Uji Multikolinieritas Uji Autokorelasi

Tolak H jika p-value signifikansi α , terima dalam hal lainnya. Dengan menggunakan software SPSS 17.0 diperoleh hasil outpun uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut. Kriteria uji : Tabel 4.2 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 75 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .34054795 Most Extreme Differences Absolute .175 Positive .175 Negative -.165 Kolmogorov-Smirnov Z 1.519 Asymp. Sig. 2-tailed .120 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,519 dengan tingkat signifikansi di atas 0,05 yaitu 0,120. Dengan kata lain bahwa nilai KS tidak signifikan, berarti residual terdistribusi secara normal.

4.2.2.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Jika Universitas Sumatera Utara antar variabel independen terjadi multikolinieritas sempurna, maka koefisien regresi variabel independen tidak dapat ditentukan dan nilai standard error menjadi tak terhingga. Jika multikolinieritas antar variabel independen tinggi maka koefisien regresi variabel independen dapat ditentukan, tetapi memiliki nilai standard error tinggi berarti nilai koefisien regresi tidak dapat diestimasi dengan tepat. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance TOL dan Variance Inflastion Factor VIF TOL = 1 – R i 2 ��� �� � � � = 1 ��� = 1 1 − � � 2 Dimana R i 2 koefisien korelasi antara x i dengan variabel explanatory lainnya. Bila nilai VIF 10 atau nilai TOL 0,10 maka hal ini menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Dengan menggunakan software SPSS 17.0 diperoleh output nilai Tolerance dan VIF sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas Cofficients a Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai VIF masing- masing ROA 1,016, current ratio 2,812 dan working capital 2,812 jauh lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance ROA 0,984, current ratio 0,356 dan working capital 0,356 lebih besar dari 0,10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas pada model.

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Ada dua cara pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dengan metode grafik dan metode statistik uji. Metode grafik biasanya dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Sedangkan metode statistik dapat Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zero- order Partial Part Tolerance VIF 1 Constant .762 .071 10.690 .000 ROA -1.452 .441 -.273 -3.296 .002 -.313 -.364 -.271 .984 1.016 Current Ratio 9.885E-8 .000 .736 5.335 .000 -.155 .535 .439 .356 2.812 Working Capital -1.971E-7 .000 -1.070 -7.758 .000 -.512 -.677 -.638 .356 2.812 a. Dependent Variable: DER Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan Uji Park, Uji Glejser, Uji White, Uji Spearman’s Rank Correlation, Uji Goldfeld Quandt dan Uji Breusch-Pagan Godfrey. Namun dalam pembahasan kali ini hanya metode grafik dan Uji Glejser.

4.2.2.3.1. Metode Grafik

Sumber: Hasil olahan SPSS 17 Gambar 4.3 Scatterplot Dependent Variabel Dari plot di atas terlihat bahwa terdapat pola tertentu dimana titik-titik point-point yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratut yaitu pola yang semakin menurun, maka mungkin saja terjadi Heteroskedastisitas. Namun demikian, sedikitnya jumlah pengamatan akan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plots. Oleh sebab itu akan dilanjutkan dengan uji statistik yang lebih menjamin keakuratan hasil. Universitas Sumatera Utara

4.2.2.3.2. Uji Glejser

Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika β signifikan, maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model. Berikut ditampilkan hasil output uji Glejser dengan menggunakan SPSS 17.0 H : tidak terdapat heteroskedastisitas Hipotesis statistik: H 1 : terdapat heteroskedastisitas α : 5 Asumsi homoskedastisitas terpenuhi jika uji Glejser berada pada tingkat signifikansi α yang telah ditetapkan. Statistik uji : Tolak H jika p-value signifikansi α , terima dalam hal lainnya. Dengan menggunakan software SPSS 17.0 diperoleh hasil outpun uji Glejser sebagai berikut. Kriteria uji : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Uji Glejser Cofficients a Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .351 .052 6.737 .000 ROA -.473 .322 -.170 -1.468 .146 Current Ratio 1.306E-9 .000 .019 .096 .923 Working Capital -1.870E-8 .000 -.194 -1.007 .317 a. Dependent Variable: AbsUi Hasil outpun SPSS di atas menunjukkan nilai signifikan yang tinggi yaitu ROA, current ratio, working capital masing-masing mrmiliki nilai signifikansi 0,146 , 0,923, dan 0,317 yang kesemuanya lebih besar dari nilai α = 0,05. Hal ini berarti bahwa H diterima dan dapat disimpulkan secara uji statistik tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model ini atau dengan kata lain semua variabel independen yang terdapat dalam model ini memiliki sebaran varian yang sama homogen.

4.2.2.4. Uji Autokorelasi

Pada data cross section silang waktu, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pangamatan yang berbeda berasal dari individukelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang Universitas Sumatera Utara bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, namun dalam penelitian ini akan diuji dengan Durbin- Watson. H : ρ = 0 Tidak terdapat otokorelasi Uji Hipotesis : H 1 : ρ ≠ 0 Terdapat otokorelasi H 1 : ρ 0 Terdapat otokorelasi positif H 1 : ρ 0 Terdapat otokorelasi negatif Statistik Uji : Kriteria Uji : a. Bila d U d 4 – d U , maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. ∑ ∑ = = − − = n t t n t t t H e e e d 1 2 2 2 1 Universitas Sumatera Utara b. Bila d d L , maka koefisien autokorelasi 0, berarti ada autokorelasi positif. c. Bila d 4-d L , maka koefisisen autokorelasi 0, berarti terjadi autokorelasi negatif. d. Bila d U d d L atau 4-d U d 4-d L , maka hasilnya tidak dapat disimpulkan Dimana d : Nilai Durbin Watson hitung d U : Nilai batas atas upper Durbin Watson tabel d L : Nilai batas bawah lower Durbin Watson tabel Dengan menggunakan software SPSS 17.0 diperoleh hasil outpun uji Durbin-Watson sebagai berikut. Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Summary b Nilai DW hitung sebesar 1,757 akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5, jumlah sampel 75 dan jumlah variabel independen 3, maka di tabel Durbin-Watson akan diperoleh nilai : 1,7092 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .721 a .519 .499 .4757346125 1.757 a. Predictors: Constant, Working Capital, ROA, Current Asset b. Dependent Variable: DER Universitas Sumatera Utara n k = 3 dL dU 72 73 74 75 76 77 1,5323 1,5360 1,5397 1,5432 1,5467 1,5502 1,7054 1,7067 1,7079 1,7092 1,7104 1,7117 Oleh karena nilai DW hitung lebih besar dari batas atas 1,7092 dan lebih kecil dari 4-d U = 4 - 1,7092=2,2908, atau : d U d 4 – d U 1,7092 1,757 2,2908 Maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi positif dan negatif pada model.

4.2.3. Model Persamaan Regresi

Penafsiran model regresi dengan menggunakan regresi linier berganda dilakukan untuk mencari pengaruh antara variabel independen profitabilitas ROA, likuiditas current ratio, modal kerja working capital dan variabel dependen struktur modal DER. Model persamaan regresi untuk kasus tersebut dapat disajikan sebagai berikut : Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε i Dimana : Y : DER sebagai variabel dependen α : konstanta β 1 - β 3 : koefisien regresi variabel dependen X 1 : ROA Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 83 97

Analisis Struktur Modal Optimal Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

18 231 103

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 41

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 0 12

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 0 2

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 0 9

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal - Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur meliputi Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN MODAL KERJA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR MELIPUTI SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 4 11