Pengalaman keluarga dalam merawat penderita TB paru di rumah wilayah kota Sibolga

berobat kurang dari 6 bulan, dan 5 orang penderita berobat lebih dari 6 bulan. Dari delapan partisipan, tujuh orang pernah mengalami putus obat, dan satu orang tidak pernah mengalami putus obat. Dari delapan partisipan, delpan orang menagalami kekambuhan penyakit. Data demografi partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1. TABEL 4.1 KARAKTERISTIK PARTISIPAN K P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 IN Ny. R Ny. A Nn. I Ny. M Ny. H Nn. P Ny. K Ny. Y U 42 30 27 35 38 25 45 48 AG Islam Islam Islam Islam KP Islam Islam Islam SK J BT BM BM BT BT BM BM PT SMP SMA S1 D3 SMP D3 SMP SMA PJ WS IRT PNS PNS LL LL IRT PNS Keterangan: IN : Iisial Nama p : Partisipan U : Usia KP : Kristen Protestan AG : Agama J : Jawa SK : Suku BT : Batak Toba PT : Perguruan Tinggi BM : Batak Mandailing PJ : Pekerjaan WS : Wiraswasta IRT : Ibu Rumah Tangga PNS : Pegawai Negeri Sipil LL : Lain-lain

3. Pengalaman keluarga dalam merawat penderita TB paru di rumah wilayah kota Sibolga

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini mendapatkan 5 tema terkait pengalaman keluarga dalam merawat penderita Tb Paru di Rumah wilayah kota Sibolga meliputi 1 melakukan pencegahan terhadap penularan Tb paru pada keluarga, 2 Respon keluarga dalam merawat penderita TB Paru, 3 Mengidentifikasi gejala TBC pada penderita, 4 Dampak selama perawatan penderita TB Paru, 5 Hambatan yang dialami kelaurga dalam merawat penderita TB Paru. Matriks tema dapat dilihat pada Tabel 4.2. 3.1. Melakukan pencegahan terhadap penularan Tb Paru pada keluarga Berdasarkan analisa data didapatkan ada 4 makna yang dilakukuan keluarga dalam pencegahan menurut partisipan yaitu 1 menggunakan alat pelindung diri APD, 2 tindakan yang dilakukan dirumah, 3 memodifikasi lingkunagn rumah, 4 memotivasi penderita TB Paru selama proses penyembuhan. 1. Menggunakan alat pelindung diri APD Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa melakukan pencegahan terhadap penularan TB Paru dengan selalu memakai alat pelindung diri ketika berkomunikasi. Bentuk dari alat pelindung diri yaitu memakai masker ketika berkomunikasi. a. Memakai masker ketika berkomunikasi Beberapa partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa salah satu alat pelindung diri yang dilakukan keluarga terhadap penderita dengan menggunakan masker ketika berkomunikasi dan pada saat keluar rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut : “S uami saya harus memakai masker kalau mau ngomong dengan anak-anak saya dan kalau dia pergi keluar rumah juga saya Universitas Sumatera Utara selalu menyuruh memakai masker karna kan penyakit ini sangat mudah menular pada orang lain”. Partisipan 1 “K alau anak saya ingin ngobrol dengan kakak atau adiknya dia selalu saya ingatkan memakai masker, takut tertular juga dengan kakak atau adiknya. karena yang saya tahu penyakit ini sangat cepat menular”. Partisipan 4 2. Tindakan yang dilakukan keluarga dirumah Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan telah melakukan pencegahan yang dilakukan di rumah terhadap penularan TB Paru pada keluarga dengan tindakan yang dilakukan dirumah yaitu mengingatkan penderita ketika batuk, membedakan alat makan, menjaga jarak ketika sipenderita batuk, memisahkan tempat tidur sipenderita dengan keluarga, menjemur kasur, dan membuka jendela rumah setiap hari. a. Mengingatkan sipenderita ketika batuk Dua partisipan dalam penelitian ini mengatakan mengingatkan sipenderita untuk menutup mulut agar saat batuk kuman TBC tidak menyebar ke udara dan dapat menyebabkan penularan Tb paru. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “K ami selalu mengingatkan anak saya ketika anak saya lupa menutup mulut saat batuk didepan kami. ini pun saya tahu karena dokter pernah mengatakannya dengan saya, makanya saya lakukan itu pada anak saya, itu kjuga saya lakukan untuk kepentingan keluarga juga”. Partisipan 7 “Terkadang saya selalu mengingatkan suami saya kalau batuk itu agar mulutnya di tutup, biar yang lain tidak terkenak batuknya”. Paritisipan 8 Universitas Sumatera Utara b. Membedakan alat makan dengan sipenderita Tiga partisipan mengatakan membedakan alat makan yang dipakai sipenderita seperti sendok, piring dan gelas perlu dipisahkan untuk mencegah penularan TB Paru keanggota keluarga lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “di rumah saya sudah membedakan piring, gelas dan sendok suami saya, agar anak- anak tidak memakainya ”. Paritisipan 1 “S aya dirumah memisahkan makanan suami saya dengan makanan kami, dan alat makannya juga sudah saya bedain dengan yang lain seperti piring, sendok, gelas. Takutnya anak-anak saya memakai alat makan bapaknya ”. Partisipan 2 “s aya juga sudah membedakan mana tempat makan dan minumnya, agar anggota keluarga saya yang lainnya tidak memakainya ”. Partisipan 4 c. Menjaga jarak ketika sipenderita batuk Dua partisipan mengatakan sipenderita menjaga jarak ketika batuk, ini lakukan agar kuman yang keluar saat penderita batuk tidak terhisap oleh anggota keluarga yang sehat sehingga penularan dapat dicegah. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “K alau batuk suami saya jauh dari anak-anak, dan saya juga mengingatkan suami saya agar jangan buang dahak atau meludah sembarangan ”. Partisipan 1 “A nak saya selalu menjauh kalau lagi batuk dari kakak dan adiknya, karena itu sudah saya ingatkan terlebih dahulu, ya..untung saja dia ingat dengan kata- kata saya itu ”. Partisipan 2 Universitas Sumatera Utara d. Memisahkan tempat tidur sipenderita dengan keluarga Satu partisipan dalam penelitian ini mengatakan memisahkan tempat tidur sipenderita dengan keluarga adalah salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit TB Paru ke anggota keluarga lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “ Untuk sementara ini ibu saya tidur sendiri, untuk mengurangi gejala - gejala yang bisa menular dengan anggota keluarga yang lain, seperti bapak, adik, dan lainnya ”. Partisipan 2 e. Menjemur kasur Tiga partisipan dalam penelitian ini mengatakan menjemur kasur penderita TB Paru perlu dilakukan untuk membunuh kuman TBC yang mungkin tertinggal pada kasur. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “S aya selalu menjemur kasur dan bantalnya diluar, dua atau tiga hari sekali, agar suami saya cepat sembuh ”. Partisipan 1 “S aya juga menjemur kasurnya, biasanya dua hari sekali, biar kumannya mati dan tidak menyebar kemana- mana ”. Partisipan 2 “T empat tidurnya harus ibu jemur seminggu seklai, kalau bisa tiap hari, agar kumannya mati”. Partisipan 4 f. Membuka jendela rumah setiap hari Dua partisipan dalam penelitian ini mengatakan membuka jendela rumah perlu dilakukan untuk membunuh kuman TBC. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “ Saya juga membuka jendela rumah saya tiap hari, terutama pagi kalau lagi bersih- bersih rumah dibuka biar sehat ”. Partisipan 1 Universitas Sumatera Utara “ S aya selalu melakukan membuka jendela rumah setiap hari, biar udara masuk dan tidak pengap”. Partisipan 2 3. Memodifikasi lingkungan rumah Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan melakukan memodifikasi lingkungan rumah. Memodifikasi lingkungan rumah yang dilakukan yaitu menyiapkan tempat khususatau tempat membuang dahak, dan membersihkan rumah seminggu sekali. a. Menyiapkan tempat khusus atau tempat membuang dahak Dua partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa telah menyiapkan tempat khusus untuk dahak penderita TB Paru perlu disediakan agar kuman TBC yang terkandung dalam dahak tidak tersebar dan mengaitkan penularan keanggota keluarga yang sehat. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “ S aya siapin tempatnya, pake toples dilapisin plastik. Agar bapak gak sembarangan membuang dahak atau ludahnya”. Partisipan 1 “ K alau ibu sih sudah nyiapin palstik, dimasukin plastik aja. Dan ibu letakkan disampingnya”. Partisipan 2 b. Membersihkan rumah seminggu sekali Satu partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa membersihkan rumah seminggu sekali. ini dilakukan agar rumah dalam keadaan bersih dan kuman tidak menyebar. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “S aya melakukan ini setiap seminggu sekali membersihkan rumah,agar rumah saya bersih, dan debu juga tidak ada karna debu bisa membuat kita batuk dan hidup k ita juga tidak sehat”. Universitas Sumatera Utara Partisipan 2 4. Memotivasi penderita TB Paru selama proses penyembuhan Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan memberikan motivasi kepada penderita TB Paru selama proses penyembuhan, seperti memberikan kebutuhan pada sipenderita, memberikan semanagat pada sipenderita untuk selalu minum obat, dan memberikan perhatian. a. Memberikan kebutuhan pada sipenderita Dua partisipan dalam penelitian ini mengatakan memberikan kebutuhan pada sipenderita, seperti membutuhkan sesuatu yang diperlukannya. Misalnya dalam memberikan makanan sehat dan bergizi. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “K ami sekeluarga merawat anak saya, kalau saya dan suami saya pergi bekerja, ada tantenya yang menjaga dan merawatnya, seperti menolong ketika membutuhkan sesuatu diluar kemampuannya, kayak mengambilkan obatnya, makan, dan minumnya. Dan kami juga memberikan kebutuhan makanannya dengan menambahkan vitamin-vitan tambahan, seperti vitamin C, sayur-sayuran dan buah- buahan ”. Partisipan 1 “S aya selalu menjaga ibu saya, merawat, dan memberikan obat kayak mengawasi menelan minum obat, karna ibu saya gak tahu obat mana saja yg diminumnya, dan ibu saya juga agak susah berjalan karna ada sakit dikakinya. Jadi saya yang selalu memberikan kebutuhan ibu saya. makanannya juga saya jaga dan memebrikan makanan yang sehat dan bergizi ”. Partisipan 3 b. Memberikan semangat pada sipenderita untuk selalu minum obat Empat partisipan dalam penelitian ini mengatakan memberikan semangat pada penderita untuk selalu minum obat. sikap keluarga dlam memberikan Universitas Sumatera Utara semangat untuk minum obat bertujuan agar penderita tidak merasa bosan dalam minum obat. hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut : “S aya dsini sebagai istirnya tetap merawat bapak, dan saya selalu memberikan semangat pada bapak setiap kali bapak mau minum obat, hanya dukungan dari keluarga saya dan motivasi dari keluarga nya makanya bapak gak bosan-bosan minum obat, untuk kesembuhannya juga”. Partisipan 1 “K alau saya selalu memberikan dukungan dan semangat pada ibu saya, terutama semangat dari ayah saya dan anaknya yang lain, karena dengan adanya dukungan ibu saya sellau sabar menjalani pengobatanya ”. Partisipan 3 “K eluarga saya selalu memberikan semangat pada anak saya terutama saya dan ayahnya “. Partisipan 4 “U ntungnya suami saya mengerti dan maklum dengan apa yang saya katakan padanya, yang intinya saling memotivasi agar sabar menjalankan pengobatan ”. Partisipan 5 c. Memberikan perhatian pada sipenderita Satu partisipan dalam penelitian ini mengatakan memberikan perhatian pada penderita agar sipenderita tidak mengalami putus asa selama proses penyembuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “ Terutama kami sekeluarga memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap ibu saya, seperti saya selalu mennayakan keadannya, udah mkan atau belom. Takutnya ibu saya jadi menyerah atau putus asa dengan penyakit yang dideritanya, karena tidak ada yang mmeprhaikannya lagi ”. Partisipan 3 3.2 Respon keluarga dalam merawat penderita TB Paru Berdasarkan analisa data didapatkan ada 3 makna yang dilihat dalam memberi respon negatif keluarga dalam merawat penderita TB Paru menurut Universitas Sumatera Utara partisipan yaitu 1 keluarga merasa takut, 2 keluarga merasa kaget, 3 keluarga merasa bingung. 