Ekonomi Cina Dan Politik Luar Negeri Indonesia (Studi Kasus : Pengaruh Kebangkitan Ekonomi Cina Terhadap Orientasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

(1)

Ekonomi Cina Dan Politik Luar Negeri Indonesia

(Studi Kasus : Pengaruh Kebangkitan Ekonomi Cina Terhadap Orientasi

Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Era Pemerintahan Susilo Bambang

Yudhoyono

)

DI SUSUN OLEH:

CHANDRA FERNANDO SINAGA

040906062

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …... ……….……….…i

DAFTAR TABEL ………v

BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah…………...………..……….…1

2. Perumusan Masalah .. ………..…4

3. Ruang Lingkup Penelitian ……….………...4

4. Tujuan Penelitian ……….. ……….………..……...…4

5. Manfaat Penelitian ………… ……….………...…..5

6. Hipotesis …………... ……….………...…..5

7. Kerangka Dasar Pemikiran ………... ……….……..…….…..6

7.1. Kerangka Definisi …….. ………..…………..16

A. Kepentingan Nasisonal…. .………...…………..…..16

B. Perdagangan Internasional ………..…..17

C. Politik Luar Negeri …….. ………..…..18

7.2. Kerangka Teori ………....19

7.2.1 Variabel-Variabel Pembentukan Politik Luar Negeri ………...19

A. Variabel Ideosinkretik………. ………19

B. Variabel Peranan ………... ………....20

C. Variabel Birokratis ………. ..………..…20

D. Variabel Nasional …... ……….………...20


(3)

A. Suasana Hubungan Diplomatik Yang Baik………... …..26

B. Suasana Hubungan Diplomatik Yang Memburuk……….. ..…26

C. Suasana Hubungan Diplomatik Yang Bermusuhan …... ….……….26

7.2.3. Pendekatan Ekonomi Dalam Politik Luar Negeri …………... ……..……27

A. Ekonomi Sebagai Instrument ………... ...….…..…27

B. Perdagangan Internasional ………... ………..……28

C. Faktor-Faktor Terjadinya Perdagangan Internasional ………...…...29

D. Hambatan-Hambatan Dalam Perdagangan Internasional ….…...…30

7.2.4. Kerjasama Internasional……...………..…31

A. Kerjasama Global……… ………..……....32

B. Kerjasama Regional……. ………..…....32

C. Kerjasama Fungsional……... ………..…..…..32

D. Kerjasama Ideologi…….. ………..………....33

7.2.5. Pelaksanaan Politik Luar Negeri…….. ………...……...33

8. Metodologi Penelitian ………... ……….……….…………..…..36

8.1. Metode Penelitian …….. ……….……….………..…..36

8.2. Teknik Pengumpulan Data ………. .……….….…………..…….36

8.3. Teknik Analisis Data …………..……….………..….…..36

9. Sistematika Penulisan ……….………...…..36

BAB II. KEBANGKITAN EKONOMI CINA 1. Reformasi Kepemimpinan Dalam Partai Komunis (1950-1978)………..………..38


(4)

2.1. Ekonomi Cina Di Bawah Pemerintahan Deng Xiaoping (

1978-1990)……...41

A. Penghapusan Komune Rakyat………..…….………42

B. Penghapusan Monopoli Negara ……….….…..…44

C. Liberalisasi Usaha Dan Manajemen ……….……46

D. Pembukaan Terhadap Modal Asing ………...…49

E. Integrasi Dalam Ekonomi Internasional ………...…52

2.2. Ekonomi Cina Di Bawah Kepemimpinan Hu Jintao………...55

A. Kebijakan Harmoni Sosial ………...55

B. Konsep Usaha Patungan ………..…………....58

C. Pembangunan Militer ………...61

D. Modernisasi Lintas Sektor ………..………..66

BAB III. KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DAN CINA 1. Dinamika Hubungan Internasional Pasca Perang Dingin ……..………..…73

2. Diplomasi Ekonomi Dan Perdagangan Internasional Indonesia ...………...75

3. Politik Luar Negeri Indonesia Di Bawah Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono ………79

4. Kepentingan Nasional Indonesia Di Dunia Intenasional ………..…84

5. Dinamikia Perdagangan Internasional Indonesia ………..…….100

6. Hubungan Bilateral Indonesia Dan Cina ………..…..104

A. Bidang Politik ………..…118

B. Bidang Ekonomi ………...120


(5)

C. Bidang Sosial Dan Budaya ………..……...126

D. Bidang Pertahanan-Keamanan ………....128

D.1. Kerjasama Militer Indonesia Dan Cina ………...129


(6)

DAFTAR TABEL

TABEL I : Wujud Penanaman Modal Di Cina ………50

TABEL II :Sasaran Kuantitatif Pembangunan Sektor Perdagangan Indonesia Tahun 2005-2009………103

TABEL III : Neraca Perdagangan Indonesia Dengan Rep.Rakyat Cina Tahun 2002 – 2007………..…...106

TABEL IV : Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Negara Asal………...107

TABEL V : Perkembangan Ekspor Non-Migas Menurut Negara Tujuan……..111


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini akan membahas tentang pengaruh kebangkitan ekonomi Cina terhadap orientasi kebijakan luar negeri Indonesia. Adapaun yang menjadi ketertarikan penulis dalam mengangkat topik ini ialah bahwa hubungan antara Cina dan Indonesia yang dahulu sempat terputus tahun 1965 akibat pertentangan ideologis dan kecurigaan Indonesia terhadap dukungan Cina terhadap partai komunis Indonesia (PKI), namun kini hubungan tersebut mulai terjalin lagi semenjak tahun 1990-an yang di awali dengan pertumbuhan ekonomi china yang melaju jauh dari apa yang diperkirakan sebelumnya .1

Ambruknya kebijaksanaan politik luar negeri sebuah negara seringkali disebabkan oleh kombinasi kekuatan-kekuatan luar yang tak tertuga dengan faktor-faktor structural yang tidak baik.

2

Ketika membuka hubungan bilateral dengan Cina, kepentingan nasional yang di bawa oleh Indonesia di bawah kepemimpinan Sukarno ialah untuk melaksanakan revolusi romantika ekonomi dan sosialnya di bawah demokrasi terpimpin. Selain itu, faktor utama yang mendorong sukarno untuk membuka hubungan diplomatik dengan cina ialah

Kebuntuan hubungan bilateral Cina − Indonesia yang terus berlanjut mempunyai akibat yang sama seriusnya bagi cina. Faktanya, kegagalan diplomatik Cina terhadap Indonesia merugikan Cina, dan kerugian itu tidak dapat ditutup dengan keuntungan diplomatic yang dihasilkan oleh pembukaan hubungan-hubungan baru dengan negara ASEAN yang lain

1

Ahmad, Widjaya, 2008. Hubungan Mesra RI-China.

diakses 10 Januari 2008

2


(8)

mengenai pembentukan Malaysia yang dipandanganya sebagai ciptaan neo-kolonialis dan permainan kekuatan imperialis untuk menghalangi hegemoni Indonesia terhadap Negara-negara Malaya.3

Untuk melancarkan kampanye konfrontasi untuk mengganyang Malaysia, sukarno juga sangat membutuhkan sokongan diplomatik dan material dari Cina. Selain itu kepentingan nasional Cina dalam membina hubungan dengan Indonesia ialah untuk menangkis pengaruh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada awal tahun 1960-an, posisi internasional Cina sangat terkucil karena permusuhan yang terus-menerus dengan amerika serikat dan keretakan politis dan ideologis dengan Uni Soviet, serta konflik dengan perbatasan dengan India. Oleh sebab itu Cina sangat membutuhkan persekutuan dengan Indonesia untuk menempa NEFO (New Emergiming Forces atau kekuatan-kekuatan yang baru lahir) sebagai suatu “Front Bersatu”, dan Indonesia dalam perspektif cina mempunyai daya tarik tersendiri karena cina menganggap Indonesia sebagai suatu negara dengan potensi revolusioner penuh sehingga dapat berkoalisi dengan Cina untuk menandingi blok Amerika dan Soviet.4

Dan kini setelah berakhirnya era perang dingin dengan berubahnya percaturan politik internasional yang ditandai oleh gugurnya ideologi komunisme dan semakin tegaknya ideologi demokrasi liberal, merupakan kajian yang sangat menarik dalam melihat hubungan bilateral antar Negara. Khususnya Cina, setelah mengalami kesusksesan reformasi ekonominya di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping yang


(9)

menerapkan konsep ekonomi pasar dan ekonomi terpusat, ternyata berdampak pula pada posisi Cina di pergaulan internasional.5

Oleh sebab itu, dengan melihat beberapa fenomena yang terjadi pada Cina, maka akan sangat menarik untuk di kaji secara mendalam terhadap hubungannya dengan kebijakan luar negeri Indonesia khusunya dalam bidang perdagangan internasionalnya. Kajian menjadi lebih menarik mengingat kondisi sosial politik yang terjadi pada saat ini sangat jauh berbeda pada saat Indonesia menjalin hubungannya dengan Cina pada tahun 1960-an, serta kepentingan nasional yang merupakan landasan dalam politik luar negeri juga tentu sangat berbeda.

Karena itu skripsi ini mencoba untuk membahas secara mendalam dengan menggunakan beberapa pendekatan-pendekatan guna menemukan dua variabel yang menjadi topik dalam penulisan skripsi ini yaitu kebangkitan ekonomi Cina dan pengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri Indonesia.

5


(10)

2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan studi ini adalah bagaimana pengaruh fenomena kebangkitan ekonomi Cina terhadap orientasi kebijakan luar negeri Indonesia pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

3. Ruang Lingkup Penelitian

Suatu penelitian membutuhkan pembatasan masalah dengan tujuan untuk dapat menghasilkan uraian yang sistematis dan tidak melebar. Maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini membahas hubungan antara kebangkitan ekonomi Cina dengan orientasi kebijakan luar negeri Indonesia pada rezim pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

2. Penelitian ini lebih menekankan pada kepentingan nasional yang menjadi landasan kunci bagi politik luar negeri Indonesia.

4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian tentang pengaruh kebangkitan ekonomi China terhadap orientasi kebijakan politik luar negeri Indonesia di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono adalah:

1. Mendeskripsikan pengaruh kebangkitan Cina terhadap orientasi kebijakan politik luar negeri Indonesia.

2. Mendeskripsikan secara sederhana apa implikasi dari orientasi kebijakan luar negeri tersebut terhadap kemakmuran suatu bangsa, khususnya Indonesia.

3. Mendeskripsikan fenomena pertumbuhan ekonomi Cina berdasarkan fakta-fakta yang dapat di percaya.


(11)

5. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa ilmu politik, khusunya bagi mereka yang tertarik dengan kajian politik luar negeri.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang signifikan bahwa ada perubahan arah baru dalam tinjauan politik luar negeri Indonesia.

3. Sebagai pertimbangan bagi para pembuat kebijakan dalam menata dan merumuskan kebijakan internasional.

6. Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kebangkitan ekonomi cina sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri

Indonesia.

2. pengaruh ekonomi cina terhadap kebijakan luar negeri Indonesia adalah : A. meningkatnya volume perdagangan antara kedua negara yang terhitung

pada tahun 2005 mencapai US$ 12, 5 miliar, sedangkan pada tahun 2006 meningkat sebesar US$ 3 miliar menjadi US$ 15 miliar, dan berdasarkan kesepakatan kedua negara maka akan menaikan total perdagangannya sebesar US$ 30 miliar pada tahun 2010.

B. Kebangkitan ekonomi Cina menciptakan pangsa pasar yang cukup strategis bagi produk-produk Indonesia seperti misalnya karet.

C. Pola kerjasama antar kedua negara meluas ke berbagai sektor seperti misalnya kerjasma militer yang telah di bangun oleh kedua negara.


(12)

7. Kerangka Dasar Pemikiran

HUBUNGAN BILATERAL

Cina RI

Deng Xiaoping Merubah pola pembangunan negara Memanfaatkan Cina sebagai Pembelian senjata, dan dengan metode Sosialisme pasar pangsa pasar terhadap produk kapal perang.

Indonesia Tetap menggunakan metode

Sosialisme pasar terhadap pola Pembangunan ekonomi

Kerjasama Fungsional

Hu Jintao Susilo BambangYudhoyono

Kebangkitan Kebangkitan Militer Bantuan Militer Meningkatnya Volume Ekonomi Perdagangan

Pertukaran perwira dan indusri pertahanan

Pada tahun 2005 total perdagangan sebesar US$ 12,5 miliar, sedangkan tahun 2006 sebesar US$ 15 miliar, dan pada tahun 2007 sebesar US$ 20 miliar.

DEKLARASI KEMITRAAN STRATEGIS


(13)

Politik luar negeri Indonesia ditujukan untuk melindungi kepentingan nasional, khususnya rencana pembangunan.6 Di tengah perkembangan dunia yang ditandai oleh saratnya kepentingan nasional masing-masing negara dalam proses negosiasi di tingkat bilateral, regional maupun multilateral maka akan penting bagi Indonesia untuk menentukan sikap dan menempatkan posisi yang tepat dan jelas.7

Dalam masalah domestik ada ”kekuasaan, pemerintahan dan hukum”, sedangkan politik internasional “adalah bidang kekuasaan, perjuangan, dan akomodasi”.

8

Target-target dalam politik luar negeri baik itu Target-target jangka pendek maupun jangka panjang harus ditetapkan terlebih dahulu secara jelas sehingga biaya dan manfaatnya bisa lebih terukur dan transparan. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana mengkaitkan strategi dan kebijakan ekonomi pembangunan nasional dengan langkah-langkah yang ditempuh di tingkat internasional.9

Dalam sistem politik internasional yang menegaskan perlunya kerangka kerja bagi aktivitas ekonomi, sehingga meskipun kekuatan-kekuatan ekonomi adalah nyata dan memiliki efek yang mendalam pada distribusi kekayaan dan kekuatan di dunia, kekuatan-kekuatan itu selalu bekerja dalam konteks perjuangan politik diantara kelompok-kelompok dan bangsa-bangsa.10

Susutnya politik kekuatan (power politics) pasca berakhirnya perang dingin banyak menaruh harapan akan datangnya iklim internasional yang lebih stabil, damai,

6

Susilo Bambang Yudhoyono, Menuju Perubahan, Jakarta : Relawan Bangsa, 2004, Hal. 89

7

Ibid, hal. 94

8

Waltz, Theory of International Politics, New York : Mcgrawa Hill Reading, 1979, Hal. 113

9

Lihat Yudhoyono, Op.Cit., hal. 96

10

Robert Gilpin, The Richness of the Tradition of Political Realism, Cambridge: Cambridge University Press, 1984, Hal. 295


(14)

dan sejahtera. Namun dalam kenyataannya perkembangan kemakmuran bangsa-bangsa berjalan secara asimetris.11

Dalam era globalisasiseperti sekarang ini, menjalin hubungan dengan negara lain untuk menjalankan roda perekonomian suatu negara adalah mutlak dan perlu dilakukan. Dalam kondisi yang semakin mengglobal ini, diplomasi Indonesia menjadi kunci yang cukup penting. Kita dituntut untuk memberikan penjelasan tentang Indonesia ke negara luar. Untuk melangkah ke sana, diperlukan pemahaman tentang percaturan global, sehingga kita tidak terjebak dalam diplomasi yang involutif dan tetap mampu menunjukan nasionalisme kita di tengah desakan internasionalisme yang semakin kuat.12 Dengan kata lain, kita harus “mengakui dampak kesinambungan rezim internasional pada kemampuan negara-negara yang berbagi kepentingan untuk bekerjasama.13

Sejak pemerintahan orde baru, politik luar negeri Indonesia menganut teori lingkaran konsentris (concentric circles formula). Lingkaran konsentris pertama adalah ASEAN yang dianggap sebagai “corner stone” dari politik luar negeri Indonesia.14

11

Lihat Yudhoyono, Loc.Cit

12

Lihat Yudhoyono, Op.Cit., hal. 90

13

Robert Keohane, After Hegemoni: Cooperation and Discord the World Political Economy, Princeton : Di luar lingkaran tersebut, Indonesia perlu memperkuat kerjasama dengan negara-negara yang tergabung dalam Pacific Island Forum, The South West Pacific Dialogue dan konsultasi tripartite diantara Indonesia, Australia dan Timor-Timur yang mencakup wilayah dalam lingkaran konsentris II. Termasuk di dalam lingkaran konsentris II adalah negara-negara yang tercakup dalam kerja sama ASEAN+3 (Jepang, Cina Dan Korea


(15)

Selatan). Diluar lingkaran tersebut, Indonesia mengkonsentrasikan kerja sama dengan negara-negara yang ekonominya maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa.15

Mencermati Cina adalah penting, karena negara yang berpenduduk terbesar ini telah bangkit dari tidurnya selama berakhirnya perang dunia kedua.16 Pengaruh China terhadap dunia ini tampaknya begitu besar―sehingga secara paradoksial sulit bagi orang -orang yang ditugasi melihat gambaran besarnya untuk memahaminya.17

Pada tahun 2003, PDB China mencapai 41,4 triliun. Berdasarkan ukuran tersebut, Cina adalah perekonomian terbesar ketujuh di dunia. Perekonomian Amerika Serikat sejauh ini masih merupakan yang terbesar di dunia; dengan PDB 2003 sebesar 410,1 triliun, perekonomian negara itu tujuh kali lebih besar daripada perkonomian Cina.

Berdasarkan segala ukuran, pertumbuhan ekonomi Ciina tumbuh pesat. Untuk semua negara, laporan kemajuan ekonomi tahunan dibuat dalam bentuk produk domestic bruto, yaitu jumlah nilai semua barang dan jasa yang diperdagangkan dalam perekonomian suatu negara.

18

Sejak Cina mulai mereformasi perekonomiannya satu generasi lalu, negara itu telah tumbuh dengan angka resmi sebesar 9, 5 persen. Negara manapun pada tahap-tahap awal reformasi perekonomiannya sering kali naik cepat, tetapi tidak seperti Cina. Negara ini sedang mendekati kurun waktu perjalanan 30 tahun dan sepanjang waktu itu perekonomiannya telah berlipat-ganda hampir tiga kali lebih. Kenaikan tersebut tidak ada duanya dalam sejarah modern.19

15

Ibid, Hal. 9

16

Ali Alatas, 2006. Arah Baru Politik Luar Negeri Indonesia.

17

Ted Fishman, China Inc, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006, hal. xvi

18

Ibid, Hal. xix

19

Ibid, Hal. Xviii. Tidak ada satu pun negara lain mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu yang sama.


(16)

Bagi negara-negara lain, pertumbuhan Cina tersebut telah berperan penting sebagai pelanggan dan juga sebagai pemasok. Jepang dan Jerman baru-baru ini menikmati surplus perdagangan besar dengan negara tersebut karena sekarang Cina adalah pembeli mesin pabrik terbesar di dunia, dan negara itu membutuhkan peralatan yang dibuat Jerman dan Jepang guna menghasilkan mesin-mesin dan barang-barang elektronik yang dibuat oleh Jerman dan Jepang.20

Negara-negara yang kaya dengan sumber daya benar-benar menjual bahan mentah kepada Cina yang akan dibentuk kembali di pabrik-pabriknya, dan juga sumber energi yang diperlukannya untuk menjalankanya. Pada tahun 2003, menurut perhitungan Stephen Roach, pakar ekonomi utama di Morgan Stanley, rakyat Cina membeli tujuh persen minyak dunia, seperempat dari semua semua alumunium dan baja, hampir sepertiga bijih besi dan batu bara dunia, dan 40 persen semen dunia. Kecendrungannya ialah bahwa jumlah tersebut akan semakin meningkat pada masa-masa mendatang.21

Sudah pasti, jika ada suatu negara yang akan menggantikan Amerika Serikat di pasar dunia, hanya chinalah yang akan tampil ke depan. Pakar ekonomi Jeffrey Sachs dari Universitas Columbia, yang menjadi penasihat berbagai negara, menganjurkan bangsa-bangsa harus dapat mengambil langkah yang positif untuk membangun hubungan kerjasama yang signifikan terhadap Cina, karena dimana pada tahun 2050 perekonomian Cina dapat mencapai 75 persen lebih besar daripada perekonomian sebelumnya.22

20

Ibid, Hal. xxvi

21

Pine, 2004. China Steals The Spotlight On The Global Stage.

22


(17)

Kondisi bangsa Indonesia kini tengah mengalami badai yang tak berkesudahan. Masih tingginya tingkat inflasi, kemiskinan, dan tidak kondusifnya keadaan Indonesia untuk investor, serta seringnya para politikus melakukan manuver-manuver politik yang tak bersahabat bagi kondisi saat ini, seakan menambah catatan kelam bangsa ini.

Sebuah bangsa dikatakan terhormat jika rakyatnya punya taraf hidup yang layak, bebas dari kemiskinan yang ekstrim, karena akan sangat tidak terhormat jika mayoritas penduduk Indonesia miskin bahkan mencapai kemiskinan yang absolut. Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa diperlukan sepuluh langkah untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang terhormat. Diantara 10 langkah tersebut, antara lain ialah Indonesia harus berperan aktif dalam hubungan internasional dengan tidak hanya memikirkan kondisi negara sendiri tetapi juga memikirkan kondisi negara lain yang cukup potensial untuk menjalin kerjasama bilateral.23

Sebagai negara yang sedang bangkit, Cina merupakan mitra dagang dan pasar utama produk Indonesia melalui penyediaan berbagai bidang bahan baku yang diperlukan, serta menjadi sumber penting bagi penyediaan teknologi kecil dan menengah

Pemerintahan Indonesia yang baru, di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla memiliki mandat untuk melakukan perubahan yang sulit guna mengembalikan pemerintahan ke jalur yang benar. Dalam upaya memulihkan perekonomian nasional di tengah gelombang globalisasi ini, politik luar negeri perlu difokuskan pada kerjasama bilateral dengan negara-negara asia timur, ASEAN+3 (Jepang, Korea Selatan, dan Cina), East Asia Community dan APEC pada tingkat regional, serta kelompok-kelompok tertentu pada tingkat global.

23

Susilo Bambang Yudhoyono, 8 Desember 2006, Perlu 10 Langkah Jadikan Indonesia Terhormat, Harian Analisa, hal. 1


(18)

yang dimilikinya. Mantan Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan pentingnya hubungan RI-China di masa mendatang, seperti tercermin dalam gagasannya tentang aliansi Indonesia, Cina, India, Singapura dan Jepang.24

Pada pemerintahan SBY ini, kerjasama indonesia dengan Cina diharapkan akan meningkat secara rill dengan dihasilkannya deklarasi kemitraan strategis antara Indonesia dan China. Indonesia mengharapkan China sebagai pasar potensial bagi berbagai produk kita sekaligus sumber penting bagi kebutuhan kita akan produk teknologi kecil dan menengah, termasuk produk teknologi persenjataan yang kita perlukan.25

A. Kerjasama Politik dan Keamanan

Berdasarkan data yang diperoleh dari departemen perekonomian sudah ada beberapa kerangka kerjasama yang signifikan dibangun antara pemerintah Cina dengan pemerintah Indonesia antara lain ialah:

26

1. Meningkatkan hubungan dan interaksi bilateral reguler tingkat tinggi sebagai upaya untuk memperbaiki kontak dan komunikasi serta untuk mempertinggi dialog mengenai topik-topik bilateral, kawasan, dan internasional yang menjadi kepentingan dan perhatian bersama, melalui:

a. Membentuk mekanisme dialog pada tingkat Anggota Dewan Negara/ Menteri Koordinator bagi hubungan dan kerjasama yang lebih luas antara Indonesia dan Cina;

24

Smith, Gusdur and the Indonesian Economy, Singapore :ISEAS, 2001, Hal. 59

25

Sadli, 25 Mei 2005, Ekonomi Asia dan Posisi Indonesia, Kompas, Hal. 7 26

Departemen Perekonomian, 2006. Deklarasi Bersama Antara Republik Indonesia Dengan Republik Rakyat China Mengenai Kemitraan Strategis.


(19)

b. Mengkonsolidasikan Komisi Bersama untuk Kerjasama Bilateral Indonesia-Cina (KBKB), yang diketuai oleh Menteri Luar Negeri kedua negara, dalam mengkoordinasikan dan mengkaji kegiatan di dalam mekanisme dialog Indonesia-Cina yang ada;

c. Memperkuat peran konsultasi Indonesia-Cina di tingkat Pejabat Tinggi dalam melaksanakan keputusan yang dibuat pada tiap tingkat mekanisme dialog bilateral serta dalam menyelidiki, bila dan ketika dibutuhkan dan berdasar pada kesepakatan bersama, kebutuhan mengenai mekanisme tambahan di berbagai bidang kerjasama pada tataran yang layak; dan

d. Mendukung hubungan dan kontak langsung antara badan legislatif Indonesia dan Cina serta koordinasi dan kerjasama mereka dalam organisasi parlemen internasional seperti Organisasi Antar Parlemen ASEAN (AIPO), Asosiasi Parlemen Asia untuk Perdamaian (AAPP), dan Uni Parlemen Dunia (IPU).

2. Terus mempromosikan saling pengertian dan dukungan sehubungan komitmen kami atas prinsip-prinsip penghargaan bersama atas kemerdekaan, kedaulatan, dan keutuhan wilayah kedua negara. Cina mendukung Pemerintah Republik Indonesia dalam upayanya menjaga persatuan nasional dan keutuhan wilayah. Indonesia menyatakan kembali ketetapannya untuk terus berpegang pada kebijakan satu Cina dan pengakuannya bahwa Pemerintah Republik Rakyat Cina sebagai pemerintah resmi satu-satunya yang mewakili seluruh Cina dan Taiwan


(20)

adalah bagian tak terpisahkan dari China serta mendukung proses reunifikasi damai Cina.

3. Menyokong upaya menuju reformasi yang efektif dan demokratisasi yang lebih luas atas sistem PBB, dengan maksud untuk meningkatkan multilateralisme, memperkuat peran PBB dalam menjaga dan meningkatkan perdamaian dan keamanan internasional serta pembangunan yang berkelanjutan, dan juga menjamin keikutsertaan dan pembagian peran yang lebih luas di antara negara-negara berkembang dalam proses pengambilan keputusannya.

4. Memperkuat kerjasama dengan negara-negara Asia dan Afrika melalui Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP) serta dengan negara-negara Gerakan Non-Blok (NAM) dan Kelompok 77 dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan lingkungan dunia serta dalam memastikan bahwa negara-negara berkembang mendapatkan keuntungan penuh dari globalisasi.

5. Menegaskan kembali peran ASEAN dalam membangun kerjasama regional melalui pencanangan Komunitas ASEAN serta peran Cina dalam menyokong upaya-upaya ASEAN melalui program-program seperti BIMP-EAGA.

6. Bekerja sama dalam mendorong seluruh negara Bersenjata Nuklir untuk menandatangani Protokol Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara. China akan menandatangani Protokol tersebut secepat mungkin


(21)

segera setelah solusi atas pertanyaan yang belum terjawab mengenai Protokol dimaksud tercapai dan diterima oleh seluruh pihak terkait.

7. Meningkatkan implementasi Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea sebagai cara untuk membuat Laut Cina Selatan menjadi dasar kerjasama dan jembatan persahabatan.

8. Mempromosikan rasa saling percaya dan keyakinan dalam bidang pertahanan dan militer dengan maksud untuk membangun industri pertahanan masing-masing dan secara aktif menyelidiki kemungkinan untuk membentuk mekanisme konsultasi pertahanan dan keamanan.

9. Mendorong kerjasama antar badan penegakan hukum dan intelijen dalam menangani isu-isu keamanan non-tradisional seperti terorisme, penyelundupan, perdagangan obat terlarang, perdagangan manusia, pencucian uang, kejahatan dunia maya, dan kejahatan terorganisir transnasional lainnya melalui pelaksanaan perjanjian kerjasama yang telah ada; secara aktif mencari kemungkinan pembentukan mekanisme konsultasi; dan mempromosikan bidang kerjasama lainnya yang tepat dan sesuai dengan hukum nasional tiap-tiap negara.

10. Bekerja sama dengan erat pada isu maritim melalui perbaikan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan membangun mekanisme konsultasi dan kerjasama maritim.

11. Memperkuat kerjasama dalam upaya memberantas terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. Kedua negara menolak pengkaitan hubungan antara terorisme dengan salah satu agama atau kelompok etnis dan


(22)

menegaskan bahwa kampanye melawan terorisme harus dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memenuhi norma-norma hukum internasional yang diakui secara universal

B. Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan27

Morgenthau mendefiniskan kepentingan nasional sebagai suatu konsep yang harus diartikan sebagai power. Oleh sebab itu Morgenthau menunjuk kepentingan nasional berdasarkan definisi power, artinya bahwa posisi power yang harus dimiliki negara merupakan pertimbangan utama yang memberikan bentuk kepada kepentingan 12. Mempromosikan kerjasama yang lebih besar pada tataran bilateral,

regional, dan internasional dalam menopang pertumbuhan ekonomi dengan berdasar pada prinsip kesetaraan, saling menguntungkan, saling melengkapi, dan keanekaragaman untuk meningkatkan kemitraan ekonomi dan sekaligus mendirikan kemandirian ekonomi.

13. Memperkuat kerjasama dalam organisasi internasional untuk menjamin negara-negara berkembang mendapatkan secara penuh keuntungan dari sistem perdagangan multilateral dan proses perdagangan bebas secara adil dan berimbang. Kedua negara menekankan pentingnya penguatan kerjasama dalam upaya untuk merealisasikan Tujuan Milenium PBB dan tujuan serta target pembangunan yang telah disetujui secara internasional.

7.1. Kerangka Definisi


(23)

nasional.28

Sementara itu hakikat kepentingan nasional menurut Frankel ialah sebagai keseluruhan nilai yang hendak ditegakan oleh suatu bangsa. Lebih lanjut Frankel mengatakan bahwa kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi negara, dan kepentingan nasional dapat dipakai secara operasional yang dapat dilihat aplikasinya pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang aktual serta rencana-rencana yang dituju.

Konsekuensi dari pemikiran tersebut adalah bahwa suatu situasi atau tujuan nasional harus dievaluasi dan diukur dengan menggunakan tolok ukur posisi power negara.

29

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu Negara dengan pemerintah negara Dengan demikian baik kebijaksanaan maupun rencana yang dituju berorientasi kepada kepentingan nasional.

Dalam praktek aktualnya, kepentingan nasional tidak hanya dibuat oleh seorang negarawan tetapi juga bisa dibuat oleh negarwan lain yang percaya bahwa Negara semata-mata hanya merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kedua-duanya bisa saja membuat penafsiran yang sama mengenai kepentingan nasional, sepanjang negara benar-benar bertanggung jawab atas kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan nasional warga negaranya.

B. Perdagangan Internasional.

28

Suprapto, Hubungan Internasional : Sistem, Interaksi, Dan Perilaku, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997, Hal. 143

29


(24)

lain.30

Kepentingan nasional merupakan keseluruhan nilai yang hendak diperjuangkan atau dipertahankan dalam forum internasional. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kepentingan nasional merupakan kunci dalam politik luar negeri. Menurut Couloumbis dan Wolfe, politik luar negeri sintesis dari tujuan atau kepentingan nasional dengan power dan kapabilitas.

Batasan lain tentang perdagangan internasional adalah proses tukar-menukar barang dan jasa kebutuhan antara dua negara atau lebih yang berbeda hukum dan kedaulatan dengan memenuhi peraturan yang diterima secara internasional. Perdagangan internasional memberikan keuntungan bagi negara-negara pelakunya, karena negara dapat menjual barang-barangnya ke luar negeri yang dapat meningkatkan kekayaan dan kesejahteraan penduduknya.

C. Politik Luar Negeri

31

30

Politik luar negeri pelaksanaanya dilakukan oleh aparat pemerintah. Oleh karena itu aparat pemerintah mempunyai pengaruh terhadap politik luar negeri. Disamping aparat pemerintah, kekuatan-kekuatan sosial politik yang lebih dikenal dengan pressure group ikut berpengaruh pula dalam pembentukan politik luar negeri suatu negara.

Tujuan politik luar negeri adalah untuk memujudkan kepentingan nasional. Tujuan tersebut memuat gambaran atau keadaan Negara di masa mendatang dan kondisi masa depan yang diinginkan. Pemerintah suatu Negara menetapkan berbagai sarana yang diusahakan untuk dicapai dengan melakukan berbagai tindakan yang menunjukan adanya kebutuhan, keinginan, dan tujuan.


(25)

Pelaksanaan politik luar negeri didahului oleh penetapan kebijaksanaan dan keputusan serta harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang di sertai oleh factor-faktor nasional sebagai faktor internal dan faktor internasional sebagai faktor eksternal. Di samping itu, dalam pelaksanaan politik luar negeri harus dipilih teknik maupun instrumen yang cocok untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan

7.2. Kerangka Teori.

7.2.1. Variabel-Variabel Pada Pembentukan Politik Luar Negeri.32

Kita bisa mengatakan bahwa variabel ideosinkretis relatif lebih mudah untuk menjelaskan keputusan-keputusan di negara-negara otoriter dan totaliter ketimbang di negara-negara demokrasi kompetitif. Sifat pribadi seorang pemimpin yang diktaktor mudah terefleksikan dari semua kategori keputusan daripada sifat pribadi pemimpin demokratis yang harus mendengar dan memperhatikan pendapat pihak lain. Disamping itu kita juga dapat berasumsi bahwa dampak variabel ideosinkretik lebih besar kepada keputusan-keputusan yang bersifat pragmatis yang dapat dilihat pada masa-masa krisis, keterbatasan waktu, ancaman yang menjadi beban di pundak para pemimpin negara beserta penasihatnya.

A Variabel Ideosinkretik

Variabel ideosinkritik berkaitan dengan gambaran dan karakter pribadi pembuat keputusan, antara lain mengenai ketenangan lawan ketergesaan, kemarahan lawan prudensi, ketakutan lawan percaya diri sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa karakter psikologis para pemimpin serta pembuat keputusan, demikian juga para pelaksana politik mempunyai pengaruh atas hasil politik, walaupun variabel ini diakui sangat sukar untuk diukur.

32


(26)

B.Variabel Peranan

Variabel peranan biasanya didefinisikan sebagai peraturan-peraturan perilaku yang diharapkan dari seseorang sesuai dengan pekerjaannya. Seseorang yang memegang peranan yang spesifik, hasil perilakunya dimodifikasi oleh harapan dan ekspektasi publik. Disamping para pemimpin oposisi sering membesar-besarkan perbedaan kebijaksanaan mereka terhadap kebijaksanaan yang sedang berkuasa, mereka juga cendrung mengemukakan janji-janji yang dibuat untuk memaksimalkan harapan dan ekspetasi para pemilih, tetapi setelah berkuasa cendrung membisu bahkan mendekati peran pendahulunya yaitu mereka yang berkuasa sebelumnya.

C. Variabel Birokratis

Variabel ini menyangkut struktur dan proses pmerintah serta efeknya terhadap politik luar negeri. Menurut graham Allison dan Morton Halperin komplesitas birokratis merupakan karakteristik yang terdapat pada hamper semua negara termasuk Negara terbelakang.

Para penstudi politik mengatakan bahwa disamping sebagian besar kebijaksanaan merefleksikan kepentingan-kepentingan biro-biro pemerintah, dinas-dinas militer dan devisi-devisi lainnya yang saling bertentangan, secara konstan juga bersaing untuk melindungi kelangsungan hidup serta pertumbuhan birokrasi mereka yang sempit dan memaksimalkan keterlibatan pengaruhnya dalam proses pembuatan keputusan.

D. Variabel Nasional

Variabel nasional mencakup berbagai atribut nasional yang mempengaruhi hasil politik luar negeri. Variabel ini telah banyak dibicarakan dalam membahas elemen-elemen power baik yang bersifat tangible maupun intangible.


(27)

Mengenai variabel nasional ini Coulumbis dan Wolfe secara khusus memberikan perhatian mereka mengenai variabel lingkungan, variabel kependudukan, variabel politik, variebel ekonomi, variabel sosial, dan variabel karakter nasional.

Variabel Lingkungan

Variabel lingkungan mencakup: luas, lokasi geografis, tipe daerah, iklim dan sumber alam. Bagi negara-negara continental, batas-batasnya mudah diserang, pilihan lokasinya harus strategis dengan mencari batas-batas yang relatif aman atau mencari daerah-daerah penyangga, atau mudah untuk memperoleh perlindungan dari negara-negara yang lebih kuat dan berkemampuan mobile.

Variabel Kependudukan

Variabel ini antara lain mengenai jumlah penduduk dan densitas penduduk suatu negara serta statistik yang vital seperti distribusi usia, negara, tingkat melek huruf dan kesehatan. Banyak negara yang padat penduduknya bertindak dengan tenang tetapi terdapat pula banyak negara seperti itu yang bertindak secara adventurist (berani) sehingga menurut Couloumbis dan Wolfe untuk variabel ini diperlukan adanya riset empiris.

Variabel Politik

Apakah tipe sistem politik suatu negara membawa dampak terhadap keputusan politik luar negeri dan implementasinya? Orang dapat menuduh bahwa kediktatoran berusaha bertualang ke luar negeri untuk membantu populasi domestik yang tertindas, dengan tipe solidaritas yang hanya bisa dihasilkan oleh ancaman eksternal yang serius.


(28)

Tetapi orang juga bisa mengatakan bahwa kediktatoran sangat hirau terhadap masalah ketertiban internal yang dikemukakannya kepada penduduk domestik yang memusuhinya sehingga memungkinkan untuk mencapai politik luar negeri dengan hati-hati yang dapat disetujui bersama yang bisa digunakan untuk mengurangi konflik eksternal dengan internalnya.

Variabel Ekonomi

Mengenai variabel ini, orang dapat mengajukan pertanyaan pengaruh kapitalis, perekonomian yang berorientasi kepada pasar, pengaruh komunisme, dan tentang perencanaan ekonomi terhadap politik luar negeri. Ada yang menyatakan bahwa negara komunis yang perekonomiannya di kontrol oleh pusat akan lebih efektif dalam menyusun kebijaksanaan ekonomi luar negerinya sedemikian rupa untuk memajukan tujuan-tujuan politiknya. Sebaliknya ada yang menyatakan bahwa negara-negara kapitalis dimana aktornya adalah swasta, jauh dari kontrol pemerintah, bisa membentuk politik luar negeri menurut kepentingan korporasi, bukan kepentingan nasional.

Variabel Sosial

Variabel sosial membawa kita untuk mengindetifikasikasi efek dari struktur kelas, distribusi pendapatan, status ras, budaya, dan agama terhadap politik luar negeri negara. Orang bisa mengatakan bahwa negara yang didalamnya terjadi perpecahan sosial atau etnis akan mengendalikan perpecahan terlebih dahulu sebelum memulai politik luar negeri yang ofensif.


(29)

Variabel Karakter Nasional

Karakter nasional merupakan konsep yang sukar dipahami. Streotipe yang melecehkan melukiskan bahwa orang Jerman dan Vietnam sebagai orang-orang yang suka perang, orang-orang Perancis disebut sebagai orang-orang yang sombong dan selalu bimbang, orang inggris disebut sebagai hipokrit (munafik) dan suka berkomplot dengan diam-diam, orang-orang soviet sering disebut sebagai orang yang perhitungan dan brutal, orang Amerika disebut sebagai kasar tetapi berterus terang.

Disamping ketidakpastian atas konsep karakter nasional, orang juga bisa mengatakan bahwa gaya nasional sebagai cara lain menyebut karakter nasional, mempunyai pengaruh terhadap politik luar negeri.

E. Variabel Sistemile

Oleh adanya hubungan dalam suatu sistem antara unit satu terhadap yang lain maka muncullah variabel sistemik. Disini perhatian diarahkan kepada variabel eksternal yang berpengaruh terhadap keputusan-keputusan politik luar negeri dari negara-negara yang kita amati atau analisis.

Kita melihat bahwa politik luar negeri dari sistem yang dipengaruhi oleh system balance of power akan berbeda dari politik luar negeri dari negara-negara yang dipengaruhi oleh sistem bipolar perang dingin. Dengan kata lain bahwa system balance of power akan memberikan dampak yang berbeda daripada sistem bipolar perang dingin dalam sistem internasional terhadap politik luar negeri suatu negara.

Dalam sistem balance of power, politik luar negeri negara lebih fleksibel dan pragmatis karena sistem internasional dimana balance of power tersebut berada terbuka


(30)

bagi perubahan-perubahan sehingga memerlukan penyesuaian-penyesuaian politik luar negeri, sedangkan dalam sistem bipolar perang dingin sistem tersebut memberikan dampak apakah suatu negara terdesak untuk masuk ke dalam aliansi yang berorientasi ideologis.

Variabel sistemile bertalian erat dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan maupun tindakan negara lain di mana kebijaksanaan maupun tindakan tersebut dapat merangsang politik luar negeri negara lain. Para penstudi hubungan internasional beraliran tradisional beranggapan bahwa politik luar negeri merupakan sekumpulan respons terhadap tantangan dan kesempatan eksternal. Politik luar negeri tidak bias dipisahkan dari tujuan negara.

Adapun tujuan tersebut adalah untuk mempertahankan apa yang sudah dimiliki atau untuk mencapai serta memaksimalkan kesempatan-kesempatan dalam batas-batas prudensi guna memperoleh yang baru dan yang berkaitan dengan apa yang sudah dicapai. Respon yang diberikan oleh suatu negara terhadap tantangan maupun kesempatan yang terbuka tidak akan lepas dari tujuan negara.

7.2.2. Suasana Interaksi

Dalam pelaksanaan politik luar negeri, untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan kepentingan nasionalnya, pemerintah dihadapkan kepada beberapa alternatif pemilihan instrumen. Instrumen-instrumen tersebut ada yang legal dan ada yang illegal. Instrumen yang legal bersifat kooperatif, keabsahaannya diakui serta sering dipergunakan, misalnya diplomasi, sedangkan yang illegal tidak bisa diterima oleh pihak lain dan biasanya dipergunakan dalam kondisi yang memperlihatkan adanya oposisi,


(31)

misalnya subversi.33

a) Kooperasi (kerjasama)

Tetapi perlu diperhatikan bahwa sekalipun hubungan kedua negara berada dalam situasi konflik dan diwarnai oleh sikap tidak kooperatif, namun sepanjang masih ada kemauan untuk mencapai kesepakatan maka instrument yang legal masih bias dipakai.

Sudah barang tentu sikap sesuatu negara akan berpengaruh terhadap pemilihan instrument interaksi. Dengan kata lain instrumen interaksi dipilih setelah adanya ketegasan sikap dari negara yang bersangkutan. Adapun sikap negara tersebut ditentukan oleh hubungan diplomatiknya. Dalam usaha mencapai sasaran diplomatiknya, terdapat tiga model perilaku negara, yaitu:

b) Akomodasi (penyesuaian) c) Oposisi (penentangan).

Mengenai kooperasi dan akomodasi bisa dicapai melalui negosiasi yang diharapkan akan memberi hasil. Apabila negosiasi gagal dalam mencapai sasaran melalui jalan damai maka pertentangan dalam berbagai bentuk termasuk penggunaan kekuatan akan dilaksanakan.34

Suasana hubungan diplomatik yang berpengaruh terhadap penentuan sikap negara, menurut couloumbis dan wolfe suasana keadaan diplomatik terbagi atas tiga yaitu: baik, memburuk, bermusuhan.35 Penjabaran tentang keadaan diplomatik antar kedua negara dapat kita lihat dalam bahasan berikut ini.

33

Ibid, Hal. 206

34

S.L Roy, Diplomasi, Jakarta: Rajawali Pers, 1991, Hal. 16

35


(32)

A. Suasana Hubungan Diplomatik Yang Baik

Kokohnya hubungan antara kedua pemerintah dan rakyat menunjukan bahwa hubungan diplomatik antara kedua Negara berada dalam keadaan baik. Dalam suasana seperti itu biasanya terjadi imbalan-imbalan berupa bantuan luar negeri dibidang ekonomi dan militer, pemberian dana bantuan (grants), pinjaman (loans), penjualan komoditi dengan harga rendah, bantuan teknik, kerjasama dalam berbagai proyek seperti di bidang-bidang ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, pertukaran pelajar atau ilmuwan dan sebagainya.

B.Suasana Hubungan Diplomatik Yang Memburuk

Dengan memburuknya hubungan diplomatik, pertukaran diplomatik menjadi kurang lancar, pidato-pidato serta tindakan-tindakan diplomatik mencerminkan adanya kekecewaan, propaganda akan mengalami pergeseran dengan cepat, iklim curiga dirancang untuk mempengaruhi rakyat dan kelompok oposisi dari negara tuan rumah dengan maksud untuk mengisolasi atau memisahkan pemerintah yang tidak disenangi oleh rakyatnya.

C. Suasana Hubungan Diplomatik Yang Bermusuhan

Dengan adanya iklim bermusuhan yang tinggi antar kedua negara, para diplomat akan mengganti gaya kooperatifnya serta melancarkan propaganda ataupun agitasi. Biasanya sebelum diplomasi berubah menjadi perang, Negara akan menurunkan hubungan diplomatiknya mengurangi jumlah misi diplomatiknya, mengajukan pertentangan yang akan dialaminya kepada PBB, memasuki aliansi yang bersifat defensif maupun ofensif untuk menghadapi negara yang menjadi musuhnya dan mulai bergerak secara ekonomi dan militer menuju kemungkinan terjadinya perang. Apabila kemudian


(33)

hari terjadi peperangan diantara kedua belah negara yang bermusuhan tadi, sering kita melihat bahwa sementara perang berlangsung, negosiasi tetap berjalan. Negosiasi secara langsung ataupun melalui perantara pihak ketiga bertujuan untuk mencari penyelesaian perdamaian jangka pendek atau jangka panjang.

7.2.3. Pendekatan Ekonomi Dalam Politik Luar Negeri.

Menurut Frankel, dalam abad ke-20 ini hubungan yang dekat antara politik internasional dengan ekonomi ditegakkan kembali. Kepentingan-kepentingan swasta di negara-negara barat masih saja tetap merajai perdagangan internasonal, tetapi dibawah pengawasan yang ketat dari pemerintah.36

A.Ekonomi Sebagai Instrumen

Sementara itu di negara-negara komunis yang semula perdagangan dilaksanakan oleh badan pemerintah, sekarang sudah bergeser, swasta mulai diberikan peranan walau masih terbatas. Demikian pula halnya dengan negara-negara baru yang sedang berkembang.

Ekonomi sebagai instumen berbeda dengan instrumen diplomasi dan propaganda yaitu dalam hal instrumen ekonomi tidak perlu langsung dilakukan oleh pihak swasta. Mengenai instrumen ekonomi, Dr. Budiono mengatakan bahwa kebijakan dan tindakan ekonomi telah memperoleh arti yang lebih penting dan lebih kongkret dalam rangka penyelenggaraan politik luar negeri dibandingkan dengan zaman dulu.

Selanjutnya dia katakan bahwa sebagai instrumen politik luar negeri, tindakan ekonomi memiliki sifat dan efektivitas yang berbeda dari diplomasi. Apabila diplomasi hanya bertumpu pada kecakapan dan keterampilan personel untuk memanfaatkan situasi

36


(34)

serta tatanan internasional yang ada, tindakan ekonomi lebih mengandalkan kepada kekuatan nyata dalam bentuk modal, sumber daya serta managerial yang cakap.37

Sementara itu di lain pihak para analis yang berorientasi politisi cendrung menekankan kepada pentingnya ekonomi autarki (swasembada nasional) yang akan membuat suatu negara terbebas dari ketergantungan terhadap negara luar dan yang akan memaksimasi otonominya yaitu melindungi kedaulatan dan kekuasaan atau powernya.

B. Perdagangan Internasional

Semua negara terlibat dalam perdagangan internasional agar memperoleh barang yang tidak dapat diproduksinya sendiri di dalam negeri sehingga terpaksa mengimport barang tersebut, dan menjual barang yang lain untuk mengekspornya dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan tersebut. Barang-barang tadi dapat diperoleh dari produksi yang paling efesien, oleh karena itu dijual dengan harga termurah.

Terdapat konsiderasi-konsiderasi politik ekonomi apabila orang mengajukan pertanyaan mendasar tentang apa kegunaan atau kerugian perdagangan dikaitkan dengan kepentingan kekuatan dan keamanan negara. Melalui beberapa pengecualian, para analis yang berorientasi ekonomi cndrung menganggap perdagangan sebagai kekuatan positif dalam masyarakat internasional. Mereka sepakat mengenai perdagangan bebas dalam peringkat global yang mereka yakini akan bisa menguntungkan dunia

38

J. Frankel mengatakan bahwa bea-cukai selalu mempunyai peranan dalam pemberian proteksi, juga merupakan instrumen untuk memperoleh syarat-syarat perdagangan yang lebih baik melalui pengaturan secara timbal-balik, juga dapat dipakai

37


(35)

untuk tujuan-tujuan politik seperti tawar-menawar senjata. Kecuali itu yang tidak kalah penting adalah merupakan alat untuk melakukan pembalasan.39

C. Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Perdagangan Internasional.

40

Perbedaan Sumber Daya Alam

Perbedaan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara akan berpengaruh pada ketersediaan barang-barang kebutuhan yang dapat disediakan oleh negara tersebut. Kondisi ini menyebabkan suatu negara tidak mempunyai ketersediaan sumber daya alam mendatang barang atau sumber-sumber daya produksi yang dibutuhkannya dari negara lain. Misalnya Cina membutuhkan migas untuk sumber energi industrinya, namun negara tersebut tidak memiliki sumber daya alam migas, sehingga akan mengimpor dari Indonesia. Demikian juga Indonesia, membutuhkan

Kondisi Saling Membutuhkan

Pada dasar tidak ada satupun negara yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup rakyatnya secara mandiri. Oleh karena itu secara sadar setiap negara akan membuka hubungan perdagangan dengan negara lain untuk memperoleh barang-barang kebutuhan yang tidak dapat diproduksi di negara tersebut.

Perbedaan Kapasitas Produksi

Kapasitas atau kemampuan produksi barang setiap negara berbeda-beda. Apabila kapasitas produksi barang suatu negara tersebut tidak sebanding dengan tingkat kebutuhan maka akan mendorong negara tersebut mendatangkannya dari negara lain.

39

Lihat Frankel, Op.Cit., hal 143

40

Perdagangan Internasional, 2008.


(36)

Demikian juga apabila kapasitas produksi barang disuatu negara berlebih (surplus) akan mendorong negara tersebut mencar pasar ke negara lain.

Efisiensi Biaya

Efisiensi biaya produksi juga menjadi pertimbangan suatu negara melakukan kegiatan perdagangan dengan negara lain. Suatu barang yang dibutuhkan mungkin bisa diproduksi di dalam negeri. Tetapi apabila biaya produksi yang dikeluarkan lebih tinggi dari harga jual barang sejenis yang diproduksi negar lain, maka lebih baik suatu negara mendatangkan barang tersebut dari negara lain.

D. Hambatan-Hambatan Dalam Perdagangan Internasional.41

Kebijakan proteksi

Perdagangan internasional yang dilakukan oleh negara tidak lepas dari kemungkinan adanya faktor-faktor penghambat. Hambatan-hambatan perdagangan internasional antara lain sebagai berikut:

Kebijakan proteksi adalah tindakan pemerintah yang membatasi masuknya barang impor ke dalam negeri. Kebijakan ini dilakukan untuk melindungi (protection) industri dalam negeri dari kemungkinan bangkrut sebagai akibat serbuan pasar barang sejenis dari luar negeri.

Penetapan Tarif impor

Penetapan tarif impor adalah pembebanan bea masuk (import duties) terhadap barang-barang yang melewati batas suatu negara. Jenis-jenisnya ialah bea ad valorem


(37)

(bea harga), bea specific, dan bea compound (bea specific ad valorem). Tarif impor akan dibebankan pada harga jual barang atau jasa yang akan dibeli konsumen, sehingga menyebabkan harga barang atau jasa bertambah tinggi.

Penetapan Kuota

Kouta adalah pembatasan jumlah barang impor yang masuk ke dalam negeri. Penetapan kuota akan berpengaruh terhadap terbatasnya jumlah barang atau jasa di pasar negara tersebut.

Politik Dumping

Politik dumping adalah pemberlakuan harga jual lebih murah di pasar negara importir dibanding harga di negara ekspotir. Tujuan penerapan poltik dumping adalah untuk meningkatkan jumlah ekspor barang ke negara lain.

Pemberian Subsidi

Subsidi adalah pemberian dana atau fasilitas dari pemerintah kepada produsen dalam negeri. Tujuan subsidi berupa dana atau fasilitas kepada produsen dalam negeri adalah untuk meningkatkan kapasitas ekspor.

7.2.4. Kerjasama Internasional

Dalam kerjasama antar negara masalah bukan hanya terletak pada identifikasi sasaran-sasaran bersama dan metode untuk mencapainya, tetapi terletak pada pencapaian sasaran itu. Kerja sama akan di usahakan apabila manfaat yang di peroleh di perkirakan akan lebih besar daripada konsekuensi-konsekuensi yang harus di tanggungnya. Oleh sebab itu keberhasilan kerja sama dapat di ukur dari perbandingan besarnya manfaat yang di capai terhadap konsekuensi yang di tanggung. Di samping itu keberhasilan kerja sama di tentukan oleh sifat dari tujuan kerja sama yang hendak di capai.


(38)

Dalam suatu kerja sama internasional, Dr.budiono mengelompokannya dalam empat bentuk:42

Kerja sama fungsional permasalahan maupun metode kerja samanya menjadi semakin kompleks di sebabkan oleh semakin banyaknya lembaga kerja sama yang ada. Walaupun terdapat kompleksitas permasalahan dalam kerja sama fungsional baik itu di bidang ekonomi maupun sosial, untuk pemecahannya di perlukan kesepakatan dan keputusan politik. Dengan kata lain, kerja sama fungsional tidak dapat di lepaskan dari power.

A Kerja Sama Global

Sejarah kerja sama global dapat di telisuri kembali dari terbentuknya kerjasama Westphalia (1648) dan merupakan akar dari kerja sama global. Selanjutnya terciptanya suatu bentuk kerja sama global di dorong dari pengalaman pahit Negara-negara yang mengalami dampak akibat pecahnya PD 1 dan PD 2, dan kemudian pada tanggal 26 juni 1945 sebuah perjanjian yang bernama perjanjian sanfransisco yang merupakan titik tolok dari berdirinya perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang merupakan forum kerja sama global.

B. Kerja Sama Regional

Kerja sama regional merupakan kerja sama antar negara yang secara geografis letaknya berdekatan. Adapun yang menentukan dalam kerja sama regional selain kedekatan geografis, kesamaan pandangan di bidang politik dan kebudayaan maupun perbedaan struktur produktifitas ekonomi ikut juga menentukan pula apakah kerja sama tersebut dapat di wujudkan.


(39)

Salah satu kerja sama fungsional yang jelas serta mudah di amati adalah kerja sama di bidang ekonomi. Kerja sama fungsional berangkat dari prakmatisme pemikiran yang mensyaratkan adanya kemampuan pada masing-masing mitra (partner) kerja sama. Dengan demikian kerja sama fungsional tidak akan mungkin terselenggara apabila diantara mitra kerja sama ada yang tidak mampu mendukung suatu fungsi yang spesifik yang di harapkan darinya oleh yang lain.

D.Kerja Sama Ideologi

Dalam suatu bentuk kerja sama ideologi suatu batas-batas territorial tidaklah relevan. Kerja sama ideologi lebih banyak di pakai oleh kelompok kepentingan yang ingin berusaha mencapai tujuannya dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka di forum global.

7.2.5. Pelaksanaan Politik Luar Negeri

Setelah kita berusaha mencari perumusan politik luar negeri itu, langkah kemudian adalah meninjau bagaimana pelaksanaannya. Arah, bentuk dan putusan mengenai politik luar negeri itu ditetapkan oleh pemerintah di bawah pimpinan nasional, yang dilaksanakan oleh menteri luar negeri dengan mempergunakan aparat yang ada dibawah kekuasaan dan kewenangannya. Pelaksanaan memerlukan perencanaan yang disiapkan oleh segenap jajaran petugas di kementrian dan perwakilan di luar negeri, mulai dari tingkat atas sampai ke tingkat bawah.

Dalam hal ini kita harus mempunyai suatu sistem yang tersusun secara terinci, karena penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri itu adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus dan menghendaki pengamatan keadaan yang setiap waktu dapat berubah-ubah. Pelaksanaan bukanlah hanya merupakan keputusan taktik


(40)

belaka guna mengatasi peristiwa yang mendesak saja, tetapi harus dilandaskan kepada suatu siasat yang dapat memperkirakan kemungkinan timbulnya masalah-masalah, sebelum masalah-masalah itu menjadi peristiwa darurat bagi kita. Dengan demikian tindakan kita akan mempunyai arah yang jelas dan tidak mengambang tanpa tujuan.

Dalam kita mengatasi suatu persoalan maka harus dicegah masuknya kita kedalam posisi yang terdesak, karena timbulnya masalah lain yang berkaitan. Oleh karena itu bila kita akan menyelesaikan suatu masalah, terlebih dahulu kita perlu memperhatikan bagaimana akibat penyelesaian itu terhadap kepentingan nasional yang lebih luas dan sebabitu kita harus dapat memperhatikan dan berusaha agar putusan-putusan yang diambil tidak akan melemahkan kedudukan kita dalam menghadapi masalah-masalah baru yang baru muncul kemudian.

Untuk meningkatkan dan mempercepat proses pengambilan keputusan, berbagai persiapan perlu diadakan terlebih dahulu dalam hal:

a. Kemampuan untuk mengenal dan menganalisis masalah-masalah penting dalam politik luar negeri.

b. Kemampuan untuk menentukan masalah mana yang lebih penting dari pada yang lain

c. Kemampuan untuk menentukan alternatif-alternatif terhadap kebijaksanaan yang telah dirumuskan

d. Kemampuan untuk mengaitkan anlisis-analisis kebijaksanaan dengan sumber-sumber management( man, money, material), agar sumber-sumber ini selalu tersedia dalam kita melaksanakan politik dan hubungan luar negeri.


(41)

Proses pengambilan kepuusan akan terlambat dan keputusan-keputusan yang diambil akan kurang tepat, apabila tindakan-tindakan persiapan tersebut tidak dilakukan. Setelah keputusan diambil, selanjutnya perlu pula kita mempunyai kemampuan untuk mengadakan evaluasi, yakni meninjau kebijaksanaan yang telah dirumuskan serta keputusan yang telah diambil itu dan kemudian mengetahui apakah keputusan ini sudah dilaksanakan, dan seterusnya perlu ditinjau lagi apakah pelaksanaannya sudah tepat dan sejalan dengan rencana atau tidak.

Evaluasi ini ditunjukan untuk mengamati pelaksanaan dari keputusan tersebut secara terus-menerus dan bila perlu diadakan peninjauan kembali dengan mengikuti perubahan situasi dan kondisi di luar negeri. Dengan demikian sesuatu keputusan dapat diubah atau dicabut kembali dan oleh karenanya pelaksanaan politik luar negeri perlu diartikan sebagai penyusunan rencana yang menyeluruh, terarah dan terpadu didasarkan pada ilmu pengetahuan dan pengalaman

Dengan perkataan lain bahwa pelaksanaan itu merupakan suatu siklus perencanaan dan evaluasi atau proses yang berkelangsungan dan berkesinambungan. Untuk ini kita memerlukan suatu alat menteri luar negeri yang disebut dinas luar negeri, yang kompeten dan senantiasa berada dalam keadaan waspada dan siap siaga pada setiap saat.


(42)

8. Metodologi Penelitian 8.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan penulis dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini dipergunakan karena penelitian ini adalah proses menggambarkan kerangka politik luar negeri

8.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian studi politik luar negeri ini menggunakan data sebagai berikut:

• Dokumentasi yaitu buku-buku, jurnal politik luar negeri, ataupun surat kabar.

8.3. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan arah memberikan gambaran mengenai situasi ataupun kondisi yang terjadi. Data-data yang terkumpul, baik data yang berasal dari kepustakaan dan sumber lain akan di ekplorasi dengan mempergunakan pendekatan studi kasus secara mendalam tentang masalah yang akan diteliti.

9. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II KEBANGKITAN EKONOMI CINA

Dalam bab ini akan diuraikan gambaran umum dari objek penelitian yaitu fenomena pertumbuhan ekonomi Cina


(43)

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA

Bab ini berisi dampak dari kebangkitan ekonomi Cina dan pengaruhnya bagi kebijakan luar negeri Indonesia khususnya dalam kebijakan perdagangan internasional

BAB IV KESIMPULAN

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari segala isi yang telah di bahas dalam bab-bab sebelumnya.


(44)

BAB II

KEBANGKITAN EKONOMI CINA

1. Reformasi Kepemimpinan Dalam Partai Komunis Cina (1950-1978)

Sejak awal didirikannya, pergolakan politik dalam tubuh partai komunis cina tidak pernah berhenti. Di mulai dari generasi Chen Duxiu hingga Deng Xiaoping selalu beralangsung tanpa henti. Di samping karena adanya permusuhan pribadi, permusuhan antar kelompok kian mempertajam pertentangan mengingat terdapatnya perbedaan dalam garis pemikiran dan perjuangan yang dianut masing-masing kelompok.

Pada mulanya struktur kepemimpinan partai komunis cina di dominasi oleh orang-orang yang berorientasi Soviet.43 Garis pemikiran tersebut tidak terlepas dari pemikiran para pendiri partai komunis Cina yaitu Li Dazhao, Chen Duxiu dan juga Mao Zedong. Secara khusus Mao Zedong menekankan bahwa sangat penting bagi Cina untuk meniru konsep revolusi seperti yang terjadi pada bangsa Rusia yang berhasil mendirikan negara sosialis pertama di dunia.44

Namun dalam sejarah perkembangannya, konsep revolusi Rusia yang di adopsi oleh Cina ternyata terbukti gagal. Kegagalan tersebut di tandai dengan kandasnya perjuangan kaum buruh Cina dalam memelopori revolusi di kota-kota besar akibat Dan oleh sebab itu doktrin Sosialisme-Komunisme yang diadopsi dari ajaran Marxisme-Leninisme menjadi landasan sikap perjuangan bangsa Cina.

43


(45)

serangan pasukan kaum nasionalis dan hebatnya pemberontakan kaum petani Cina dalam insiden 30 Mei 1925.45

Keberhasilan perjuangan kaum petani tersebut membuka pemikiran Mao Zedong tentang pentingnya kelompok petani untuk mensukseskan revolusi sosialis di negeri Cina. Oleh karena itu, dalam perjalanan sejarah partai komunis Cina (PKC) selanjutnya terjadi rekonstruksi terhadap pemikiran dasar gerakan komunisme Cina, yaitu :46

1) Mengutamakan kaum petani sebagai kekuatan pokok revolusi. Jadi berbeda dengan Uni Soviet yang mengandalkan kaum petani

2) Mementingkan pembentukan tentara komunis secara tersendiri untuk melindungi kelangsungan hidup partai. Pemikiran tersebut berbeda dengan keinginan Soviet yang menghendaki agar PKC bersatu dengan kaum nasionalis dalam membentuk tentara nasional.

3) Menjadikan daerah pedesaan, tempat tinggal kaum petani Cina yang revolusioner, sebagai prinsip basis perjuangan dan bukan kota-kota besar di mana berpusat kaum buruh.

Kedudukan Mao Zedong sebagai ketua partai dan bahkan merangkap sebagai kepala negara—sejak berdirinya RRC pada tahun 1949—tidak tergoyahkan hingga dasawarsa 1950. sedangkan sesudah lima tahun pertama dari tahun 1950, kepemimpinan ketua Mao mendapat tantangan yang serius dari Gao Gang dan Rao Shushih.

Setelah kebijakan-kebijakan pembangunan Mao memperlihatkan pemikiran yang cendrung utopis, yang ditandai dengan pelaksanaan sistem komune rakyat yang ekstrem dan gagalnya program lompatan jauh kemuka, tokoh-tokoh seperti Deng Xiaoping dan

45

Poltak Partogi, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995, Hal 33

46


(46)

Liu Shaoqi mulai tampil ke depan mendesak kedudukan Mao di dalam PKC. Meskipun Mao masih mampu mempertahankan jabatannya sebagai ketua partai komunis Cina, tetapi jelas kekuasaannya di dalam partai komunis Cina telah jauh berkurang.

Sebaliknya, orang-orang yang berpikiran pragmatis-realis yang diwakili oleh kekuatan Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping yang cendrung berpikir realistis dalam merancang strategi pembangunan ekonomi semakin dominan posisinya di dalam struktur kekuasaan partai komunis Cina sebagaimana tergambar dalam susunan pimpinan komite tetap politburo PKC pra-sidang pleno ke-11 komite sentral VIII, yaitu menempatkan Deng Xiaoping sebagai pemegang kedudukan sekjen PKC.47

Posisi kepemimpinan di dalam partai komunis Cina mulai menunjukan perubahannya ketika Deng Xiaoping benar-benar mencapai puncak kejayaannya ketika jabatan ketua partai yang selama ini diperlambangakan dengan sosok Mao yang kharismatik. Dengan demikian, kelompok pragmatis-realis menjadi penguasa tertinggi PKC, organ supremasi dalam politik RRC. Setelah posisi Deng Xiaoping sebagai orang kuat RRC tidak tergoyahkan lagi, karena sudah mendominasi kekuasaan di segenap kepemimpinan nasional, barulah Deng xiaoping secara leluasa dapat mengaplikasikan pemikiran-pemikirannya dalam suatu kebijakan reformasi ekonomi negara.


(47)

2. REFORMASI EKONOMI CINA

2.1. Ekonomi Cina Di Bawah Pemerintahan Deng Xiaoping (1978-1990)

Perubahan terhadap kepemimpinan yang terjadi di dalam struktur kekuasaan partai komunis Cina ternyata berdampak jauh terhadap pola pembangunan ekonomi cina yang sebelumnya di adopsi oleh Mao Zedong dengan mengambil konsep pemikiran marxisme. Pemerintah baru republic rakyat Cina di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, melancarkan kritik terhadap konsep marxisme yang di nilainya orthodoks dan tidak dapat lagi dipakai untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi RRC dewasa ini.48

Menurut pemerintah Deng Xiaoping, teoritisi RRC harus terjun ke dalam kenyataan agar menemukan cara untuk memodernisasi negerinya. Menurut Deng apa yang di bayangkan oleh Marx di dalam teorinya mengenai suatu gambaran di mana bahwa di dalam sistem sosilalisme tidak dibutuhkan lagi pasar barang dan uang sangat kontradiktif dengan realitas pembangunan sosialis di cina.49

Kehidupan politik cina memang masih diatur secara terpusat. Tapi sejak Deng Xiaoping menetapkan kebijakan gaige, perkembangan aktivitas ekonomi menjadi tidak kaku dan lebih longgar. Salah satu konsep reformasi ekonomi cina adalah penghapusan perencanaan terpusat. Pembangunan ekonomi secara terpusat dihentikan, dan pemberian otoritas kepada propinsi untuk mengatur sendiri ekonominya termasuk

Oleh karena itu dalam pendapat Deng Xiaoping, konsep Marxisme ialah suatu gambaran mengenai konsep masyarakat yang utopis sehingga Cina harus mencari pedoman lain untuk menyelesaikan begitu banyak masalah yang di hadapi dewasa ini.

48

Ibid, Hal. 140

49


(48)

untuk mengundang masuk investasi asing diberi kebebasan. Kebebasan pengaturan ekonomi ini berjalan berdampingan dengan pemberlakuan sistem ekonomi pasar dan penghapusan sistem ekonomi komando. Perubahan yang begitu besar itu telah menyebabkan makin terpojoknya ideologi Marxisme-Leninisme, dan memunculkan “ideologi versi baru” dan yang lebih dikenal dengan nama “Kapitalisme Sosialis”.

Pedoman lain yang dimaksud oleh Deng Xiaoping ialah pembaruan praktik-praktik pembangunan lama (Jingji Tiaohzheng) dengan praktik-praktik-praktik-praktik pembangunan yang umumnya dikenal di negara-negara kapitalis. Walaupun tidak secara totaliter, namun jelas reformasi ekonomi cina ini menghilangkan ciri-ciri khusus dari pola pembangunan lama yang sangat sosialistik.50

Sementara itu brigade produksi yang merupakan organ internal dari sistem komune rakyat menjalankan fungsi kegiatan ekonomi sistem sekunder dalam bentuk satuan-satuan industri sedang dan kecil. Dan tim produksi yang merupakan unit terkecil Pembaruan ekonomi Cina yang dilakukan oleh Deng Xiaoping mencakup beberapa hal diantaranya ialah :

A.Penghapusan Komune Rakyat

Semenjak bulan oktober 1981, pemerintah Cina di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping melakukan suatu proses pergantian terhadap konsep komune rakyat yang diperkenalkan oleh pemerintah Mao Zedong dengan suatu konsep yang diperkenalkan oleh Deng Xiaoping yaitu pemerintah administratif setempat. Komune rakyat merupakan suatu organ yang membidangi semua fungsi pemerintah lokal, yang meliputi bidang ekonomi—baik dalam produksi, distribusi, maupun konsumsi masyarakat dan juga kesehatan.


(49)

dari sistem komune rakyat bertugas menangani kegiatan ekonomi primer yaitu antara lain sector pertanian, sektor perkebunan, sektor peternakan dan perikanan rakyat.51

Berbeda dengan konsep komune rakyat, pemerintah administratif setempat sebagai organisasi penggantinya, terdiri dari pemerintah kotapraja dan komite penduduk desa.52

Kebijakan pemerintah Deng Xiaoping tersebut ternyata cukup efektif untuk menaikan taraf kesejahteraan para petani di Cina dan mendorong petani untuk lebih giat berusaha. Berkat pembaharuan struktur ekonomi di pedesaan, output hasil pertanian mengalami kenaikan 6,6% dalam setahun.

Pada konsep komune rakyat dalam suatu periode lompatan jauh kemuka, Mao Zedong dengan keras mengontrol politik, produksi dan pemerintah setempat. Kemudian keluarga-keluarga petani dikelompokan bersama dalam brigade produksi dan setiap anggota memperoleh upah yang merata tanpa memperhatikan ukuran prestasi kerja.

Pada pemerintahan Deng Xiaoping, suatu konsep usaha pertanian baru diperkenalkan sebagai suatu sistem tanggung jawab (zerenzhi). Di dalam mekanisme tanggung jawab bersama, setiap keluarga petani melakukan perjanjian dengan pemerintah administratif setempat, untuk mengerjakan sebidang tanah dan mendapatkan keuntungan langsung dari hasil yang diperolehnya. Pendapatan petani dengan sistem tersebut ditentukan oleh seberapa besar jumlah produksi yang mereka hasilkan.

53

51

Ibid, Hal. 142

52

Tempo, 12 Januari 1985, Hal 20-21

53

Xinhua, 3 Januari 1985, RRC Hapuskan Monopoli Petanian, Kompas, Hal. 7

Kemampuan RRC dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri rakyatnya merupakan salah satu bukti nyata dari keberhasilan konsep tanggung jawab yang di canangkan oleh Deng Xiaoping. Selain itu RRC juga sanggup mengurangi impor beras dari amerika serikat 3,8 juta ton, sementara pada tahun


(50)

1960-an guna untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri Cina, pemerintah harus selalu mengimpor

Keberhasilan Deng Xiaoping dalam melakukan reformasi pada sector pertanian merupakan tahap awal dari kelanjutan reformasi Deng xiaoping untuk melakukan reformasi pada sektor lainnya. Keberhasilan ini juga memperkuat posisi Deng Xiaoping dimata rakyat khususnya petani yang berjumlah 800 juta orang dan merupakan kelompok masyarakat terbesar yang ada di Cina.

B. Penghapusan Monopoli Negara

Konsep reformasi selanjutnya yang dijalankan oleh Deng Xiaoping setelah keberhasilannya dalam melakukan reformasi terhadap sektor pertanian melalui mekanisme tanggung jawab bersama ialah melakukan penghapusan terhadap monopoli negara. Di masa sebelumnya, perekonomian nasional selain didasarkan pada prinsip pemilikan umum atas semua perusahaan dan alat-alat produksi, juga didasarkan pada prinsip perencanaan memusat, dalam mengalokasikan sumber-sumber daya ekonomi. Hal ini berarti bahwa proses perencanaan fisik—pengalokasian barang-barang dan faktor-faktor produksi tidak melalui mekanisme harga atau kekuatan pasar, tetapi melalui jalur administrasi dan sarana-sarana birokrasi.

Kurang lebih selama 30 tahun lamanya,negara memegang monopoli atas pembelian dan penjualan produk-produk utama sektor pertanian.54 Sampai pada penutupan tahun 1984, yang merupakan tahun terakhir dari penerapan sistem monopoli negara, pemerintah RRC masih menentukan kuota yang harus diproduksi dan membeli 90% dari semua gandum.


(51)

Penghapusan monopoli negara dan pemberlakuan mekanisme pasar, di mana harga barang-barang kini tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi diserahkan pada kekuatan tarik-menarik antara besarnya jumlah permintaan dengan besarnya jumlah penawaran yang beredar di masyarakat, pertama kali di kemukakan pemerintah RRC dalam siding pleno ke-3 komite sentral PKC XII, tanggal 20 oktober 1984. pada mulanya beberapa kalangan dipemerintahan kuatir nantinya kebijakan baru ini akan membawa pengaruh buruk terhadap perekonomian nasional, mengingat ekonomi pasar di RRC belum melembaga, di samping RRC sendiri memeng sudah terbiasa dengan pengelolaan yang tersentralisasi.55

“Pembaruan sistem harga merupakan kunci sukses atau gagalnya pembaruan di bidang ekonomi. Tetapi pembaruan system harga memang dapat mengandung resiko dan dapat menyebabkan naiknya harga barang-barang. Juga dapat menimbulkan kekuatiran akan terjadinya kenaikan harga barang-barang”

Kekuatiran mereka terutama berpusat di sekitar di sekitar kenaikan harga barang-barang kebutuhan rakyat, yang diperhitungkan akan mengakibatkan kekacauan ekonomi. Kekuatiran tersebut tergambar dari pernyataan PM Zhao Ziyang dalam pernyataan pers pemerintah :

56

55

Selama hampir 35 tahun lamanya, rakyat RRC telah terbiasa dengan sistem subsidi, di mana Negara mensuplai semua kebutuhan, mulai dari beras sampai perumahan

56

Tantangan Pembaruan Ekonomi 5 Januari 1985, Kompas, Hal. 4

Untuk mereda kekuatiran tersebut, maka pemerintah RRC segera menegeluarkan kebijakan baru yang tidak akan mengakibatkan kenaikan harga dan di segi lain, perkembangan harga di pasaran akan di pantau dengan baik oleh ahli-ahli ekonomi negara.


(52)

Dalam suatu sistem ekonomi di Cina, Perencanaan mandatoris hanya diberlakukan terhadap komoditi pembangunan dasar, seperti energi, besi dan semen. Sedangkan untuk komoditi lain disusun berdasarkan perencanaan petunjuk yang menurut pemerintah, dapat pula diatur melalui kekuatan pasar.

C. Liberalisasi Usaha Dan Manajemen.

Di bulan November 1981, PM Zhao menyampaikan rancangan kerja pemerintah kepada parlemen (kongres rakyat nasional), rancangan kerja pemerintah itu berupa 10 petunjuk pembangunan ekonomi RRC yang isinya :57

1) Pemerintah ingin mempercapat pembangunan pertanian dengan menggunakan kebijakan yang tepat dan pemikiran yang ilmiah.

2) Pemerintah memberikan perhatian terhadap pembangunan industri barang-barang konsumsi dan mengatur orientasi pembangunan industri berat

3) Pemerintah meningkatkan rasio penggunaan enerji dan transportasi

4) Pemerintah mengadakan transformasi teknik setahap dalam unit-unit kunci, dan menjalankan penggunaan yang maksimal terhadap perusahaan-perusahaan yang ada.

5) Pemerintah melakukan konsolidasi di segala bidang dan penstrukturan kembali perusahaan-perusahaan menurut kelompoknya.

6) Pemerintah meningkatkan dana-dana pembangunan dan menggunakannya secara hemat, melalui perbaikan metode persyaratan, akumulasi dan pengeluaran

7) Pemerintah tetap melaksanakan kebijakan pintu terbuka dan meningkatkan kemampuan untuk berdikari


(53)

8) Pemerintah dengan aktif melakukan reformasi ekonomi negara dan memperlihatkan inisiatif dalam setiap hal yang berkaitan dengan usaha ini.

9) Pemerintah berupaya mempertinggi taraf keilmuan dan kebudayaan seluruh rakyat pekerja dan mengorganisasikan kemampuan untuk menjalankan proyek-proyek penelitian ilmiah yang penting

10) Pemerintah berusaha mewujudkan konsep segalanya ditunjukan untuk rakyat dan memberikan perhatian menyeluruh terhadap produksi, pembangunan dan penghidupan rakyat.

Rancangan kerja pemerintah diatas merupakan petunjuk perubahan kebijakan di RRC, di mana struktur ekonomi yang rasional berusaha dibangun oleh pemerintah Deng, dengan menggunakan cara-cara yang intensif, seperti pembaruan sistem manajemen, pemakaian ilmu dan teknologi canggih, pembaruan di bidang keuangan, introduksi pentingnya peranan bank, rasionalisasi produksi, aplikasi disiplin pekerja yang lebih baik, implementasi cara pembayaran upah yang lebih baik, dan sebagainya.

Rasionalisasi ekonomi RRC yang dilakukan setelah Deng mempunyai kekuasaan yang baik, menurut keterangan pemerintah, telah memperlihatkan perkembangan yang positif, terutama di sektor pertanian, di mana terjadi peningkatan yang besar. Karena reformasi di pedesaaan membawa hasil yang baik, pemerintah tergerak inisiatifnya untuk melakukan reformasi ekonomi di wilayah perkotaan.

Dalam sidang PKC XII, pemerintah menetapkan kebijakan mengenai perombakan struktur ekonomi ekonomi perkotaan, khususnya menyangkut kehidupan sistem ekonomi modern. Dalam perombakan itu pemerintah memberikan pelonggaran ikatan akibat perencanaan yang terlalu ketat,memperbaiki struktur gaji dan mendesentralisasi kekuatan


(54)

ekonomi di tingkat perusahaan-perusahaan. Sementara perusahaan-perusahaan ini sendiri menjadi kesatuan ekonomi yang merdeka dengan status hukum seperti di barat, di mana para manajernya mempunyai hak otonomi yang lebih luas.

Pemerintah Cina menegaskan bahwa instansi-instansi pemerintah di perintahkan tidak mengelola dan mengoperasikan langsung kegiatan bisnis. Mereka dinyatakan hanya berperan sebagai penjelas arah kebijakan ekonomi nasional, sesuai dengan hukum ekonomi modern, misalnya mengatur kebijakan di bidang perkreditan. Lalu untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, diperkenalkan sistem perpajakan baru yang memungkinkan setiap perusahaan menyimpan sebagian besar dari keuntungan.

Komisi restrukturisasi ekonomi nasional dewasa ini sedang mengusahakan pemecahan perusahaan-perusahaan besar ke bentuk kegiatan yang lebih kecil, dalam rangka mendorong sekaligus memudahkan para buruh untuk membeli saham.58

Selain itu pemerintah juga melakukan perbaikan gaji dalam bidang pemerintah yang dilakukan pada tahun 1985 yang diharapkan akan membawa pengaruh konstruktif terhadap pekerja di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan pendidikan. Hal itu memperlihatkan bahwa intensif material telah memperoleh

Anjuran pemerintah agar para buruh membeli saham pada perusahaan milik negara di landasi harapan bahwa mereka akan berkerja semakin giat. Yang paling penting, dengan kebijakan itu para buruh menganggap dirinya bukan sebagai pekerja belaka, melainkan juga sebagai pemilik pabrik atau perusahaan. Oleh karenanya, mereka akan terangsang untuk bekerja lebih giat.


(55)

kedudukan penting dalam perekonomian modern RRC, yang bertujuan untuk meningkatkan kegiatan usaha dan produktifitas penduduk59

Semenjak tahun 1979, pemerintah RRC melaksanakan kebijakan pintu terbuka yaitu kebijakan di mana setiap daerah yang telah di berikan otonomi khusus dari pemerintah dapat mengundang atau mengelola modal asing. Empat wilayah di RRC, yaitu Shenzen, Shuhai, Shantou Dan Xianmen, dibuka sebagai kawasan ekonomi luar biasa. Sedangkan empat belas kota di sepajang pantai, yakni Dalian, Oinghuangdao, Tianjing, Yantai, Qindao, Lianyungang, Nanton, Shanghai, Ningbo, Wenzhou, Funzhou, Qungzhou, Shangjiang, dan Deihai, bersama-sama dengan pulau Hainan di tetapkan sebagai “kota-kota bebas” yang setaraf kedudukannya dengan kawasan ekonomi luar biasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wilayah sepanjang pantai utara hingga pantai selatan RRC, telah di buka lebar-lebar bagi dunia luar oleh pemerintah RRC, dengan pelimpahan hak otonomi yang luas terhadap modal asing.

D. Pemukaan Terhadap Modal Asing

60

59

Sebelum di adakan pembaruan, produktifitas para pekerja di RRC sangat rendah, begitu juga semangat kerja penduduk. Lihat “ China : Motivating The Worker,” Asian Business, Vol. 16, No. 9, September 1980, Hal. 24

60

Lihat Partogi, Op.Cit, Hal. 152

Akibat kebijakan tersebut, negara Cina mengalami pertumbuhan investasi yang cukup tajam dan berdampak sangat baik bagi roda perekonomia di Cina sendiri. Pada tahun 1981, penanaman modal asing di cina mencapai US$ 1, 22 milyar. Sebagian besar dari jumlah ini di tanamkan dalam bentuk proyek-proyek produksi patungan di keempat kawasan ekonomi luar biasa. Dalam proyek-proyek tersebut, biasanya pihak asing menyediakan seluruh modal. Peralatan dan teknologi, sedangkan pihak RRC menyediakan tanah bangunan pabrik dan unsure tenaga kerja.


(56)

Bentuk kerjasama lainnya, yang juga di manifestasikan dalam wujud penanaman modal di Cina adalah sebagai berikut :61

JENIS Tabel 1

TAHUN

1980 1981

USAHA PATUNGAN

Jumlah Proyek

Jumlah Modal Asing (US$)

20 177 juta

19 20 juta PERDAGANGAN KOMPENSASI

Jumlah modal asing 100 juta menurun

BISNIS PENGOLAHAN

Pemasukan (US$) 112 juta 180 juta

Sumber : Centre For Strategic And International Studies

Keberhasilan Cina dalam mengelola modal asing di negaranya ternyata mengundang daya tarik tersendiri bagi negara lain untuk bekerjasama dengan Cina baik itu dalam bentuk investasi maupun bantuan modal. Seperti sikap pemerintah Jepang yang memberi bantuan ekonomi sebesar 300 Milyar Yen (1,3 Milyar) dalam bentuk pinjaman lunak melaui organisasi kerjasama ekonomi (OECF).

Sementara itu negara-negara Eropa barat menjalin bentuk kerjasama dengan Cina dalam bentuk kerjasama modal dalam industri modern. Perjalanan keliling sekjen PKC, Hu Yaobang ke negara-negara di kawasan asia pasifik memperlihatkan keinginan RRC untuk mendapatkan bantuan ekonomi, seperti terlihat dari persetujuan pemerintah


(57)

Australia dengan pemerintah Cina yang menghasilkan proyek kerjasama bijibesi senilai US$ 3,5 milyar dan beberapa kontrak dagang tambahan.

Sedangkan persetujuan dengan pemerintah selandia baru menghasilkan sebuah proyek patungan dalam pembangunan model pertanian di RRC. Proyek tersebut di kelola oleh konsorium perusahaan selandia baru di propinsi Shansi dengan mengaplikasikan teknologi pertanian canggih. Selanjutnya kerjasama Cina terus berlanjut sampai pada kawasan asia tenggara seperti kerjasama dengan Negara singapura. Ketertarikan negara singapura dilatarbelakangi oleh nilai potensi yang cukup tinggi yang dimiliki oleh pasar domestic RRC dan di dorong oleh upaya untuk membangkitkan kembali perekonomiannya dan tingkat kemunduran yang mengkuatirkan.

Dari serangkaian kebijakan bilateral tersebut, pemerintah Cina juga melancarkan kampanye ekonomi untuk merangkul modal dari pengusaha keturunan Cina yang tersebar luas di beberapa negara terutama di Asia, Amerika dan Kanada. Kebijakan ini di tujukan oleh pemerintah Cina agar para pengusaha tersebut mau ikut membangun dalam pertumbuhan ekonomi di Cina dengan menanamkan modalnya di negara tersebut. Selainitu pemerintah Cina juga ikut mengajak penduduk Hongkong yang sering disebut “kapitalis merah” untuk membentuk usaha patungan untuk mengembangkan kawasan ekonomi luar biasa di negerinya. Sebagai contoh yaitu Huaneng International Power Development Corporation, perusahaan patungan dalam pembangunan industri pembangkit tenaga listrik yang didirikan atas kerjasama pemerintah cina dan perusahaan Hongkong.62

62

Lihat Partogi, Op.Cit, Hal. 158

Pembangunan sumber-sumber energi di RRC dan meningkatnya ekspor, memungkinkan RRC untuk meningkatkan pinjamanya guna lebih menggerakan roda perekonomian di Cina.


(1)

Pemerintah Indonesia juga terus berupaya untuk tetap menggunakan One China Policy dalam membina hubungannya dengan Cina. Dalam artian bahwa pemerintah Indonesia tidak akan mencampuri urusan negara Cina yang masih berselisih paham dengan status kepemilikan pulau Taiwan dan daerah Tibet. Dengan begitu pemerintah Indonesia hanya mengakui bahwa republik rakyat Cina adalah pemerintah yang sah.

Selain itu momentum penandatangan deklarasi kemitraan strategis Indonesia dan Cina juga berdampak luas kepada peningkatan kerjasama militer di antara kedua negara. Kebangkitan militer Cina sebagai kekuatan baru di Asia secara positif di dukung oleh pemerintah Indonesia. Kebangkitan militer Cina dapat di manfaatkan oleh pemerintah Indonesia sebagai suatu bentuk antisipasi dari embargo negara-negara barat dan juga selain itu Indonesia dapat memanfaatkan Cina sebagai mitra dalam upaya untuk meremajakan alat utama sistem persenjataan di Indonesia.

Bila di telusuri lebih lanjut, maka kepentingan nasional yang di bawa Indonesia untuk membina hubungan militer dengan Cina ialah untuk membangun kekuataan militer yang khususnya dalam pengadaan perlengkapan persenjataan mengingat selama ini embargo yang diberlakukan oleh negara-negara barat khususnya Amerika Serikat sangat berdampak kepada semakin melemahnya teknologi persenjataan yang dimiliki oleh Indonesia.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Allison, Graham, Essence of Decision, Boston: Little Brown, 1971

Anwar, Dewi Fortuna, Indonesian Foreign Policy and Domestic Politics, Singapore: ISEAS, 2003

Budiono, Kusumohamidjojo, Hubungan Internasional Kerangka Studi Analitis, Jakarta: Bina Cipta, 1987

Couloumbis, Thomas, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Keadilan dan Power, Jakarta: C.V rajawali, 1981

Crabb, Cecil, American Foreign Policy in the Nuclear Age, New York: Harper And Row, 1972

Fishman, Ted, China Inc, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006

Frankel, J. Hubungan Internasional, Jakarta: ANS Sungguh Bersaudara, 1980

Frankel, Teori Kontemporer Tentang Tingkah Laku Negara, Jakarta : P.T Bina Aksara 1988

Gilpin, Robert, The Richness Of The Tradition Of Political Realism, Cambridge: Cambridge University Press, 1984

Houn, Franklin, A Short History Of Chinese Communism, New Jersey : Prentice Hall, 1967

Issac, Harold, The Tragedy Of The Chinese Revolution, California : Stanford University Press, 1961

Keohane, Robert After Hegemoni: Cooperation and Discord the World Political Economy, Princeton: Princeton University Press, 1984

Louven, Erhard, RRC dan Masyarakat Eropa : Hubungan Politik dan Ekonomi, Jakarta : CSIS, 1983

Partogi, Poltak, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995


(3)

Rosenau, James, Scientific Study of Foreign Policy, New York : Free Press, 1971 Roy, S.L. Diplomasi, Jakarta: Rajawali Pers, 1991

Schoorl, Modernisasi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1984

Smith, Anthony, Gusdur and the Indonesian Economy, Singapore: ISEAS, 2001

Suprapto, Hubungan Internasional: sistem, Interaksi, dan Perilaku, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997

Theng, Lie Tek, RRC Sebagai Kekuatan Di Asia, Jakarta : LIPI, 1982 Umar, Bakry, China Quo Vadis, Jakarta :Pustaka Sinar Harapan, 1996

Waltz, Theory of International Politics, New York : Mcgrawa Hill Reading, 1979 Yudhoyono, Menuju Perubahan, Jakarta : Relawan Bangsa, 2004

Wong, John, Politik Perdagangan Cina Di Asia Tenggara, Jakarta : Bumi Aksara, 1987 , The Political Economy Of China’s Changing Relation With Southeast Asia, Singapore : Macmillan Asia, 1984

SURAT KABAR

China : Motivating The Worker, Asian Business, Vol. 16, No. 9, September 1980, Hal. 24 Far Eastern Economi Review, 1 November 1984 Hal. 25

Sadli, Muhammad, 25 Mei, 2005. Ekonomi Asia dan Posisi Indonesia, Kompas, Hal. 7 Tempo, 12 Januari 1985, Hal 20-21

Tantangan Pembaruan Ekonomi 5 Januari 1985, Kompas, Hal. 4 The China Daily, 17 Juni 1985, Hal.2

Xinhua, 3 Januari 1985, RRC Hapuskan Monopoli Petanian, Kompas, Hal. 7

Yudhoyono, Bambang, Susilo. 8 Desember 2006, Perlu 10 Langkah Jadikan Indonesia Terhormat, Harian Analisa, Hal. 1


(4)

INTERNET

Ahmad, Widjaya, 2008. Hubungan Mesra RI-China.

diakses 10 Januari2008

Alatas, Ali, 2006. Arah Baru Politik Luar Negeri Indonesia.

diakses

30 Oktober 2006)

Departemen Perekonomian, 2006. Deklarasi Bersama Antara Republik Indonesia Dengan Republik Rakyat China Mengenai Kemitraan Strategis.

DR. Yanyan , Mochamad Yani, Makna Strategis Kerjasama Militer Indonesia dan Cina. Maret 2008

Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. 2007.

2008

Fransisca Ria, 2007. Jalan Panjang Hu Jintao.

Februari 2008

Hubungan Bilateral Indonesia Dan Cina. 2007.

Indonesia Itu Penting, 2007.

Februari 2008

Kebijakan luar negeri konstruktif.2008.

pada30 Januari 2008

19 Februari 2008


(5)

Januari 2008

diakses pada 20 Februari 2008

30 Januari 2008

Kerjasama Militer, Indonesia Lirik Cina. 2007.

akses pada 12 Februari 2008

Mason, Garrick, 2004. Next Challenge: Capitalist Competition. (http:www.philly.com/mld/inquirer/news/special_packages/Sunday_review/91858 39.htm, diakses 8 Oktober 2005)

Modernisasi Militer Cina. 2008.

Neraca perdagangan Indonesia dengan RRC. 2008.

Neraca Impor Indonesia. 2008.

Neraca Ekspor Indonesia. 2008.

Sidang Partai Komunis Cina. 2007.

2 Maret 2008)

Perdagangan Indonesia-Cina Surplus, 2007.

Pembaharuan Jadi Agenda Ekonomi Penting Hu Jintao. 2007.

Pine, Art, 2004. China Steals The Spotlight On The Global Stage.


(6)

Politik Luar Negeri Bebas Aktif Konsisten Di Laksanakan. 2006. 12 Febuari 2008

Ri-Cina Sepakati Langkah Strategis Tingkatkan Perdagangan Dan Investasi. 2005. November 2007

Sanda, Abun, 2007.

pada 13 Desember 2007

Supriyanto, Suwito, 2008. Memperkuat Diplomasi Indonesia.

Stven Xu, 2008. Tarik Kembali Investasi Dengan Mencari Peluang Di Pasar Global Dan Pasar Cina.

Januari 2008

Zhang, Allan, 2007. The Future Of China’s Pharmaceutical Industry.

(http 2007