Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(1)

PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

TUGAS AKHIR

Oleh:

NUR HASNAH SARI RITONGA NIM 072410046

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah: “PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DALAM MINUMAN RINGAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Maringan Ritonga dan Ibunda Maimunah Siregar dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa restu dan motivasi sehingga Tugas Akhir ini selesai.

2. Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt., yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan USU.

4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

5. Bapak Drs. Suprianto Utomo, M.Kes., Apt., selaku Kepala Balai Besar POM Medan.


(4)

6. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm., Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL di Balai Besar POM Medan.

7. Seluruh staff dan karyawan Balai Besar POM Medan yang telah membantu penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

8. Kakak-kakakku yang kusayangi, Erlina, Syamsiah, Ani, terima kasih atas motivasinya. Adikku yang tersayang, Ahmad Paisal, terima kasih atas doa-doanya.

9. Kakanda Ali Hasan Hasibuan, SE., MM., terima kasih atas doa dan motivasinya.

10.Sahabatku Dewi Pertiwi yang senantiasa memberiku semangat.

11.Deny dan Vely selaku teman sekelompok selama PKL di BPOM Medan. 12.Seluruh teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan

2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat kosntruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya. Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Pengesahan

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Minuman Ringan ... 3

2.2 Bahan Tambahan Pangan ... 4

2.2.1 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan ... 5

2.2.2 Macam-Macam Bahan Tambahan Pangan ... 5

2.3 Bahan Pengawet ... 7

2.3.1 Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet ... 7

2.3.2 Jenis Pengawet ... 8

2.3.2.1 Pengawet Organik ... 8

2.3.2.2 Pengawet Anorganik ... 8

2.3.3 Penggunaan Pengawet Dalam Bahan Makanan ... 9

2.3.4 Toksisitas Pengawet ... 9


(6)

2.4.1 Struktur Asam Benzoat ... 11

2.4.2 Sifat-Sifat Asam Benzoat ... 11

2.4.3 Efek Asam Benzoat Terhadap Kesehatan ... 11

2.5 Penetapan Kadar Asam Benzoat Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 12

2.5.1 Instrumentasi KCKT ... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 14

3.1 Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 14

3.1.1 Tempat Pengujian ... 14

3.1.2 Peralatan ... 14

3.1.3 Bahan ... 14

3.1.4 Pembuatan Pereaksi ... 15

3.1.4.1 Dapar Posfat pH 6,8 ... 15

3.1.4.2 Metanol 60,0% ... 15

3.1.4.3 Pase Gerak Dapar Posfat : Metanol (92:8) ... 15

3.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ... 15

3.2.1 Pengaturan Kondisi Sistem ... 15

3.2.2 Mengaktifkan Sistem ... 15

3.2.3 Penentuan Garis Alas (Base Line) ... 16

3.2.4 Penyuntikan Fase Gerak ... 16

3.3 Prosedur ... 16


(7)

3.3.2 Larutan Baku ... 16

3.3.2.1 Baku Induk ... 16

3.3.2.2 Baku Kerja ... 16

3.3.2.2.1 Cara Penetapan ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21 LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia, telah terjadi peningkatan produksi minuman ringan yang beredar di masyarakat. Pada minuman ringan ini sering ditambahkan pengawet, pemanis, dan pewarna yang kadarnya perlu diperhatikan karena apabila konsumsinya berlebihan dapat membahayakan kesehatan.

Peranan bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintesis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu. Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan.

Kita dalam masyarakat menjadi sadar akan gizi dan sadar untuk menjadi konsumen yang baik. Dewasa ini, masyarakat bukan hanya tertarik pada aspek apakah bahan pangan memberikan cita rasa enak, apakah anak-anak mau


(9)

menikmati pangan yang disajikan, tetapi lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal apakah bahan pangan yang dikonsumsi itu baik bagi kesehatan dan bagaimana efeknya terhadap kesehatan. Dengan hal ini, maka perlu dilakukan uji pemeriksaan terhadap keberadaan bahan tambahan makanan tersebut di dalam makanan yang dikonsumsi oleh konsumen sehari-hari.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui apakah kadar pengawet asam benzoat yang digunakan pada minuman ringan yang ditentukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) sesuai dengan kadar pengawet asam benzoat yang diizinkan oleh pemerintah Indonesia untuk digunakan.

