BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah PT Perkebunan Nusantara VII Bandar Lampung
PT Perkebunan Nusantara VII berkantor pusat di Jalan Teuku Umar Nomor 300 Bandar Lampung, sebelumnya merupakan kantor Direksi PT Perkebunan X
Persero. Wilayah kerja perusahaan tersebut berada ditiga propinsi yaitu Propinsi Lampung, Sumatra Selatan dan Bengkulu.
Perusahaan dipimpin oleh seorang direksi utama dan dibantu oleh beberapa direksi bidang. Didalam melaksanakan tugasnya dewan direksi diawasi oleh
dewan komisaris, susunan dewan komisaris utama dan empat orang komisaris anggota.
Pada awal berdirinya PT Perkebunan Nusantara VII mengelola beberapa komoditi yaitu karet, kelapa sawit, teh, tebu dan kakao dengan total areal tanaman
153.323 ha, yang terdiri dari areal milik sendiri Exsiting dan Inti seluas 87.391 ha 57 persen dan areal milik plasma 65.942 ha 43 persen. Areal yang dikelola
di Propinsi Sumatra Selatan mempunyai luas areal tanaman terbesar yaitu 77.723 Ha 50.7 persen, kemudian disusul propinsi Lampung seluas 51.752 Ha 33,8
persen dan propinsi Bengkulu seluas 23.848 Ha 15.5 persen. Pada tahun 1996 dilakukan konsilidasi dan restrukturisasi pada BUMN
perkebunan di Indonesia dengan turut serta dalam melaksanakan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya dan sub sektor perkebunan pada khususnya dengan memperoleh keuntungan yang maksimal berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
46 Hasil konsilidasi tersebut antara lain dengan terbentuknya PT Perkebunan
Nusantara VII yang merupakan pembangunan dari seluruh BUMN sub sektor perkebunan yang berada di propinsi lain. Sumatra Selatan dan Bengkulu yaitu PT
Perkebunan X Persero, PT Perkebunan XXXI Persero ditambah dengan proyek Pengambangan PT Perkebunan XI Persero di Kabupaten Lahat Propinsi Sumatra
Selatan dan Proyek Pengembangan PT Perkebunan XXII Persero di Propinsi Bengkulu. Dalam penggabungan ini segala hak dan kewajiban kekayaan serta
karyawan perusahaan perkebunan sebelumnya kepada PT Perkebunan Nusantara VII Persero.
PT Perkebunan Nusantara VII Persero, didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 12 Thn 1996, tanggal 14 Februari 1996,
didaftarkan pada notaries Harun Kamil, SH dengan Akte notaries Nomor : 40 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan Nomor : C. 28335 HT .01.01 Th.96 tanggal 8 Agustus 1996 serta telah dimaklumatkan dalam berita Negara Republik Indonesia Nomor :
18 Tanggal 4 Oktober 1996, tambahan Nomor 8563, Kemudian Berdasarkan Akte Notaris Sri Rahayu H. Prasetyo, SH Nomor : 08 tanggal 11 Oktober 02 telah
diadakan perubahan Anggaran Dasar Perseroan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 12 thn 1998 Juncto Peraturan Pemerintah Nomor: 45 thn
2001, Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disetujui Mentri Kehakiman di Hak Asasikan Manusia RI melalui Surat Keputusan nomor : C 20863. HT. 01.04
TH 2002 tanggal 25 Oktober 2002.
47 Komoditas yang diusahakan di PT Perkebunan Nusantara VII adalah kelapa
sawit, teh, karet dan tebu. Pengolahan yang dilakukan dari komoditas tersebut adalah:
A. Kelapa sawit Menghasilkan minyak sawit crue palm oilCPO dan inti sawit, sebagian
minyak sawit diolah menjadi RBO olein, crude strearin dan fatty acid kerja sama dengan PT Agro Industri Nusantara PT Agrintara. Sedangkan inti sawit setelah
diolah lebih lanjut menghasilkan minyak inti sawit palm kernels oilPKO dan bungkil inti sawit.
B. Komoditi Teh Teh Selanjutnya diolah menjadi teh orthodok yang dibedakan menjadi mutu
I, mutu II,dan bohea. Untuk mutu I terdiri dari bebarapa grade, yaitu BOP Broken Pco dan BT Broken tea, mutu II terdiri dari PF II, Dust II, BP II, BT II dan
Dust III C. Komditi Tebu
Produk olahan tebu berupa gula tetes, untuk gula terdiri dari dua grade yaitu SHS Superiod Hoofed Suiker IA dan SHS I B.
D. Komoditi Karet PT Perkebunan Nusantara VII Persero menghasilkan crumb rubberSIR
Standar Indonesia Rubber, RSS Ribberd Smoke Sheet dan latek pekat produk SIR dibedakan menjadi dua, yaitu high grade dan low grade, untuk high gade
terdiri dari beberapa jenis, yaitu SIR 3 CV constant viscosity. SIR 3L Light Colour, dan SIR 3 WFC Whole Field Latek. Sedangkan untuk low gade terdiri
dari SIR 10 dan SIR 20. Produk RSS dibedakan menajadi 4 grade, yaitu RSS I, II,
48 III dan Cutting A, sedangkan latek pekat di produksi dengan spesifikasi ASTM
D10761354355. Saat ini PT Perkebunan memiliki unit usaha sebanyak 26 unit usaha yang
tersebar ditiga propinsi yaitu Sumatra Selatan, Lampung dan Bengkulu, Untuk Propinsi Lampung ada sepuluh unit usaha yaitu: Kedaton, Bergen, Pematang
Kiwah, Way Berulu, Rejosari, Way Lima, Bekri, Padang Ratu, Tulung Buyut, dan Bungamayang. Propinsi Sumatra Selatan ada 13 unit usaha yaitu : Musi Landas,
Tebenan, Betung Bentayan, Betung Krawo, Cinta Manis, Talang Sawit, S Lengi Inti, S Lengi Plasma, Sungai Niru, Baturaja, Beringin, Senabing, dan Pagaralam.
Sedangkan Propinsi Bengkulu ada tiga unit usaha yaitu: Talo Pino, Padang Pelawi, dan Ketahun.
Visi PT Perkebunan Nusantara VII Persero sebagai salah satu perusahaan
perkebunan mempunyai visi “menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri yang tangguh dan berkarakter global”. Misi PT Perkebunan Nusantara VII
adalah; 1 Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas karet, kelapa sawit, teh dan tebu; 2 Mengembangkan usaha berbasis bisnis inti yang
mengarah ke integrasi vertikal; 3 Mengembangkan teknologi budidaya dan proses yang efisien dan akrab dengan lingkungan untuk menghasilkan produk
berstandar, baik untuk pasar domestik maupun internasional; dan 4 Memperhatikan kepentingan
shareholders dan stakeholders, khususnya
karyawan, mitra petani, pemasok, dan mitra usaha untuk bersama-sama mewujudkan daya saing guna menumbuh kembangkan perusahaan.
Tujuan perusahaan sesuai akte pendirian perusahaan, tujuan perusahaan adalah; 1 Melaksanakan pembangunan dan pengembangan agribisnis sektor
49 perkebunan sesuai prinsip perusahaan yang sehat, kuat dan tumbuh dalam skala
usaha yang ekonomis; 2 Menjadi perusahaan yang berkemampulabaan profitable, makmur wealth dan berkelanjutan sustainable, sehingga dapat
berperan lebih jauh dalam akselerasi pembangunan regional dan nasional.
5.2 Struktur Organisasi