Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

PERTUMBUHAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula
Miq.) PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH
TANAM JALUR DI AREAL IUPHHKA-HA PT SARMIENTO
PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH

INTAN NURHAJAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Meranti
Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur
di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan tengah
adalah benar-benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Intan Nurhajah
NIM E44100094

ABSTRAK
INTAN NURHAJAH. Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada
Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarpatim
Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh PRIJANTO PAMOENGKAS.
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) merupakan implementasi dari
prinsip-prinsip Sustainable Forest Management (SFM), sehingga setiap pemegang
IUPHHK-HA berkewajiban menjamin kelestarian fungsi produksi, kelestarian
fungsi ekologi dan kelestarian fungsi sosial. PT Sarpatim menyusun langkah
strategi untuk menjamin kesinambungan pasokan bahan baku industri hasil hutan
yang seimbang dengan menerapkan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur
(TPTJ) dengan spesies target jenis Shorea leprosula Miq. Kegiatan pengamatan
pertumbuhan spesies target terhadap faktor penutupan tajuk adalah suatu upaya

untuk mengetahui keberhasilan pembinaan hutan bekas tebangan. Pengamatan
pertumbuhan tanaman dilakukan pada areal sistem silvikultur TPTJ pada kondisi
umur 0,5 tahun sampai 8 tahun penanaman. Plot pengamatan berukuran 100 m x
100 m pada setiap areal TPTJ terdapat 2 petak untuk setiap umur tanaman. Hasil
penelitian menunjukkan penutupan tajuk yang lebih rapat akan mengahasilkan
riap diameter dan riap tinggi S. leprosula yang lebih rendah. Persentase penutupan
tajuk pada tegakan normal TPTJ 2006 sebesar 71,00% dan TPTJ 2008 sebesar
77,16%.
Kata kunci: pertumbuhan, penutupan tajuk, Shorea leprosula, tebang pilih tanam
jalur

ABSTRACT
INTAN NURHAJAH. The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with
Silvicultural System of Selective Cutting and Line Planting in areas IUPHHK-HA
PT Sarpatim Central Kalimantan. Supervised by PRIJANTO PAMOENGKAS.
Sustainable Production Forest Management (PHPL) is an implementation
of Sustainable Forest Management (SFM) principles, which every holder of
Business License of Utilization of Timber Forest-Natural Forest (IUPHHK-HA) is
obliged to guarantee the preservation of the functions of production, sustainability
of ecological function and sustainability of social functions. PT Sarpatim devise a

strategy to guarantee the continuity of the supply of industrial raw material forest
products that are balanced by implementing silvicultural system of Selective
Cutting and Line Planting (TPTJ) with species target is Shorea leprosula Miq.
The observation activities of the target species growth factor against canopy
closure is an attempt to find out the success of logged forest coaching. The
observation of plant growth made in area of TPTJ silvicultural system on
condition 0,5 years to 8 years of planting. Observation plots is 100 m x 100 m at
each TPTJ area, there are two plots for each plant age. The results showed an
increase in canopy closure would lead to lower increament diameter and higher of
S. leprosula. The percentage of canopy closure in the normal stand on TPTJ 2006
was 71,00% and on TPTJ 2008 was 77,16%.
Keywords: canopy closure, growth, Shorea leprosula,, selective cutting and line
planting

PERTUMBUHAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula
Miq.) PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH
TANAM JALUR DI AREAL IUPHHKA-HA PT SARMIENTO
PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH

INTAN NURHAJAH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem
Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT
Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah
Nama
: Intan Nurhajah
NIM
: E44100094


Disetujui oleh

Dr Ir Prijanto Pamoengkas, MSc F Trop
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah, puji beserta syukur penulis panjatkan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi
yang berjudul Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem
Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento
Parakantja Timber Kalimantan Tengah dapat diselesaikan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor.
Tujuan pembuatan skripsi ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan
meranti merah (Shorea leprosula Miq.) dalam jalur tanam pada sistem silvikultur
Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) di IUPHHKA-HA PT Sarpatim Kalimantan
Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan data kuantitatif
mengenai pertumbuhan meranti merah (Shorea leprosula Miq.) pada IUPHHKAHA PT Sarpatim yang dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
pengelolaan dan pengembangan sistem silvikultur TPTJ pada areal tersebut
kedepannya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas,
MSc F Trop selaku dosen pembimbing. Terimakasih kepada IUPHHK-HA PT
Sarpatim yang telah mengizinkan dan bersedia membantu dalam penelitian ini.
Terimakasih kepada kedua orang tua, kakak-kakak,dan adik yang senantiasa
selalu mendoakan. Terimakasih kepada sahabat-sahabat tercinta Ukhti Sholihah,
Cindhy Ade Hapsari, Arie Aqmarina, Mirzha Hanifah, Mira Febianti, Desi
Nurafida, Kumala Fitriyanita dan Dedy Anggara yang senantiasa selalu
memotivasi dan mendukung. Terimakasih kepada keluarga Silvikultur dan
Rimpala Fahutan IPB yang senantiasa selalu menyemangati. Terimakasih kepada
teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB angkatan 47 yang selalu menemani
selama perkuliahan.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu, masyarakat, dan semua pihak.
Bogor, Juli 2014
Intan Nurhajah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE PENELITIAN

2

Lokasi dan Waktu

2


Bahan dan Alat

2

Metode Pengumpulan Data

3

Pemilihan Plot

3

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5


Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.

6

Kurva Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.

8

Uji Normalitas Data Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.

9

Sebaran Kelas Diameter Shorea leprosula Miq.

10


Hubungan Umur Tanaman terhadap Pertumbuhan Shorea
leprosula Miq.

10

Penutupan Tajuk terhadap Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.

12

Hubungan Penutupan Tajuk terhadap Pertumbuhan Shorea
leprosula Miq.
SIMPULAN DAN SARAN

13
14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.
2 Uji normalitas pertumbuhan diameter Shorea leprosula Miq.
3 Hubungan umur tanaman terhadap rata-rata riap Shorea
leprosula Miq.
4 Persentase penutupan tajuk terhadap rata-rata riap Shorea
leprosula Miq.
5 Persamaan regresi penutupan tajuk terhadap rata-rata riap
Shorea leprosula Miq.

6
9
12
13
13

DAFTAR GAMBAR
1 Sketsa teknis pembuatan plot
2 Kurva pertumbuhan rata-rata Shorea leprosula Miq.
3 Sebaran kelas diameter Shorea leprosula Miq. pada plot

2
8
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam umur tanaman terhadap riap diameter Shorea
leprosula Miq. dalam sistem silvikultur TPTJ
2 Uji beda nyata Duncan umur tanaman terhadap riap diameter
Shorea leprosula Miq. dalam sistem silvikultur TPTJ
3 Sidik ragam umur tanaman terhadap riap tinggi Shorea leprosula
Miq. dalam sistem silvikultur TPTJ
4 Uji beda nyata Duncan umur tanaman terhadap riap tinggi
Shorea leprosula Miq. dalam sistem silvikultur TPTJ
5 Hasil analisis regresi penutupan tajuk terhadap riap diameter
tanaman Shorea leprosula Miq.
6 Hasil analisis regresi penutupan tajuk terhadap riap diameter
tanaman Shorea leprosula Miq.

