tidak memiliki kandungan protein. Kemungkinan protein ini berasal dari pepaya, dimana sebanyak 100 g pepaya memiliki kandungan protein sebesar 0,5 g. Edible film
ini layak dikonsumsi karena kandungan proteinnya yang tinggi.
4.2.4 Kadar Lemak
Edible film campuran ekstrak pepaya, kanji dan gliserin.
Kadar lemak dari edible film campuran ekstrak pepaya, kanji dan gliserin adalah 5,11. Kadar lemak ini tidak berasal dari kanji. Dimana kanji atau pati memiliki
kandungan lemak yang sangat sedikit atau tidak memiliki kandungan lemak. Karena kanji merupakan amilopektin yaitu fraksi dari glukosa yang tidak terlarut oleh air
panas Winarno, 1980.
4.2.5 Kadar Karbohidrat Edible film campuran ekstrak pepaya, kanji dan gliserin.
Kadar karbohidrat dari edible film ekstrak pepaya, kanji dan gliserin yang dihasilkan sebesar 70,50. Kadar karbohidrat yang tinggi ini berasal kanji yang dipakai sebagai
salah satu bahan pembuat edible film, dimana kandungan karbohidrat dalam pati sebesar 82,13 Harris, 2001.
4.2.6 Analisa Kuat Tarik Edible film campuran ekstrak pepaya, kanji dan gliserin.
Kuat tarik dan persen elongasi merupakan sifat mekanik yang berhubungan dengan sifat kimia film. Kuat tarik merupakan gaya maksimum yang dapat ditahan oleh
sebuah film hingga terputus. Parameter ini merupakan salah satu sifat mekanis yang pentiung dari edible film. Kuat tarik yang terlalu kecil mengindikasikan bahwa film
yang bersangkutan tidak dapat dijadikan kemasan, karena karakter fisiknya kurang
Universitas Sumatera Utara
kuat dan mudah patah. Pengukuran kuat tarik edible film dilakukan dengan menggunakan Tensile Streght and elongation terster Jamaluddin, 2009.
Karakteristik mekanis dari edible film campuran ekstrak pepaya, kanji dan gliserin meliputi kuat tarik dan kemuluran plastisitas. Dimana dihasilkan uji kuat
tarik edible film sebesar 0,02 KgFmm
2
dan kemuluran sebesar 24,88. Bila dibandingkan dengen penelitian Machrani Hasibuan 2009 dihasilkan kekuatan tarik
sebesar 21,7 Mpa atau setara dengan 2,17 KgFmm
2
dan kemuluran sebesar 23,79.
Dari perbandingan hasil kuat tarik dapat disimpulkan bahwa edible film campuran ekstrak papaya, kanji dan gliserin lebih rendah dari edible film dari pati
sagu. Ini disebabkan karena proses pencampuran yang kurang homogen sehingga permukaan film menjadi kurang merata sehingga mudah patah jika ditarik.
4.2.7 Analisa Beta Karoten Edible film campuran ekstrak pepaya, kanji dan gliserin.
Analisa beta karoten dilakukan dengan metode spektroskopi. Dimana beta karoten diukur pada panjang gelombang 269 nm. Hasil pengujian beta karoten edible film
dihasilkan sebanyak 0,42 ppm. Nilai beta karoten ini berasal dari bahan pembuat edible film yaitu pepaya. Dimana kadar beta karoten dalam pepaya sebanyak 267
mikrogram100 g pepaya. Jika dikonversikan 267 mikrogram100 g menjadi ppm maka nilai beta karoten dari pepaya adalah berkisar 2,67 ppm. Nilai beta karoten yang
dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan nilai standar beta karoten dalam pepaya. Kadar beta karoten inilah yang membuat edible film menjadi berwarna sehingga
memiliki daya tarik tersendiri untuk pembungkus.
Universitas Sumatera Utara
4.2.8 Analisa SEM Edible film campuran ekstrak pepaya, kanji dan gliserin.