- Kebutuhan bahan bakar kayu bakar selama proses pengeringan kakao
Kebutuhan bahan bakar
k
NKB QT
= dimana; NKB
k
= Nilai kalor bakar kayu = 4000 kkalkg maka kebutuhan bahan bakar kayu bakar selama pengeringan kakao adalah
Kebutuhan bahan bakar kg
kkal 4000
al 54576,83kk
= = 13,64 kg
Jadi total kebutuhan bahan bakar kayu bakar selama proses pengeringan kakao adalah 13,64 kg.
Kebutuhan kayu bakar tiap jam kgjam Kebutuhan kayu bakarjam
N bakar
bahan total
Kebutuhan =
jam 8
13,64kg =
7 ,
1 = kgjam
Jadi kebutuhan kayu bakar tiap jamnya adalah 1,7 kgjam.
5.3. Analisa Biaya Penggunaan Alat Pengering Per Siklus
5.3.1. Analisa Biaya Penggunaan Alat pengering Dengan Bahan Bakar Kerosin
Analisa biaya penggunaan alat pengering ini adalah analisa biaya selama pengeringan per siklus. Untuk menghitung analisa biaya yang terjadi selama 1 siklus,
perlu dilihat data – data sebagai berikut: 1 siklus
= Waktu yang diperlukan untuk 1 kali proses pengeringan Waktu untuk 1 siklus N
= 10 jam 1.
Biaya Produksi a
Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya
produksi. Komponen-komponen biaya yang termasuk di dalam biaya tetap adalah biaya pembuatan alat pengering.
Besar biaya pembuatan alat pengering ini adalah Rp. 3.600.000,-.
Universitas Sumatera Utara
b Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya yang termasuk ke dalam biaya
variabel dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku biji kakao dan biaya bahan bakar kerosin.
- Biaya bahan baku biji kakao per siklus Rp
Harga 1 kg biji kakao basah = Rp. 5.000,-
Kapasitas biji kakao untuk 1 kali pengeringan = 7,5 kg maka biaya yang dikeluarkan untuk 1 kali pengeringan adalah
7,5 x Rp. 5.000,- = Rp. 37.500,- Jadi biaya bahan baku biji kakao per siklus adalah Rp. 37.500,-.
- Biaya bahan bakar kerosin per siklus Rp
Harga 1 liter kerosin = Rp. 7.000,- per desember 2009
Kebutuhan kerosin tiap jam = 0,75 literjam
Kebutuhan bahan bakar kerosin per siklus liter 0,75 literjam
× 10 jam = 7,5 liter maka biaya bahan bakar kerosin per siklus adalah Rp
Rp. 7.000,- × 7,5 = Rp. 52.500,-
Jadi biaya bahan bakar kerosin per tahun adalah Rp. 52.500,-.
Tabel 5.9. Total biaya produksi untuk pengeringan biji kakao per siklus No
Uraian Satuan
Jumlah Harga satuan
Rp Jumlah
Rp I
Biaya Tetap
1 Alat pengering
unit 1
- 3.600.000,-
Total Biaya Tetap 3.600.000,-
II Biaya Variabel
1 Biji kakao
kg 7,5
5.000,- 37.500,-
2 Bahan bakar kerosin
liter 7,5
7.000,- 52.500,-
Total Biaya Variabel 90.000,-
Total Biaya Produksi I + II 3.690.000,-
Universitas Sumatera Utara
2. Biaya Penerimaan
Biaya penerimaan adalah biaya yang diterima melalui proses penjualan kakao yang telah dikeringkan. Biaya penerimaan ini dihitung untuk satu kali produksi
pengeringan kakao. Biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan kakao adalah sebagai berikut.
Harga 1 kg kakao kering = Rp. 24.000- per desember 2009
1 kali pengeringan menghasilkan 3,23 kg kakao kering maka biaya penerimaan per siklus adalah Rp
3,23 × Rp. 24.000,- = Rp. 77.520,-
Jadi biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan adalah Rp. 77.520,-. 3.
Analisis Titik Impas Break Even Point Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara volume
produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, serta laba dan rugi. Dengan kata lain analisis titik impas merupakan teknik untuk mengetahui
besarnya volume pendapatan dari pengeringan biji kakao sehingga produksi kakao kering tidak mengalami kerugian.
Nilai BEP dalam jumlah pengeringan dapat dihitung dengan persamaan 2.19. BEP
variabel Biaya
- penerimaan
Biaya tetap
Biaya =
BEP
90000 77520
3600000 −
=
= -288,5 ≈ -289 kali pengeringan
Dari hasil perhitungan di atas, nilai BEP untuk pengeringan kakao dengan menggunakan bahan bakar kerosin adalah – 289 kali pengeringan. ini artinya bahwa
pengeringan menggunakan bahan bakar kerosin untuk saat ini mengalami kerugian, hal ini dikarenakan biaya pengeluaran untuk tiap kali pengeringan saat ini lebih besar
daripada biaya penerimaan. Jadi dari segi biaya, pengeringan dengan menggunakan
bahan bakar kerosin mengalami kerugian. 5.3.2. Analisa Biaya Penggunaan Alat pengering Dengan Bahan Bakar Kayu
Bakar
Analisa biaya penggunaan alat pengering ini adalah analisa biaya selama pengeringan per siklus. Untuk menghitung analisa biaya yang terjadi selama 1 siklus,
perlu dilihat data – data sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 siklus = Waktu yang diperlukan untuk 1 kali proses pengeringan
Waktu untuk 1 siklus N = 8 jam
1. Biaya Produksi
a Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Komponen-komponen biaya yang termasuk di dalam biaya tetap adalah
biaya pembuatan alat pengering. Besar biaya pembuatan alat pengering ini adalah Rp. 3.600.000,-.
b Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya yang termasuk ke dalam biaya
variabel dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku biji kakao. -
Biaya bahan baku biji kakao per siklus Rp Harga 1 kg biji kakao basah
= Rp. 5.000,- Kapasitas biji kakao untuk 1 kali pengeringan = 7,5 kg
maka biaya yang dikeluarkan untuk 1 kali pengeringan adalah 7,5
× Rp. 5.000,- = Rp. 37.500,- Jadi biaya bahan baku biji kakao per siklus adalah Rp. 37.500,-.
- Biaya bahan bakar kayu per siklus Rp
Harga 1 kg kayu = Rp. 500,-
Kebutuhan kayu bakar tiap jam = 1,7 kgjam Kebutuhan bahan bakar kayu per siklus kg
1,7 kgjam × 8 jam = 13,64 kg maka biaya bahan bakar kayu per siklus adalah Rp
Rp. 500,- × 13,64 = Rp. 6.820,- Jadi biaya bahan bakar kayu per siklus adalah Rp. 6.820,-.
Total biaya produksi untuk proses pengeringan kakao dengan bahan bakar kayu bakar dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10. Total biaya produksi untuk pengeringan biji kakao per siklus No
Uraian Satuan
Jumlah Harga satuan
Rp Jumlah
Rp I
Biaya Tetap
1 Alat pengering
unit 1
- 3.600.000,-
Total Biaya Tetap 3.600.000,-
II Biaya Variabel
1 Biji kakao
kg 7,5
5.000,- 37.500,-
2 Bahan bakar kayu
kg 13,64
500,- 6.820,-
Total Biaya Variabel 44.320,-
Total Biaya Produksi I + II 3.644.320,-
2. Biaya Penerimaan
Biaya penerimaan adalah biaya yang diterima melalui proses penjualan kakao yang telah dikeringkan. Biaya penerimaan ini dihitung untuk satu kali produksi
pengeringan kakao. Biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan kakao adalah sebagai berikut.
Harga 1 kg kakao kering = Rp. 24.000,- per desember 2009
1 kali pengeringan menghasilkan 3,23 kg kakao kering maka biaya penerimaan per siklus adalah Rp
3,23 × Rp. 24.000,- = Rp. 77.520,-
Jadi biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan adalah Rp. 77.520,-. 3.
Analisis Titik Impas Break Even Point Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara volume
produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, serta laba dan rugi. Dengan kata lain analisis titik impas merupakan teknik untuk mengetahui
besarnya volume pendapatan dari pengeringan biji kakao sehingga produksi kakao kering tidak mengalami kerugian.
Nilai BEP dalam jumlah pengeringan dapat dihitung dengan persamaan 2.19. BEP
variabel Biaya
- penerimaan
Biaya tetap
Biaya =
Universitas Sumatera Utara
BEP 44320
77520 3600000
− =
= 108,4 ≈ 108 kali pengeringan
Jadi nilai BEP untuk pengeringan kakao menggunakan bahan bakar kayu bakar adalah sebanyak 108 kali pengeringan. Artinya adalah proses pengeringan yang
dilakukan sebanyak 108 kali menjadi titik impas awal atau laba dan rugi sama dengan Rp. 0,-.
Dari nilai BEP di atas akan diperoleh nilai BEP dalam bentuk biaya Rp dan jumlah biji kakao kg.
Rp. 77.520,- × 108 = Rp. 8.372.160,-
7.5 kg ×108 = 810 kg.
810 3.600.000
8.372.160
Jumlah biji kakao kg
Penjualan Biaya Rp
BEP TR
TC
Gambar 5.7. Grafik Break Even Point pengeringan kakao bahan bakar kayu
Keterangan gambar : TR
= Total Revenue total penerimaan TC
= Total Cost
Universitas Sumatera Utara
5.3.3. Perbandingan Analisa Biaya Berdasarkan Bahan Bakar yang Digunakan