1.3 Manfaat

Agar dapat mengetahui bahwa minuman ringan yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan atau tidak sehingga dipastikan aman untuk dikonsumsi.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minuman Ringan

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol dan lawan kata dari minuman keras. Minuman ini banyak disukai karena rasanya yang nikmat, siap saji dan sangat memenuhi selera bagi mereka yang sedang dahaga, terutama setelah berolahraga dan bekerja berat. Selain itu minuman ringan juga tersedia dalam berbagai rasa, umumnya buah-buahan.

Di Amerika Serikat istilah soft drink digunakan untuk membedakan minuman tersebut dari liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang tidak beralkohol disebut soft drink. Dengan demikian soft drink dapat diperjual belikan dengan bebas. Jika diwilayah utara Amerika Serikat yang beriklim subtropis dan dingin minuman baralkohol menjadi minuman favorit, maka Amerika Serikat bagian selatan yang tropis dan panas soft drink yang popular. Kita bisa mengindonesiakan soft drink sebagai minuman ringan, dengan asumsi bahwa benar minuman ini memang “ringan” status gizinya. Minuman ini, selain kadar gulanya yang tinggi, tidak memiliki zat gizi lain yang berarti. Kini, kita kenal berbagai jenis produk minuman ringan yang beredar di pasaran. Ada yang beraroma cola, ada yang berflavor buah jeruk, ada pula jenis flavor lain seperti rasa nanas, coffee cream, sampai cream soda (Widodo, 2008).


(11)

Adapun komposisi dari minuman ringan adalah: 1. Air: sebagai komponen utama

2. CO2: berguna untuk memperbaiki rasa minuman. Menghasilkan rasa asam

yang enak dan menggelitik dikerongkongan.

3. Pemanis: umumnya pemanis sintetis seperti aspartam, sakarin atau siklamat.

4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffe cream): kadarnya cukup tinggi, membantu seseorang tetap terjaga atau tidak mengantuk.

5. Zat pengawet: umumnya minuman ringan diawetkan dengan sodium benzoat atau natrium benzoat, atau pengawet sintetis lainnya

6. Zat pewarna: biasanya merupakan pewarna sintetis seperti karmoisin dan tartrazin.

7. Flavor buatan: seperti rasa jeruk, strawberry, nanas dan sebagainya

(http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=92).

2.2 Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau sering pula disebut Bahan Tambahan Pangan (PTP) adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan Tambahan Makanan itu bisa memiliki nilai gizi, tetapi bisa pula tidak (Yuliarti, 2007).

Sedangkan menurut Cahyadi (2006) pengertian Bahan Tambahan Pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk


(12)

maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, pelakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.

2.2.1 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

Tujuan pengunaan Bahan Tambahan Pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan (Cahyadi, 2006).

Secara khusus, tujuan penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) di dalam pangan adalah untuk:

- Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan

- Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak di mulut

- Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera

- Meningkatkan kualitas pangan dan - Menghemat biaya (Syah, 2005).

2.2.2 Macam-Macam Bahan Tambahan Pangan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88, golongan bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan yaitu:


(13)

a. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam bahan. Contoh: Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Profil Gallat, Tokoferol

b. Antikempal, merupakan bahan tambahan pangan yang dapat mencegah mengempalnya pangan. Contoh: Magnesium Oksida, Magnesium Karbonat. c. Pengatur keasaman (Asidulan) merupakan bahan tambahan pangan yang

dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Contoh: Asam Asetat Glasial, Asam Fosfat, Asam Sitrat.

d. Pemanis buatan, merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau membantu mempertajam penerimaan rasa manis tersebut. Contoh: Sakarin, Siklamat.

e. Pemutih dan pematang tepung merupakan bahan tambahan pangan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan pematang tepung. Contoh: Asam askorbat, Kaliumbromat.

f. Pengemulsi, pemantap, pengental adalah bahan tambahan pangan yang dapat membantu terbentuknya sistem dispersi yang homogen pada makanan. Contoh: Agar-agar, Lesitin, Pektin.

g. Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Contoh: Asam Benzoat, Asam Propionat, Asam Sorbat.


