Faktor Eksternal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
43
dari cerita guru, siswa diajak berwisata untuk mengenali nama objek tertentu dengan cara menyebutkan nama atau menirukan nama objek yang ditunjuk
guru, siswa disuruh menceritakan pengalaman dan kegemaran mereka di depan kelas dengan bahasa sendiri, siswa disuruh menyusun kartu abjad
menjadi kata seperti yang disebutkan guru siswa disuruh bermain peran dengan kata-kata sederhana setelah mereka diberi contoh, siswa disuruh
menunjukkan kartu kata sesuai dengan nama objek yang disebutkan guru, siswa diajak bermain kuis dengan cara menyuruh anak memberikan contoh
kata-kata atau nama-nama objek dalam kelompok tertentu, dan model interaksi yang paling sedikit persentasenya adalah siswa disuruh menyusun
kartu suku kata menjadi kata seperti yang disebutkan guru. Kedua, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru dalam
melatih pendengaran siswa adalah siswa disuruh menjawab pertanyaan isi cerita yang didengarkannya dari guru, dari tape recorder, radio, atau TV.
Ketiga, model interaksi yang paling banyak digunakan guru untuk melatih siswa agar dapat menjawab dan mengajukan pertanyaan adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan isi cerita dari guru. Selain itu, model interaksi yang digunakan adalah guru menyuruh siswa
menjawab pertanyaan tentang identitas, pengalaman, kegemaran, dsb siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan tentang sesuatu hal dan guru
menjawabnya guru mengajukan pertanyaan tentang nama alat peraga yang ditunjuk tiruanasli dan siswa disuruh menjawab pertanyaan tersebut guru
menyuruh siswa mewarnai gambar, kemudian guru menanyakan jenis warna setiap bagian gambar dan siswa menjawabnya dan model interaksiyang
persentasenya paling
kecil adalah
guru menyuruh
siswa untuk
mendramatisasikan cerita yang banyak berisi tanya jawab. Keempat, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru untuk
melatih siswa agar dapat bercerita secara lancar dan kreatif adalah siswa disuruh mengamati gambar berseri, kemudian mereka disuruh menceritakan
isi gambar tersebut
44
Kelima, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi kepada orang lain adalah
siswa menirukan contoh dari guru tentang cara memberikan informasi kepada orang lain.
Keenam, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan benda sebanyakbanyaknya beserta
sifatnya adalah siswa menirukan guru menyebutkan nama benda beserta sifatnya
Dari hasil penelitian “Model Interaksi Edukatif untuk Menciptakan Kreatifitas berbahasa Indonesia pada siswa SMP Darul Taqwa” yang
membedakan dengan hasil penelitian “Pentingnya Interaksi Edukatif Pendidik
Guru Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Peserta Didik di Sekolah ”. Yaitu:
dalam penelitian sebelumnya lebih memfokuskan pada bagaimana interaksi edukatif dapat membuat siswa kreatif dalam berbahasa Indonesia, sedangkan
pada penelitian ini lebih menekankan pada akhlak peserta didik setelah adanya interaksi edukatif yang telah dilakukan oleh pendidik guru
2. pengaruh intensitas interaksi edukatif orang tua dengan anak terhadap
keberagamaan siswa kelas VII MTs NU Banat. Disusun Oleh: M. Imam Sholeh
NIM : 10304027851
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2007 M1428 H
Hasil penelitiannya adalah: Diketahui bahwa hubungan antara variabel intensitas interaksi edukatif
orang tua – anak dan variable keberagamaan anak pada taraf signifikansi 1
dan 5 , keduanya menunjukkan hasil yang signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti adalah diterima. Sedangkan data tentang
intensitas interaksi edukatif orang tua – anak terhadap keberagamaan siswa
kelas VII MTs NU Banat Kudus diperoleh dari hasil angket yang telah diberikan kepada para siswa dan orang tua mereka masing-masing, sebagai
responden yang berjumlah 68 orang. Setelah data terkumpul, kemudian data
45
diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan rumus persamaan regresi linier sederhana, yaitu Y
ˆ = a + bx . Untuk tahap pertama dalam analisis ini, peneliti memasukkan data yang telah
terkumpul ke dalam tabel distribusi frekuensi dan tabel interval nilai untuk mengetahui kualitas dari masing-masing variabel, baik dalam variabel
intensitas interaksi edukatif orang tua – anak maupun dalam variabel
keberagamaan. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa mean dari variabel intensitas interaksi edukatif orang tua
– anak adalah 68,98. Hal ini berarti bahwa intensitas interaksi edukatif orang tua
– anak berada dalam kategori baik, yaitu pada interval 65
– 79. Selanjutnya dapat diketahui bahwa mean dari variabel keberagamaan siswa kelas VII MTs NU Banat Kudus adalah
68,56. Hal ini berarti bahwa keberagamaan siswa kelas VII MTs NU Banat Kudus berada dalam kategori cukup, yaitu pada interval 66
– 70. Langkah selanjutnya adalah mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium dengan
tehnik korelasi product moment, dan hasilnya adalah 0,41.69 Kemudian melakukan uji koefisien korelasi dengan menggunakan rumus uji t, dengan
hasil 3,65.Dari hasil uji t 3,65 ini, kemudian dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf 5 = 1,994 dan pada taraf 1 = 2,648. Karena th 3,65 t tabel
0,05 = 1,994 dan 0,01 = 2,648, maka hasilnya signifikan. Hal itu juga dibuktikan dengan hasil Freg sebesar 13,34. Karena Freg lebih besar dari
Ft0,05 = 3,98 dan tt0,01 = 7,01, maka hasilnya adalah signifikan. Dari hasil uji hipotesis yang signifikan itu menunjukkan bahwa hipotesis yang
penulis ajukan bisa diterima kebenarannya. Yaitu semakin tinggi intensitas interaksi edukatif orang tua
– anak maka semakin baik keberagamaan anak tersebut siswa kelas VII MTs Banat Kudus.
Dari hasil penelitian diatas hampir sama dengan penelitian yang peneliti lakukan, meskipun berbeda secara tahapan maupun metode yang digunakan
akan tetapi pembahasan yang sesuai yakni membahas tentang interaksi edukatif. Namun perbedaanya pada penelitian sebelumnya lebih menekankan
pada sikap keberagamaan seorang anak sedangkan pada penelitian “Pentingnya Interaksi Edukatif Pendidik Guru Dalam Upaya Pembentukan