Latar Belakang Dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaranpolusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti: jantung, tumor, diabetes, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Demikian juga dengan pola penyakit penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi degeneratif Depkes RI, 2006. Berdasarkan laporan World Health Organization WHO menyatakan bahwa penyakit tidak menular adalah penyebab utama kematian global. Secara global pada tahun 2008, 63 proporsi kematian diantaranya disebabkan oleh penyakit tidak menular terutama penyakit kardiovaskular 48, kanker 21, paru-paru kronis 12, dan Diabetes melitus3. Kematian akibat penyakit tidak menular sekitar 29 terdapat pada usia di bawah 60 tahun dan hampir 80 terjadi di Negara berkembang WHO, 2010. 2 Peningkatan kematian akibat DM tentu saja didahului denganpeningkatan prevalensi DM diseluruh dunia. Pada tahun 2000 sekitar 171 juta orang menderita DM, dimana 90 diantaranya adalah DM tipe 2 untuk selanjutnya DM yang dimaksud adalah DM tipe 2. Angka ini diprediksikan meningkat menjadi 366 juta orang pada tahun 2030, dimana sebagian besar peningkatan tersebut berasal dari negara-negara berkembang WHO, 2005. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes Federation IDF tahun 2003, menyatakan bahwaprevalensi DM di dunia adalah 5,1 atau sekitar 194 juta pendudukmenderita DM pada kelompok umur 20 sampai 79 tahun. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 333 juta orang pada tahun 2025 atau prevalensi sekitar 6,3 populasi dewasa dunia Goldstein, 2008. Di seluruh dunia, lebih dari 50 orang yang menderita DM belum terdiagnosis dan di Indonesia sekitar 75 penderita DM tidak mengetahui bahwa dirinya menderita DM sehingga tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang cukup. Penderita DM yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita DM biasanya akan mengalami komplikasi akut ataupun kronis dari DM. Komplikasi kronis DM biasanya adalah gangguan pada mata dan katarak retinopati, gangguan fungsi ginjal nefropati, gangguan syaraf neuropati, ulkus pada kaki dan amputasi, infeksi, penyakit jantung dan stroke. Retinopati menjadi penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan pada orang DM, sekitar 2 penderita DM mengalami kebutaan dan 25 lainnyamengalami gangguan penglihatan ketika diagnosis DM ditegakkan. Sekitar40 penderita DM pada usia dewasa muda memerlukan dialisis 3 atautransplantasi ginjal di usia 50 tahunan dan sekitar 10-15 penderita gangguanginjal meninggal akibat DM. Sekitar 25 penderita DMmengalami gangguan syaraf dan penyakit pembuluh darah, penyakit jantung danstroke menyebabkan 75 kematian akibat DM dan sekitar 1-7penderita DM harus mengalami amputasi Balitbangkes, 2007. Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup. Sampai sekarang, belum ada obat yang dapat mengobati penyakitnya, yang ada saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa darah seperti glukosa darah pada orang normal Suryono, 2004. Beberapa jenis DM yaitu DM Tipe 1, DM Tipe 2, DM Gestasional dan DM tipe lainnya. Jenis DM yang paling banyak diderita adalah DM Tipe 2. DM Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin resistensi insulin. Diabetes melitus sering juga disebut denganthe silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusukgangrene, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan Depkes, 2009. 4 Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka prevalensi DM diberbagai penjuru dunia. Menurut WHO 2000 prevalensi DM pada semua kelompok umur diseluruh dunia 2,8 diperkirakan menjadi 4,4 pada 2030. Selanjutnya pada tahun 2003, WHO memperkirakan 5,1 dari 3,8 minasliar penduduk dunia berusia 20-79 tahun menderita DM. Pada tahun 2004 terdapat 1,9 dari kematian global disebabkan oleh DM. Pada tahun 2011 penderita DM diperkirakan lebih dari 80 terdapat di negara berkembang WHO, 2010. International Diabetes Federation 2010 menyatakan terdapat 6,4 penduduk dunia berusia 20-79 tahun menderita DM. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 7,7 pada tahun 2030. Menurut laporan IDF tahun 2010 prevalensi DM tertinggi di dunia terdapat di Nauru31 pada penduduk usia 20-79 tahun, diikuti Uni Emirat Arab 18,7, Saudi Arabia 16,8, Mauritus 19,8 dan Bahrain 15,4. Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi tertinggi masih terdapat di Nauru 33,4 diikuti Uni Emirat Arab 21,4, Mauritius 16,2, Saudi Arabia 189 dan Reunion 18,1. Banyak faktor yang merupakan faktor risiko DM tipe 2 dan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu sosiodemografi usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, keadaan klinismental obesitas, stress,, faktor perilakugaya hidup konsumsi serat, aktifitas fisik, merokok, alkohol Irawan, 2010 5 Menurut WHO 2010, gaya hidup kurang sehat dapat merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh kurangnya bergerak atau kurangnya aktifitas fisik, hal ini karena kalori yang masuk tidak sebanding dengan kalori yang keluar sehingga makin lama makin banyak kalori yang menumpuk sehingga menjadi beban bagi tubuh dan tubuh menjadi terganggu yang kemudian menyebabkan kemunduran fisik yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit, misalnya diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke. Hasil laporan Riskesdas 2007 menyatakan bahwa prevalensi DM pada orang yang kurang konsumsi serat 5 porsihari sebesar 5,0 sedangkan prevalensi diabetes pada orang yang mengkonsumsi cukup serat ≥ 5 porsihari sebesar 4,9 dengan rata-rata konsumsi kurang serat secara nasional adalah 93,6 dan tinggi di semua propinsi Balitbangkes, 2008. Riskesdas 2007 melaporkan 48,2 penduduk Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik 5 hari dan 150 menit per hari. Kurang aktivitas fisik tertinggi terdapat pada kelompok umur 75 tahun keatas 76,0 dan umur 10-14 tahun 66,9, dilihat dari jenis kelamin, kurang aktivitas fisik lebih tinggi pada perempuan 54,5 dibanding laki-laki 41,4 Balibangkes, 2008. Hasil penelitian Wicaksono 2011 menunujkkankebiasaan merokok juga memiliki resiko 3 kali lebih berkemungkinan menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok dankebiasaan mengonsumsi makanan minuman manis juga memiliki risiko 2 kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan 6 dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi makananminuman manis.Studi di Port Harcourt, Nigeria yang meneliti tentang prevalensi dan faktor risiko DM tipe 2 terhadap 748 responden, mendapatkan bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan 21 unitminggu mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian DM OR 1,1, yang mungkin disebabkan karena adanya kerusakan hati atau pankreas yang biasa disebut komplikasi alkohol Nyenwe, dkk, 2003. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas,2007 DM menjadi penyebab kematian ke enam di Indonesia dengan proporsi kematian yaitu 5,7 setelah stroke, TB Paru, hipertensi, cedera dan perinatal. Prevalensi DM secara nasional berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah gula darah 1,1. Sedangkan prevalensi nasional DM berdasarkan pengukuran gula darah pada, penduduk umur 15 tahun yang bertempat tingga di perkotaan adalah 5,7. Prevalensi DM tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara 11,1, Riau 10,4 dan NAD 8,5. Sementara itu, prevalensi DM terendah ada di Papua 1,7, dan NTT 1,8 Sinaga, 2011. Jumlah pasien keluar rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia dengan diagnosis DM tahun 2007 sebanyak 56.378 pasien dengan CFR 7,38, sedangkan kasus baru rawat jalan sebanyak 28.095 kasus. Keseluruhan DM menyebabkan kematian dengan CFR 7,02. Komplikasi menahun Diabetes melitusdi Indonesia terdiri atas neuropati 60, penyakit jantung koroner 20,5, ulkus diabetik 15, retinopati 10, dan nefropati 7,1. Diabetes melitusdibandingkan dengan bukan penderita Diabetes melitusmempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya 7 penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah, 5 kali lebih mudah menderita ulkusgangren, 7 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina Depkes RI, 2009 Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Data Surveilans Terpadu Penyakit STP tahun 2008 terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit DM dengan jumlah kasus 1.717 pasien rawat jalan yang dirawat di rumah sakit dan puskesmas KabupatenKota. Untuk rawat jalan penyakit DM ini mencapai 918 pasien yang dirawat di 123 rumah sakit dan 998 pasien yang dirawat di 487 puskesmas yang ada di 28 KabupatenKota seluruh Sumatera Utara. Sedangkan pada tahun 2009 mencapai 108 pasien yang dirawat di rumah sakit dan 934 pasien dirawat di puskesmas selama Januari hingga Juni 2009. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penderita DM di Sumatera Utara masih sangat tinggi Harahap, 2010 Dari data tersebut di atas, dapat dilihat trend penyakit DM di Indonesia menunjukkan prevalensi yang meningkat. Prediksi yang diajukan oleh semua ahli epidemiologi menyebutkan angka prevalensi yang makin meningkat di masa yang akan datang, sehingga menempatkan DM sebagai The Global Epidemy PERKENI, 2009 Berdasarkan data dari Rekam Medis RSUD Kota Padang Sidempuan prevalensi DM tipe 2 pada tahun 2011 sebanyak 81, tahun 2012 sebanyak 86 dan tahun 2013 sebanyak 91 . Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi DM Tipe 2 dari tahun ke tahun. 8 Data di atas memberikan gambaran bahwa masalah diabetes melitus perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang tinggi dan komplikasi yang cukup berat. Agar mendapatkan gambaran yang lebih tepat maka diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana faktor gaya hidup dapat menimbulkan penyakit diabetes melitus dan faktor mana dari gaya hidup tersebut yang paling berpengaruh terhadap kejadian Diabetes melitus Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh Gaya Hidup Pasien Terhadap Kejadian DM Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan Kota Padangsidimpuan Tahun 2014.

1.2. Permasalahan