(14)

h. Pengeras merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memeperkeras atau mencegah melunaknya pangan. Contoh: Kalsium Fosfat, Kalsium Glukonat. i. Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau

memberikan warna pada makanan. Contoh: Brilliant Blue, Eritrosin.

j. Penyedap rasa adalah bahan tambahan yang diberikan untuk menambah atau mempertegas rasa atau aroma. Contoh: Anisaldehid, Menthol.

k. Sikuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam dalam makanan. Contoh: Asam Fosfat, Asam Sitrat (Winarno, 1992).

2.3 Bahan Pengawet

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988, pengawet merupakan bahan tambahan pangan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Definisi lain bahan pengawet adalah senyawa atau bahan yang mampu menghambat, menahan atau menghentikan dan memberikan perlindungan bahan makanan dari proses pembusukan (Cahyadi, 2006).

2.3.1 Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet

Menurut Cahyadi (2006), secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:

1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen maupun tidak patogen.


(15)

3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkan.

4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.

5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan.

6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan pangan.

2.3.2 Jenis Pengawet 2.3.2.1 Pengawet Organik

Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada anorganik karena bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet dalam minuman ialah asam sorbat, paraben, asam benzoat dan asam asetat (Winarno, 1992).

2.3.2.2Pengawet Anorganik

Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, nitrat, dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na atau K sulfit,

bisulfit, dan metabisulfit. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang terdisosiasi dan terutama terbentuk pH di bawah 3.

Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan pertumbuhan mikroba. Didalam daging nitrit akan membentuk nitrooksida yang dengan pigmen


(16)

daging akan membentuk nitrosomioglobulin yang berwarna merah cerah (Anonim, 1992).

2.3.3 Penggunaan Pengawet dalam Bahan Makanan

Zat pengawet sangat dekat dengan kehidupan kita, penggunaannya dari minuman dan makanan. Zat pengawet seperti benzoat yang sering digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, kecap, sari buah, jeli, saus, manisan, sambal, dan makanan lainnya. Ada juga propionat sebagai bahan pengawet untuk roti dan keju olahan, dan sorbat sebagai bahan pengawet untuk potongan kentang goreng, udang beku dan pekatan sari nenas. Sedangkan nitrit sering digunakan untuk bahan pengawet daging olahan seperti sosis dan kornet dalam kaleng, bahan ini juga untuk mengawetkan keju (Syah, 2005).

2.3.4 Toksisitas Pengawet

Penggunaan bahan pengawet yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah sulfit, nitrit dan benzoat. Perdebatan para ahli mengenai aman tidaknya bahan pengawet itu masih berlangsung. Sebagian orang beranggapan, belum ada bahan tambahan makanan (BTM) yang pernah menyebabkan reaksi serius bagi manusia dalam jumlah yang sering ditemukan pada makanan. Seperti asam benzoat tidak akan mengalami penumpukan sehingga cukup aman untuk dikonsumsi. Bukti- bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia. Ini karena hewan dan manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien. Sampai saat ini benzoat dipandang tidak mempunyai efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) dan karsinogenik. Namun, bukti lain menunjukkan bahwa pemakaian


(17)

dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti memberikan dampak negatif pada penderita asma karena bahan pengawet ini bisa mempengaruhi mekanisme pernafasan paru-paru sehingga kerja paru-paru tidak normal (Yuliarti, 2007).

2.4 Asam Benzoat

Asam benzoat (C6H5COOH), merupakan bahan pengawet yang luas

penggunaannya dan sering digunakan pada makanan atau minuman. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Benzoat efektif pada pH 2,5-4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar, maka biasa digunakan dalam bentuk garam Na-benzoat. Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai menjadi bentuk aktif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi (Winarno, 1992).

Keasaman dari substrat ke dalam mana asam benzoat ditambahkan mempengaruhi keefektifan dari zat pengawet kimia. Asam benzoat kurang efektif dalam suatu bahan pangan yang mempunyai pH 7,0 dibandingkan dengan bahan pangan yang asam yang mempunyai pH mendekati 3,0 (Desrosier,1988).

Menurut PerMenKes RI No.722/MenKes/Per/IX/88 batas maksimum penggunaan asam banzoat dalam minuman ringan adalah 600 mg/kg.