1. Keluarga merasa takut Beberapa partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa respon keluarga dalam merawat penderita TB Paru yaitu takut tertular penyakit TBC, dan penyakit TBC susah disembuhkan. a. Takut tertular penyakit TBC Tiga partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa merasa takut tertular dengan penyakit ini, karena penyakit ini mudah menular. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “A walnya saya merasa sedikit kesulitan dalam merawatnya, karena setahu saya penyakit ini sangat mudah tertular dan saya merasa takut akan tertular dengan penyakit ini ”. Partisipan 1 “P ertama itu saya takut karena penyakitnya mudah tertular, tapi saya berusaha untuk merawat anak saya yang lagi sakit, dan saya takut juga tertular penyakit ini, karena penyakit ini sangat suliut untuk disembuhkan ”. Partisipan 2 “I bu takut saja tertular dengan teman-temannya, karena kan dia masih sekolah dan punya teman, itu saja yang khawatirkan ”. Partisipan 4 b. Penyakit TBC susah disembuhkan Dua partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa penyakit TBC susah untuk disembuhkan, karena penyakit ini membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengobatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “.....Y a penyakit ini susah dsembuhin, udah lama suami saya berobat tapi gak sembuh- sembuh butuh waktu lama juga mengobati penyakit ini ”. Partisipan 1 Universitas Sumatera Utara “S aya sudah lama membawak ibu saya berobat kerumah sakit, dan rutin dua minggu sekali membawa ibu saya berobat, tapi gak sembuh-sembuh juga ”. Partisipan 3 2. Keluarga merasa kaget Beberapa partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa responnegatif yang diberikan keluarga dalam merawat penderita TB Paru yaitu kaget mendengar anggota keluarga menderita TB Paru, dan kaget mendengar pernyataan dari dokter keanggota keluarga menderita TB Paru. a. Kaget mendengar anggota keluarga menderita TB Paru Satu partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa merasa kaget ketika mendengar bahwa ada salah satu anggtota keluarga nya terkenak TB Paru. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “Saya kaget juga mendengarnya dan gak nyangka kalau suami saya terkenak penyakit ini ”. Partisipan 5 b. Merasa kaget ketika mendengar pernyataan dokter ke anggota keluarga penderita TB Paru Tiga partisipan dalam penelitian ini mengatakan merasa kaget ketika mendengar pernyataan dari dokter karena salah satu anggota keluarga menderita TB Paru. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “Waktu itu saya cemas melihat bapak karena batuk yang dideritanya gak sembuh-sembuh, kemudian saya bawak lah bapak kerumah sakits, lalu kata dokternya bapak menderita TB Paru. Terus saya kaget ketika dokter bilang kal au bapak menderita TB Paru ”. Partisipan 1 “Saya waktu itu membawak anak saya kerumah sakit untuk diperiksa, setelah itu dokter menyuruh saya datang lagi kerumah sakit untuk Universitas Sumatera Utara mengambil hasil pemeriksaan anak saya, kemudian dokter mengatakan kalau anak saya menderita TB Paru. Saya kaget juga mendengar pernyataan dari dokter ”. Partisipan 2 “Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan penyakit yang di derita ibu saya, bahwa ibu saya menderita penyakit TB Paru. Dan saya kaget mendengar itu, kok bisa ibu saya terkenak penyakit itu ”. Partisipan 6 3. Keluarga merasa bingung Beberapa partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa sikap yang ditunjukkan keluarga ketika penderita mengalami TB Paru, keluarga merasa bingung seperti merasa bingung anggota keluarganya bisa terkenak TBC a. Bingung anggota keluarganya bisa terkenak TBC Tiga partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa mereka merasa bingung ketika penderita terkenak penyakit TBC, karena dalam keluarga mereka tidak ada yang menderita TBC. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “ saya pun merasa bingung kenapa bisa terjadi pada ibu saya, padahal saya sudah menjaga kebersihan baik berupa menjaga kesehatan, makanan dan lingkungan, dan keluarga saya juga tidak ada yang terkenak penyakit ini ”. Partisipan 3 “ setahu saya, ibu saya tidak pernah mengalami penyakit seperti ini. Dan saya bingung kenapa ibu saya menderita penyakit ini ”. Partisipan 6 “Kami merasa kebingungan dan takut ketika melihat anak saya batuk dan mengeluarkan dahak berdarah, setelah diperiksa ternyata terkenak TBC ”. Partisipan 7 3.3. Mengidentifikasi gejala TBC pada penderita Berdasarkan analisa data didapatkan ada 2 makna mengidentifikasi gejala TBC pada penderita yaitu menagalami batuk dan mengalami sesak nafas. Universitas Sumatera Utara 1. Mengalami batuk Beberapa partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa penderita mengalami batuk. Batuk merupakan gejala TBC seperti yang dialami anggota keluarga partisipan yang mengalami TBC yaitu mengalami batuk lebih dari 3 minggu dan batuk berdarah. a. Batuk lebih dari 3 minggu Empat partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa penderita mengalami batuk-batuk. Batuk yang lebih dari 3 minggu salah satu gejala yang dapat dialami seorang penderita TB paru. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “ Y ang saya lihat dari suami saya, sering batuk-batuk, kalau gak salah leih dari sebulan batuknya, kemudian berdahak, gak seperti batuk biasa dan batuknya pun lama sembuhnya”. Partisipan 1 “S aya lihat anak saya batuk-batuk, terus berdahak, dan batuk nya saya lihat makin parah dan sembuhnya lama ”. Partisipan 2 “ Batuknya lebih dari 3 minggu yang tidak sembuh-sembuh dan berkeringat pada malam hari saya lihat ”. Partisipan 3 “A walnya gejala yang saya lihat dari penderita, batuknya lebih dari 3 minggu kemudian saya bawak lah kerumah sakit untuk lebih memastikan penyakit yang dideritanya ”. Partisipan 4 b. Batuk berdarah Dua partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa melihat pada penderita mengalami batuk berdarah. Batuk berdarah juga termasuk salah satu gejala yang dapat dialami oleh seseorang penderita TBParu. Darah keluar saat Universitas Sumatera Utara penderita TB paru mengalami batuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “S aya juga melihat suami saya mengalami batuk berdar ah, ketika dia batuk saya lihat ada bercak darah gitu yang keluar dari mulutnya ”. Partisipan 1 “ Batuknya sering berdarah, ada seperti darah-darahnya gitu yang saya lihat ”. Partisipan 5 2. Mengalami sesak nafas Beberapa partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa penderita mengalami sesak nafas. Sesak nafas menrupakan salah satu dari gejala penyakit TB Paru. Penderita akan merasakan sesak nafas seperti mengeluh sesak dibagian dada. a. Mengeluh sesak dibagian dada Dua partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa keluarga melihat penderita mengeluh sesak dibagian dada. Sesak dibagian dada merupakan sesak nafas yang dialami penderita TB paru ini termasuk salah satu gejala yang dialami penderita TB Paru. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut: “Y ang saya lihat dari ibu saya, batuk dan baernafas juga susah. Dan ibu saya selalu mengeluh dada nya tersa sakit kalau lagi batuk”. Partisipan 6 “A nak saya sering mengeluh sesak nafas dan dadanya tersa sakit kalau batuk ”. Partisipan 7 3.4. Dampak selama perawatan penderita TB Paru Berdasarkan analisa data didapatkan ada 1 makna dampak selama perawatan penderita yaitu dampak yang dirasakan sipenderita. Universitas Sumatera Utara 1. Dampak yang dirasakan sipenderita Beberapa partisipan dalam penelitian mengatakan bahwa melihat dampak yang di