16
17
17
17
18
18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan Indonesia yang luasnya semakin menurun menjadi perhatian lebih
dunia kehutanan, mengingat fungsi hutan yang sangat besar baik dari aspek
ekologis, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pengelolaan hutan yang masih belum
melaksanakan prinsip kelestarian hutan menjadi penyebab penurunan luasan hutan
saat ini. Sehingga perlu adanya upaya untuk menjamin kelestarian fungsi hutan.
Di samping itu permintaan akan kayu terus meningkat, sehingga menuntut para
pengusaha pemanfaatan hasil hutan kayu harus mempertahankan dan
meningkatkan produksinya dengan cara menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan
hutan lestari yang kemudian disebut Sustainable Forest Management (SFM).
Produktivitas hutan merupakan faktor penentu untuk tercapainya SFM.
Nilai produktivitas hutan dapat diukur berdasarkan pertumbuhan tegakan yang
dihasilkan. Pertumbuhan sangat bergantung dari bentuk sifat-sifat genetika,
karakteristik lingkungan tempat tumbuh dan tindakan silvikultur. Pengaruh ketiga
faktor tersebut akan nampak pada dimensi tegakan. Dimensi tegakan merupakan
pendugaan yang akurat bagi produksi hasil hutan kayu. Pengukuran hasil dengan
ukuran fisik terutama diameter telah banyak digunakan mengingat kepraktisan
dan kemudahannya dalam menerapkan metode pangaturan produktivitasnya.
Penerapan sistem silvikultur akan sangat menentukan produktivitas hutan.
Salah satu sistem silvikultur yang dikenal mampu meningkatkan produktivitas
hutan di areal hutan bekas tebangan dan hutan yang potensinya rendah yaitu
sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ). Sistem silvikultur TPTJ telah
menerapkan teknik hutan tanaman pada sebagian areal pengelolaannya. S.
leprosula adalah jenis meranti yang mempunyai riap tertinggi sehingga dapat
dikembangkan dalam jalur tanam pada sistem TPTJ (Soekotjo 2009). Selain itu
jenis meranti menjadi primadona di industri kayu lapis (plywood) dan wood
working di era 80-90an (Wahyudi 2009). Jenis ini menjadi tanaman unggulan
dalam jalur tanam di PT Sarpatim karena memang penyebarannya paling luas di
Kalimantan, namun populasinya kini sedang menurun akibat penebangan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan meranti merah
(Shorea leprosula Miq.) pada jalur tanam dalam sistem silvikultur Tebang Pilih
Tanam Jalur (TPTJ) di IUPHHKA-HA PT Sarpatim Kalimantan Tengah.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu memberikan data kuantitatif mengenai
pertumbuhan meranti merah (Shorea leprosula Miq.) pada IUPHHKA-HA PT
Sarpatim yang dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
pengelolaan dan pengembangan sistem silvikultur TPTJ pada areal tersebut
kedepannya.

2

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada areal sistem silvikultur Tebang Pilih
Tanam Jalur (TPTJ) IUPHHK-HA PT Sarpatim, Kalimantan Tengah. Pada TPTJ
2005 (76AF dan 76AE), TPTJ 2006 (77AB dan 77AC), TPTJ 2007(79AF dan
78AE), TPTJ 2008 (80AG dan 81AG), TPTJ 2009 (80X dan 81X), TPTJ 2010
(73AG dan 74AG), TPTJ 2011 (72AG dan 72AH), TPTJ 2012 (91N dan 90N),
dan TPTJ 2013 (95Q dan 94P) yang dilaksanakan dari bulan April hingga bulan
Mei 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa tanaman operasional
meranti merah (Shorea leprosula Miq.) dengan sistem silvikultur TPTJ pada
kondisi umur 0,5 tahun sampai 8 tahun penanaman. Alat-alat yang digunakan
yaitu peta kerja penanaman PT Sarpatim, phi band, caliper, kompas, patok, label,
tali tambang, spiracle densiometer, haga hypsometer, tallysheet, kamera, dan
laptop yang dilengkapi dengan Microsoft Office 2007, Minitab 15 dan SPSS 16.
Pembuatan Plot
Plot dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu
dengan memperhatikan umur tanaman dan dapat memberikan keterwakilan
terhadap areal petak penanaman di IUPHHK-HA PT Sarpatim. Pada setiap umur
tanaman dalam jalur tanam yang dijadikan pengamatan dibuat plot berukuran 100
m x 100 m (1 ha) yang terdiri dari 5 jalur tanam. Sketsa teknis pembuatan plot
beserta lebar jalur, jarak tanam dan titik pengukuran tutupan tajuk yang digunakan
dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Sketsa teknis pembuatan plot

3

Metode Pengumpulan Data
Pengukuran diameter dengan menggunakan phiband dilakukan pada
batang pohon setinggi dada (dbh) yakni 1,30 m, sedangkan pengukuran dengan
caliper dilakukan terhadap tanaman yang berdiameter kecil, pengukuran
dilakukan pada pangkal batang setinggi 10 cm di atas tanah sebanyak dua kali,
yaitu pada sisi lainnya yang tegak lurus dengan pengukuran pertama, hasil
pengukuran diameter adalah rata-rata dari kedua penguran tersebut. Mengukur
tinggi total pohon menggunakan haga berjarak 15 m antara pengukur dengan
batang.
Pengukuran tutupan tajuk dilakukan dengan menggunakan alat spiracle
densiometer. Pengukuran dilakukan pada 3 titik pengukuran yakni pada jarak 25
m, 50 m, dan 75 m pada setiap jalurnya. Pengukuran dilakukan dengan cara
meletakkan spiracle densiometer pada jarak 30-45 cm dari badan pengukur dan
dengan ketinggian sejajar lengan. Setiap titik pembacaan spiracle densiometer
pada arah mata angin yakni utara, timur, selatan dan barat. Setiap masing-masing
kotak dihitung persentase bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin
dengan pembobotan, terbuka penuh memiliki bobot 4 (100%), bobot 3 (75%),
bobot 2 (50%), bobot 1 (25%), bobot 0 (tidak ada bayangan langit yang bisa
dilihat) (Supriyanto dan Irawan 2001).
Analisis Data
Analisis data pertumbuhan S. leprosula dilakukan dengan
menghitung/membuat: (1) diameter dan tinggi rata-rata; (2) riap diameter dan
tinggi rata-rata (MAI); (3) persentase hidup; (4) persentase penutupan tajuk; (5)
kurva pertumbuhan; (4) uji normalitas dan sebaran diameter (distribusi frekuensi);
(5) Sidik ragam dengan uji F dan uji Duncan; dan (6) Analisis regresi untuk
penutupan tajuk.
Perhitungan riap rata-rata tahunan diameter dan tinggi berdasarkan pada
rumus riap tahunan rata-rata (Mean Annual Increment atau MAI), yaitu:
d
h
I d i  i (cm/ tahun)
I hi  i (m/tahun)
ti
ti
dimana:
: Riap diameter rata-rata tahunan dalam plot contoh ke-i (cm/tahun).
Id
i

Ih

: Riap tinggi rata-rata tahunan dalam plot contoh ke-i (m/tahun).

di

: Rata-rata diameter tanaman dalam plot contoh ke-i (cm)

hi

: Rata-rata tinggi tanaman dalam plot contoh ke-i (m)
: Umur tanaman dalam plot contoh ke-i (tahun).