Dalam tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam benzoat, sehingga tidak terjadi penumpukan asam benzoat. Asam benzoat akan bereaksi dengan glisin menjadi asam hipurat yang akan dibuang oleh tubuh. Asam benzoat secara alami terdapat dalam rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis (Winarno, 1992).


(18)

2.4.1 Struktur Asam Benzoat

Rumus bangun : O OH

Nama kimia : Asam Benzoat, Benzoic acid, bensol carboxylic, Asam Carboxybenzene

Rumus empiris : C6H5COOH

Berat molekul : 122,2

2.4.2 Sifat-sifat Asam Benzoat

Asam benzoat berbentuk hablur bentuk jarum atau sisik, putih, sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air.

Kelarutan sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter (Ditjen POM, 1995).

2.4.3 Efek Asam Benzoat terhadap Kesehatan

Metabolisme asam benzoat didalam tubuh meliputi dua tahap reaksi, pertama dikatalisis oleh enzim syntetase dan pada reaksi kedua dikatalisis oleh enzim acytransferase. Asam hipurat yang pengujiannya didalam hati, kemudian diekspresikan melalui urin. Jadi, didalam tubuh tidak terjadi penumpukan asam benzoat, sisa asam benzoat yang tidak dieksresi sebagai asam hipurat, dihilangkan toksisitasnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan dieksresi melalui urin. Pada penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap


(19)

asam benzoat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung (Cahyadi, 2006).

2.5 Penetapan kadar Asam Benzoat Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Salah satu cara untuk mengetahui kadar asam benzoat adalah dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik yang mana solut atau zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut-solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan aliran fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Rohman, 2007).

2.5.1 Instrumentasi KCKT

a. Pompa

Tujuan penggunaan pompa atau system penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, konstan dan bebas dari gangguan.

b. Injektor

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik.


(20)

c. Kolom

Kolom pada kromatografi cair kinerja tinggi merupakan bagian yang sangat penting, sebab pemisahan komponen-komponen sampel terjadi di dalam kolom. Oleh sebab itu harus diperhatikan dengan seksama tiga hal berikut:

- Pemilihan kolom yang sesuai

- Pemeliharaan kolom

- Uji terhadap spesifikasi kolom (walaupun kolom tersebut merupakan kolom yang siap pakai)

Dilihat dari jenis fase diam dan fase gerak, maka kromatografi cair kinerja tinggi (kolomnya) dibedakan atas:

1. Kolom fase normal

Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya “normal” bersifat polar, misalnya silika gel, sedangkan fase geraknya bersifat non polar.

2. Kolom fase terbalik

Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar, kebalikan dari fase normal (Mulja, 1995).

d. Detektor

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadarnya (analisis kuantitatif). Detektor yang baik adalah detektor dengan sensitifitas tinggi, gangguan yang rendah dan memberi respon untuk semua senyawa.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Ruang Lingkup : Metode ini digunakan untuk penetapan kadar benzoat,

sorbat dan sakarin dalam minuman ringan.

Acuan : MAPPOM No. 43/MA/93

3.1.1 Tempat Pengujian

Pengujian penetapan kadar asam benzoat dalam minuman ringan secara kromatografi cair kinerja tinggi dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I N0.2 Medan.

3.1.2 Peralatan

HPLC (High Perpormance Liquid Chromatography), branson ultrasonic,

beaker glass 50 ml, labu tentukur 50 ml; 100 ml, membran filter ukuran 0,45µm,

pipet volume 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 ml, timbangan analitik, kertas aluminium foil,

batang pengaduk.

3.1.3 Bahan

Kalium dihidrogen posfat (KH2PO4), dikalium hidrogen posfat (K2HPO4),


(22)

3.1.4 Pembuatan Pereaksi 3.1.4.1 Dapar Posfat pH 6,8

Ditimbang dikalium hidrogen posfat 0,8709 gram dan 0,6800 gram kalium dihidrogen posfat kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur, dilarutkan dengan aquabidest hingga 1000 ml dan dihomogenkan dengan branson ultrasonik.

3.1.4.2Metanol 60,0 %

Diencerkan 600 ml metanol P dengan aquabidest 400 ml dalam beaker glass 1000 ml dan dihomogenkan dengan branson ultrasonik.

3.1.4.3Fase Gerak Dapar Posfat : Metanol (92 : 8)

Dimasukkan 920 ml dapar posfat pH 6,8 dan 80 ml metanol 60,0% kedalam labu tentukur 1000 ml dan dihomogenkan dengan branson ultrasonik.

3.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 3.2.1 Pengaturan Kondisi Sistem

Sistem diperiksa dan dicek untuk meyakinkan apakah sistem pengalir pelarut telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia cukup pelarut di dalam botol pelarut, sistem pengawasan pelarut bekerja dengan baik untuk menghilangkan gelembung udara, penyaring pelarut sudah dipasang, dan detektor yang sesuai sudah terpasang dengan benar.

3.2.2 Mengaktifkan Sistem

Setelah masing-masing sistem diatur, hubungkan setiap sistem dengan sumber arus listrik. Tekan tombol POWER pada pompa, detektor UV-VIS ke posisi ON dan CBM (Communication Bus Module) ke posisi ON.


(23)

3.2.3 Penentuan Garis Alas (Base Line)

Bila nilai absorbansi yang ditampilkan pada detektor UV-VIS telah menunjukkan 0,000, biarkan beberapa menit sampai diperoleh garis alas yang relatif cukup lurus yang menandakan sistem telah stabil.

3.2.4 Penyuntikan Fase Gerak

Dimasukkan fase gerak kedalam injektor dengan menggunakan mikroliter syringe, putar injektor keposisi INJECT.

3.3 Prosedur 3.3.1 Larutan Uji

Ditimbang seksama lebih kurang 5 gram sampel dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan metanol 60,0% sampai garis tanda, kemudian disaring dengan membran filter ukuran 0,45 μm dan dihawaudarakan (A).

3.3.2 Larutan Baku 3.3.2.1 Baku Induk

Ditimbang 50 mg natrium benzoat dan dimasukkan dalam labu ukur 50 ml, kemudian dilarutkan dengan metanol 60 % dan diencerkan sampai garis tanda.

3.3.2.2 Baku Kerja

Dipipet masing-masing 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 ml larutan baku induk dan dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml diencerkan dengan metanol 60,0% sampai dengan garis tanda kemudian disaring dengan membran filter ukuran 0,45μm dan dihawaudarakan (B).


(24)

3.3.2.2.1 Cara Penetapan

Larutan A dan B disuntikkan secara terpisah kedalam kolom kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan dilakukan kromatografi cair kinerja tinggi dengan kondisi menggunakan kolom L1/C18, semua penetapan dilakukan pada UV-VIS absorbansi detektor dengan panjang gelombang 255 nm, kecepatan aliran 1,0 ml/menit, volume penyuntikan 20μl dengan fase gerak metanol : dapar posfat (8:92) disaring menggunakan membran filter 0,45 μm dan dihawaudarakan. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari terbentuknya puncak yang direkam oleh CBM (Communication Bus Module) yakni sejenis penghubung dengan sistem komputer yang dilengkapi dengan pencetak kromatogram.


(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Pada percobaan penetapan kadar asam benzoat dalam minuman ringan secara kromatografi cair kinerja tinggi, diketahui bahwa minuman ringan yang diuji mengandung asam benzoat dengan kadar 587,0715 mg/kg.

Contoh perhitungan dan kromatogram hasil pengujian dari kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Pembahasan

Dari hasil percobaan penetapan kadar asam benzoat dalam minuman ringan secara kromatografi cair kinerja tinggi, diketahui bahwa minuman ringan mengandung asam benzoat dengan kadar asam benzoat yang diperoleh adalah 587,0715 mg/kg, sampel minuman ringan tersebut memenuhi persyaratan, karena menurut SNI 01-0222-1995 dan PerMenKes RI No.722/MenKes/Per/IX/88 batas maksimum penggunaan asam benzoat dalam minuman ringan adalah 600 mg/kg.

Asam benzoat biasa dipakai dalam bentuk garam natrium karena lebih mudah larut dari pada bentuk asamnya, tetapi bentuk yang aktif ialah asamnya dan garam natrium diubah menjadi asam bebas selama pemakaian. Rentang pH optimum untuk aktivitas antimikroba asam benzoat 2,5-4,0 yang menyebabkan sangat cocok untuk makanan berasam tinggi seperti minuman buah, sari apel, minuman bikarbonat dan acar (Deman, 1997).