rasakan sipenderita. Dampak yang dirasakan keluarga seperti merasa dijauhi keluarga yang lain, komunikasi menjadi jarang, dan penderita tidak ceria lagi. a. Merasa dijauhi keluarga yang lain Satu partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa keluarga melihat dampak yang terjadi pada penderita yaitu merasa dijauhi keluarga yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “ Sebenarnya ibu saya sudah merasa dijauhi sama kakaknya, tapi saya ngasi alasan pada ibu saya bahwa kakaknya ibu saya lagi banyak kerjaan, jadi gak sempat mai n kerumah ”. Partisipan 3 b. Komunikasi menjadi jarang Satu partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa melihat dampak pada penderita TB Paru yaitu komunikasi menjadi jarang. Komunikasi menjadi jarang karena takut tertular dengan penyakit ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “S aya merasakan komunikasi dirumah sekarang menjadi agak jarang, dirumah jadi banyak diam, gak kayak dulu bisa bercanda-canda dengan bapak dan anak- anak ”. Partisipan 5 c. Penderita tidak ceria lagi Satu partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa keluarga melihat penderita tidak ceria lagi. Penderita tidak ceria lagi karena merasa putus asa dengan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara “S emenjak bapak terkenak penyakit ini, bapak ibu lihat tidak ceria lagi, sering murung, diam. Biasanya bapak paling sering bicara dirumah ”. Partisipan 5 3.5. Kendala yang dialami keluarga dalam merawat penderita TB Paru Berdasarkan analisa data didapatkan makna kendala yang dialami keluarga dalam merawat penderita TB Paru menurut partisipan yaitu mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan penderita TB Paru dan mengalami kesulitan dalam memberikan obat pada penderita TB Paru 1. Mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan penderita TB Paru Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, seperti sulit menjaga jarak saat berkomunikasi dengan penderita TB Paru. a. Sulit menjaga jarak saat berkomunikasi dengan penderita TB Paru Empat partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa keluarga merasa sulit untuk berkomunikasi dengan sipenderita. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “S aya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan suami saya karena harus menjaga jarak dengan suami saya, begitu juga dengan anak- anak saya ”. Partisipan 1 “Kesulitan yang saya alami dalam merawatnya, berkomunikasi dengan anak saya, karena harus jaga jarak juga dengannya”. Partisipan 2 “Cuma satunya kesulitan yang saya alami, harus jaga jarak kalau berkomunikasi dengan anak saya ”. Partisipan 4 “I bu rasakan cuma satu nya kesulitan yang ibu rasakan, ibu merasa kesulitan kalau ngobrol dengan suami saya, takut tersinggung saja suami saya kalau ngobrol dengan dia dengan jarak yang agak jauh”. Universitas Sumatera Utara Partisipan 5 2. Mengalami kesulitan dalam memberikan obat pada penderita TB Paru Beberapa partisipan dalam penelitian ini mengatakan mengalami kesulitan dalam memberikan obat pada penderita, seperti lupa dengan waktu pemberian obat. a. Lupa dengan waktu pemberian obat Dua partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa merasa sulit dalam pemberian obat, karena keluarga sering lupa dan banyak kerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: “ Saya memberikan obat pada anak saya, kadang saya tidak tepat waktu memberikannya, terus anak saya juga susah minum obatnya ”. Partisipan 4 “K alau kesulitan yang saya rasakan Cuma memberikan obat pada suami saya, karena saya kadang lupa memberikan obat dan tidak tepat waktu, namanya juga saya banyak kerjaan diru mah ”. Partisipan 8 MatriksTema “Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Penderita TB Paru di Rumah Wilayah Kota Sibolga” NO Tema 1 : Melakukan pencegahan terhadap penularan Tb Paru pada keluarga

1. Sub Tema: