3. Pesan moral dalam membela negara, cinta tanah air dan mengendalikan diri dalam keadaan yang rumit, seperti terlihat pada scene 5 dan scene 10.
4. Pesan moral dalam hal kesabaran dan menahan diri ketika suatu masalah datang menerpa, seperti terlihat pada scene 6 dan scene 7.
5. Pesan moral dalam menahan diri dari godaan duniawi, seperti terlihat pada scene 8.
6. Pesan moral dalam kesetian dan kasih sayang, seperti terlihat pada scene 1 dan scene 9.
5.2 Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Yang Mempresentasikan Pesan Moral
Untuk menjelaskan identifikasi masalah di atas, maka sepuluh scene tersebut harus dianalisis sesuai dengan model semiotik yang dipakai, yaitu semiotik
Roland Barthes, sebagai berikut:
1 Scene 1 Scene pertama yang dipilih penulis adalah scene ketika keluarga bangsawan
Ji melakukan upacara pemakaman sang raja Ji yang menginginkan seluruh budak sang raja Ji yang disayangi agar ikut dikubur bersama sang raja Ji dalam sebuah
gua sebagai bentuk kasih sayang raja dengan budaknya dan sebaliknya. Upacara
ini terlihat seluruh budak memakai baju berwarna putih. Pada scene ini juga ada seorang budak yang melarikan diri untuk mencari perlindungan. Budak tersebut
bernama Qi Sigong.
Tabel 5.2.1 Scene 1
Visual Suara
Type of Shot
Terlihat beberapa budak meniup terompet yang
terbuat dari tanduk kerbau.
--
Terlihat seorang keluarga bangsawan
sedang berteriak. Medium close up, memperlihatkan
bagian dada ke atas dari subjek, sehingga profil dapat ditegaskan.
Extreme long shot, memperlihatkan panorama yang luas dan
menggambarkan objek yang jauh.
Medium close up, sosok tubuh manusia terlihat dalam frame dengan gesture
dan ekspresi wajah yang ditampakkan.
Tanda Makna
Denotasi
Terlihat beberapa budak sedang meniupkan terompet. Pada gambar kedua, shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.
Sehingga dapat terlihat tempat scene itu berada. Kemudian, diperlihatkan sosok seorang keluarga bangsawan yang memperlihat ekspresi kesedihan
dengan sebuah teriakan.
Konotasi
Putih adalah lambang dari kesucian, kemurnian, atau pemenuhan. Berbeda dengan makna warna putih pada budaya Barat yang berarti kemurnian,
kesucian, dan kebersihan. Pada masyarakat Tiongkok warna putih sering dikaitkan dengan kematian atau warna berkabung
4
. Biasanya pada saat pemakaman, masyarakat Tiongkok memakai baju serba putih dengan topi
atau ikat kepala yang berwarna putih pula. Sehingga, pemakaian warna putih pada gambar adalah bentuk penghormatan kepada orang yang telah
meninggal pada budaya masyarakat Tiongkok.
Mitos
Pada scene ini mitos yang terlihat bahwa keinginan atau permintaan seorang raja dari sebuah keluarga bangsawan merupakan suatu yang harus
dilaksanakan dan tidak dapat dilawan oleh apapun dan merupakan suatu kehendak yang kekal
5
. Walaupun itu merupakan permintaan terakhir seorang raja sekalipun harus mengorbankan kehidupan orang lain.
2 Scene 2 Setelah prosesi pemakaman raja Ji tersebut, ada sebuah pertemuan yang di
adakan oleh raja Lu untuk membahas tentang upacara musim dingin. Pada pertemuan tersebut awalnya membahas tentang hewan kurban yang akan
4
http:www.theworldofchinese.com diakses pada tanggal 23 Agustus 2015 pukul 17.56
5
https:books.google.com.sgbooks?id=STcyeQKutHECpg=PA232lpg=PA232dq=permintaa n+raja+adalah+suatu+hal+yang+harus+dipenuhi+dan+mutlaksource=blots=eLnZsnW3rGsig
=VIaCPiJLdtxyUXj-NgVM- GQgy3Yhl=ensa=Xved=0CC0Q6AEwAmoVChMI1oGhl9SoyAIV0BmOCh3X9ghcv=one
pageq=permintaan20raja20adalah20suatu20hal20yang20harus20dipenuhi20dan 20mutlakf=false
hal 232 di akses pada tanggal 4 Oktober 2015 pukul 18.11
dipersembahkan pada upacara tersebut. Akan tetapi, Confucius juga ingin membahas dan membela hidup seorang budak kecil yang bernama Qi Sigong serta
membebaskan Qi Sigong dari keluarga bangsawan Ji.
