Diagram alir penelitian Hasil dan Pembahasan Pengujian Kuat Tekan

3.2. Diagram alir penelitian

PASIR + ABU JERAMI Variasi camp. O- 25 SEMEN AIR PENCAMPURAN PENGADUKAN PENCETAKAN PERENDAMAN PENGUJIAN BETON

1. Kuat tekan

2. Penyerapan air

3. Densitas

ANALISA DATA HASILLAPORAN PENELITIAN KERIKIL PENGERINGAN PENGERINGAN 3.3. Prosedur Pengujian dan Pembuatan Benda Uji 3.3.1. Prosedur Pembuatan Benda uji Kuat Tekan Prosedur yang dilakukan pada penelitian kuat tekan yaitu: 1. Persiapan alat dan bahan Seluruh peralatan dan bahan disiapkan, guna memudahkan dalam pengerjaan pengadonan dan pencetakan benda uji. 2. Perencanaan campuran beton Dalam penelitian ini digunakan campuran beton berdasarkan tabel dibawah ini dimana telah dilakukan penelitian terhadap berapa banyaknya digunakan komposisi beton tiap 3 m yaitu: Tabel 3.1 Komposisi Adukan Beton Rencana Nama Bahan Massa jenis       3 m kg Perbandingan Semen 400 1 Pasir 800 2 Kerikil 1200 3 Air 200 0,5 Sumber : Tri Mulyono, 2005 Volume beton 1 buah silinder adalah : Silinder dengan : Diameter = ϕ 11 cm Maka jari-jari,r = ½ 11 cm = 5,5 cm Tinggi,t = 11 cm Volume beton = π x x t = 3,14 x x 11cm = 3,14 x x 11cm = 1044,835 = 0,001044835 Volume Untuk 1 buah sampel silinder adalah 0,001044835 3 m dan untuk menghindari hilangnya beton pada waktu pengecoran maka dilakukan penambahan agregat dengan tidak mengubah perbandingan agregat yang disebut dengan Safety Factor SF = 1,3. Volume pengerjaan 4 sampel silinder = 0,001044835 41,3 = 0,005433192 Berdasarkan perbandingan komposisi adukan beton dari tabel diatas maka didapatkan perbandingan agregat semen : pasir : kerikil : air : abu pembakaran jerami padi pada setiap sampel. Sampel di buat dengan membuat variasi konsentrasi abu pembakaran jerami padi : 0 - 25 per sampel pengujian tekan. Penambahan abu pembakaran jerami padi dilakukan dengan mengurangi komposisi pasir. Tabel 3.2 : Data Perbandingan Komposisi Benda Uji Persentase Abu Pembakaran Jerami Padi Air kg Pasir kg Kerikil kg Semen kg Abu Pembakaran jerami padi kg normal 1,087 4,35 6,52 2,173 - 5 1,087 4,15 6,52 2,173 0,2 10 1,087 3,90 6,52 2,173 0.45 15 1,087 3,70 6,52 2,173 0,65 20 1,087 3,48 6,52 2,173 0,87 25 1,087 3,26 6,52 2,173 1,09 3. Pengadonan dan Pencetakan Adapun pembuatan benda uji yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan bahan-bahan campuran beton yaitu semen, pasir, kerikil dan air. 2. Mempersiapkan abu pembakaran jerami padi 3. Setelah semua bahan disediakan maka dimasukan bahan dalam tempat pengadonan yaitu pasir, kerikil, dan semen lalu diaduk sampai rata dan diberi air pada bagian tengah adonan serta dibiarkan ± 2 – 5 menit agar campuran saling mengikat. 4. Kemudian diaduk dan dicampur semua pasta beton sampai campuran benar- benar homogen. 5. Setelah pengadonan selesai dilakukan pencetakan dengan cara memasukan pasta beton kedalam cetakan silinder setinggi 13 tinggi cetakan, kemudian dirojok dengan batang perojok besi untuk menjamin kepadatan susunan campuran. 6. Dimasukkan kembali 13 bagian campuran pasta beton kedalam cetakan kemudian dirojok kembali. 7. Dimasukkan kembali pasta beton kedalam cetakan sampai penuh kemudian dirojok kembali. 8. Permukaan cetakan diratakan dengan skrap dan benda uji diletakkan pada ruangan perawatan. 9. Setelah beton berumur 24 jam cetakan dibuka dan diberi nomor kode pada benda uji sesuai yang diinginkan kemudian diletakkan pada ruangan perawatan kembali. 10. Untuk penambahan abu pembakaran jerami padi caranya sama dengan pengecoran beton normal tanpa abu pembakaran jerami padi. Perbedaannya terletak pada penambahan abu pembakaran jerami padi bersamaan dengan memasukan kerikil ke dalam tempat pengadonan.

