Mekanisme Pertahanan Tubuh Landasan Teori

komunitas bukan di rumah sakit, fasilitas perawatan intensif, atau kontak dengan fasilitas kesehatan lain. Meskipun penyebab pneumonia sudah diketahui baik diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus maupun mikroorganisme lainnya, seringkali pneumonia tidak terdiagnosis atau tidak terobati dengan optimal, karena gejala klinis pneumonia hampir serupa dengan penyakit infeksi saluran napas bawah lainnya. 3 Pneumonia merupakan penyakit yang masuk dalam klasifikasi infeksi saluran napas bawah akut ISNBA. Meskipun pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer, namun pneumonia juga dapat menjadi penyakit lanjutan manifestasi ISNBA lainnya, seperti perluasan bronkiektasis yang terinfeksi. 6,7 Lokasi peradangan pada penyakit pneumonia tidak hanya sebatas parenkim paru, akan tetapi juga mengenai distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, yang mengakibatkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas. 8

2.1.2.1. Klasifikasi Pneumonia Komunitas Berdasarkan Mikroorganisme

Pada beberapa tahun yang lalu, klasifikasi pneumonia hanya terbatas oleh dua yaitu pneumonia tipikal yang disebabkan Streptococcus pneumoniae dan atipikal yang disebabkan kuman atipik Mycoplasma pneumonia. Namun, dalam perkembangannya, beberapa pathogen lain, menimbulkan gejala klinis yang identik dan sama dengan pneumonia akibat Streptococcus pneumonia, diantaranya H. influenza, S. aureus, bakteri Gram negatif dan virus. Lain halnya dengan Legionella spp. dan virus menimbulkan gejala klinis pneumonia yang bervariasi luas. Maka dari itu, klasifikasi tersebut tidak dipergunakan lagi. 3,7

2.1.2.2. Klasifikasi Pneumonia Komunitas Berdasarkan Pajanan Lingkungan

Akibat tidak dipergunakannya lagi klasifikasi tipikal dan atipikal, maka diperlukan suatu klasifikasi terhadap pneumonia, yang nantinya mempermudah seorang dokter mendiagnosis pneumonia berdasarkan etiologi, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sehingga nantinya pengobatan pneumonia dapat dilakukan secara spesifik dan akurat. Terbentuklah suatu klasifikasi berdasarkan pajanan lingkungannya, yaitu community-acquired CAP atau pneumonia komunitas, hospital-acquired HAP atau pneumonia nosokomial, dan ventilator-associated VAP atau pneumonia akibat pemakaian ventilator. 3 Namun, pada beberapa pasien yang menjalani pengobatan rawat jalan, ditemukan beberapa pasien terinfeksi pathogen akibat resistensi obat MDR yang berhubungan dengan pneumonia nosokomial. Fenomena ini diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu penggunaan antibiotik oral yang meluas, pemulangan pasien yang terlalu dini, penyediaan fasilitas yang terbatas, peningkatan penggunaan terapi antibiotik IV pada pasien rawat jalan, pasien lansia, dan perluasan terapi imunomodulator. Keterlibatan pathogen MDR ini, menyebabkan kategori baru pada pneumonia yaitu pneumonia yang didapat di pusat perawatan kesehatan atau disebut healthcare associated pneumonia HCAP. 3,9 Pneumonia komunitas CAP adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di masyarakat atau di luar lingkungan rumah sakit. Adapun pneumonia nosokomial HAP adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi setelah dirawat di rumah sakit dalam kurun waktu 48 jam atau lebih, baik pasien di rawat di ruang umum ataupun ICU yang mana pasien sedang tidak menggunakan ventilator, sedangkan pneumonia akibat pemakaian ventilator VAP adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi setelah pasien dilakukan intubasi endotrakeal dalam kurun waktu 48- 72 jam. 7

2.1.2.3. Klasifikasi Pneumonia Komunitas Berdasarkan Predileksi Infeksi

Berdasarkan predileksi infeksi, pneumonia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: 6,9,10,11,12,,13 A. Penumonia Lobaris Pneumonia ini terjadi karena infeksi bakteri akut pada salah satu lobus atau semua lobus. Jika mengenai semua lobus, maka sering kali disebabkan penyebaran inflamasi melalui lubang Khon dan kanal Lambert. Etiologi tersering adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, B Haemolytic streptococci dan yang jarang adalah Haemophilus influenza, Klebisella pneumonia. Ada beberapa tahap keadaan lobus paru pada pneumonia ini, yaitu: a. Kongesti Lobus yang terinfeksi menjadi berat, merah, dan kotor. Gambaran histologinya, terlihat kongesti pada pembuluh darah dengan cairan proteinaceous, sebaran neutrofil, dan banyak bakteri di dalam alveolus. b. Hepatisasi merah Lobus yang terinfeksi memiliki konsistensi yang mirip dengan liver, ruang alveolus terisi dengan neutrofil, sel darah merah, dan fibrin c. Hepatisasi abu-abu Lobus menjadi kering, abu-abu, dan padat, karena adanya lisis pada sel darah merah. Dibarengi dengan eksudat fibrinospuratif di alveolus. d. Resolusi Terjadi ketika pneumonia tidak mengalami komplikasi. Adanya proses enzimatik mencerna eksudat alveolus untuk menghasilkan granular. Debris-debris cairan juga diserap dan dicerna melalui makrofag, batuk, atau fibroblast.