Tabel 5.2.2 Scene 2
Visual Suara
Type of Shot
--
--
-- Medium shot, memperlihatkan tubuh manusia dari
pinggang ke atas. Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia dominan dalam
frame.
Medium close up, memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia
mendominasi frame dan latar belakang tidak terlalu dominan.
Long shot, menunjukkan di mana scene ini berada sehingga latar yang mendominasi.
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama terlihat Confucius yang datang di pertemuan dengan hati yang cukup risau yang terlihat dari ekspresi wajah dengan menutup
mata dan menunduk ke bawah. Pada gambar berikutnya, terlihat Confucius memberi hormat kepada raja Lu dan perdana menteri sebelum
menyampaikan hal yang membuat hati Confucius gelisah. Confucius menyampaikan pendapatnya dengan bijak untuk menyelamatkan hidup
budak tersebut dengan cara yang tenang walaupun awalnya perdana menteri Ji menentang keras hal yang dilakukan oleh Confucius dengan
membawa budak tersebut dihadapannya yang dianggap perdana menteri Ji adalah sebuah penghinaan.
Konotasi
Konotasi yang terlihat pada scene ini yang berhubungan dengan moral adalah saat Confucius memohon izin untuk berbicara dengan memberi
hormat kepada raja dan perdana menteri dengan cara melipatkan tangan membentuk lingkaran ke depan dengan menundukkan kepala.
Pada budaya masyarakat Tiongkok khususnya pada zaman Cina kuno hal ini biasa dilakukan sesorang sebagai bentuk penghormatan yang umum
baik kepada orang maupun kepada seuatu yang dianggap layak untuk dihormati seperti bangunan ataupun tempat. Prinsip hormat orang
Tiongkok salah satunya penghormatan kepada usia. Bagi orang Tiongkok usia memberikan nilai, martabat, dan keutamaan kepada semua hal, baik
itu merupakan suatu obyek, lembaga, maupun kehidupan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penghormatan mengalir dari yang
muda kepada yang tua. Tampak bahwa penghormatan didasarkan atas usia dan hubungan kekeluargaan
6
.
Mitos
Confucius yang ingin membela hidup seorang budak dan ingin mengubah tradisi yang dianggap menentang norma kehidupan.
Mitos yang ingin disampaikan dalam scene ini yakni budak adalah golongan manusia yang dimiliki seorang tuan dan tidak mempunyai hak
asasi manusia. Seorang tuan maupun raja berhak atas hidup sang budak. Jadi, pada zaman Cina kuno bagi siapa yang menyelamatkan atau
menyembunyikan budak sama halnya dengan menyelamatkan seorang buronan
7
.
6
P. Hariyono, Kultur Cina dan Jawa: Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, h.49
7
https:id.wikipedia.orgwikiPerbudakan di akses pada tanggal 6 September 2015 pukul 24.00
3 Scene 3 Setelah Confucius berhasil menyelamatkan hidup Qi Sigong dan
membebaskannya dari tradisi leluhur keluarga bangsawan Ji tanpa menghina leluhur dan tradisi keluarga bangsawan Ji. Qi Sigong akhirnya memilih hidup
sebagai murid dari Confucius. Dengan senang hati Confucius menerima keinginan Qi Sigong untuk menjadi muridnya. Confucius juga menegaskan bahwa Qi
Sigong adalah bagian dari keluarga mereka.
Tabel 5.2.3 Scene 3
Visual Suara
Type of Shot
--
--
Terdengar suara tawa dari Confucius dan
murid- muridnya sambil meminum
arak. Long shot, menunjukkan tubuh fisik
manusia masih tampak jelas, namun latar masih mendominasi.
Medium Shot, pada jarak ini memeperlihatkan tubuh manusia dari
pinggang ke atas, Gesture serta ekspresi wajah mulai tampak.
Medium Close-up, memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok
tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan.
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama, terlihat Qi Sigong memberi hormat dengan cara melengkungkan tangan ke depan sambil membungkukkan badan beberapa
kali biasanya tiga kali. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih kepada seseorang. Pada gambar kedua, terlihat
Confucius juga memberikan hormat dengan cara yang sama tetapi tidak membungkukkan badan sebagai bentuk rasa menghargai kepada yang
lebih muda. Pada gambar ketiga, terlihat Confucius dan murid-muridnya terhanyut dalam suasana kebahagian yang telah mereka dapatkan dan
bersyukur atas pembebasan Qi Sigong.
Konotasi
Meminum arak adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari budaya Tionghoa. Arak sering kali dilambangkan sebagai rasa syukur atau bentuk
suasana yang bahagia. Budaya minum arak biasanya ketika seorang tuan rumah mengajak tamunya bersulang untuk minum arak atau seorang yang
lebih muda menuangkan arak kepada yang lebih tua atau yang jabatannya lebih tinggi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa hormat.
Arak selalu dikaitkan dengan persahabatan baru, baik hubungan pribadi, politik dan dagang. Arak menjadi bagian dari kehidupan politik karena
fakta membuktikan bahwa banyak kaisar dan menteri Cina kuno menyukai arak dan itu sering mempengaruhi kehidupan, kekuasaan dan
kehancurannya. Contohnya, pada tahun 961 Kaisar Taizu dari Dinasti Song kehilangan seorang komandan militer karena kasus kesalahan
komando perintah saat melayani persembahan arak. Begitu juga ketika terjadi hubungan persahabatan baru ataupun kesepakatan dagang, selalu
ditandai dengan tradisi minum arak
8
Berdasarkan fenomena yang terjadi sepanjang sejarah negara Tiongkok, arak telah menjadi budaya yang sangat kental dan sulit ditinggal
masyarakat Tiongkok. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya arak yang memainkan peranan penting dalam kebudayaan masyarakat Tiongkok.
Akan tetapi, Indonesia dan Tiongkok memiliki budaya yang sangat .
8
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789431685Chapter20I.pdf diakses pada 4
Oktober 2015 pukul 19.30
berbeda tentang penggunaan arak. Seperti yang telah diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim,
sehingga akan menimbulkan budaya yang berbeda dengan budaya penggunaan di negara Tiongkok.
Mitos
Arak adalah minuman yang cukup terkenal dilingkungan masyarakat Tiongkok. Beberapa jenis arak dijadikan sebagai obat bahkan arak juga
dijadikan salah satu bumbu dalam masakan
9
. Mitos yang berkembang pada masyarakat Tionghoa yaitu dengan meminum arak akan dapat
berumur panjang. Hal ini didasari dengan adanya beberapa tokoh di cina salah satunya seperti Mao Ze Dong, Zhou En Lai, dan tokoh lain memeliki
umur yang panjang karena memiliki kebiasaan minum arak.
4 Scene 4 Pada scene ke empat ini merupakan scene yang berbeda cerita tapi masih
dalam satu jalan cerita. Scene ini menceritakan ketika Confucius dan raja Lu mendapat sebuah undangan untuk membahas perjanjian perdamaian antara
kerajaan Lu dan Qi. Di mana perjanjian ini diwarnai dengan aksi kemarahan dari perdana menteri Qi yang bernama Li Chu atas permintaan dari Confucius yang
menginginkan 3 kota di wilayah Wenshang. Seketika suasana berubah tegang, perdana menteri Li Chu marah dan memanggil 500 pasukan kereta perangnya.
Tidak kehabisan akal, Confucius pun menggertak akan memanggil 500 pasukan kereta perang. Akan tetapi, sebenarnya itu hanya siasat perang Confucius yang
menggunakan 100 kereta sapi untuk menakuti raja Qi. Sehingga, raja Qi menyuruh perdana menteri Li Chu untuk membubarkan pasukan perangnya. Pada
akhirnya Confucius berhasil memenangkan 3 kota yang di wilayah Wenshang
9
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789431685Chapter20I.pdf diakses pada 4
Oktober 2015 pukul 19.30
dengan menggunakan 100 kereta sapi degan damai. Ini merupakan siasat perang Confucius yang berdasarkan asas ketulusan dan menentang perang.
Tabel 5.2.4 Scene 4
Visual Suara
Type of Shot
Terdengar suara musik yang menggambarkan
suasana yang cukup menegangkan.
--
Suara musik tradisional Erhu yang cukup
membuat suasana lebih tenang.
Long shot, menunjukkan tempat di mana scene ini berada, sehingga
latar sangat mendominasi dan fisik manusia terlihat kecil.
Long shot, menunjukkan tubuh fisik manusia yang masih terlihat jelas,
namun latar masih mendominasi.
Medium close-up, profil subyek ditonjolkan, namun latar dapat
terlihat dengan baik..
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama diperlihatkan tempat di mana pertemuan antara raja Lu dan Qi bertemu untuk membahas kesepakatan damai yaitu di suatu
lembah di daerah bernama Jiagu yang dianggap suci oleh keluarga Qi dengan sebuah kontruksi bangunan yang menyerupai piramid. Pada
gambar kedua, diperlihatkan saat Yanhui salah satu murid berbakat Confucius menjadi moderator dalam pertemuan tersebut sebagai wakil
dari tamu yang diundang kerajaan Qi. Pada scene ini terjadi etika moral
berupa hormat-menghormati atau tradisi antara tamu dan tuan rumah. Pada gambar ketiga, terlihat terjadinya tukar-menukar barang sebagai
bentuk saling menghargai kedua kerajaan tersebut.
Konotasi
Tradisi tukar-menukar cenderamata memang lumrah terjadi pada suatu pertemuan sebagai bentuk telah terjadinya suatu hubungan baik diantara
kedua belah pihak. Sehingga hubungan yang terjalin ataupun yang akan dijalin dapat dilaksanakan dengan baik demi mencapai sebuah kerukunan.
Konsep rukun menunjukkan pada pengertian anti kekerasan. Anti kekerasan pada orang Tiongkok terlihat pada konsep Confucius tentang
Te, yaitu menolak pemerintahan dengan kekerasan fisik
10
Akan tetapi, yang menjadi perhatian penulis adalah barang yang menjadi cendramata pada scene ini yakni dua ekor angsa. Angsa adalah lambang
kesetiaan dan keseimbangan dalam hidup serta ketulusan . Confucius yang
menolak kekerasan dan mendasarkan diri pada saling percaya , menunjukkan nilai-nilai yang menjauhkan diri dari konflik.
11
. Ini berarti segala sesuatu yang kita lakukan atau kita jalin dengan orang lain harus
berdasarkan kesetiaan dan ketulusan untuk menjaga keseimbangan hidup antar sesama manusia.
Mitos
Piramida adalah kontruksi bangunan yang digunakan sebagai makam raja- raja masa dahulu serta sarana ibadah pemujaan. Piramida acap kali
dianggap sebuah tempat yang suci sehingga bangunan piramida menjadi tempat yang begitu diagungkan
12
. Piramida pada scene ini memiliki peran sebagai tempat yang suci untuk menjalin sebuah hubungan perdamaian
antara dua kerajaan yaitu Qi dan Lu.
5 Scene 5
10
P. Hariyono, Kultur Cina dan Jawa: Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, h.47
11
https:wildgratitude.comswan-symbolism diakses pada tanggal 26 September 2015 pukul
20.10
12
https:id.wikipedia.orgwikiPiramida diakses pada tanggal 26 September 2015 pukul 20.03
Setelah Confucius berhasil memenangkan 3 kota di wilayah Wenshang tanpa terjadinya perang dan pertumpahan darah. Akhirnya terjadilah sebuah
keteganggan dan pengkhianatan di dalam kerajaan Lu. Hal ini dipicu kehendak Confucius yang berhasil meruntuhkan tembok besar 3 kota setinggi 18 kaki yang
bertujuan untuk menahan serangan kekuatan musuh. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu Confucius beranggapan tembok tersebut dibangun untuk tujuan
mereka sendiri yaitu keluarga 3 bangsawan. Pada akhirnya terjadilah pengkhianatan dan pemberontakan yang dilakukan oleh Gong Shan Niu. Dia
menyerang kerajaan Lu dengan pasukannya. Lalu Confucius mengarahkan pasukan Gong Shan Niu agar menuju podium Wuzi. Pasukan Gong Shan Niu
akhirnya berhasil dikalahkan. Gong Shan Niu pun akhirnya ditangkap.
Tabel 5.2.5 Scene 5
Visual Suara
Type of Shot
-- Medium shot, gesture dan
ekspresi wajah ditampakkan dan sosok manusia terlihat dalam
frame.
Terdengar suara dari gendang yang dipukul Confucius untuk
memacu semangat pasukan kerajaan Lu walaupun hatinya
bersedih atas pemberontakan tersebut.
Suara pasukan yang bersorak dan suara hunusan pedang
dengan diringi musik yang membuat suasana semakin
tegang. Medium long shot,
memperlihatkan gambar secara netral, latar, dan objek terlihat
seimbang.
Medium Shot, memperlihatkan sosok manusia dan latar yang
seimbang.
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama, terlihat Confucius begitu gusar dan sedih atas pemberontakan yang dilakukan oleh Gong Shan Niu. Dengan cepat dan
tegas Confucius mengambil keputusan untuk menyelamatkan kerajaan Lu dari pemberontakan. Pada gambar kedua, terlihat latar berada di podium
Wuzi. Confucius terlihat sedang memimpin pasukan dengan memukul- mukul gendang besar sebagai tanda atau penyemangat saat perang. Akan
tetapi, di saat yang sama Confucius merasa sedih karena harus ada pertumpahan darah dan banyaknya korban yang jatuh dari peristiwa
pemberontakan ini. Confucius menjabat sebagai menteri hukum dan dalam negeri pada saat itu harus melawan prinsip hidupnya demi meyelamatkan
negaranya, hidupnya dan rajanya. Pada gambar ketiga, terlihat pasukan Gong Shan Niu memakai syal berwarna merah ketika menyerbu kota.
Konotasi
Merah adalah lambang dari semangat yang membara. Sedangkan pada budaya Tionghoa warna merah merupakan warna dasar yang banyak
dipakai pada negara Tiongkok. Salah satu ciri khas warna merah yang amat jelas adalah bendera negara Tiongkok yang berwarna merah. Warna
merah bagi masyarakat Tiongkok melambangkaan keberuntungan dan
sukacita
13
. Warna merah adalah warna yang dilarang saat upacara pemakaman pada budaya masyarakat Tiongkok. Jadi seseorang dilarang
mengenakan sesuatu yang berwarna merah saat upacara pemakaman. Hal ini dikarenakan warna merah adalah warna simbolis kebahagiaan bagi
masyarakat Tiongkok.
Mitos
Masyarakat Tiongkok banyak mengkaitkan sebuah kesuksesan dengan warna merah. Warna merah dipercayai dapat memberikan enerji yang
aktif bagi seseorang dan keberuntungan
14
. Suara pukulan gendang dapat dijadikan sebagai alat untuk memicu
semangat prajurit semakin berkobar. Moral yang ingin disampaikan pada mitos ini adalah seseorang harus memiliki jiwa bela negara yang tinggi
untuk mempertahankan negaranya.
6 Scene 6 Scene ini dimulai pada saat Confucius tidak mendapatkan dukungan lagi dari
raja Lu dan raja Lu mengingatkannya kepada gurunya yang bernama Lao Zi yang pernah mengatakan bahwa “bagaimana caranya menyelesaikan sesuatu tanpa
harus mengorbankan semuanya”. Scene kemudian berubah, diperlihatkan Confucius bertemu dengan Laozi. Keduanya saling berbicara tentang bagaimana
cara memegang teguh sebuah prinsip.
13
Skripsi Anita Novyanti, Makna Warna Bagi Masyarakat Tionghoa Medan, Universitas Sumatera Utara: 2011 h.40-42
14
http:www.idntimes.comnovimitos-mitos-imlek-yang-masih-hidup-di-indonesia-hingga- sekarang
diakses pada tanggal 28 September 2015 pukul 20.19
Tabel 5.2.6 Scene 6
Visual Suara
Type of Shot --
--
--
Medium close-up, profil subyek ditonjolkan, namun latar dapat terlihat
dengan baik.
Extreme long shot, memperlihatkan panorama yang luas dan menggambarkan
objek yang jauh.
Medium close-up, sosok tubuh manusia mendominasi frame,ekspresi wajah terlihat
jelas.
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama, terlihat Confucius bertemu dengan gurunya yang bernama Lao Zi di dunia yang berbeda. Pada scene ini, Confucius tetap
mempertahankan prinsip dan caranya dalam hidup. Sementara sang guru menyarankan Confucius untuk melepaskan dan meninggalkan semuanya.
Pada gambar berikutnya, terlihat Lao Zi yang tersenyum mendengar muridnya yang berpegang teguh pada apa yang diyakininya dalam
hidupnya. Dan Lao Zi sebagai guru berpesan bahwa Ia hanya mampu memberikan nasihat bukan emas seperti yang dilakukan oleh pejabat dan
raja.
Konotasi
Terlihat pada scene ini guru Confucius yang bernama Lao Zi merupakan orang tua yang berambut putih dan berjanggut panjang berwarna putih
dengan mengenakan baju berwarna putih. Pria tua dengan rambut dan janggut panjang yang berwarna putih melambangkan seseorang yang
bijaksana dan berwawasan luas. Pada scene ini pula Lao Zi memberikan nasihat kepada Confucius untuk
selalu mempunyai sifat seperti air. Karena tidak ada yang lebih lembut dari air dan tidak ada yang lebih dahsyat dari amukannya. Dalam hal ini
seseorang dituntut agar menjadi pribadi yang lembut dan tenang seperti air.
Banyak budaya baik budaya Arab, India, Yunani, dan Tiongkok yang mengkonotasikan seorang pria tua yang berjanggut putih dan berambut
putih menggambarkan sosok seorang yang bijaksana dan memiliki wawasan luas dengan pengalaman hidup yang banyak. Sehingga, hal ini
dianggap wajar dan dipercayai masyarakat pada setiap budaya
15
.
Mitos
Terlihat potret pada scene ini diambil disebuah tempat di atas awan. Di sana juga terlihat Lao Zi sedang duduk dengan nyamannya dan suasana
latar yang sangat tenang tanpa memperlihatkan kehidupan lain pada scene ini.
Mitos yang disampaikan pada scene ini adalah gambaran latar yang tenang sama persis halnya dengan anggapan manusia tentang surga
16
. Disini terlihat jelas bahwa Lao Zi digambarkan sebagai orang suci dan baik yang
menghuni surga tersebut. Sehingga pada zaman modern banyak anggapan yang mengatakan bahwa seseorang yang dianggap suci dan menjadi
pribadi yang baik pasti akan masuk surga.
15
https:nikodemusoul.wordpress.com20120726filosofi-jenggot diakses pada tanggal 12
September 2015 pukul 23.15
16
https:id.wikipedia.orgwikiTuhan_dalam_agama_dan_Kepercayaan_Tionghoa diakses pada
tanggal 12 September pukul 23.30
7 Scene 7 Setelah scene di mana Confucius bertemu dengan Lao Zi. Pada scene
berikutnya terlihat para menteri dan raja Lu sedang menikmati musik dan tari- tarian ketika selesai melakukan upacara akhir tahun. Di sisi lain terlihat jelas
bahwa Confucius menunggu dengan sabarnya sesuatu yang akan diterimanya dari sang raja berupa daging kurban dari upacara tersebut. Akan tetapi, perdana
menteri Li memberikannya sesuatu yang tidak pernah Confucius harapkan sebagai bayaran dari kesabaran dan keikhlasan hatinya dengan mengatasnamakan hadiah
tersebut dari raja Lu melalui murid Confucius yang bernama Gong Boliao yang telah menjadi pengkhianat.
Tabel 5.2.7 Scene 7
Visual Suara
Type of Shot
Terdengar suara alunan musik yang mengiringi
penari wanita berbaju merah.
Terdengar suara gemuruh yang menandakan akan
turunnya hujan deras. Long shot, menunjukkan tempat di
mana scene ini berada , fisik manusia masih terlihat.
Medium shot, memperlihatkan gambar secara netral, ekspresi wajah
ditampakkan.
-- Close up, memperlihatkan gambar
giok secara detail.
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama, terlihat para perdana menteri dan raja Lu sedang menikmati pesta setelah upacara akhir tahun. Sementara pada gambar
kedua terlihat Confucius dengan gundah dan masih terus bersabar menunggu daging kurban yang akan diberikan kepadanya. Dengan penuh
kesabaran Confucius menanti dan terus percaya akan ada sesuatu yang akan Ia dapatkan dari raja Lu. Pada gambar ketiga, seorang murid
Confucius yang telah berkhianat menghantarkan sebuah giok terpisah dan mengatakan bahwa hadiah tersebut dari raja Lu padahal hadiah tersebut
diberikan oleh perdana menteri Li Chu.
Konotasi
Pada scene ini Confucius menerima hadiah berupa giok terpisah yang dihantarkan oleh muridnya yang telah berkhianat yang bernama Gong
Boliao. Hadiah tersebut pertama kali diterima oleh anak Confucius yang bernama Kong Li. Konotasi dari giok terpisah ini melambangkan
perpisahan. Di mana ada seseorang yang menginginkan Confucius untuk pergi dan meninggalkan kerajaan Lu. Tapi pada scene ini Confucius
terlihat semakin sabar dengan menunjukkan ekspresi tersenyum walaupun Ia merasakan kesedihan yang tampak dengan mata berkaca-kaca.
Mitos
Terlihat hadiah yang diterima Confucius berupa batu giok. Batu giok merupakan komoditas ekspor dari negara Tiongkok, Tibet, dan Birma.
Giok merupakan salah satu jenis batu permata yang didalamnya terdiri dari banyak unsur mineral. Batu giok juga banyak digunakan pada dunia
kesehatan yang berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah, anti penuaan dini, meningkatkan kekebalan tubuh dan menghilangkan
keletihan.
Mitos yang berkembang dan dipercaya manusia baik dari zaman kuno maupun zaman modern masih banyak yang percaya bahwa batu giok
berkhasiat membuat ketenangan, kegembiraan, kesehatan ,dan bahkan keselamatan
17
.
8 Scene 8 Scene ini berbeda latar dengan scene sebelumnya, scene ini merupakan salah
satu bentuk multi-plot yang ada di dalam film ini tetapi masih dalam satu jalan cerita yang masih berhubungan. Pada scene ini terlihat Confucius akan bertemu
dengan Nanzi yang merupakan permaisuri dari raja Wei dan merupakan salah satu wanita yang paling memiliki peranan penting dalam pemerintahan kerajaan Wei.
Tabel 5.2.8 Scene 8
Visual Suara
Type of Shot
Terdengar suara tetesan air dan langkah kaki yang
memberikan efek penasaran kepada
penonton.
-- Long shot, menunjukkan tempat di
mana scene ini berada, fisik manusia terlihat, dan latar terlihat dalam
frame.
Close up, memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas dan fokus.
17
https:id.wikipedia.orgwikiGiok diakses pada tanggal 24 September 2015 pukul 01.13
Terdengar alunan musik yang membuat efek
harmoni dalam pertemuan tersebut.
Medium Shot, memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.
Gesture serta ekspresi wajah mulai ditampakkan.
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama terlihat Confucius sedang duduk menunggu sang permaisuri, Nanzi, datang untuk menemuinya. Terlihat jelas pada scene ini
sebagai seorang tamu Confucius menunjukkan kesopanan yang tinggi tanpa melihat Nanzi datang dengan langkah kecil disekitar altarnya. Pada
scene kedua,terlihat Nanzi sedang menggoda Confucius akan tetapi usahanya tidak berhasil karena Confucius merupakan orang yang
bermartabat dan menjaga hawa nafsunya dari godaan seorang wanita yang cantik. Pada gambar ketiga, terlihat Nanzi begitu terkesan dengan sikap
Confucius yang sama sekali tidak bergeming akan godaannya.
Konotasi
Pada scene ini terlihat Nanzi mengenakan sebuah gaun kerajaan yang cukup unik. Dan Nanzi pun menggunakan aksesoris kepala yang cukup
menarik dengan bentuk yang cukup rumit. Gaun yang digunakan Nanzi memadukan dua warna yang cukup indah
yaitu Kuning dan Biru, sedangkan untuk mahkota yang dikenakan Nanji merupakan perpaduan warna Emas dan Biru.
Warna Kuning atau emas merupakan warna untuk kaisar. Kuning menandakan netralitas, kekuasaan, dan keberuntungan pada masyarakat
Tiongkok. Ada pepatah cina mengatakan bahwa “ Kuning adalah sumber dari Ying dan Yang” hal ini berarti kuning adalah pusat dari segala
sesuatu, sedangkan warna biru menandakan keabadian
18
.
18
http:www.theworldofchinese.com diakses pada tanggal 23 Agustus 2015 pukul 17.56
Mitos
Pada scene ini memperlihatkan sosok Nanzi yang sangat berperan penting dalam pemerintahan. Banyak orang beranggapan terutama pria bahwa
seorang wanita tidak akan mampu menduduki dan menjalankan sebuah jabatan dalam pemerintahan.
Di satu sisi Nanzi merupakan seorang wanita yang sangat cantik. Mitos yang sangat sering kita dengar tentang wanita cantik adalah wanita itu
racun dunia. Seorang wanita mampu merusak maupun mengubah hidup seorang pria bahkan beberapa orang pria hanya dengan kecantikannya.
9 Scene 9 Scene berikut ini merupakan scene yang paling sedih. Di mana salah satu
murid kebanggaan dan kesanyangan Confucius yang bernama Yan Hui meninggal dunia. Scene ini berlatarkan pada saat musim salju di atas sebuah
danau yang telah berubah menjadi es. Seketika terdengar suara retakan es yang membuat Confucius dan murid-muridnya panik. Yan Hui yang menunggangi
kereta kuda yang membawa gulungan kitab suci karangan Confucius terjatuh ke dalam danau es yang dingin. Yan Hui berusaha menyelamatkan beberapa
gulungan dan Ia pun berhasil. Akan tetapi, Yan Hui mencoba masuk kedalam air kedua kalinya tetapi ia tidak mampu kembali ke permukaan dan akhirnya Yan Hui
pun tenggelam dan meninggal.
Tabel 5.2.9 Scene 9
Visual Suara
Type of Shot
Terdengar suara angin yang bergemuruh menghembuskan
salju.
Terdengar suara retakan es, sebelum Yan Hui terjatuh ke
dalam air.
Terdengar suara Confucius yang meneriakkan nama
“ Yan Hui, kau dimana? Yanhui”.
Long shot, menunjukkan di mana scene ini berada
Medium close-up, meperlihatkan gambar objek secara netral, latar
dan objek terlihat seimbang.
Medium Close-up, memperlihatkan gesture dan
ekspresi wajah yang jelas.