i

ti

Persentase tumbuh tanaman adalah perbandingan antara jumlah tanaman
yang hidup dengan jumlah tanaman pada plot contoh yang diamati. Persamaan
nilai persentase tumbuh tanamah dihitung dengan cara:

T

 ni
 Ni

X 100%

4

dimana:
T
: persen tumbuh tanaman (%)
ni
: jumlah tanaman yang hidup pada plot ke-i

Ni

: jumlah tanaman yang ditanam pada plot ke-i
Persentase penutupan tajuk diukur untuk mengetahui jumlah radiasi sinar
matahari yang masuk kedalam lantai hutan. Data hasil pengukuran selanjutnya
dijumlahkan dengan menggunakan rumus:

%TI = 100 - Ti

dimana:
Ti
: Keterbukaan tajuk
TI
: penutupan tajuk
U,S,B,T: utara, selatan, barat , timur
1,04 : faktor koreksi
Pertumbuhan Shorea leprosula
Analisis data mengenai pertumbuhan tanaman S. leprosula dilakukan
dengan mengelompokkan data masing-masing umur menjadi beberapa kelas
diameter untuk mengetahui sebarannya (distribusi frekuensi). Analisis sebaran
frekuensi diameter dilakukan secara manual dengan menggunakan software
microsoft excel 2007. Pada tahap awal terlebih dahulu melakukan perhitungan
jangkauan (range) dari data dengan rumus jangkauan (R) yakni data terbesar
dikurangi dengan data terkecil dan menghitung banyaknya kelas (k) menggunakan
rumus sturgess: k = 1 + 3,3 log n, k ɛ bulat. Panjang interval kelas dihitung
menggunakan persamaan panjang kelas interval (i) yakni jangkauan (R) dibagi
dengan banyaknya kelas (k). Batas bawah kelas pertama dipilih dari data terkecil
yang berasal dari pelebaran jangkauan dan selisihnya kurang dari panjang interval
kelasnya, sehingga data terkecil harus masuk dalam kelas pertama sedangkan data
terbesar masuk pada kelas terakhir.
Kurva Pertumbuhan
Cara membuat kurva pertumbuhan adalah dengan cara memplotkan nilai
rata-rata diameter dan tinggi tegakan terhadap umur tegakan meranti. Umur
tegakan diletakkan pada sumbu absis (x), sedangkan diameter dan tinggi tegakan
pada sumbu ordinat (y).
Uji Normalitas Data
Analisis uji normalitas data menggunakan model analisis tes KolmogorofSmirnov, dengan taraf signifikan 0,05 menggunakan software Minitab 15. Normal
tidaknya data dilihat dari nilai signifikan dari masing-masing tes. Jika signifikan
(p ≤ 0,05) maka data tersebut tidak normal sebarannya, sedangkan jika tidak
signifikan (p ˃ 0,05) maka data tersebut normal sebarannya.

5

Analisis ANOVA
Analisis ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan software SPSS 16
untuk membandingkan rata-rata riap diameter dan tinggi pada tiap-tiap umur.
Analisis pertumbuhan S. leprosula terhadap semua faktor pertumbuhan tersebut
menggunakan sidik ragam dengan uji F. Kriteria pengambilan keputusan untuk
sidik ragam yakni jika:
1. Fhitung ≤ Ftabel , maka terima H0 artinya umur tanaman tidak berpengaruh
terhadap riap diameter dan tinggi S. leprosula pada tingkat nyata 0,05
2. Fhitung ˃ Ftabel , maka tolak H0 artinya umur tanaman berpengaruh terhadap riap
diameter dan tinggi S. leprosula pada tingkat nyata 0,05
Hasil sidik ragam yang menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji
lanjut Duncan pada taraf nyata 0,05.
Analisis Pertumbuhan terhadap Penutupan Tajuk
Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penutupan tajuk
terhadap pertumbuhan S. leprosula, yaitu dengan menggunakan analisis regresi
linier sederhana dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a ± bX
dimana:
Y
: riap diameter (cm/tahun), riap tinggi (m/tahun)
a
: intersep
b
: koefisien regresi
X
: penutupan tajuk (%)
Koefisien arah regresi linier dinyatakan dengan huruf b yang juga
menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap variabel X sebesar satu
bagian. Maksudnya ialah bila harga b positif, maka variabel Y akan mengalami
kenaikan atau pertambahan. Sebaliknya bila b negatif, maka variabel Y akan
mengalami penurunan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
PT Sarpatim memperoleh perpanjangan IUPHHK-HA definitif seluas ±
216.580 Ha untuk jangka waktu 45 tahun (periode 5 November 1992 sampai 5
November 2037) sesuai Kepmen Kehutanan No. 266/Menhut-II/2004 tanggal 21
Juli 2004, yang terdiri dari 157.380 Ha Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)
dan 59.200 Ha Kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK). Secara geografis, areal
IUPHHKA-HA PT Sarpatim terletak antara 111º55’ BT - 112º19’ BT dan 1º12’
LS - 1º56’ LS. Berdasarkan pembagian administrasi pemerintahan, areal
IUPHHKA-HA PT Sarpatim berada di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dan
berada pada tiga kabupaten, yakni Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten
Seruyan, dan Kabupaten Katingan.
Areal IUPHHK-HA PT Sarpatim berada pada kelompok hutan Sungai
Kalek-Sungai Nahiang. Berdasarkan batas-batas areal PT Sarpatim, terdapat areal

6

IUPHHK-HA PT Erna Juliawati dan PT Meranti Mustika di sebelah utara, areal
IUPHHK-HA PT Kayu Tribuana Rama, PT Berkat Cahaya Timber dan PT
Inhutani III di sebelah timur, areal HTI Trans PT Kusuma Perkasa Wana di
sebelah selatan, areal IUPHHK-HA PT Hutanindo Lestari Jaya Utama, PT Sentral
Kalimantan Abadi dan PT Intrado Jaya Intiga di sebelah barat.
Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pengamat curah
hujan areal IUPHHK-HA PT Sarpatim menurut pembagian tipe iklim Schmidt &
Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata per tahun
yakni 3.086 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 145 hari/tahun. Curah hujan
tertinggi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Januari dan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Juli sampai dengan bulan September.
Batuan yang terdapat pada areal IUPHHK-HA PT Sarpatim adalah batuan
terobosan Andesit (Tima), terobosan batuan Komplek Granit Mandahan (Kgm)
dan formasi Kuayan (Rvk). Hasil interpretasi peta topografi areal IUPHHK-HA
PT Sarpatim menunjukkan bahwa areal ini terdiri dari topografi datar dan
bergelombang dengan fisiografi yang bervariasi dari dataran, perbukitan dan
pegunungan dengan ketinggian ± 18-944 mdpl. Areal IUPHHK-HA PT Sarpatim
secara hidrologi memiliki 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS
Seruyan, DAS Mentaya, dan DAS Mentubar.
Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.
Pertumbuhan adalah proses yang terjadi pada tanaman yang
mengakibatkan perubahan dimensi ukuran tanaman yang semakin besar dan
menentukan hasil tanaman (Sitompul 1995). Pertumbuhan menjadi sangat penting
dalam pengelolaan hutan, pertumbuhan akan menghasilkan hasil hutan berupa
kayu. Oleh karena itu pertumbuhan pohon menjadi suatu tujuan dalam
merencanakan pengelolaan hutan. Pertumbuhan tanaman merupakan salah satu
indikator dari kelestarian fungsi produksi dimana untuk mengetahui indikator
tersebut kita perlu informasi produktivitas tanaman. Hasil pengukuran diameter,
laju pertumbuhan (riap), dan persentase hidup tanaman S. leprosula dalam sistem
silvikultur TPTJ di PT Sarpatim dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.
Rata-rata
Plot

Umur
(tahun)

Riap tahunan rata-rata
(MAI)

Diameter
(cm)

Tinggi
(m)

Diameter
(cm/tahun)

Tinggi
(m/tahun)

Persen
hidup
(%)


Sampel

232
216
303
279
338
317
280
354
352

TPTJ 2005

8

8,87

9,33

1,11

1,17

58,00

TPTJ 2006

7

10,58

11,15

1,51

1,59

54,00

TPTJ 2007

6

6,86

8,60

1,14

1,43

75,75

TPTJ 2008

5

7,42

8,10

1,48

1,62

69,75

TPTJ 2009

4

5,40

5,79

1,35

1,45

84,50

TPTJ 2010

3

3,67

4,95

1,22

1,65

79,25

TPTJ 2011

2

2,40

2,95

1,20

1,47

70,00

TPTJ 2012

1

1,71

1,87

1,71

1,87

88,50

TPTJ 2013

0,5

0,85

1,04

1,72

2,08

88,00

7

Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan rata-rata, riap dan persen hidup tanaman
S. leprosula yang ditanam pada tahun 2006 hingga tahun 2012 dalam sistem
silvikultur TPTJ. Pengukuran diameter batang pohon memiliki keakuratan dan
konsistensi cukup tinggi dalam menjelaskan produktivitas tanaman (pohon)
(Pamoengkas 2006). Pertumbuhan diameter dan tinggi rata-rata mengalami
peningkatan dari awal pertumbuhan hingga umur 5 tahun, setelah itu dari umur 6
tahun hingga umur 8 tahun terjadi fluktuasi. Rata-rata diameter dan tinggi terbesar
terdapat pada plot TPTJ 2006 dengan umur 7 tahun yakni dengan diameter
sebesar 10,58 cm dan tinggi 11,15 m, sedangkan yang terkecil terdapat pada plot
TPTJ 2013 dengan umur 0,5 tahun yakni dengan diameter sebesar 0,85 cm dan
tinggi 1,04 m. Hasil yang didapat lebih besar namun tidak jauh berbeda jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Randana (2012) dimana tanaman S.
leprosula umur 1 tahun mampu mencapai diameter 0,71 cm dan tinggi 0,81 m,
akan tetapi pada umur 7 tahun diameter dan tinggi yang diperoleh sedikit berbeda
yakni sebesar 8,73 cm dan 11,14 m.
Keadaan lingkungan yang beragam serta kebutuhan tanaman akan
lingkungan dapat menciptakan pertumbuhan yang bervariasi. Hal ini dapat
ditunjukkan pada hasil diameter rata-rata tanaman pada plot TPTJ 2007 sebesar
6,86 cm, nilai ini lebih kecil dibandingkan diameter rata-rata tanaman yang umur
nya lebih muda yakni pada plot TPTJ 2008 sebesar 7,42 cm. Hasil tersebut diduga
karena kondisi lingkungan pada plot TPTJ 2007 petak 78 AE memiliki kelerengan
agak curam, sedangkan pada topografi yang berlereng dapat mengakibatkan
perakaran secara mendatar sehingga kurang mendukung untuk tanaman dapat
berdiri tegak (Sumaryono 2000). Hasil lain dapat ditunjukkan pada plot TPTJ
2005 yang memiliki diameter dan tinggi rata-rata tanaman sebesar 8,87 cm dan
9,33 m, nilai ini lebih kecil dari pada tanaman yang lebih muda yakni pada plot
2006 dengan diameter dan tinggi rata-rata sebesar 10,58 cm dan 11,15 m.
Perbedaan nilai yang tejadi pada plot TPTJ 2005 dan TPTJ 2006 dapat diduga
karena pada plot TPTJ 2005 petak 76 AE terdapat tanaman tumbuh di areal
tergenang, sedangkan tanaman S. leprosula tidak toleran terhadap genangan
(Joker 2002). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Soekotjo (2009) dimana S.
leprosula tidak menyukai areal yang tergenang dan curam, tetapi lebih menyukai
areal yang berdrainase baik.
Menurut Supratman dan Alam (2009) riap adalah pertambahan diameter,
tinggi, volume, bidang dasar, mutu atau nilai suatu pohon selama jangka waktu
tertentu. Adapun riap yang digunakan adalah riap rata-rata tahunan (MAI), yaitu
besarnya riap rata-rata sampai pada umur tertentu. Fungsi riap ini merupakan hasil
bagi antara pertumbuhan sampai dengan umurnya (Loetsch et.al 1973).
Sehubungan dengan hal tersebut maka riap merupakan salah satu informasi untuk
mengetahui besarnya nilai penambahan tersebut.
Rata-rata riap diameter dan tinggi terbesar terdapat pada plot TPTJ 2013
umur 0,5 tahun yakni 1,72 cm/tahun dan 2,08 m/tahun, sedangkan yang terkecil
terdapat pada plot TPTJ 2005 dengan umur tanaman 8 tahun yakni dengan ratarata riap diameter dan tinggi 1,11 cm/tahun dan 1,17 m/tahun. Hasil yang didapat
lebih besar jika dibandingkan dengan hasil Randana (2012) dimana tanaman S.
leprosula umur 1 tahun mampu mencapai rata-rata riap diameter 1,23 cm/tahun
dan tinggi 1,40 m/tahun, sedangkan pada umur 7 tahun rata-rata riap diameter dan
tinggi yang diperoleh sebesar 1,40 cm/tahun dan 1,78 m/tahun.

