ANALISIS KINERJA KEUANGANPADA PT FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

ANALISIS KINERJA KEUANGANPADA
PT FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

SKRIPSI

Oleh
Zuraida Amala
09610339

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013
 
 
 

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA
PT FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi


Oleh
Zuraida Amala
09610339

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

 

 

KATA PENGANTAR

Bismillah’hirohman nir’rohim
Assalamu’aliakum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan pada PT Federal International
Finance”.
Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk
memenuhi persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program
Studi Manajemen.
Selama penyusunan skripsi ini, peneliti telah mendapat bimbingan,
dorongan, motivasi, dan bantuan dari semua pihak yang dengan keikhlasan
serta ketulusannya memberikan dukungan baik moril maupun meteril dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Dr. H. Nazaruddin Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Aniek Rumijati, M.M selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Dr. Widayat, M.M dan Dr. Warsono, M.M selaku Dosen Pembimbing I dan
II Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, yang penuh perhatian dan
kesabaran serta kesediaan beliau dalam meluangkan waktu guna
membimbing penulis sampai terselesaikannya penyusunan dan penulisan
skripsi ini.

4. Dra. Nurul Asfiyah, M.M. selaku Dosen Wali Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, yang selalu mengarahkan
dan mendampingi.
5. Bapak Urip Arfan dan Ibu Suwarti selaku orang tua beserta keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan penuh serta kasih sayang yang
sangat berharga.
6. Hariyadi yang telah memberi dukungan penuh dan meluangkan waktunya
sampai terselesaikannya skripsi ini, serta telah memberi pelajaran yang
bernilai dalam kehidupan.
7. Sahabat dan teman-teman penulis Fitri dan Dewi yang telah memberi
semangat dan motivasi.
8. Kepada sahabat seangkatan 2009 Rini, Ika dan Umi yang telah memberi
keceriaan, ketabahan dan kekuatan selama masuk di Universitas
Muhammadiyah Malang.

Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini
jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki peneliti, untuk itu koreksi dan saran yang sifatnya konstruktif
sangat diharapkan demi perbaikan bagi peneliti dimasa yang akan datang.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.
Amin….Amin…. Ya Rabbalalamin…
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
 
 
Malang, 19 Maret 2013
Penulis,

Zuraida Amala
 
 
 
 
 
 

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................


iii

DAFTAR ISI .............................................................................................

v

DAFTAR TABEL .....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

x

ABSTRAK ...............................................................................................


xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................

6

C. Tujuan Masalah .............................................................................

6

D. Kegunaan Penelitian ......................................................................

6


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................................

8

B. Tinjauan Teori ................................................................................

8

C. Kerangka Pikir ...............................................................................

27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...............................................................................

29

B. Data dan Sumber Data ...................................................................


29

C. Teknik Pengumpulan Data .............................................................

30

D. Definisi Operasional Variabel........................................................

30

E. Teknik Analisis Data......................................................................

33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan PT FIF ...........................................

33


B. Analisis Data ..................................................................................

36

C. Pembahasan....................................................................................

41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................

55

B. Saran .............................................................................................

55

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

57


LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pencapaian Pendapatan FIF .......................................................

4

Tabel 3.1 Variabel Penilaian Kinerja Berdasarkar Konsep Rasio ..............

34

Tabel 4.1 Hasil perhitungan dengan rasio keuangan..................................

39

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka pikir........................................................................


28

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Perhitungan dari Rasio Keuangan

Lampiran 2

: Perhitungan Komponen Pembentuk Rasio

Lampiran 3

: Laporan Neraca PT Federal International Finance Pada
Tahun 2008-2011

Lampiran 4

: Laporan Laba Rugi PT Federal International Finance Pada
Tahun 2008-2011

DAFTAR PUSTAKA
Cornett, M.M. dan A, Saunders. 2008. Financial Institutions Management. Sixth
Edition.Mcgraw-Hill. Singapore.
Cornett, M.M. dan A, Saunders. 1999. Fundamental Of Financial Intermediation
Management. First Edition. Mcgraw-Hill. Singapore.
Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Industri Pembiayaan Indonesia. http://www.icn.com. Diakses pada tanggal 15
oktober 2012.
Ketentuan Kinerja Perusahaan Pembiayaan. http://www.ifsa.or.id. Diakses pada
30 oktober 2012.
Kinerja Pembiayaan Federal International Finance. http://www.fifkredit.com.
Diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
Kriteria Rating 170 Perusahaan Pembiayaan. http://www.bapepamlk.co.id.
Diakses pada 15 november 2012.
Mamduh. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Salemba. Jakarta.
Mulyadi, 2007, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Salemba
Empat, Jakarta.
Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Pencapaian Kinerja Lembaga Pembiayaan.
Diakses pada 4 Desember 2012.

http://www.seputarindonesia.co.id.

Rahman, Handik. 2012. “Analisis Kinerja Keuangan Industri Finance Yang Go
Publik di BEI”. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi.
Universitas Muhammadiyah Malang.
Ridwan, S, Sundjaya. dan Baruan, Inge. 2003. Manajemen Keuangan 1. Edisi
Kelima. Literata Lintas Media. Jakarta.
Ross. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan. Upp Stim Ykpn. Yogyakarta.
Santoso, Muhammad, 2010. “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Multifinance
Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi, Tidak
Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah
Malang.

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta
Silvanita, Ketut. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi 3. Bayu Media
Publishing. Malang.
 

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan bisnis pembiayaan di dalam negeri ini cukup pesat. Hal
ini terbukti dengan kinerja pembiayaan di tahun 2006-2008 yang lalu.
Menurut Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) pertumbuhan
nilai industri multifinance pada waktu itu tumbuh 17,4% pertahun. Pada awal
tahun 2009 sedikit melambat dibanding tahun-tahun sebelumnya, hal ini
terutama disebabkan karena imbas dari krisis ekonomi global yang terjadi
pada akhir tahun 2008.
Pertumbuhan industri multifinance ini, didukung oleh kondisi ekonomi
dalam negeri yang mulai membaik. Penurunan suku bunga BI pada akhir 2009
lalu juga ikut mendorong pertumbuhan multifinance. Pertumbuhan industri
pembiayaan di Indonesia selama ini masih mengandalkan sewa guna usaha
(leasing) dan pembiayaan konsumen (pembiayaan mobil dan sepeda motor)
dengan kontribusi mencapai 95% dari total pembiayaan.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada 2009 total nilai
pembiayaan mencapai Rp 137,2 triliun atau naik 4,3% dari tahun sebelumnya
Rp 131,6 triliun.

Dimana pembiayaan konsumen senilai Rp 90,3 triliun

memberikan kontribusi terbesar yaitu 65,78%. Perkembangan multifinance
tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih banyak ke
sektor konsumsi. Dari segi asset, industri multifinance berkembang cukup

2

pesat. Total aset secara nasional pada akhir 2009 tumbuh menjadi
Rp 174 triliun dari tahun sebelumnya Rp 168,4 triliun, atau terjadi kenaikan
3,3%. (www.icn.com )
Saat ini bisnis pembiayaan menjadi penopang utama penjualan
otomotif dan penjualan alat berat. Penjualan otomotif dibiayai secara kredit
sebesar 80%. Menurut APPI potensi penjualan kredit dari penjualan mobil dan
motor baru diperkirakan bisa mencapai Rp 110 triliun untuk tahun 2010.
Sementara untuk anjak piutang dan kartu kredit, nilai transaksinya relatif kecil
karena belum banyak dikenal masyarakat.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
saat ini memperketat izin usaha multifinance. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No.84/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, saat ini modal
disetor atau simpanan pokok yang harus disetor oleh multifinance minimum
Rp100 miliar. Hal ini untuk menghindari adanya kemungkinan praktik jual
beli izin usaha multifinance yang terjadi di industri jasa pembiayaan.
Lembaga pembiayaan konsumen di Indonesia dimulai pada tahun
1988, yaitu dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang
Lembaga

Pembiayaan,

dan

Keputusan

Menteri

Keuangan

No 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan. Kedua keputusan inilah yang merupakan titik awal dari
sejarah perkembangan pengaturan pembiayaan kosumen sebagai lembaga
bisnis pembiayaan di Indonesia.

3

PT Federal International Finance (“Perseroan”) didirikan di Jakarta
pada tanggal 1 Mei 1989 dengan nama PT Mitrapusaka Artha Finance.
Selanjutnya, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan tanggal
21 Oktober 1991 telah menyetujui perubahan nama Perseroan menjadi PT
Federal International Finance yang merupakan perusahaan pembiayaan yaitu
badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus
didirikan untuk melakukan lembaga pembiayaan.
FIF juga merupakan salah satu perusahaan pembiayaan konsumen
(consumers finance company) yaitu badan usaha yang melakukan pembiayaan
pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran
angsuran secara berkala. Selain itu FIF juga disebut lembaga pembiayaan
yaitu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal
dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Kegiatan pembiayaan yang dilaksanakan oleh FIF di sepanjang
eksistensinya di pasar Indonesia terus mencetak prestasi demi prestasi dari
tahun ke tahun. Sebagai perusahaan pembiayaan terkemuka, PT Federal
International Finance (FIF) selama tiga tahun berturut-turut yaitu pada tahun
2009-2011 juga berhasil meraih Corporate Image Award atau yang lebih
dikenal sebagai Indonesia's Most Admired Companies (IMAC) Award 2011
dalam kategori Leasing for 2 Wheel Automotive. Sehingga FIF juga
senantiasa menyempurnakan strategi bisnisnya.
Seiring dengan semakin menariknya program-program kredit sepeda
motor Honda yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan pembiayaan

4

persaingnya. FIF terus melakukan transformasi diri demi memanfaatkan
berbagai kesempatan bisnis di tengah cerahnya prospek usaha di masa
mendatang. FIF percaya bahwa kinerja internal yang solid dan kreativitas
masing-masing divisi bisnisnya akan membawa perusahaan untuk senantiasa
menjadi yang terdepan di tengah kerasnya persaingan.
Pencapaian pendapatan yang dihasilkan oleh FIF berdasarkan laporan
keuangan periode 2009 - 2011 yang ditunjukkan oleh Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Data Pencapaian Pendapatan dari Laporan Keuangan Periode 2009-2011
( Dalam Ribuan Rupiah )
Keterangan
Asset
Pendapatan

2009
9.128.353
4.134.898

2010
12.068.061
4.526.884

2011
17.390.356
4.975.433

Sumber: Laporan Tahunan FIF

Berdasarkan dari Tabel 1.1 yang telah dipaparkan diatas, dapat
diketahui bagaimana pencapaian pendapatan yang diperoleh FIF periode
2009-2011, dengan asset pada tahun 2010 yang naik sebesar 32% dan pada
tahun 2011 meningkat dengan hasil 44%. Pendapatan cenderung tidak berubah
pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 10%.
Hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa FIF memperoleh
hasil pendapatan yang didapatkan setara dengan tahun lalu, laba yang semakin
menurun ditahun 2011, dan piutang yang dimiliki tidak menyusut justru
sebaliknya, dengan alasan tersebut menyebabkan perlunya analisis untuk
mengetahui kinerja keuangan FIF.

5

Analisis kinerja pada industri perusahaan pembiayaan keuangan dapat
diukur berdasarkan rasio-rasio dari laporan keuangan, dan analisis rasio
keuangan tersebut berbeda antar multifinance. Hal ini dilakukan karena
mengingat bapepam-LK dan BI yang belum menstandarisasikan UU untuk
industri multifinance. (www.detikfinance.com).
Dalam pengukuran rasio keuangan tersebut dapat dipergunakan oleh
perusahaan dalam rangka memutuskan langkah di masa yang akan datang.
Rasio tersebut digunakan sebagai ukuran dalam mengadakan interpretasi dan
analisis laporan keuangan suatu lembaga pembiayaan. Hasil dari analisis dari
rasio keuangan ini berguna bagi pihak lembaga dalam mengetahui kelemahankelemahan dari setiap kegiatan dan dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan pengelolaan dana.
Penilaian kinerja keuangan dengan rasio tersebut memerlukan data
pokok laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan yang dipakai sebagai
input dalam rasio keuangan. Analisis rasio tersebut menghubungkan unsurunsur neraca dan perhitungan laba rugi sehingga dapat memberikan gambaran
operasional perusahaan setiap tahun (masa lalu maupun sekarang), serta dapat
menilai seberapa jauh efektifitas dan efisiensi perusahaan telah dilakukan.

6

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggangkat judul
“ Analisis Kinerja Keuangan Pada PT Federal International Finance ( FIF )”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dikemukakan masalah
yang akan diteliti adalah : “ Bagaimana Kondisi kinerja keuangan PT Federal
International Finance (FIF) pada tahun 2008 – 2011?”

C. Batasan Masalah.
Penelitian ini dibatasi pada kinerja keuangan PT Federal International
Finance (FIF) tahun 2008 – 2011.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian
perusahaan

ini

pada

tahun 2008 – 2011.

bertujuan
PT

untuk

Federal

mengetahui

internasional

kinerja

finance

keuangan

(FIF)

pada

7

2. Manfaat Penelitian
a. Bagi manajemen PT Federal International Finance
Penelitian

ini diharapkan akan dapat

memberi manfaat

perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
dimasa yang akan datang.
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini berguna sebagai referensi untuk menganalisis
kinerja perusahaan pembiayaan yang akan dilakukan oleh peneliti
selanjutnya.

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2010) dengan objek
multifinance di BEI. Hasil penelitian yang dilakukan tersebut adalah selama 3
tahun terakhir yaitu tahun 2006-2008. kinerja keuangan PT.Adira Dinamika
Tbk memperoleh kinerja yang terbaik.
Bahan pertimbangan kedua yaitu berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Handik (2012) dengan objek industri finance. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian tersebut adalah Perusahaan finance pada tahun
2003-2010 mengalami peningkatan.

B. Tinjauan Teori
Tinjauan teori berikut merupakan teori-teori yang terkait dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti :
1. Penilaian Kinerja Perusahaan
Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan

9

yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan
manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut
efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang
menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul
terhadap perusahaan.
a) Kinerja Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu penilaian dasar
mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan
berdasarkan analisis. Tahap untuk melakukan analisis terhadap
keuangan suatu perusahaan yang dibutuhkan suatu tolak ukur yang
dapat menggambarkan kondisi dan prestasi yang dicapai oleh
perusahaan tersebut dengan cara melakukan perbandingan satu
perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau rata-rata
industrinya.
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya
memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk
memenuhi

kepentingan

para

anggotanya.

Keberhasilan

dalam

mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian
prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai
sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun
eksternal.
Menurut Mulyadi (2007: 337), Kinerja adalah keberhasilan
personil, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategis

10

yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.
Keberhasilan pencapaian strategis perlu diukur. Itulah sebabnya
sasaran strategis yang menjadi basis pengukuran kinerja perlu
ditentukan ukurannya dan ditentukan inisiatif strategis untuk
mewujudkan sasaran tersebut. Sasaran strategis beserta ukurannya
kemudian digunakan untuk menentukan target yang telah ditentukan.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya
terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
b) Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai
berikut:
1) Mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan kegiatannya.

11

2) Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara
keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan
untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
3) Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan
untuk masa yang akan datang.
4) Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi
pada khususnya.
5) Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

2. Perusahaan Pembiayaan
a) Perusahaan pembiayaan
Perusahaan pembiayaan atau juga yang disebut dengan perusahaan
multifinance

merupakan lembaga keuangan yang memberikan

pembiayaan dalam pengadaan aktiva tetap kepada pihak lain, baik
individu maupun perusahaan dan dananya tidak dikumpulkan langsung
dari masyarakat.
Menurut

Saunders

dan

Cornett

(2008:153),

Perusahaan

pembiayaan merupakan sebuah perusahaan yang berbeda dari bank
karena dalam transaksinya

tidak menerima deposito melainkan

12

bergantung pada utang jangka pendek dan jangka panjang sebagai
sumber dana.
Menurut Ketut (2009:58), perusahaan pembiayaan merupakan
perantara pasar uang yang memfasilitasi pemilik dana untuk
menginvestasikan dananya ke instrumen pasar uang. Hal itu
meningkatkan proporsi pinjaman perusahaan pembiayaan ke sektor
bisnis sejalan dengan menurunnya proporsi pinjaman konsumen.
Perusahaan pembiayaan ini mempunyai jenis dalam bidang
usahanya yang meliputi beberapa bidang usaha seperti berikut :
1) Sewa Guna Usaha (Leasing).
Menurut Siamat (2005:523) sewa guna usaha atau yang
sering disebut leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan
lessee untuk penyewaan suatu jenis barang (assets) tertentu
langsung dari pabrik atau agen penjual oleh lesse. Hak kepemilikan
barang tetap berada pada lessor. Lesse memiliki hak pakai atas
barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah dan jangka
waktu yang telah ditetapkan.
Menurut KMK No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21
November 1991 tentang kegiatan sewa guna adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi, untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

13

Menurut Siamat (2005:524), pengertian yang menjelaskan
peran dalam sewa guna usaha sebagai berikut:
(1) Lessor tersebut adalah sebagai perusahaan sewa guna usaha
atau dalam hal ini sebagai pihak yang memilki hak kepemilikan
atas barang.
(2) Lessee sebagai pihak pemakai yang bisa memiliki hak opsi
pada akhir perjanjian.
(3) Supplier adalah pihak penjual barang yang di sewa guna
usahakan.
2) Modal Ventura (Ventura Capital)
Secara resmi lembaga pembiayaan (multifinance ) modal
ventura baru ada di Indonesia sejak dikeluarkannya Keppres
Nomor 61 tahun 1988 tentang lembaga pembiayaan dan kemudian
disusul dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor. 84/2006 tentang ketentuan dan tata cara perusahaan
pembiayaan di Indonesia. Ketentuan diatas yang juga merupakan
ketentuan pelaksanaan modal ventura yang berlandaskan peraturan
yang ada bagi pemodal (investor) yang ingin melakukan usaha atau
bisnisnya.
Menurut Siamat (2005:567) modal ventura merupakan
pembiayaan yang memiliki resiko tinggi. Pembiayaan modal
ventura berbeda dengan bank yang memberikan pembiayaan
berupa pinjaman atau kredit, karena modal ventura memberikan

14

pembiayaan dengan cara melakukan penyertaan langsung kedalam
perusahaan yang dibiayainya..
3) Anjak Piutang (Factoring)
Menurut Siamat (2005:597), anjak piutang merupakan
sebuah transaksi pembelian dan penagihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek penjual (Clien) kepada
perusahaan factoring, yang kemudian akan ditagih oleh perusahaan
anjak piutang kepada pembeli karena adanya pembayaran kepada
penjual (Clien) oleh perusahaan factoring.
Menurut KMK No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20
Desember 1988 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatau perusahaan
dari transaksi perdagangan dalam maupun luar negeri.
Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan utama dari anjak piutang ini meliputi :
(a) Pembelian dana atau pengalihan piutang jangka pendek dari
transaksi perdagangan
(b) Mengurus administrasi penjualan kredit.
(c) Penagihan piutang perusahaan klien.
4) Usaha Kartu Kredit (Credit Card)
Perusahaan kartu kredit

adalah badan usaha

yang

melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang atau jasa

15

dengan menggunakan kartu. Kartu kredit ini berupa suatu kartu
yang terbuat mirip dengan KTP, yang diterbitkan oleh issuer
(penerbit) dan dipergunakan oleh cardholder (pemegang kartu) dan
berfungsi sebagai alat pengganti pembayaran tunai. Dalam
perusahaan pembiayaan ini kartu kredit digunakan untuk melayani
kreditur agar mudah dalam pelaksanaan kredit yang akan dilakukan
pihak kreditur kepada perusahaan pembiayaan.
Menurut Siamat (2005:633), kartu kredit adalah kartu yang
dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang
atau jasa dimana pelunasan atau pembayarannya kembali dapat
dilakukan sekaligus dengan cara mencicil sejumlah minimun
tertentu.
5) Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)
Lembaga pembiayaan konsumen merupakan lembaga
pembiayaan yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk
kebutuhan konsumen dilakukan dengan sistem pembayaran secara
angsuran.

Kehadiran

lembaga

pembiayaan

konsumen

ini

sebenarnya secara informal sudah tumbuh sejak lama sebagai
bagian dari aktivitas trading, namun secara normal baru diakui
sejak

dikeluarkannya

SK

Menteri

Keuangan

Nomor.

1251/KMK.013/1988 yang secara resmi mengatur tentang tata cara
pembiayaan konsumen di Indonesia.

16

Menurut

Ketut

(2009:60),

perusahaan

pembiayaan

konsumen merupakam perusahaan yang memberi pinjaman kepada
konsumen untuk membeli perabot dan peralatan rumah tangga
lainnya, memperbaiki rumah, atau membiayai utang dalam jumlah
yang kecil.
b) Tujuan Perusahaan Pembiayaan
Menurut, APPI atau Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia,
perusahaan pembiayaan tersebut bertujuan sebagai berikut:
a) Mempersatukan, membina dan memberikan pelayanan kepada
anggota

untuk

memajukan/mengembangkan

usaha

jasa

pembiayaan sesuai dengan wewenang yang dimiliki dan ketentuanketentuan yang berlaku di Indonesia.
b) Meningkatkan kerjasama, pertukaran informasi dan menumbuhkan
sikap kebersamaan diantara para anggota Asosiasi maupun dengan
pemerintah atau pihak ketiga lainnya, sehingga tercipta hubungan
yang baik dan harmonis.
c) Memajukan/ meningkatkan peranan Lembaga Pembiayaan sebagai
salah satu alternatif pembiayaan di Indonesia serta memberikan
sumbangsih bagi kemajuan perekonomian nasional.
d) Memberikan pendapat maupun saran kepada Pemerintah dalam
rangka menciptakan iklim usaha yang sehat dan kompetitif bagi
industri usaha jasa pembiayaan di Indonesia dan memperjuangkan
kepentingan bersama para anggotanya.

17

e) Mewakili perusahaan-perusahaan pembiayaan di Indonesia dalam
kepentingan pembahasan perkembangan industri pembiayaan baik
di dalam maupun di luar negeri.

3. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Kinerja Perusahaan
Pembiayaan.
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengungkapkan
bahwa kinerja perusahaan multifinance dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor agar tetap terjaga pertumbuhannya. Berikut adalah yang merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan pembiayaan :
a) Kemampuan Indonesia bertahan di tengah badai krisis Amerika dan
Eropa dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012
sebesar 6,3% dan inflasi sebesar 5,7%.
b) Jumlah penduduk Indonesia yang berada pada usia produktif (20 tahun 50 tahun) sangat besar dan mereka membutuhkan sarana yang bisa
menunjang

mobilitas keseharian.

Hal

ini

mendorong demand

pembiayaan cukup besar.
c) Kurangnya infrastruktur angkutan massal, yang mengakibatkan
masyarakat lebih memilih untuk membeli mobil dan motor daripada
menggunakan angkutan umum.
Ketua asosiasi perusahaan pembiayaan Indonesia (APPI) yang
dipaparkan oleh Wiwie Kurnia, adapun faktor yang menentukan kinerja
perusahaan pembiayaan yang terdiri.

18

a) Semakin

bergairahnya

sektor

pembiayaan

konsumen

terutama

penjualan pada perusahaan otomotif yang meluas.
b) Keputusan bank terhadap penurunan suku bunga Indonesia (SBI) yang
mendorong suku bunga pada perusahaan pembiayaan yang juga suku
bunganya menurun. Hal tersebut mendorong masyarakat dalam
partisipasi dalam perusahaan pembiayaan.
c) Dukungan pemerintah mendorong penyerapan tenaga kerja yang juga
meningkatkan tingkat proyek infrastruktur yang berjalan.
d) Indikator nilai tukar yang mendorong tingginya kurs nilai tukar rupiah
sehingga mengakibatkan harga jual kendaraan dan elektronik tersebut
menjadi naik.

4. Analisis Kinerja Perusahaan Pembiayaan
a) Analisis Rasio Keuangan
Pada rasio keuangan ini terdapat beberapa hal agar dapat
dimengerti secara detail yaitu dengan hal sebagai berikut :
1) Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat ukur yang
menunjukkan hubungan diantara pos-pos neraca yang terpilih dari
data laporan keuangan. Rasio tersebut memperlihatkan hubungan
matematis diantara satu kuantitas dan satu kuantitas lainnya.
hubungan ini dinyatakan dalam bentuk persentase, tingkat, maupun
proporsi tunggal. Rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam

19

mmengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan
mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun
sebelumnya atau perusahaan-perusahaan lain.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Teknik ini
sangat lazim digunakan para analisis keuangan. Menurut Ridwan
(2003:128) analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan
interprestasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu
perusahaaan. Input dasar untuk analisa rasio adalah laporan laba
rugi dan neraca pada suatu periode yang akan dianalisis.
Terdapat berbagai teknik analisis, termasuk berbagai rasio
keuangan, yang dapat digunakan sebagai penilaian kinerja sebuah
perusahaan. Akan tetapi, perlu didasari bahwa teknik yang berbeda
akan sesuai dengan tujuan yang berbeda. Sebelum suatu analisis
dilakukan, analisis harus mendefinisikan secara jelas unsur-unsur
yang akan dianalisis. Analisis rasio keuangan akan sangat
membantu didalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan
untuk menilai apa saja yang telah dilakukan tahun ini, dan juga
memprediksi apa saja yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
2) Kegunaan Analisis Rasio Keuangan.
Menurut Warsono (2003:24) kegunaan analisis Rasio keuangan
dibagi menjadi empat diantaranya adalah sebagai berikut:

20

(a) Bagi manajemen perusahaan
Hasil analisis

rasio

keuangan

dapat

digunakan

untuk

mengetahui sejauh mana efisiensi operasi, profitabilitas jangka
pendek dan jangka panjang, serta penggunaan yang efektif atas
modal, sumber daya dan yang lainnya. Pihak manjemen dengan
dasar tersebut diharapkan mampu untuk membuat suatu
keputusan yang tepat.
(b) Pemilik (para pemegang saham).
Perusahaan akan mengetahui seberapa jangka pendek dan
jangka panjang besar profitabilitas dari investasi yang
ditanamkan

mereka dengan menggunakan rasio keuangan.

Dari hal tersebut biasanya mereka mengharapkan laba atas
modal dan deviden yang meningkat, yang akan membawa
pertumbuhan pada nilai ekonomi atas investasi mereka.
(c) Pemberi pinjaman dan kreditor.
Pemberi pinjaman dan kreditor perusahaan dapat berasal
dari perbankan, para pemegang saham dan obligasi, maupun
pihak lain seperti pemasok. Adanya hasil analisis keuangan
mereka dapat melihat dan mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membayar bunga dan pokok pijaman yang jatuh tempo,
dan ketersediaan nilai aktiva residual tertentu yang dapat
memberikan margin perlindungan terhadap resiko yang
mungkin akan timbul.

21

(d) Kelompok lain ( pemerintah, tenaga kerja, dan masyarakat)
Dalam pemerintah, tenaga kerja dan masyarakat tersebut
mempunyai tujuan spesifik tersendiri. Hasil dari analisis rasio
keuangan tersebut diharapkan mampu untuk memberikan
pengetahuan kemampuan dan keandalan perusahaan dalam
pembayaran pajak, kemampuan untuk membayar upah,
stabilitas dalam memenuhi kebutuhan ketenagakerjaan, ataupun
misalnya kemampuan keuangan untuk memenuhi berbagai
kewajiban sosial dan lingkungan. Dalam suatu manajemen
keuangan, hasil analisis rasio keuangan labih banyak ditujukan
bagi pihak manajemen, pemilik perusahaan dan pemberi
pinjaman.
Analisis rasio keuangan ini dapat dilihat dengan laporan- laporan
keuangan yang telah disediakan oleh lembaga keuangan, Secara umum
ada dua bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan. Laporan-laporan keuangan tersebut pada dasarnya
ingin melaporkan kegiatan-kegiatan perusahaan berupa kegiatan
investasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan operasional, sekaligus
menganalisis keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai.
Menurut Mamduh dan

Abdul (2009:12) secara umum bentuk

laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.

22

1) Neraca
Menurut Mamduh dan Abdul (2009:12) Neraca di gunakan
untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca bisa
digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu perusahaan
pada suatu waktu tertentu (snapshot keuangan perusahaan), yang
meliputi asset (sumber daya atau resources) perusahaan dan klaim
atas asset tersebut (meliputi hutang dan saham sendiri). Asset
perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau
keputusan investasi pada masa lalu, sedangkan klaim perusahaan
menunjukkan sumber dana tersebut atau keputusan pendanaan pada
masa lalu.
Menurut Ross (2009:30) Neraca merupakan sarana yang mudah
untuk mengorganisasikan dan menikhtisarkan apa-apa yang di
miliki oleh sebuah perusahaan (asetnya), apa yang menjadi utang
perusahaan (kewajibannya), dan perbedaan diantara

keduanya

(ekuitas perusahaan) pada satu waktu tertentu.
2) Laporan laba rugi
Menurut Ross (2009:36) Laporan laba-rugi (income statement)
mengukur kinerja perusahaan selama jangka waktu tertentu.
biasanya selama satu triwulan atau satu tahun. Hal pertama yang
dilaporkan
pendapatan

pada
dan

suatu

laporan

laba-rugi

pengeluaran

perusahaan.Bagian-bagian

selanjutnya

dari

biasanya

adalah

operasi

utama

meliputi,

beban-beban

23

pendanaan seperti bunga yang dibayarkan. Pajak yang dibayarkan
akandilaporkan secara terpisah. Bagian terakhir adalah laba bersih
(yang disebut sebagai bottom line).
Menurut Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan BapepamLK Fredy Saragih, penilaian kinerja keuangan pada perusahaan
pembiayaan di Indonesia dapat dilakukan dengan pendekatan rasio
keuangan. Menurut (Cornett dan Saunders:1999) rasio-rasio
keuangan tersebut adalah sebagai berikut :
(a) Return On Equity (ROE).
Menurut Cornett dan Saunders (1999:146), ROE adalah
manajemen keuangan yang potensial dan resiko yang merupakan
kerangka yang menguraikan besarnya keuntungan dari komponen
yang diidentifikasi.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan total modal. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ROE bisa
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

=








100%

(b) Return On Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. ROA juga sering

24

disebut juga ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

=







100%

(c) Rasio Modal/ Equity Multiplier (EM)
Rasio modal ini merupakan rasio yang digunakan untuk
mengetahui berapa besar modal yang dikeluarkan oleh perusahaan
dengan menggunakan perbandingan jumlah ekuitas dan juga total
aktiva/ Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana total
aset yang dimiliki perusahaan terhadap total modal. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut :

=





100%

(d) Profit Margin (PM)
Rasio profit margin ini dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk menutupi/ membayar biaya dan
menghasilkan laba bersih dari pendapatan operasi. Profit margin
yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan

25

laba yang tinggi pada tingkat pendapatan tertentu. Rumus yang
digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:

=







100%

Pada rasio profit margin ini terdiri dari beberapa komponen
rasio sebagai berikut:
(1) Interest Expense Ratio/ Rasio Beban Bunga (IER)
Rasio ini digunakan untuk mengukur beban bunga yang
ditutupi oleh total pendapatan yang diperoleh perusahaan. Pada
rasio ini jika nilainya lebih sedikit maka berdamapak baik bagi
perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini
adalah:
=





100%

(2) Provision for Loan Loss Ratio/ Rasio Penyisihan Kerugian
(PLR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana
beban penyisihan kerugian dapat ditutupi oleh total pendapatan
yang dimiliki oleh perusahaan. Pada rasio ini jika nilainya lebih
sedikit maka berdamapak baik bagi perusahaan Rumus yang

26

digunakan untuk menghitung rasio yang disebut penyisihan
kerugian ini adalah:



=







100%

(3) Non Interest Expanse Ratio/ Rasio Beban Non Bunga (NIR)
Rasio ini digunakan untuk menghitung seberapa besar
total pendapatan dapat menutupi beban non bunga yang
dimiliki oleh perusahaan. Pada rasio ini jika nilainya lebih
sedikit maka berdamapak baik bagi perusahaan Rasio ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

=







100%

(e) Asset Utilization (AU)
Rasio ini digunakan untuk mengukur total pendapatan
dibandingkan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah
sebagai berikut:
=





100%

27

(f) Net Interest Margin (NIM)
Rasio ini digunakan untuk mengukur pengembalian aktiva
produktif (investasi surat berharga dan pinjaman dan sewa)
perusahaan dengan pendapatan bunga bersih (pendapatan bungabeban bunga) yang diperoleh perusahaan. Rumus yang digunakan
untuk menghitung rasio ini adalah:

=









100%

(g) Overhead Efficiency (OE)
Rasio

ini

digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan pendapatan non bunga untuk
menutupi beban non bunga. Rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut ;

C. Kerangka Pikir

=









100%

Berikut merupakan kerangka pikir yang merupakan gagasan dari
analisis yang digunakan dalam penelitian ini agar penelitian fokus dan terarah
sesuai dengan yang diharapkan, sebagaimana peneliti memfokuskan penelitian
dengan kinerja keuangan perusahaan FIF. Berdasarkan teori-teori yang telah
diuraikan diatas maka gambar 2.1 berikut merupakan kerangka pikir dari
peneliti.

28

Perusahaan FIF

Laporan
Keuangan

Laporan neraca

Laporan laba/rugi

Analisis rasio

ROE

ROA

Rasio
EM

Profit
margin

Rasio AU

Rasio
NIM

Overhead
efficiency

Kinerja
Perusahaan

Gambar 2.1: Kerangka Pikir

Dalam perusahaan pembiayaan

FIF dianalisis dengan menggunakan

laporan keuangan, yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba/rugi.
Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rasio ROA, rasio ROE, rasio EM,
rasio PM, rasio AU, rasio NIM, dan rasio Overhead Efficiency sebagai
penilaian kinerja perusahaan pembiayaan FIF dengan hasil kinerja yang
mengalami peningkatan atau penurunan.