Tanggapan para kiai dan agama di desa Sedenganmijen

50

BAB V PENUTUP

Dari deskripsi panjang yang dilakukan dalam mengananlisa tentang ritual Perspektif Masyarakat Islam Dan Masyarakat konghucu Terhadap Upacara Tingkeban Di Desa Sedenganmijen Kecamatan Krian Sidoarjo, maka penulisan bisa menyimpulkan sebagaimana sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Terdengar perbeda pendapat dikalangan masyarakat muslim dan masyarakat kongucu. Perbedaan pendapat di Desa Sedenganmijen kecamatan Krian Sidoarjo terkait masalah tingkeban. Mereka melakukan ritual upacara tingkeban terkadang sembunyi-sembunyi. Dikarenakan kalau melakukan aktivitas ritual tingkeban dizaman sekarang banyak meninggalkan tradisi dari suatu ritual tingkeban itu sendiri. Berbeda dengan Agama konghucu yang masih menggenal tradisi meskipun sederhana. 2. Ruang lingkup dari ritual upacara tingkeban di Desa Sedenganmijen Kecamatan Krian Sidoarjo berdasarkan tujuan dan perannya didalam suatu wilayah tersebut. Tujuannya dari ritual tersebut supaya masih mengenal tradisi dari nenek moyang mereka. Seharusnya sesorang yang masih menggenal tradisi berperan untuk menggenalkan tradisi kepada penerus. Supaya tradisi ritual upacara tingkeban di Desa Sedenganmijen Kecamatan Krian Sidoarjo tidak ditinggalkan pada zaman sekarang. 3. Aktivitas yang membedakan dalam suatu tradisi disebabkan faktor yang penurunnya ritual yang diadakan di wilayah Desa Sedenganmijen Kecamatan Krian Sidoarjo. Perbedaan tradisi yang di wilayah Kota Sidoarjo dengan kota-kota lain yang disebabkan sesorang mempunyai makna tersendiri. Disamping itu faktor tradisi berpengaruh dalam penyampaian ritual itu. Karena setiap tradisi yang ada dalam dari ritual tingkeban di suatu wilayah cukup berbeda-beda. Maka kami sering membedakan tradisi dalam suatu wilayah di Sidoarjo dan sekitarnya.

B. Saran-saran

1. Kepada para masyarakat yang mempunyai ritual di suatu wilayahnya. Adanya perbedaan tradisi dalam upacara tingkeban jangan sampai membicarakan konflik intern maupun eksteren. Jadikan perbedaan itu sebagai keanekaragaman yang ada dalam masyarakat. Walaupun di wilayah ini belum ada pengolahan secara menyeluruh kepada penerus dizaman modern sekarang ini. 2. Kepada KADES Kepala Desa, seharusnya memberian mtivasi kepada warga untuk memberikan pemahaman yang lebih serius tentang tradisi tingkeban supaya tidak ditinggalkan. 3. Kepada seluruh jajaran yang ada di fakultas ushuluddin dan filsafat khususnya Jurusan perbandingan agama, untuk memberikan pemahaman kepada warga desa arti sebuah toleransi dan kerukunan keagamaan. Dikarena pemahaman tersebut terkadang belum cukup mengerti pada wilayah pedesaan.

C. Penutup

Sekiranya tiada kata yang pantas dalam penulis dan bersyukur kepada Allah kepada rahmatnya. Sehingga penulisan dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun ada rintangan yang cukup berat, oleh karena itu apabila pembaca mendapat kekurangan puasan dalam membaca skripsi ini maka penulis mohon maaf yang sebesar-beasrnya. Dengan berakhirnya penulisan skripsi ini peneliti menyadarikekayaan dan ketidaksempurnaan asil penelitian inikritik dan saran bersifat membangun sangat dieperlukan agar lebih mendekati kesempuraan. Daftar Keperpustakaan Ali sadikin, Muhammadiyah itu nu Yogyakarta: Noura Books, 2014, hlm 17 Abdul Aziz, dkk ed, Mushaf Al-Quran terjemahan terj. Yayasan penyelenggara penerjemah Al- Qur’an jakarta : Al-Huda, 2002, hlm 517 Greertz Cliiford, Abangan,Santri Dan Priyayi dalam masyarakat Jawa Jakarta: Pustaka Jaya, Cetakan kedua 1983, 48 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM,136 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta.cv, 231 Prof. Dr. Lexy . Moleong, M.A metodelogi penelitatian Kualitatif, bandung: PT remaja rosdakarya cetakan keduapuluhenam, febuaruri 20009 , 307-308 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 178. W.J.S poerwarminta, kamus umum bahasa indonesia, Surabaya, departemen pendidikan dan kebudayaan, 1989 Imam Al —mundziri, Ringkasan Shahih Muslim Jakarta:Pustaka Amani,2003 , 24 Greertz Cliiford, Abangan Santri Dan Priyayi dalam masyarakat Jawa Jakarta: Pustaka Jaya, Cetakan kedua 1983, 48 Soselisa, Makna simbolik beberapa sajen slametan tingkeban, sebuah kajian mengenai prinsip kesimbangan dalam knsep pemikiran jawa yogyakarta: Fakhultas universitas gajah mada,1987, 2 Geertz cliford. Abangan santri priyayai dalam masyarakat jawa, jakarta: pustaka Jaya, 1983, 22 Arthur asa berger, Tanda tanda dalam kebudayaan kompentorer,Yogyakarta: Pt Tiara Wacana Yogya, 2000 23