8

Kebutuhan tanaman akan lingkungan menciptakan keragaman pada riap
diameter dan tinggi yang dihasilkan, dapat dilihat pada awal pertumbuhan yakni
umur 0,5 tahun sampai dengan 4 tahun tanaman S. leprosula terus memiliki riap
yang cukup besar, dimana pada fase ini tanaman berada pada fase juvenile yakni
hasil fotosintesis hanya digunakan untuk totipotensi sel (pembelahan sel dan
perkembangan sel) dan diferensiasi sel tahap pertama (sel membentuk organorgan vegetatif). Berbeda dengan umur 5 tahun sampai dengan 8 tahun tanaman
memiliki riap diameter dan tinggi relatif kecil, hal ini dapat disebabkan karena
pada fase ini hasil fotosintesis digunakan untuk proses metabolisme sehingga
untuk melakukan pertumbuhan menggunakan energi yang tersisa.
Status daya hidup tanaman ditunjukkan dengan nilai persentase tumbuh
tanaman. Nilai ini menunjukkan kemampuan adaptasi tanaman terhadap lokasi
tempat tumbuh. Persen hidup tanaman memiliki pengaruh yang besar terhadap
keberhasilan penanaman atau investasi tanaman. Pada plot TPTJ 2007, TPTJ
2009, TPTJ 2010, TPTJ 2012 dan TPTJ 2013 secara keseluruhan persentase hidup
tergolong cukup baik yakni rata-rata persen hidup sebesar 74,19%, hal ini sesuai
dengan pernyataan Suyana (2010) bahwa tanaman S. leprosula memiliki
persentase hidup cukup baik dengan rata-rara lebih 74% setelah ditanam satu
tahun di lapangan sebagai tanda dilaksanakannya kegiatan penyulaman.
Persentase hidup tertinggi terdapat pada plot TPTJ 2012 sebesar 88,50% dengan
jumlah sampel sebanyak 354 tanaman dan terendah pada plot TPTJ 2006 sebesar
54,00% dengan jumlah sampel sebanyak 216 tanaman. Semakin besar nilai
persentasi tumbuh tanaman maka kemampuan adaptasi tanaman juga semakin
tinggi. Penghitungan persentase hidup bermanfaat untuk mengevaluasi
keberhasilan pelaksanaan penanaman sehingga menjadi bahan pertimbangan
dalam upaya memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan penanaman.
Kurva Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.
Pola pertumbuhan tanaman membentuk grafik sigmoid (Bukhart 2003 dan
Radonsa et al 2003) yang dapat dirumuskan melalui persamaan eksponensial
(Brown 1997, Grant et al 1997 dan Radonsa et al 2003) dan polinomial (Porte
2001). Kurva pertumbuhan rata-rata diameter dan tinggi tanaman Shorea
leprosula Miq. pada sistem silvikultur TPTJ di Sarpatim dapat dilihat pada
Gambar 2.
20
y = 1,2253e0,2966x
R² = 0,8704

10

Tinggi (m)

Diameter (cm)

15

5
0

y = 1,4902e0,2838x
R² = 0,8564

15
10
5
0

0

2

4

6

Umur (tahun)
(a)

8

10

0

2

4

6

8

10

Umur (tahun)
(b)

Gambar 2 Kurva pertumbuhan rata-rata S. leprosula Miq.: (a) diameter; tinggi (b)

9

Gambar 2 menjelaskan pola pertumbuhan S. leprosula dengan diameter dan
tinggi rata-rata yang relatif sama. Riap diameter mengalami peningkatan dari
umur 1-5 tahun dan terjadi fluktuasi pada umur 6-8 tahun, sedangkan pada tinggi
terus terjadi peningkatan hingga umur 7 tahun kemudian menurun pada umur 8
tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lokasi pengamatan yang berbedabeda, sehingga faktor lingkungan sangat mempengaruhi terhadap pola
pertumbuhan tanaman, misalnya cahaya, suhu, kelembaban tanah, dan tindakan
silvikultur yang diberikan. Tindakan silvikultur yang memberikan pengaruh pada
faktor eksternal itu ialah dilakukannya pembebasan naungan pada jalur tanam,
sehingga memberikan ruang tumbuh tanaman (Pamoengkas 2010).
Persamaan kurva pertumbuhan rata-rata diameter tanaman S. leprosula ialah
y = 1.2253e0.2966x dan R2 = 0,8704 yang berarti bahwa umur tanaman berpengaruh
terhadap diameter tanaman sebesar 87,04%, sedangkan persamaan kurva
pertumbuhan rata-rata tinggi ialah y = 1.4902e0.2838x dengan persentase pengaruh
umur tanaman terhadap pertambahan tinggi tanaman sebesar 85,64%. Secara
keseluruhan kurva pertumbuhan diameter pada umur 0,5-8 tahun membentuk pola
eksponensial karena tanaman masih relatif muda sehingga akan terus mengalami
pertambahan diameter dan tinggi dengan bertambahnya umur.
Uji Normalitas Data Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.
Data pertumbuhan S. leprosula dapat diuji normalitasnya untuk mengetahui
normal atau tidaknya suatu data. Hal yang sama dikemukakan oleh Usman dan
Akbar (2006) bahwa uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah data
kontinu berdistribusi normal sehingga analisis dengan validitas, reabilitas, uji t,
korelasi dan regresi dapat dilaksanakan. Hasil uji normalitas data dapat dilihat
pada Tabel 2. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
Kolmogorof-Smirnov pada taraf signifikan 0,05.
Tabel 2 Uji normalitas pertumbuhan diameter Shorea leprosula Miq.
Plot

Umur

p (K-S)

∑ Sampel

Hasil uji

TPTJ 2005

8

0,01

232

tolak H0 (p ≤ 0,05)

TPTJ 2006

7

0,15

216

terima H0 (p > 0,05)

TPTJ 2007

6

0,01

303

tolak H0 (p ≤ 0,05)

TPTJ 2008

5

0,07

279

terima H0 (p > 0,05)

TPTJ 2009

4

0,01

338

tolak H0 (p ≤ 0,05)

TPTJ 2010

3

0,04

317

tolak H0 (p ≤ 0,05)

TPTJ 2011

2

0,01

280

tolak H0 (p ≤ 0,05)

TPTJ 2012

1

0,01

354

tolak H0 (p ≤ 0,05)

TPTJ 2013

0,5

0,01

352

tolak H0 (p ≤ 0,05)

Tabel 2 mununjukkan hasil uji normalitas pertumbuhan diameter S.
leprosula pada umur 0,5 sampai 8 tahun. Plot TPTJ 2006 dan TPTJ 2008
memiliki sebaran diameter yang normal karena nilai sebaran pertumbuhan
diameternya tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95% (p > 0,05) sehingga nilai
tersebut menunjukkan tegakannya mengikuti prinsip tegakan seumur. Berbeda
halnya dengan plot TPTJ 2005, TPTJ 2007, TPTJ 2009, TPTJ 2010, TPTJ 2011,
TPTJ 2012 dan TPTJ 2013 memiliki sebaran diameter tidak normal karena

