Global. Jakarta: Lembaga Penelitian Smeru
___________ (2008). Bisnis dan Ekonomi Politik Vol.9 (2), April 2008. Jakarta:
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) JakartaIndonesia
Setiawan, Deny. (2014). Metodologi Penelitian. Medan: Laboratorium PPKn FIS
UNIMED.
Setyorini, (2013). Kebijakan Pemkab Bantul dalam menangani menjamurnya
Toko Modern, Jurnal PMI, Vol.X.No.2, Maret.
Sitompul, Mukti (2006). Implementasi Kebijakan Publik: Pengalaman Masa
Lalu, Jurnal Harmoni social, Vol 1, No 1- September
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:
Rhineka
Cipta.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi cetakan ke Sembilan.
Bandung: Alfabetha
Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset