Kriteria pemilihan antara pedagang dengan pembeli

63

4.6.2 Kriteria pemilihan antara pedagang dengan pembeli

Sebagai masyarakat yang memiliki kebebasan untuk memilih, berarti masyarakat juga berhak memilih dengan siapa, bagaimana, dan yang seperti apa yang dia inginkan. Hal serupa juga terjadi di pasar tradisional dwikora Pematangsiantar. Kehidupan dan aktivitas pedagang tidak terlepas dengan adanya beberapa kriteria, begitu juga dengan pembeli. Tidak hanya sesama pedagang bisa memiliki kriteria, pembeli juga memiliki kriteria tertentu untuk mencari langganan. A. Berdasarkan Suku Berikut beberapa ungkapan informan peneliti: “.. nah kebetulan memang kakak orang jawa, kurang paham kakak bahasa batak. Kalau pedagang yang lain ini ngomong udah pakek bahasa batak, uda diam ajalah kakak. Kakak gak ngerti. Kalau sudah terjadi kegitu, kakak pun mau pergi cari kawan cerita yang dia kalo ngomong kakak ngertilah. Ntah kami sama- sama menggunakan bahasa jawa. Kadang kurang nyaman juga bekawan sama mereka, kita kan gatau apa yang mereka ceritai, siapa tau dia ceritai kakak, mana kakak ngerti..” wawancara dengan Aan. Berikut jawaban berbeda dari informan pembeli “...aku lebih nyaman belanja sama orang batak dek, kalau dibilang kasar pun orang itu, keras suaranya, tapi kalau uda masalah kejujuran mereka masih menang. Pas lagi belanja pun mau gitu ngomong pakek bahasa batak. Kan kbetulan aku batak juga, jadi di sela-sela aku belanja itu nanti ada aja yang kami omongi. Kadang masalah ekonomi, masalah di rumah. Beda memang kalo uda ada langganan, kek macam saudara. B. Berdasarkan Jenis Kelamin Inilah jawaban dari salah seorang informan yang merupakan pedagang sayur: “..Laki-laki jarangnya beli sayur samaku dek, kan jelasnya kita tau kalau laki-laki ini besar kali gengsinya. Misalnya ada pun laki-laki yang beli sayur, mana pernah diperhatikannya sayur itu. Karena mana tau dia memilih mana yang bagusnya. Kadang karena kasihan aku, ku pilih kan sama dia sayur yang masih segar. Biar sekalian menari pelanggan juga, siapatau besok-besok mau belanja sayur lagi, biar tau dia kesini..” 64 Berikut jawaban berbeda pula dari informan pembeli: “...kebetulan karena aku laki-laki memang agak segan kalau uda penjualnya perempuan. Apalagi kalau umurnya masih beda jauh. Kadang yang jualan uda tua, kadang yang masih muda. Misalnya pas lagi mau beli celana monza yakan, mau itu yang jualan perempuan. Kalau beli celana monza ini kan mesti dicoba. Tak ada pulak ruang gantinya. Jadi segan-segan lah aku kalo mau mencoba. Kurang nyaman kalau lawan jenis yang jual..” Dari pernyataan mengenai kriteria yang dimiliki setiap pedagang dan pembeli memang berbeda. Tetapi kepada pedagang biasanya hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Pedagang pasar dwikora terutama yang sudah bertahun-tahun menjadi pedagang, segala macam jenis pembeli sudah mereka rasakan, jadi hal ini bukan menjadi sesuatu yang merepotkan. Mau itu perempuan ataupun laki-laki sama saja kriterianya. Justru malah sebaliknya, pembeli lah yang memiliki kriteria yang paling banyak dalam hal berbelanja. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa lelaki kurang nyaman apabila pedagangnya adalah lawan jenis. Ada juga jawaban mengenai suku, pembeli merasa nyaman apabila dia menemukan pedagang yang se suku dengannya. Jadi memang pada umumnya setiap masyarakat memiliki kriteria tertentu dalam menentukan pilihan yang dia rasa cocok buatnya. Begitupun dengan yang terjadi di pasar dwikora antara pedagang dan pembeli.

4.6.3 . Persepsi Keinginan Pedagang dan Pembeli Berbelanja