3.3.2 Prosedur Pengujian Kuat Tekan Beton Compresive Strength

Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur dari benda uji. Benda uji yang dipakai adalah silinder Ø11cm x 11cm. Pengujian kuat tekan dilakukan saat beton berumur 28 hari. Jumlah beton yang diuji pada umur 28 hari, yaitu terdiri dari 4 buah sampel untuk masing-masing campuran Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: 1. Mengeluarkan benda uji yang berdiameter 11 cm dan tinggi 11 cm, setelah berumur 27 hari dari bak perendaman dan diletakkan pada ruangan sampai sampel kering dan hal ini dilakukan selama 24 jam tepatnya benda uji mencapai umur 28 hari. 2. Sebelum benda uji diberi pembebanan, diukur kembali masing-masing sisi. 3. Beban tekan diberikan secara perlahan-lahan pada benda uji dengan cara mengoperasikan tuas pompa sehingga benda uji runtuh. 4. Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi atau bertambah, maka skala yang ditunjukkan oleh jarum tersebut dicatat sebagai beban maksimum yang dapat dipikul oleh benda uji tersebut. 5. Prosedur ini dilakukan untuk sampel benda uji kuat tekan yang lain.

3.3.3 Prosedur Pembuatan Benda Uji Penyerapan Air

Prosedur yang dilakukan pada penelitian penyerapan air yaitu: 1. Persiapan alat dan bahan Seluruh peralatan dan bahan disiapkan, guna memudahkan dalam pengerjaan pengadonan dan pencetakan benda uji. 2. Perencanaan campuran beton Dalam penelitian ini digunakan campuran beton berdasarkan tabel. 3. Pengadonan dan Pencetakan Adapun pembuatan benda uji yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan bahan-bahan campuran beton yaitu semen, pasir, kerikil dan air. 2. Mempersiapkan abu pembakaran jerami padi. 3. Setelah semua bahan disediakan maka dimasukkan bahan pada tempat pengadonan yaitu pasir, kerikil, dan semen dan diaduk sampai rata dan diberi air pada bagian tengah adonan serta dibiarkan ± 2 – 5 menit agar campuran saling mengikat. 4. Kemudian diaduk dan dicampur semua pasta beton sampai campuran benar- benar homogen. 5. Setelah pengadonan selesai dilakukan pencetakan dengan cara memasukkan pasta beton ke dalam cetakan silinder setinggi 13 tinggi cetakan, kemudian dirojok dengan batang perojok besi untuk menjamin kepadatan susunan campuran. 6. Dimasukkan kembali 13 bagian campuran pasta beton kedalam cetakan kemudian dirojok kembali. 7. Dimasukkan kembali pasta beton kedalam cetakan sampai penuh kemudian dirojok kembali. 8. Permukaan cetakan diratakan dengan skrap dan benda uji diletakkan pada ruangan perawatan. 9. Setelah beton berumur 24 jam cetakan dibuka dan diberi nomor kode pada benda uji sesuai yang diinginkan kemudian diletakkan pada ruangan perawatan kembali. 10. Untuk penambahan abu pembakaran jerami padi caranya sama dengan pengecoran beton normal tanpa abu pembakaran jerami padi. Perbedaannya terletak pada penambahan abu pembakaran jerami padi bersamaan dengan memasukan kerikil kedalam tempat pengadonan.

3.3.4 Prosedur Pengujian Penyerapan Air Water Absorbtion

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang diserap oleh beton partikel setelah direndam pada periode tertentu. Uji penyerapan air water absorbtion menggunakan benda uji berbentuk silinder. Penyerapan beton dilakukan pada saat beton berumur 28 hari, dengan jumlah beton yang akan diuji yaitu 24 buah, yang terdiri dari 4 sampel untuk masing-masing campuran. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: 1. Benda uji pada umur 27 hari diambil dari ruangan dan ditimbang guna mengambil massa keringnya m k . 2. Kemudian benda uji dilakukan perendaman di dalam bak perawatan selama 24 jam. 3. Setelah perendaman benda uji dikeluarkan, tepatnya benda uji berumur 28 hari maka benda uji bila perlu dilap seluruh permukaan benda uji guna menghindari air yang berlebihan. 4. Maka benda uji tersebut ditimbang kembali untuk memperoleh masa basah benda uji m b tersebut. 6. Prosedur ini dilakukan untuk sampel benda uji yang lain.

3.3.5 Prosedur Pembuatan Benda Uji Densitas

Prosedur yang dilakukan pada penelitian penyerapan air yaitu: 1. Persiapan alat dan bahan Seluruh peralatan dan bahan disiapkan, guna memudahkan dalam pengerjaan pengadonan dan pencetakan benda uji. 2. Perencanaan campuran beton Dalam penelitian ini digunakan campuran beton berdasarkan tabel 3.2 3. Pengadonan dan Pencetakan Adapun pembuatan benda uji yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan bahan-bahan campuran beton yaitu semen, pasir, kerikil dan air. 2. Mempersiapkan abu pembakaran jerami padi. 3. Setelah semua bahan disediakan maka dimasukkan bahan pada tempat pengadonan yaitu pasir, kerikil, dan semen dan diaduk sampai rata dan diberi air pada bagian tengah adonan serta dibiarkan ± 2 – 5 menit agar campuran saling mengikat. 4. Kemudian diaduk dan dicampur semua pasta beton sampai campuran benar- benar homogen. 5. Setelah pengadonan selesai dilakukan pencetakan dengan cara memasukkan pasta beton ke dalam cetakan silinder setinggi 13 tinggi cetakan, kemudian dirojok dengan batang perojok besi untuk menjamin kepadatan susunan campuran. 6. Dimasukkan kembali 13 bagian campuran pasta beton kedalam cetakan kemudian dirojok kembali. 7. Dimasukkan kembali pasta beton kedalam cetakan sampai penuh kemudian dirojok kembali. 8. Permukaan cetakan diratakan dengan skrap dan benda uji diletakkan pada ruangan perawatan. 9. Setelah beton berumur 24 jam cetakan dibuka dan diberi nomor kode pada benda uji sesuai yang diinginkan kemudian diletakkan pada ruangan perawatan kembali. 10. Untuk penambahan abu pembakaran jerami padi caranya sama dengan pengecoran beton normal tanpa abu pembakaran jerami padi. Perbedaannya terletak pada penambahan abu pembakaran jerami padi bersamaan dengan memasukan kerikil kedalam tempat pengadonan.

3.3.6 Prosedur Pengujian Densitas

Prosedur pengujian densitas dilakukan untuk mengetahui besarnya densitas yang terdapat pada benda uji. Semakin besar densitas yang terdapat pada benda uji maka semakin rendah porositasnya, begitu pula sebaliknya. Pengujian densitas menggunakan benda uji berbentuk silinder. Pengujian densitas dilakukan pada beton uji penyerapan air. Sehingga pengujian densitas dapat dilakukan setelah proses perendaman. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : 1. Benda uji pada umur 27 hari diambil dari tempat perendaman dan ditimbang guna mengambil masa basah m b . 2. Kemudian benda uji dilakukan pengeringan di dalam ruangan selama 24 jam 3. Setelah itu, Maka benda uji tersebut ditimbang kembali untuk memperoleh masa kering benda uji m k tersebut. 4. Prosedur ini dilakukan untuk sampel benda uji yang lain. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Pengujian Kuat Tekan

Nilai kuat tekan beton dari sampel uji dihitung dengan persamaan 2.1. Untuk beton normal diperoleh bahwa : Gaya Beban maksimum F = 140 kN = 140000 N Luas Permukaan A= π x r 2 ; r = ½ d = 3,14 x 5,5 2 = ½ x 11 = 0,0095 m 2 = 5,5 Maka : = = = 14,736 MPa untuk perhitungan kuat tekan rata-rata: Kuat Tekan rata-rata = 19,3155 MPa Demikian seterusnya untuk sampel – sampel dengan komposisi 5 - 25, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kuat Tekan N o Variasi campura n Diameter cm Tebal cm Luas A Gaya Beban Tekan F kN Kuat Tekan fc’ Mpa Kuat tekan Rata-rata Mpa 1 Normal 11 11 11 11 11 11 11 11 0,0095 140 194 220 180 14,736 20,421 23,158 18,947 20,842 2 5 11 11 11 11 11 11 11 11 0,0095 160 145 160 145 16,845 15,266 16,845 15,266 16,055 3 10 11 11 11 11 11 11 11 11 0,0095 170 138 150 146 17,895 14,526 15,789 15,368 15,895 4 15 11 11 11 11 11 11 11 11 0,0095 140 140 140 130 14,739 14,739 14,739 13,686 14,473 5 20 11 11 11 11 11 11 11 11 0,0095 130 140 140 130 13,684 14,736 14,736 13,684 14,210 6 25 11 11 11 11 11 11 11 11 0,0095 90 80 51 90 9,474 8,421 5,368 9,474 9,123 Pengujian kuat tekan beton dilakukan setelah beton berumur 28 hari sejak pengecoran. Data hasil pengujian, diperoleh kuat tekan rata – rata beton normal adalah 20,842 Mpa, beton dengan campuran abu jerami padi 5, 10, 15, 20, dan 25 berturut – turut adalah 16,055 Mpa, 15,895 Mpa, 14,473 Mpa, 14,210 Mpa, 9,123 Mpa. Maka dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar : 4.1 Grafik kuat tekan beton terhadap variasi persentasi abu jerami padi Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa variasi abu jerami padi yang dapat memenuhi standart kuat tekan adalah pada komposisi abu jerami padi 5, semakin bertambah komposisi abu jerami padi maka kuat tekan dari beton semakin menurun. Hal tersebut disebabkan abu jerami padi hanya bersifat sebagai bahan pengisi, sehingga daya ikat pasir semakin berkurang sesuai menurut SNI 03-2847-2002 yang menyatakan bahwa nilai kuat tekan yang digunakan pada bangunan yang direncanakan adalah 17,5 Mpa. Beton dengan kuat tekan semakin rendah, beton ini termasuk ke dalam beton ringan Untuk pasangan batu.

4.2 Hasil dan Pembahasan Pengujian Penyerapan Air