(26)

Asam benzoat sebagai pengawet merupakan bahan tambahan pangan yang diperbolehkan penggunaannya akan tetapi bila dikonsumsi terus-menerus dapat membahayakan kesehatan, sebab bahan tersebut ada kemungkinan bersifat mutagenik atau karsinogenik yang dapat menimbulkan kelainan genetik, kanker, penuaan sel dan kerusakan organ yang lain (Baliwati, 2004).

Dalam pengujian ini, kadar benzoat dihitung sebagai asam, namun sebelumnya ditentukan terlebih dahulu kadar Natrium benzoat dalam sampel dengan menggunakan rumus persamaan regresi yaitu y = a + bx, kemudian dilanjutkan dengan penetapan kadar asam benzoat.

Asam benzoat dalam minuman ringan dapat ditetapkan kadarnya secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisah baik, peka, penyiapan sampel mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai.

Penetapan kadar asam benzoat dilakukan dengan fase kolom terbalik (fase diam bersifat non polar dan fase gerak polar) dengan fase gerak dapar posfat : metanol (92 : 8). Hal ini karena asam benzoat yang bersifat polar, sehingga akan lebih mudah pengujiannya dengan menggunakan fase jenis ini. Panjang gelombang analisis yang dipilih adalah 255 nm, karena pada panjang gelombang tersebut, asam benzoat memberi puncak yang baik. Pada panjang gelombang ini, asam benzoat yang dikandung ditunjukkan dengan adanya puncak pada waktu retensi 6,417(penyuntikan I) dan 6,408 (penyuntikan II) menit setelah sampel disuntikkan dengan luas area 2776233 (penyuntikan I) dan 2414019 (penyuntikan II).


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan penetapan kadar asam benzoat dalam minuman ringan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) diperoleh bahwa dalam minuman ringan yang diuji mengandung asam benzoat dengan kadar 587,0715 mg/kg, minuman ringan ini memenuhi persyaratan karena memenuhi syarat jumlah batas maksimum asam benzoat dalam minuman ringan yaitu 600 mg/kg.

5.2 Saran

Agar instansi yang terkait terus melakukan upaya rutin untuk memeriksa makanan dan minuman yang mengandung bahan tambahan pangan, dan jika menemukan makanan dengan bahan tambahan makanan yang dilarang beredar agar segera ditindak lanjuti sehingga dapat membantu menjaga kesehatan masyarakat.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1992). Kumpulan Hand-Out Kursus Singkat Analisa Pangan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hal. 3.

Badan Standarisasi Nasional. (1995). Limun SNI 01-0222-1995. Jakarta. Hal. 73. Baliwati, Y.F. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Cetakan I. Jakarta: Penerbit

Swadaya. Hal. 89.

Cahyadi, W. (2006). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 5, 9.

Deman, J.M. 1997. Kimia Makanan. Edisi Kedua. ITB. K.Pandawinata: Bandung. Desrosier, N.W. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI- Press.

Hal.388.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 47-48.

MAPPOM No. 43/MA/1993. Tentang metoda penetapan kadar asam benzoat. sorbat dan sakarin.

Mulja, M dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 237, 244-255.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.379.

Syah, D. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian.

Widodo. (2008). Mengenal Minuman Ringan Berkarbonasi (Soft drink).

http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=92.Tgl. 27 April 2010.

Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 220, 224-225.

Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya Dibalik lezatnya Makanan. Penerbit Andi: Yogyakarta. Hal. 71.


(29)

Lampiran

Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Minuman Ringan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

Sampel: Juice Sun Boi Paten Tabel 1. Data Sampel

Nama Zat Bobot

Baku Na. Benzoat 53,1 mg

Sampel I (Minuman Ringan) 5,4954 g

Sampel II (Minuman Ringan) 5,0011 g

Tabel 2. Hasil ( Larutan Baku)

NO Seri (ml/50 ml) Kadar (μg/20 μl) Y (area)

Retention Time (RT)

1 0,5 0,2124 800609 6,525

2 1 0,4248 1311129 6,508

3 2 0,8496 3072324 6,442

4 3 1,2744 4655227 6,417

5 4 1,6992 6302946 6,392

Na.Benzoat 53,1 mg dalam labu 50 ml, Konsentrasi Baku induk = 53,1 mg/50 ml = 1,062 mg/ml. Kemurnian Baku = 100,51 %.


(30)

Contoh perhitungan Kadar (μg/20 μl) Rumus : n Pengencera Faktor Induk Baku i Konsentras x ml ml seri       50

x Volume Penyuntikan

50 062 , 1 5 , 0 x

= 0,01062 mg/ml

= 10,62 μg/ml x 20 μl = 0,2124 μg/μl

Tabel 3. Hasil ( Sampel )

Penyuntikan Retention Time (RT) Area

1 6,417 2776233

2 6,408 2414019

Perhitungan

Kadar Na.Benzoat (Penyuntikan I) :

Y = a + bx

Y (Area) = 2776233

a (Tetapan Regresi/intersep) = -135356,82 b (Koefisien Regresi/Slope) = 3770742,33 x = Kadar ( mg/ ml )

Y = a + bx

2776233 = -135356,82 + 3770742x x = 2776233 + 135356,82


(31)

Kadar Asam Benzoat I : Baku Kadar x x n Pengencera Faktor x Sampel Berat X x Benzoat Na BM Benzoat Asam BM 20 1000 . = 11 , 144 12 , 122 x 4954 , 5 7722 , 0

x 100 x

20 1000

x 100,51 %

= 598,4149 mg/kg

Kadar Na.Benzoat (Penyuntikan II) :

Y = a + bx

Y (Area) = 2414019

a (Tetapan Regresi/intersep) = -135356,82 b (Koefisien Regresi/Slope)= 3770742,33 x = Kadar ( mg/ ml)

Y = a + bx

2414019 = -135356,82 + 3770742,33x x = 2414019 + 135356,82

x = 0,6761

Kadar Asam Benzoat II :

Baku Kadar x x n Pengencera Faktor x Sampel Berat X x Benzoat Na BM Benzoat Asam BM 20 1000 . = 11 , 144 12 , 122 x 0011 , 5 6761 , 0

x 100 x

20 1000

x 100,51 %

= 575,7280 mg/kg

Kadar Asam Benzoat Rata – rata :

2 7280 , 575 4149 , 598 


(1)

Asam benzoat sebagai pengawet merupakan bahan tambahan pangan yang diperbolehkan penggunaannya akan tetapi bila dikonsumsi terus-menerus dapat membahayakan kesehatan, sebab bahan tersebut ada kemungkinan bersifat mutagenik atau karsinogenik yang dapat menimbulkan kelainan genetik, kanker, penuaan sel dan kerusakan organ yang lain (Baliwati, 2004).

Dalam pengujian ini, kadar benzoat dihitung sebagai asam, namun sebelumnya ditentukan terlebih dahulu kadar Natrium benzoat dalam sampel dengan menggunakan rumus persamaan regresi yaitu y = a + bx, kemudian dilanjutkan dengan penetapan kadar asam benzoat.

Asam benzoat dalam minuman ringan dapat ditetapkan kadarnya secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisah baik, peka, penyiapan sampel mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai.

Penetapan kadar asam benzoat dilakukan dengan fase kolom terbalik (fase diam bersifat non polar dan fase gerak polar) dengan fase gerak dapar posfat : metanol (92 : 8). Hal ini karena asam benzoat yang bersifat polar, sehingga akan lebih mudah pengujiannya dengan menggunakan fase jenis ini. Panjang gelombang analisis yang dipilih adalah 255 nm, karena pada panjang gelombang tersebut, asam benzoat memberi puncak yang baik. Pada panjang gelombang ini, asam benzoat yang dikandung ditunjukkan dengan adanya puncak pada waktu retensi 6,417(penyuntikan I) dan 6,408 (penyuntikan II) menit setelah sampel disuntikkan dengan luas area 2776233 (penyuntikan I) dan 2414019 (penyuntikan II).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan penetapan kadar asam benzoat dalam minuman ringan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) diperoleh bahwa dalam minuman ringan yang diuji mengandung asam benzoat dengan kadar 587,0715 mg/kg, minuman ringan ini memenuhi persyaratan karena memenuhi syarat jumlah batas maksimum asam benzoat dalam minuman ringan yaitu 600 mg/kg.