10

menghasilkan nilai sebaran pertumbuhan diameternya signifikan pada taraf
kepercayaan 95% (p ≤ 0,05) sehingga nilai tersebut menunjukkan tegakannya
tidak mengikuti prinsip tegakan seumur.
Sebaran Kelas Diameter Shorea leprosula Miq.
Tegakan yang semua pohonnya ditanam pada tahun yang sama atau pada
waktu yang bersamaan dan ditandai dengan tajuk yang seragam disebut dengan
tegakan hutan seumur. Untuk mengetahui sebaran pertumbuhannya ialah dengan
melihat jumlah frekuensi terbesar pohon yang berada pada kelas diameter yang
diwakili oleh rata-rata tegakannya dan pohon-pohon lebih sedikit pada kelas yang
di atas atau di bawah rata-ratanya (Daniel et al. 1987).
Gambar 4 menunjukkan bahwa frekuensi diameter terbanyak per tahun
tanam berada pada rata-rata diameternya yakni pada plot TPTJ 2006 dan TPTJ
2008, sedangkan jumlah frekuensi terbanyak berada pada kelas dibawah atau di
atas rata-ratanya terdapat pada plot TPTJ 2005, TPTJ 2007, TPTJ 2009, TPTJ
2010, TPTJ 2011, TPTJ 2012 dan TPTJ 2013. Sehingga plot yang dapat
dikategorikan tegakan seumur ialah hanya pada plot TPTJ 2006 dan 2008, karena
sesuai dengan prinsip tegakan seumur yang membentuk kurva lonceng.
Penyebab frekuensi diameter terbanyak tidak berada pada diameter rataratanya sehingga pertumbuhan tidak mencirikan tegakan seumur adalah
rendahnya kemampuan adaptasi tanaman terhadap lingkungan. Oleh karena itu
jumlah tanaman yang memiliki diameter kecil cukup banyak, sehingga akan
menggambarkan kurva yang agak condong ke kiri. Tindakan silvikultur
memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman, dimana dalam sistem
silvikultur TPTJ dilakukan pembebasan naungan untuk memberikan kesempatan
ruang tumbuh yang optimal dengan adanya cahaya yang masuk dapat mengurangi
persaingan antar tanaman dalam memperoleh hara dan mineral.
Mutia (2013) menyatakan bahwa tanaman S. leprosula merupakan jenis
semi toleran sehingga membutuhkan naungan pada umur 3-4 tahun atau pada
pertumbuhan tinggi 1-3 m. Hal yang sama dikemukakan Soerianagara dan
Indrawan (2008) bahwa sifat toleran ini sering berubah dengan umur pohon.
Anakan pohon seringkali bersifat toleran, tetapi selanjutnya mungkin terjadi light
demanding, sebagaimana halnya S. leprosula. Hal ini terlihat pada pada plot TPTJ
2010, TPTJ 2011,2012, dan 2013 yang memiliki umur relatif masih muda
sehingga jumlah frekuensi terbanyak tidak berada pada rata-rata diameternya.
Hubungan umur tanaman terhadap pertumbuhan Shorea leprosula Miq.
Tanaman dalam siklus hidupnya mengalami berbagai tahapan dan peristiwa
yang panjang sehingga dapat terciptanya tegakan pohon dengan berbagai manfaat
dan tujuan. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa adanya perubahan
penampilan tanaman dengan pertambahan umur seperti dalam ukuran keseluruhan
tubuh tanaman atau bagian-bagian tanaman. Hasil analisis hubungan umur
tanaman terhadap riap tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.

11

TPTJ 2005

Mean = 10,58 cm
31 31 40 33 30
17
15 13
6

Mean = 8,87 cm

52
39

31

33

33

Frekuensi

Frekuensi

60
50
40
30
20
10
0

TPTJ 2006

20

12

6

6

60
40
20
0

Diameter (cm)
(b)

Diameter (cm)
(a)

TPTJ 2008

TPTJ 2007
80
60
40
20
0

39

62 55 57

41

13

18

9

6

Frekuensi

Frekuensi

Mean = 6,86 cm

3

80
60
40
20
0

15

40 38

Diameter (cm)
(c)

7

Frekuensi

Frekuensi

56 47
40 37 48 37
34
28
4

51 56 52

80
60
40
20
0

Mean = 2,40 cm

10

Mean = 3,67 cm
34
14 10

18 14

6

4

TPTJ
2012
76

80
Frekuensi

Frekuensi

2

2

Diameter (cm)
(f)

46 42 44 42 48
16

5

63

25

Diameter (cm)
(e)

60
40
20
0

24 33 13

TPTJ 2010

Mean = 5,40 cm

TPTJ 2011

Mean = 7,42 cm
46

Diameter (cm)
(d)

TPTJ 2009
60
40
20
0

63

50

60

58

40

67

Mean = 1,71 cm

51
26

13

20

7

1

5

0
Diameter (cm)
(g)

Diameter (cm)
(h)

Frekuensi

TPTJ 2013
92

100
50

5

28

Mean = 0,85 cm

69 71
44

20

7

8

8

0

Diameter (cm)
(i)

Gambar 3 Sebaran kelas diameter S. leprosula pada plot: (a) TPTJ 2005; (b)
TPTJ 2006; (c) TPTJ 2007; (d) TPTJ 2008; (e) TPTJ 2009; (f) TPTJ
2010; (g) TPTJ 2011; (h) TPTJ 2012; (i) TPTJ 2013

12

Tabel 3 Hubungan umur tanaman terhadap rata-rata riap Shorea leprosula Miq.
Riap rata-rata tahunan (MAI)

Umur (tahun)

Diameter (cm/tahun)

Tinggi (m/tahun)

0,5

1,72a

2,08a

1

1,71a

1,87b

2

1,2de

147d

3

1,22d

1,65c

4

1,35

c

1,45d

5

1,48b

1,62c

6

1,14de

1,43d

7

1,51b

1,59c

8

e

1,17e

1,11

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 0,05

Tabel 3 menunjukkan bertambahnya umur tanaman S. leprosula pada sistem
silvikultur tebang pilih tanam jalur terhadap pertumbuhan riap diameter dan tinggi
menghasilkan rata-rata riap diameter dan tinggi yang berbeda nyata pada taraf
0,05. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan rata-rata riap diameter dan tinggi
terbaik terdapat pada tanaman umur 0,5 tahun sebesar 1,72 cm/tahun dan 2,08
m/tahun, sedangkan terendah terdapat pada tanaman umur 8 tahun dengan ratarata riap diameter dan tinggi sebesar 1,11 cm/tahun dan 1,17 m/tahun. Kemudian
jika membandingkan nilai rata-rata riap diameter antara tanaman umur 0,5 tahun
dengan tegakan normal (umur 5 tahun dan 7 tahun) keduanya memiliki nilai tidak
berbeda secara signifikan, sedangkan rata-rata riap tinggi keduanya cukup
berbeda secara signifikan. Faktor-faktor pertumbuhan sangat mempengaruhi riap
yang dihasilkan baik faktor internal maupun eksternal, sehingga perlu adanya
tindakan untuk meningkatkan pertumbuhan yang memberikan hasil
menguntungkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Teknik silvikultur intensif
sangat cocok diterapkan di sistem silvikultur TPTJ sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas tanaman, pada teknik ini terdapat tiga elemen utama
silvikultur yang dipadukan yakni pemilihan spesies target yang telah dimuliakan,
manipulasi lingkungan dan pengendalian hama penyakit terpadu.
Penutupan Tajuk Terhadap Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.
Tanaman mampu bertahan hidup dalam keadaan tertentu harus memiliki
unsur-unsur penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut bervariasi pada setiap jenis dan keadaan, sehingga suatu jenis mempunya
batas toleransi terhadap unsur yang dibutuhkan tersebut. Konsep ini juga
dikemukakan oleh Irwan (2007) bahwa suatu faktor atau beberapa faktor
dikatakan penting apabila pada suatu waktu tertentu atau faktor-faktor tersebut
sangat mempengaruhi hidup dan perkembangan tumbuh-tumbuhan, karena
terdapat dalam batas minimum, maksimum dan optimum menurut batas-batas
toleransi dari tumbuhan tersebut. Hasil pengukuran penutupan tajuk terhadap
pertumbuhan S. leprosula disajikan pada Tabel 4.