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama memperlihatkan scene yang berlatarkan danau es dengan hembusan angin yang cukup kencang. Tiba-tiba terdengar suara
retakan es yang membuat suasana semakin mencekam. Pada scene berikutnya terlihat Yan Hui berusaha menyelamatkan kitab sang guru
dengan mengorbankan nyawanya. Hal ini menunjukkan bahwa cinta seorang murid dan ilmu begitu besar sampai Ia rela mengorbankan
nyawanya demi sang guru dan ajarannya.
Konotasi
Pada scene ini terlihat jelas Yan Hui menyelamatkan beberapa gulungan bambu. Gulungan bambu melambangkan media tulis pengganti buku atau
kertas yang berisikan ajaran-ajaran Confucius. Konotasi lain yaitu pengorbanan Yan Hui yang rela mengorbankan jiwanya demi
menunjukkan rasa cinta dan hormatnya kepada Confucius. Orang
India ,Tiongkok,
Mesir ,dan
Israel menerima pengajaran dari guru
yang merupakan seorang imam
atau nabi
. Oleh sebab itu, seorang guru sangat dihormati dan terkenal di masyarakat serta menganggap guru
sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan dan dihormati bahkan lebih dari
orang tua mereka
19
.
Mitos
Yan Hui merupakan murid Confucius yang berasal dari kelurga yang miskin dan berasal dari kampung yang dikategorikan buruk. Akan tetapi,
Yan Hui adalah murid yang paling rajin belajar dan tidak suka membantah serta dapat diandalkan Mitos yang dapat diterima bahwa orang miskin
tidak akan mampu menjadi orang yang berbakat dan mendapat peranan penting dalam pemerintahan. Kebanyakan orang miskin dipandang
sebagai orang yang malas dan tidak mampu melakukan apapun di dunia pendidikan khususnya.
10 Scene 10 Confucius akhirnya diminta kembali ke tanah kelahirannya yaitu kerajaan Lu.
Permintaan ini langsung disampaikan oleh perdana menteri Li Chu melalui anaknya. Confucius yang memiliki rasa cinta yang begitu besar terhadap tanah
kelahirannya dan memaafkan kesalahan yang pernah dilakukan perdana menteri Li Chu kepadanya.
19
https:id.wikipedia.orgwikiGuru di akses pada 22 september 2015.pukul 00.28
Tabel 5.2.10 Scene 10
Visual Suara
Type of Shot
--
Terdengar efek suara yang memberikan
kesan menakjubkan.
Terdengar efek musik yang megah.
Medium Shot, memperlihatkan gambar objek yang netral.
Long shot, menunjukkan di mana scene ini berada.
Medium shot, memperlihatkan sosok manusia, namun latar masih terlihat
jelas.
Tanda Makna
Denotasi
Pada gambar pertama terlihat perdana menteri Li Chu memberikan sebuah giok putih untuk Confucius. Pada scene berikutnya, Confucius pulang dan
memenuhi permintaan perdana menteri Li Chu. Seketika sesampainya di gerbang kerajaan Lu, Confucius bersujud sebagai bentuk rasa syukur dan
kebahagiaan karena Ia telah kembali ke tanah kelahirannya.
Konotasi
Pada gambar pertama, terlihat perdana menteri Li Chu memberikan giok bersatu yang menandakan bahwa perdana menteri Li Chu menginginkan
Confucius kembali ke kerajaan Lu. Pada gambar ketiga terlihat Confucius bersujud tepat di depan gerbang utama kerjaan Lu. Konotasi pada scene
ini adalah sujud melambangkan ucapan syukur dan terimakasih kepada Tuhan atas segala sesuatu yang telah Ia kabulkan dari segala sesuatu yang
sangat kita harapkan
20
. Hal ini dapat mengajarkan kita untuk selalu bersyukur. Confucius yang mampu memaafkan kesalahan orang lain di
masa lampau tanpa mengingat kembali kesalahan orang tersebut sedikit pun.
Mitos
Pada scene ini terlihat latar sejarah yang cukup jelas pada masa Dinasti Zhou. Hal ini dengan diperlihatkannya potret kerajaan Lu, tanah kelahiran
Confucius. Banyak orang beranggapan bahwa menjadi perantauan dan hidup di tanah orang lain akan memberikan kehidupan yang lebih baik
daripada di tanah kelahiran sendiri.
20
http:nu.or.ida,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,43310-lang,id-c,ubudiyah- t,Memahami+Makna+Sujud-.phpx diakses pada tanggal 25 September 2015 pukul 22.01
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis semiotik pesan moral terhadap film Confucius dengan cara mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos, maka pada bab ini penulis
menyimpulkan dan mengemukakan saran-saran yang berkaitan dengan topik pembahasan.
6.1 Simpulan