5.2 Saran

Agar instansi yang terkait terus melakukan upaya rutin untuk memeriksa makanan dan minuman yang mengandung bahan tambahan pangan, dan jika menemukan makanan dengan bahan tambahan makanan yang dilarang beredar agar segera ditindak lanjuti sehingga dapat membantu menjaga kesehatan masyarakat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1992). Kumpulan Hand-Out Kursus Singkat Analisa Pangan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Hal. 3.

Badan Standarisasi Nasional. (1995). Limun SNI 01-0222-1995. Jakarta. Hal. 73. Baliwati, Y.F. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Cetakan I. Jakarta: Penerbit

Swadaya. Hal. 89.

Cahyadi, W. (2006). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 5, 9.

Deman, J.M. 1997. Kimia Makanan. Edisi Kedua. ITB. K.Pandawinata: Bandung. Desrosier, N.W. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI- Press.

Hal.388.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 47-48.

MAPPOM No. 43/MA/1993. Tentang metoda penetapan kadar asam benzoat. sorbat dan sakarin.

Mulja, M dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 237, 244-255.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.379.

Syah, D. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian.

Widodo. (2008). Mengenal Minuman Ringan Berkarbonasi (Soft drink). http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=92.Tgl. 27 April 2010.

Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Hal. 220, 224-225.

Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya Dibalik lezatnya Makanan. Penerbit Andi: Yogyakarta. Hal. 71.


(4)

Lampiran

Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Minuman Ringan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

Sampel: Juice Sun Boi Paten Tabel 1. Data Sampel

Nama Zat Bobot

Baku Na. Benzoat 53,1 mg

Sampel I (Minuman Ringan) 5,4954 g Sampel II (Minuman Ringan) 5,0011 g

Tabel 2. Hasil ( Larutan Baku)

NO Seri (ml/50 ml) Kadar (μg/20 μl) Y (area)

Retention Time (RT)

1 0,5 0,2124 800609 6,525

2 1 0,4248 1311129 6,508

3 2 0,8496 3072324 6,442

4 3 1,2744 4655227 6,417

5 4 1,6992 6302946 6,392

Na.Benzoat 53,1 mg dalam labu 50 ml, Konsentrasi Baku induk = 53,1 mg/50 ml = 1,062 mg/ml. Kemurnian Baku = 100,51 %.


(5)

Contoh perhitungan Kadar (μg/20 μl) Rumus :

n Pengencera Faktor

Induk Baku i Konsentras x

ml ml

seri 

  

 

50

x Volume Penyuntikan

50 062 , 1 5 , 0 x

= 0,01062 mg/ml

= 10,62 μg/ml x 20 μl = 0,2124 μg/μl

Tabel 3. Hasil ( Sampel )

Penyuntikan Retention Time (RT) Area

1 6,417 2776233

2 6,408 2414019

Perhitungan

Kadar Na.Benzoat (Penyuntikan I) :

Y = a + bx

Y (Area) = 2776233

a (Tetapan Regresi/intersep) = -135356,82 b (Koefisien Regresi/Slope) = 3770742,33 x = Kadar ( mg/ ml )

Y = a + bx

2776233 = -135356,82 + 3770742x x = 2776233 + 135356,82


(6)

Kadar Asam Benzoat I : Baku Kadar x x n Pengencera Faktor x Sampel Berat X x Benzoat Na BM Benzoat Asam BM 20 1000 . = 11 , 144 12 , 122 x 4954 , 5 7722 , 0

x 100 x 20 1000

x 100,51 % = 598,4149 mg/kg

Kadar Na.Benzoat (Penyuntikan II) :

Y = a + bx

Y (Area) = 2414019

a (Tetapan Regresi/intersep) = -135356,82 b (Koefisien Regresi/Slope)= 3770742,33 x = Kadar ( mg/ ml)

Y = a + bx

2414019 = -135356,82 + 3770742,33x x = 2414019 + 135356,82

x = 0,6761

Kadar Asam Benzoat II :

Baku Kadar x x n Pengencera Faktor x Sampel Berat X x Benzoat Na BM Benzoat Asam BM 20 1000 . = 11 , 144 12 , 122 x 0011 , 5 6761 , 0

x 100 x 20 1000

x 100,51 % = 575,7280 mg/kg

Kadar Asam Benzoat Rata – rata :

2 7280 , 575 4149 , 598 