Hubungan karakteristik subyek penelitian dengan kadar MDA plasma

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar MDA plasma. Faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kadar MDA plasma, dengan nilai p0,05 signifikan, terdiri atas jenis kelamin, kelompok umur, kebiasaan makan setiap hari, dan riwayat orang tua obesitas. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa resiko terjadinya berat badan berlebih pada remaja dipengaruhi oleh pola makan setiap hari, kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, aktivitas berlebih, dan pajanan asap kendaraan. Diagram 4.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar MDA Plasma Pada uji Mann-Whitney didapatkan nilai p sebesar 0,025 0,05. Uji analisis statistik ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar MDA plasma. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel yang telah disebutkan sebelumnya, seperti perempuan lebih banyak proporsi obesitasnya dibandingkan laki-laki. Pada studi sebelumnya, paling banyak dinilai oxidative stress marker penanda stres oksidatif adalah jenis kelamin perempuan, karena kegiatan hormonal perempuan lebih kompleks dan lebih tinggi. 40 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 3kali hari 3 kali hari Kad ar M DA p las m a x10 -6 Jenis Kelamin : p0,05 Laki-laki Perempuan Diagram 4.2 Hubungan Kelompok Umur dengan Kadar MDA plasma Pada diagram 4.2 diatas, menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan pada kelompok umur. Pada uji kruskal-wilis diperoleh nilai p= 0,517 p0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelompok umur 18-19, 20, dan 21-22 tahun. Hal ini berseberangan dengan studi sebelumnya, dimana penelitian dilakukan oleh Benchter, et.al. menunjukkan perubahan MDA plasma yang meningkat terkait usia. Semakin tua umur seseorang semakin meningkat pula MDA plasmanya. 31 Semakin tua disini mengarah kepada kebiasaan dan gaya hidup yang semakin ekstrim, seperti pekerjaan dan lingkungan. Pekerjaan berat yang kebanyakan dilakukan oleh orang dewasa tentu berbeda dengan mahasiswa. 3 Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan faktor usia yang terlalu kecil sehingga tidak spesifik. 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 18-19 20 21-22 Kad ar M DA p las m a x 10 -6 Kelompok Umur : p0,05 Diagram 4.3 Hubungan Kebiasaan Makan per Hari dengan Kadar MDA plasma Berdasarkan diagram 4.3 didapatkan kebiasaan makan setiap hari dengan porsi yang banyak tidak menentukan status obesitas seseorang seperti penjelasan sebelumnya. Makanan dengan porsi yang banyak terutama makanan pokok cenderung memiliki variasi yang sama seperti nasi, sayur dan lainnya. Berbeda dengan makanan porsi sedikit, di Indonesia kebiasaan makan setiap hari adalah konsumsi nasi dan lauk pauknya, sedangkan selain itu dinyatakan hanya cemilan dan makanan ringan. Gambaran inilah yang mengarah kepada pola makan yang kurang dari 3 kali per hari justru lebih bervariasi dan banyak kandungan energinya, seperti makanan cepat saji, instant, dan olahan kimia yang lain, sehingga besar kemungkinan dengan kebiasaan seperti itu dapat meningkatkan peroksida lipid dan markernya berupa MDA juga meningkat. Pada Uji Kruskal-wilis,diperoleh nilai p= 0,049 0,05, angka tersebut dalam ambang batas nilai p, walupun demikian tetap memiliki hubungan yang bermakna. 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 3kali hari 3 kali hari ka d ar MDA p las m a x10 -6 Kebiasan makan hari : p0,05 Diagram 4.4 Hubungan Kebiasaan Makan Buah dan Sayur dengan Kadar MDA plasma Pada diagram 4.4 di atas, menunjukkan hubungan antara kebiasaan konsumsi buah dan sayur dengan kadar MDA plasma. Jumlah subyek dengan kebiasaan konsumsi buah dan sayur lebih dari 3 kali per minggu memiliki rerata kadar MDA plasma lebih rendah dibandingkan dengan subyek yang memiliki kebiasaan konsumsi buah dan sayur kurang dari 3 kali per minggu. Pada uji Mann-whitney diperoleh nilai p sebesar 0,167 p0,05. Pada analisis statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara kelompok subyek dengan konsumsi buah sayur terhadap kadar MDA plasma. Hal ini berbeda dengan beberapa literatur yang menyebutkan bahwa buah dan sayur mengandung vitamin yang dapat berperan sebagai antioksidan yang penting bagi sel tubuh untuk terhindar dari kerusakan. Secara teoritis, antioksidan dapat menghentikan dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas di dalam tubuh. Sehingga kebiasaan konsumsi buah dan sayur yang sering dapat menurunkan reaksi radikal bebas. Keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas dalam tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi buah dan sayur, namun beberapa sumber radikal bebas eksogen, seperti paparan asap kendaraan dalam aktivitas sehari-hari juga dapat melebihi jumlah antioksidan yang ada. 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 3 kali minggu 3 kali minggu ka d ar MDA p las m a x 10 -6 Kebiasaan konsumsi buah dan sayur

