Simbol dan makna dalam tingkeban

dihilangkan, terutama dalam masyarakat sedeganmijen. Bagi orang desa sedenganmijen, hidup ini penuh dengan upacara, baik upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak dari keberadaannya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa sampai dengan saat kematian. Salah satu tradisi ritual dalam adat Jawa yaitu tingkeban yang termasuk dalam peristiwa kelahiran. Tradisi -tradisi dalam masyarakat Islam yang seringkali dicap sebagai Bid‟ah, karena alasan masalah itu tidak ada pada zaman Rosulullah dan zaman salaf angkatan pertama, atau karena tradisi itu hasil cangkokan tradisi masyarakat pra-Islam di Indonesia, adalah banyak sekali, seperti: Selametan, upacara-upacara pernikahan, kematian, kelahiran bayi, membangun rumah dan lain-lain. Ada diantara tradisi tersebut sudah diisi penuh dengan nilai-nilai Islam, meskipun namanya masih tetap atau sebagian penampilannya belum berubah penuh, seperti “selamatan” yang sudah dihilangkan sesajennya, diganti dengan shodaqoh makanan, diisi dengan membaca ayat-ayat Al- Qur‟an dan do‟a kepada Allah s.w.t. “Menurut Imam Al-Ghozali menyatakan: Tidak semua bid‟ah itu dilarang, yang dilarang adalah yang bertentangan secara pasti dengan As-Sunnah yang jelas sunnah tsabitah atau menghilangkan ketentuan syara‟yang masih tetap ada ilalnya dasar alasannya, malah perbuatan bid‟ah itu kadang-kadang menjadi wajib dalam suatu keadaan apabila terjadi perubahan berbagai macam sebab yang mendoronganya.” 10 10 Muhammad Tholhah Hasan , Ahlussunnah Wal-Jamaah Dalam Persepsi dan Tradisi NU, Jakarta: Lantabora Press, 2005, Cet 3, 232 Namun disisi agama Konghuchu sedikit serupa dengan pandangan Islam akan tetapi bentuk jamuan yang disuguhkan atau dihidangkan tersebut dengan memuja para dewa-dewi di tempat peribadahan tridama kelenteng. Dengan melihat kalender cina dan kalender jawa untuk menunggu hari baik supaya bisa di jamuan dan disuguhkan. Pembahasan mengenai asal-usul manusia kehamilan menurut agama Khonghucu, tidak banyak dijelaskan. Pada kitab suci Su Si pun tidak ditemui adanya pembahasan mengenai asal-usul manusia. Pembahasan mengenai hal ini dibahas pada Kitab Li Ji atau Li Chi kitab kesusilaan,yang merupakan bagian dari Kitab Ngo King atau Wu Ching. Manusia dalam agama Khonghucu berasal dari kedua orangtua, dianugerahi sifat-sifat mulia dan agung sejak lahir oleh Thian. Manusia juga diberikan perintah suci dalam menyampaikan ajaran agamanya kepada seluruh umat Khonghucu. Perintah suci tersebut akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Thian. Oleh karena itulah maka manusia ditempatkan dalam kedudukan tertinggi. Pada kitab Li Ji, salah satu dari tiga kitab Li Jing kitab kesusilaan disuratkan: “Qi atau semangat itulah pernyataan adanya roh. Bo atau daya-daya hidup itulah pernyataan adanya nyawa. Tujuan pengajaran agama mengharmoniskan lahiriah dan rohaniah manusia. Semua yang dilahirkan akan mengalami kematian, yang mati itu akan kembali ke tanah, inilah yang dinamai berhubungan dengan nyawa, tulang, daging, semua jasad yang berwatak yin negatif akan kembali ke tanahbumi. Sedangkan semangat akan berkembang naik bergemilang kembali kepada Tian diiringi harum dupa yang semerbak. Itulah pernyataan adanya roh.” 11

4. Penelitian Terdahulu

Sepanjang pengatahuan peneliti, peneliti pernah menjumpai sebuah karya ilmiah yang berupa skripsi dan artikel. Oleh karena itu peneliti mempertegas adanya perbedaan karakter yang terdapat pada peneltian ini, diantaranya : Sumantarsih dalam skripsinya “Islam Dalam Dwi Sri Tradisi Jawa” yang menyatakan bahwa dalam masyarakat agraris terutama di Jawa, tradisi penghormatan terhadap kehadiran Dewi Sri masih berlangsung sampai sekarang. Simbolisme penghormatan terhadap Dewi Sri tampak dalam ritus- ritus perkawinan midodareni, tata ruang bangunan, dan ritus-ritus pertanian. Figur Dewi Sri menjadi simbol dan kerangka acuan berpikir bagi orang Jawa khususnya petani Jawa di dalam prosesi siklus hidup yaitu perkawinan, memperlakukan rumah dan tanah pertaniannya. Dalam struktur berfikir, mereka percaya bahwa asal-usul benih kehidupan berasal dari dunia atas dewa yang diberikan kepada dunia bawah manusia. Supaya benih kehidupan tetap terjaga keberlangsungannya maka harus dijaga hubungan dunia atas dengan dunia bawah dengan melalui ritus-ritus. Ritual atau 11 Setianda Tirtarasa ,” Mengenal Agama Khonghucu dan Masalah Korupsi,” dalam Tjhie Tjay,Menuju Masyarakat Anti Korupsi Perspektif Agama Khonghucu, Jakarta: Departemen komunikasi dan informatika, 2006,121