13

Tabel 4 Persentase penutupan tajuk terhadap rata-rata riap Shorea leprosula Miq.
Riap tahunan rata-rata (MAI)
Diameter (cm/tahun)

Tinggi (m/tahun)

Penutupan tajuk
(%)

TPTJ 2005

1,11

1,17

80,81

TPTJ 2006

1,51

1,59

71,00

TPTJ 2007

1,14

1,43

80,95

TPTJ 2008

1,48

1,62

77,16

TPTJ 2009

1,35

1,45

72,13

TPTJ 2010

1,22

1,65

78,43

TPTJ 2011

1,20

1,47

69,64

TPTJ 2012

1,71

1,87

53,45

TPTJ 2013

1,72

2,08

49,88

Plot

Tabel 4 menunjukkan hasil riap pertumbuhan S. leprosula terbaik adalah
pada plot TPTJ 2013 dengan penutupan tajuk sebesar 49,88% dan menghasilkan
rata-rata riap diameter dan tinggi sebesar 1,72 cm/tahun dan 2,08 m/tahun,
sedangkan dengan penutupan tajuk sebesar 80,81% menghasilkan riap
pertumbuhan terkecil yaitu rata-rata riap diameter dan tinggi sebesar 1,1 cm/tahun
dan 1,17 m/tahun. Pada tegakan normal yakni pada TPTJ 2006 penutupan tajuk
sebesar 71,00% dan TPTJ 2008 sebesar 77,16%. Dapat terlihat bahwa
pertumbuhan S. leprosula dapat tumbuh dengan baik pada persentase penutupan
tajuk yang rendah, dan akan menurun pertumbuhannya pada persentase penutupan
tajuk yang tinggi. Hal ini didukung oleh contoh kegiatan pembukaan tajuk yang
dilakukan oleh PT Sari Bumi Kusuma dimana hasilnya tanaman spesies target
yang terbuka dibandingkan dengan yang masih ternaung beda pertumbuhan
diameternya bisa mencapai 20-30% (Soekotjo 2009).
Hubungan Penutupan Tajuk Terhadap Pertumbuhan Shorea leprosula Miq.
Cahaya menjadi suatu kebutuhan suatu tanaman untuk melakukan proses
fotosintesis dimana hasil fotosintesis berupa energi digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman tersebut. Hal ini juga dikemukakan Irwan (2007)
bahwa untuk melakukan kerja dibutuhkan energi, misalnya pada perkembangan
dan pertumbuhan tanaman tersusunlah materi menjadi kayu. Upaya tindakan
silvikultur dalam memberikan ruang tumbuh tersebut adalah membebaskan
tanaman dari tutupan tajuk. Soekotjo (2009) menyatakan bahwa ruang tumbuh
tidak hanya kerapatan pohon, tetapi juga ruang agar sinar matahari bisa ditangkap
oleh pohon yang dirancang menjadi pohon kandidat masa mendatang. Hasil
analisis regresi untuk mengetahui hubungan penutupan tajuk terhadap riap
diameter dan tinggi tanaman S. leprosula disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Persamaan regresi penutupan tajuk terhadap rata-rata riap Shorea
leprosula Miq.
Faktor
Penutupan Tajuk

Variabel

Persamaan regresi

R



Riap diameter

Y = 128.424 – 42.058X*

0,852

0,726

Riap tinggi

Y = 128.286 – 36.366X*

0,842

0,709

Y = riap diameter dan tinggi rata-rata; X = faktor penutupan tajuk; R = koefisien korelasi; R 2 = koefisien determinasi;
*signifikan pada taraf 95%

14

Tabel 5 menunjukkan bahwa penutupan tajuk berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan riap diameter tanaman S. leprosula sebesar 72,6% dengan kekuatan
korelasi sangat kuat yakni sebesar 0,852. Hasil yang sama ditunjukkan pada riap
tinggi yang dihasilkan bahwa penutupan tajuk berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan riap diameter tanaman S. leprosula sebesar 70,9% dengan kekuatan
korelasi sangat kuat yakni sebesar 0,842. Nilai b negatif pada persamaan regresi
mempunyai arti bahwa semakin besar persentase penutupan tajuk maka riap
diameter dan tinggi yang dihasilkan akan semakin kecil. Indriyanto (2008)
menyatakan bahwa riap pohon dalam tegakan hutan binaan sangat ditentukan oleh
posisi tajuk pohon dalam tegakan hutan. Pohon yang leluasa untuk menerima
sinar matahari akan mempunyai riap paling besar dibandingkan dengan pohon
yang ternaungi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pertumbuhan S. leprosula umur 0,5 tahun sampai 8 tahun memiliki sebaran
diameter tidak normal kecuali pada plot TPTJ 2006 dan TPTJ 2008. Adanya
penutupan tajuk yang lebih rapat pada umur 8 tahun dan 6 tahun menghasilkan
riap diameter dan riap tinggi yang lebih rendah dibandingkan umur tanaman
lainnya. Persentase penutupan tajuk pada tegakan normal TPTJ 2006 sebesar
71,00% dan TPTJ 2008 sebesar 77,16%.

Saran
Tindakan silvikultur dengan pemiliharaan tanaman dalam jalur perlu
ditingkatkan secara menyeluruh dengan cara, pelebaran jalur, pembebasan
naungan, dan pemilihan bibit unggul untuk tanaman operasional.

DAFTAR PUSTAKA
Brown S. 1997. Estimating Biomass Change of Tropical Forest a Primer. FAO
Forestry Paper No. 134. FAO USA.
Burkhart HE. 2003. Suggestion for Choosing an Appropriate Level for
Modelling Forest Stand. In Amaro, Reed D, Soares P, editors. Modelling
Forest System. CABI Publishing.
Daniel TW, Helms JA, Baker F. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Marsono D,
penerjemah; Oemi HS, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Terjemahan dari:
Principles of Silviculture.
Grant WE, Pedersen EK, Marin SL. 1997. Ecology and Natural Resources
Management. Systems Analysis and Simulation. John Wiley and Sons, Inc.
Irwan ZD. 2007. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

15

Joker D. 2002. Informasi Singkat Benih: Shorea leprosula Miq. Jakarta:
Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Loetsch, F., K. E. Haller dan F. Zohrer. 1973. Forest Inventory. Vol II. Blv
Verlagsgesellschaft, Munchen.
Mutia, L. 2013. Hubungan lebar jalur tanam dengan pertumbuhan meranti merah
(Shorea leprosula Miq.) dalam sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pamoengkas P. 2006. Kajian Aspek Vegetasi dan Kualitas Tanah Sistem
Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di Areal HPH PT. Sari
Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah) [disertasi].
Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
____________. 2010. Analisis pertumbuhan tanaman dalam sistem silvikultur
tebang pilih tanam jalur (TPTJ) di areal IUPHHK-HA PT. Sarpatim,
Kalimantan Tengah [tidak dipublikasikan]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Porte A, Bartelink HH. 2001. Modelling Mixed Forest Growth: A Riview of
Model for Forest Management. Eco Model Journal.
Radonsa PJ, Koprivica MJ, Lavadinovic VS. 2003. Modelling Current Annual
Height Increment of Young Douglas-fir Stands at Different site. In Amaro A,
Reed D, Soares P, editors. Modelling Forest System. CABI Publishing.
Randana, F. 2012. Respon pertumbuhan meranti merah terhadap lebar jalur
tanam dan intensitas cahaya matahari dalam sistem silvikultur TPTJ (studi
kasus di areal PT Sarpatim Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
Sitompul, Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: UGM
Press.
Soekotjo. 2009. Teknik Silvikultur Intensif (SILIN). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sumaryono. 2000. Sebaran diameter pohon ditinjau dari oksilasi residu persamaan
regresinya di areal HPH PT. LIMBANG GANECA. Jurnal Ilmiah Kehutanan
RIMBA Kalimantan 4(1):1-14.
Suparman, Alam S. 2009. Manajemen Hutan. Tamalanrea: Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin.
Supriyanto, Irawan US. 2001. Teknik Pengukuran Penutupan Tajuk dan
Pembukaan Tajuk Tegakan dengan Menggunakan Spherical Densiometer.
Bogor: Laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP.
Suyana A. 2010. Uji coba pertumbuhan tiga kelas mutu bibit meranti merah di
tiga hak pengusahaan hutan model di Kalimantan. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Hutan 7(1):1-12.
Usman H, Akbar PS. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.
Wahyudi. 2009. Selective Cutting and Line Enrichment Planting Silvicultural
System Development on Indonesian Tropical Rain Forest, In: GAFORNInternational Summer School, Geor-August Universitat Gottingen and
Universitat Dresden, Germany.