4.1.3. Analisi Bivariat

4.1.3.1. Hubungan Status IMT terhadap kadar MDA plasma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian obesitas dengan kadar MDA plasma. Dalam hal ini menggunakan korelasi dan perbedaan status IMT, sehingga menggunakan dua variabel, yaitu obesitas dan IMT normal. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney karena terdapat data dua variabel tidak berpasangan dan distribusi data tidak normal. Pada penelitian ini diperolah subyek berdasarkan status IMT yang terdiri dari normal dan obesitas menurut kriteria Asia Pasifik. 13 Masing- masing berjumlah 14 36,80 dan 24 63,20. Pada uji Mann-Whitney diperoleh nilai p= 0,000 0,01 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kadar MDA plasma. Tabel 4.4 Hubungan Status IMT terhadap Kadar MDA Plasma Variabel Status IMT P Value Normal Obesitas MDA plasma 1,03.10 -6 ± 0,43.10 -6 1,97.10 -6 ± 1,20.10 -6 0,000 : Signifikan p0,01 Studi sebelumnya menjelaskan kadar MDA menurun pada penderita obesitas yang mendapatkan terapi penurunan berat badan dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan terapi. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan pada penanda peroksida lipid MDA berhubungan dengan penurunan berat badan. Diagram 4.5 Hubungan Masing-masing Status IMT dengan MDA plasma Diagram 4.5 di atas menunjukkan bahwa dari tiga kelompok status IMT terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan normal dengan nilai p= 0,000 p0,05. Pada penelitian ini pengelompokan status IMT obesitas dan IMT normal berdasarkan kriteria Asia Pasifik.

4.2. Pembahasan Obesitas dan Peroksida Lipid

Obesitas meningkatkan mekanisme dan proses metabolik, sehingga meningkatkan pemakaian oksigen miokardium. Peningkatan konsumsi oksigen dapat meproduksi ROS, seperti superoksida, radikal hidroksil dan hidrogen peroksidase akibat dari peningkatan respirasi mitokondria. 29 Keluarnya elektron dapat menstimulasi reduksi satu elektron molekul oksigen pada pembentukan radikal superoksida. 30 Kejadian peroksida lipid sebagai akibat stress oksidatif dapat dinilai dengan adanya marker stress oksidatif. Pada beberapa literatur 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Normal Obesitas K ad ar M D A x10 -6 Status IMT : p0,01 memaparkan obesitas memiliki kadar MDA lebih tinggi dibandingkan yang non obesitas. Penetapan kadar MDA dengan metode uji asam tiobarbiturat TBA dapat diukur secara spektrofotometrik berdasarkan prinsip bahwa asam lemak tidak jenuh jamak PUFA dapat mengalami proses peroksidasi menjadi peroksida lipid yang kemudian mengalami dekomposisi menjadi malondialdehid MDA. MDA bila direaksikan dengan asam tiobarbituburat thiobarbiriuric acid atau TBA, akan membentuk senyawa berwarna merah muda yang menyerap cahaya pada panjang gelombang 532 nm. Jumlah MDA yang terbentuk dapat menggambarkan proses peroksidasi lipid. 22 Lipid peroksidase adalah suatu proses yang menghasilkan radikal bebas yang berlangsung di setiap struktur membran sel. Pada sebuah studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan lipid peroksidase. Mekanisme selanjutnya obesitas dapat bebas meningkatkan peroksidase lipid secara progresif dan akumulasi sel-sel mati yang disebabkan oleh tekanan massa tubuh yang besar. Kematian sel tersebut disebabkan oleh pelepasan sitokin, seperti TNF- α yang dapat menghasilkan ROS dari jaringan saat terjadi peroksidase lipid. 30,22 Perubahan MDA sebagai penanda peroksidase lipid, dapat dilihat pada overweight dan obesitas. Mungkin dianggap sebagai potensi faktor resiko komplikasi kardiovaskular . 31 Studi sebelumnya menjelaskan bahawa kadar MDA pada seseorang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan non obesitas yang kesehatannya terkontrol. 5 Penelitian sebelumnya oleh Fershad tahun 2007, memaparkan terjadi perbedaan yang signifikan, dimana di teliti antara perempuan obesitas dan non-obes dengan p=0,0001. 22 Pada penelitian ini, kadar MDA pada kelompok obesitas lebih tinggi daripada non obesitas. Hal ini kemungkinan ditandai oleh beberapa hal seperti peningkatan oksi-disability lipoprotein, atau penurunan

Dokumen yang terkait

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014

7 35 188

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Prevalensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.

0 9 53

Pustakawan akademik dan feasilibitas pengembangan insitutional repository (studi kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 16 14

Prevalensi Miopia Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011

0 6 59

Pustakawan Akademik dan Feasilibitas Pengembangan Insitutional Repository (Studi Kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 11 17

Gambaran kadar Malodialdehid (MDA) dalam urin perokok dan bukan perokok pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tahun 2013

3 22 48

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0