Hambatan-Hambatan Dalam Perdagangan Internasional.

Demikian juga apabila kapasitas produksi barang disuatu negara berlebih surplus akan mendorong negara tersebut mencar pasar ke negara lain.  Efisiensi Biaya Efisiensi biaya produksi juga menjadi pertimbangan suatu negara melakukan kegiatan perdagangan dengan negara lain. Suatu barang yang dibutuhkan mungkin bisa diproduksi di dalam negeri. Tetapi apabila biaya produksi yang dikeluarkan lebih tinggi dari harga jual barang sejenis yang diproduksi negar lain, maka lebih baik suatu negara mendatangkan barang tersebut dari negara lain.

D. Hambatan-Hambatan Dalam Perdagangan Internasional.

41  Kebijakan proteksi Perdagangan internasional yang dilakukan oleh negara tidak lepas dari kemungkinan adanya faktor-faktor penghambat. Hambatan-hambatan perdagangan internasional antara lain sebagai berikut: Kebijakan proteksi adalah tindakan pemerintah yang membatasi masuknya barang impor ke dalam negeri. Kebijakan ini dilakukan untuk melindungi protection industri dalam negeri dari kemungkinan bangkrut sebagai akibat serbuan pasar barang sejenis dari luar negeri.  Penetapan Tarif impor Penetapan tarif impor adalah pembebanan bea masuk import duties terhadap barang-barang yang melewati batas suatu negara. Jenis-jenisnya ialah bea ad valorem 41 Lihat Frankel, Loc.Cit Universitas Sumatera Utara bea harga, bea specific, dan bea compound bea specific ad valorem. Tarif impor akan dibebankan pada harga jual barang atau jasa yang akan dibeli konsumen, sehingga menyebabkan harga barang atau jasa bertambah tinggi.  Penetapan Kuota Kouta adalah pembatasan jumlah barang impor yang masuk ke dalam negeri. Penetapan kuota akan berpengaruh terhadap terbatasnya jumlah barang atau jasa di pasar negara tersebut.  Politik Dumping Politik dumping adalah pemberlakuan harga jual lebih murah di pasar negara importir dibanding harga di negara ekspotir. Tujuan penerapan poltik dumping adalah untuk meningkatkan jumlah ekspor barang ke negara lain.  Pemberian Subsidi Subsidi adalah pemberian dana atau fasilitas dari pemerintah kepada produsen dalam negeri. Tujuan subsidi berupa dana atau fasilitas kepada produsen dalam negeri adalah untuk meningkatkan kapasitas ekspor.

7.2.4. Kerjasama Internasional

Dalam kerjasama antar negara masalah bukan hanya terletak pada identifikasi sasaran-sasaran bersama dan metode untuk mencapainya, tetapi terletak pada pencapaian sasaran itu. Kerja sama akan di usahakan apabila manfaat yang di peroleh di perkirakan akan lebih besar daripada konsekuensi-konsekuensi yang harus di tanggungnya. Oleh sebab itu keberhasilan kerja sama dapat di ukur dari perbandingan besarnya manfaat yang di capai terhadap konsekuensi yang di tanggung. Di samping itu keberhasilan kerja sama di tentukan oleh sifat dari tujuan kerja sama yang hendak di capai. Universitas Sumatera Utara Dalam suatu kerja sama internasional, Dr.budiono mengelompokannya dalam empat bentuk: 42 Kerja sama fungsional permasalahan maupun metode kerja samanya menjadi semakin kompleks di sebabkan oleh semakin banyaknya lembaga kerja sama yang ada. Walaupun terdapat kompleksitas permasalahan dalam kerja sama fungsional baik itu di bidang ekonomi maupun sosial, untuk pemecahannya di perlukan kesepakatan dan keputusan politik. Dengan kata lain, kerja sama fungsional tidak dapat di lepaskan dari power. A Kerja Sama Global Sejarah kerja sama global dapat di telisuri kembali dari terbentuknya kerjasama Westphalia 1648 dan merupakan akar dari kerja sama global. Selanjutnya terciptanya suatu bentuk kerja sama global di dorong dari pengalaman pahit Negara-negara yang mengalami dampak akibat pecahnya PD 1 dan PD 2, dan kemudian pada tanggal 26 juni 1945 sebuah perjanjian yang bernama perjanjian sanfransisco yang merupakan titik tolok dari berdirinya perserikatan bangsa-bangsa PBB yang merupakan forum kerja sama global. B. Kerja Sama Regional Kerja sama regional merupakan kerja sama antar negara yang secara geografis letaknya berdekatan. Adapun yang menentukan dalam kerja sama regional selain kedekatan geografis, kesamaan pandangan di bidang politik dan kebudayaan maupun perbedaan struktur produktifitas ekonomi ikut juga menentukan pula apakah kerja sama tersebut dapat di wujudkan. C. Kerja Sama Fungsional 42 Ibid, hal. 42 Universitas Sumatera Utara Salah satu kerja sama fungsional yang jelas serta mudah di amati adalah kerja sama di bidang ekonomi. Kerja sama fungsional berangkat dari prakmatisme pemikiran yang mensyaratkan adanya kemampuan pada masing-masing mitra partner kerja sama. Dengan demikian kerja sama fungsional tidak akan mungkin terselenggara apabila diantara mitra kerja sama ada yang tidak mampu mendukung suatu fungsi yang spesifik yang di harapkan darinya oleh yang lain. D.Kerja Sama Ideologi Dalam suatu bentuk kerja sama ideologi suatu batas-batas territorial tidaklah relevan. Kerja sama ideologi lebih banyak di pakai oleh kelompok kepentingan yang ingin berusaha mencapai tujuannya dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka di forum global.

7.2.5. Pelaksanaan Politik Luar Negeri

Setelah kita berusaha mencari perumusan politik luar negeri itu, langkah kemudian adalah meninjau bagaimana pelaksanaannya. Arah, bentuk dan putusan mengenai politik luar negeri itu ditetapkan oleh pemerintah di bawah pimpinan nasional, yang dilaksanakan oleh menteri luar negeri dengan mempergunakan aparat yang ada dibawah kekuasaan dan kewenangannya. Pelaksanaan memerlukan perencanaan yang disiapkan oleh segenap jajaran petugas di kementrian dan perwakilan di luar negeri, mulai dari tingkat atas sampai ke tingkat bawah. Dalam hal ini kita harus mempunyai suatu sistem yang tersusun secara terinci, karena penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri itu adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus dan menghendaki pengamatan keadaan yang setiap waktu dapat berubah-ubah. Pelaksanaan bukanlah hanya merupakan keputusan taktik Universitas Sumatera Utara belaka guna mengatasi peristiwa yang mendesak saja, tetapi harus dilandaskan kepada suatu siasat yang dapat memperkirakan kemungkinan timbulnya masalah-masalah, sebelum masalah-masalah itu menjadi peristiwa darurat bagi kita. Dengan demikian tindakan kita akan mempunyai arah yang jelas dan tidak mengambang tanpa tujuan. Dalam kita mengatasi suatu persoalan maka harus dicegah masuknya kita kedalam posisi yang terdesak, karena timbulnya masalah lain yang berkaitan. Oleh karena itu bila kita akan menyelesaikan suatu masalah, terlebih dahulu kita perlu memperhatikan bagaimana akibat penyelesaian itu terhadap kepentingan nasional yang lebih luas dan sebabitu kita harus dapat memperhatikan dan berusaha agar putusan-putusan yang diambil tidak akan melemahkan kedudukan kita dalam menghadapi masalah-masalah baru yang baru muncul kemudian. Untuk meningkatkan dan mempercepat proses pengambilan keputusan, berbagai persiapan perlu diadakan terlebih dahulu dalam hal: a. Kemampuan untuk mengenal dan menganalisis masalah-masalah penting dalam politik luar negeri. b. Kemampuan untuk menentukan masalah mana yang lebih penting dari pada yang lain c. Kemampuan untuk menentukan alternatif-alternatif terhadap kebijaksanaan yang telah dirumuskan d. Kemampuan untuk mengaitkan anlisis-analisis kebijaksanaan dengan sumber-sumber management man, money, material, agar sumber-sumber ini selalu tersedia dalam kita melaksanakan politik dan hubungan luar negeri. Universitas Sumatera Utara Proses pengambilan kepuusan akan terlambat dan keputusan-keputusan yang diambil akan kurang tepat, apabila tindakan-tindakan persiapan tersebut tidak dilakukan. Setelah keputusan diambil, selanjutnya perlu pula kita mempunyai kemampuan untuk mengadakan evaluasi, yakni meninjau kebijaksanaan yang telah dirumuskan serta keputusan yang telah diambil itu dan kemudian mengetahui apakah keputusan ini sudah dilaksanakan, dan seterusnya perlu ditinjau lagi apakah pelaksanaannya sudah tepat dan sejalan dengan rencana atau tidak. Evaluasi ini ditunjukan untuk mengamati pelaksanaan dari keputusan tersebut secara terus-menerus dan bila perlu diadakan peninjauan kembali dengan mengikuti perubahan situasi dan kondisi di luar negeri. Dengan demikian sesuatu keputusan dapat diubah atau dicabut kembali dan oleh karenanya pelaksanaan politik luar negeri perlu diartikan sebagai penyusunan rencana yang menyeluruh, terarah dan terpadu didasarkan pada ilmu pengetahuan dan pengalaman Dengan perkataan lain bahwa pelaksanaan itu merupakan suatu siklus perencanaan dan evaluasi atau proses yang berkelangsungan dan berkesinambungan. Untuk ini kita memerlukan suatu alat menteri luar negeri yang disebut dinas luar negeri, yang kompeten dan senantiasa berada dalam keadaan waspada dan siap siaga pada setiap saat. Universitas Sumatera Utara

8. Metodologi Penelitian

8.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan penulis dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini dipergunakan karena penelitian ini adalah proses menggambarkan kerangka politik luar negeri

8.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian studi politik luar negeri ini menggunakan data sebagai berikut: • Dokumentasi yaitu buku-buku, jurnal politik luar negeri, ataupun surat kabar .

8.3. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan arah memberikan gambaran mengenai situasi ataupun kondisi yang terjadi. Data-data yang terkumpul, baik data yang berasal dari kepustakaan dan sumber lain akan di ekplorasi dengan mempergunakan pendekatan studi kasus secara mendalam tentang masalah yang akan diteliti.

9. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II KEBANGKITAN EKONOMI CINA Dalam bab ini akan diuraikan gambaran umum dari objek penelitian yaitu fenomena pertumbuhan ekonomi Cina Universitas Sumatera Utara