16

LAMPIRAN
Lampiran 2 Sidik ragam umur tanaman terhadap riap diameter Shorea leprosula
dalam sistem silvikultur TPTJ
Source
Corrected Model
Intercept
Tahun
Error
Total
Corrected Total

Type III Sum
of Squares
130.797a
4956.835
130.797
962.914
6296.079
1093.711

df

Mean Square
16.35
4956.84
16.35
0.362

8
1
8
2662
2671
2670

F

Sig.

45.199
1.37E+04
45.199

0
0
0

Lampiran 3 Uji beda nyata Duncan umur tanaman terhadap riap diameter Shorea
leprosula dalam sistem silvikultur TPTJ
Tahun

N

2005
2007
2011
2010
2009
2008
2006
2012
2013
Sig.

232
303
280
317
338
279
216
354
352

1
1.1097
1.1434
1.2023

Subset
3

2

4

5

1.1434
1.2023
1.2219
1.3512
1.4839
1.5122

0.08

0.14

1

0.573

1.7014
1.7048
0.946

Lampiran 4 Sidik ragam umur tanaman terhadap riap tinggi Shorea leprosula
dalam sistem silvikultur TPTJ
Source
Corrected Model
Intercept
Tahun
Error
Total
Corrected Total

Type III Sum
of Squares
171.122a
6591.624
171.122
814.236
7973.585
985.358

df
8
1
8
2662
2671
2670

Mean Square
21.39
6591.62
21.39
0.306

F

Sig.

69.931
2.16E+04
69.931

0
0
0

17

Lampiran 5 Uji beda nyata Duncan umur tanaman terhadap riap tinggi Shorea
leprosula dalam sistem silvikultur TPTJ
Tahun

N

2005
2007
2009
2011
2006
2008
2010
2012
2013
Sig.

232
303
338
280
216
279
317
354
352

1
1.1665

2

Subset
3

4

5

1.434
1.4492
1.474
1.5932
1.6202
1.6482
1.8685
1

0.417

0.263

2.0811
1

1

Lampiran 6 Hasil analisis regresi penutupan tajuk terhadap riap diameter tanaman
Shorea leprosula

Model

R

R
Square

Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate

1
.852a 0.726
0.687
a. Predictors: (Constant), Diameter
b. Dependent Variable: Penutupan

6.3893

ANOVAb
Model
df
Sum of Squares
Mean Square
Regression
756.388
1
756.388
1 Residual
285.762
7
40.823
Total
1042.15
8
a. Predictors: (Constant), Diameter
b. Dependent Variable: Penutupan

Unstandardized
Coefficients
Model
Std.
B
Error
(Constant) 128.424 13.651
1
Diameter -42.058 9.771
a. Dependent Variable: Penutupan

DurbinWatson

Coefficientsa
Standardized
Coefficients

t

1.498

F
18.528

Sig.

Beta
-0.852

Sig.
.004a

Collinearity
Statistics
Tolerance

9.408
-4.304

0
0.004

1

VIF
1

18

Lampiran 7 Hasil analisis regresi penutupan tajuk terhadap riap diameter tanaman
Shorea leprosula

Model

R

R Square

Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate

1
.842a
0.709
0.668
a. Predictors: (Constant), Tinggi
b. Dependent Variable: Penutupan

6.57846

ANOVAb
Model
df
Sum of Squares
Regression
739.217
1
1 Residual
302.933
7
Total
1042.15
8
a. Predictors: (Constant), Tinggi
b. Dependent Variable: Penutupan

Unstandardized
Coefficients
Model
Std.
B
Error
(Constant) 128.286 14.181
1
Tinggi
-36.366 8.799
a. Dependent Variable: Penutupan

DurbinWatson

Mean Square
739.217
43.276

Coefficientsa
Standardized
Coefficients

t

2.05

F
17.081

Sig.

Beta
-0.842

Sig.
.004a

Collinearity
Statistics
Tolerance

9.047
-4.133

0
0.004

1

VIF
1

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur, 19 Juni 1992 dari pasangan Damdam
Suparman dan Emi Sumirat. Penulis adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Tahun
2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cianjur dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Tulis Mandiri (UTM)
dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti organisasi Rimbawan
Pecinta Alam (RIMPALA) Fakultas Kehutanan dan Himpunan Profesi Tree
Grower Community (TGC). Saat mengikuti organisasi RIMPALA, penulis
menjabat sebagai Ketua Biro Kesekretariatan periode 2012-2013 dan anggota
divisi Olahraga Alam Bebas sedangkan untuk organisasi TGC penulis menjabat
sebagai anggota divisi Agroforestry Group. Kepanitiaan yang diikuti yaitu ketua
panitia divisi Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi (PDD) kegiatan Prussiking
Contest Rimpala SRT Competition, anggota panitia kegiatan 3rd Rimpala Fun
Rafting, ketua panitia divisi Konsumsi Pendidikan Latihan Dasar Rimbawan
Pecinta Alam (Rimpala), anggota Tim Ekspedisi Besar Rimpala Fahutan. Selama
menuntut ilmu di IPB penulis pernah mendapatkan beasiswa BBM. Penulis
melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di PangandaranGunung Sawal, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW) Sukabumi serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT
Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim) Kalimantan Tengah. Untuk Memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pertumbuhan Meranti M

Dokumen yang terkait

Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan Di Iuphhk – Ha (Studi Kasus Di Iuphhk – Ha Pt.Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah )

1 18 96

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah)

1 15 5

Kualitas Tanah pada Areal Tebang Pilih Tanam Jalur di IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma Provinsi Kalimantan Tengah

0 6 5

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Kualitas tanah pada sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur(TPTJ) di areal kerja IUPHHK/HA PT. Sari Bumi Kusuma provinsi Kalimantan Tengah

1 14 77

Kualitas Tanah pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat

0 6 30

Hubungan Lebar Jalur Tanam dengan Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur

0 4 31

Tabel Volume Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) dan Meranti Kuning (Shorea multiflora Miq) di Areal IUPHHK Provinsi Kalimantan Tengah

0 4 35

Komposisi Functional Species Group pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Area IUPHHK-HA PT Sarpatim, Kalimantan Tengah

0 12 37