Yogyakarta Tahun 1982 sampai dengan 1986

Yogyakarta Tahun 1982 sampai dengan 1986

Uraian 1982 1983 1984 1985 1986

Pengunjung Penyuluhan Sosial Lisan 2800 3100 6640 6513 7682 Jumlah exemplar penyuluhan Sosial tertulis 5000 50

5100 5900

Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I.Y,1986.

Kampung Code terkenal sebagai kampung kumuh yang berada di bantaran kali, yang masyarakatnya tidak memperhatikan akan kebersihan tempat tinggalnya. Masyarakat Kali Code hanya berfikir bagaimana cara mempertahankan hidup. Tempat tinggal hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan sementara untuk melepas rasa lelah setelah seharian mencari nafkah. Tempat tinggal seadanya yang cukup sebagai pelindung dari panas matahari dan hujan. Dengan adanya pembinaan dari Romo Mangun, bangunan rumah mulai diperbaiki. Dari perbaikan rumah yang baru tersebut masyarakat mulai menyadari tentang kebersihan tempat tinggalnya. Bangunan rumah terbuat dari bambu yang dibuat semi panggung, berbentuk limas yang tanpa meninggalkan desain asli rumah khas Jawa.

b. Kebersihan lingkungan. Masyarakat selalu membelakangi sungai dan selalu membuang sampah apapun ke sungai. Setelah Romo Mangun melakukan pembinaan terhadap masyarakat secara langsung tentang kebersihan lingkungan dan menjaga lingkungan supaya tetap terlihat indah dan menarik. Masyarakat sadar bahwa kebersihan lingkungan sangat berguna bagi kesehatan masyarakat dan menyadarkan masyarakat bahwa sungai tidak selamanya berada di belakang rumah. Kali yang letaknya berada di belakang pasti identik dengan kotor karena sampah dibuang ke belakang rumah. Masyarakat mulai menyadari tentang pentingnya sungai bagi kehidupan, maka dari itu masyarakat mulai sadar tentang menjaga kebersihan. Dalam membangun rumah, masyarakat juga sudah mulai menghadap ke sungai. Kali yang berada di depan rumah pasti akan selalu dijaga kebersihanya karena tidak mungkin masyarakat akan membuang sampah ke depan rumah.

c. Pendidikan. Masyarakat Kali Code adalah masyarakat pinggiran yang buta huruf dan angka. Romo Mangun melakukan pembinaan dengan mengajari masyarakat secara langsung membaca dan menulis sehingga masyarakat sadar tentang c. Pendidikan. Masyarakat Kali Code adalah masyarakat pinggiran yang buta huruf dan angka. Romo Mangun melakukan pembinaan dengan mengajari masyarakat secara langsung membaca dan menulis sehingga masyarakat sadar tentang

d. Rohani. Romo Mangun selain terkenal sebagai seorang arsitek juga dikenal sebagai seorang pastur. Masyarakat Kali Code sebagian besar beragama Islam tetapi Romo Mangun tidak memaksakan agama yang dianutnya kepada masyarakat. Masyarakat Kali Code bebas untuk memeluk dan menyakini agama yang telah dianut oleh masyarakat sendiri. Romo Mangun mengajari bagi masyarakat yang seagama saja.

Pada tahun 1984 mulai ada yayasan dan perguruan tinggi yang memperhatikan masyarakat Kali Code, salah satunya adalah yayasan pondok rakyat dan Universitas Gajah Mada. Yayasan pondok rakyat sebuah yayasan yang bergerak dibidang sosial untuk membangun kampung-kampung yang masih terpinggirkan. Yayasan ini terdiri dari Romo Mangun serta penggiat sosial juga membimbing masyarakat Kali Code mengelola pendapatan ekonomi masyarakat dengan memberikan keterampilan kepada masyarakat sehingga nantinya masyarakat Kali Code akan menjadi masyarakat yang mandiri.

Tahun 1990 Yayasan Pondok Rakyat sudah tidak aktif lagi karena ketatnya pengawasan Orde Baru terhadap organisasi sosial. Yayasan ini kembali dibangun tahun 2000. Setelah Romo Mangun wafat pada tahun 1999 sejumlah aktivis kembali membangun gerakan sosial lewat yayasan ini. Yayasan ini juga aktif membangun kampung permagangan Badran, Tungkak, Kricak, dan Sidomulyo yang kondisinya sama dengan perkampungan Kali Code.

Para mahasiswa khususnya mahasiswa Universitas Gajah Mada juga banyak membantu pembangunan masyarakat Kali Code. Para mahasiswa banyak memberikan les privat kepada anak-anak secara gratis. Selain itu juga banyak mahasiswa yang Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang melakukan perbaikan di perkampungan Kali Code (Wawancara dengan Darmi, 15 Juni 2012)

Tahun 1980-1992

a. Perubahan Bentuk Bangunan Rumah

Menurut Undang-undang RI No. 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik yang terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. World Health Organization (WHO) merumuskan definisi rumah sebagai struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya, baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan Lingkungan, 2001)

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa rumah bukan hanya bangunan fisik yang merupakan tempat berlindung dan beristirahat untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia. Rumah adalah sebuah tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar pada hirarki yang lebih tinggi. Rumah merupakan sarana pembinaan keluarga untuk menumbuhkan kehidupan yang sehat secara fisik, mental dan sosial seperti yang diungkapkan oleh Hayward (1987) yang dikutip Budihardjo (1998) mengenai konsep tentang rumah, yaitu: (a) Rumah sebagai pengejawantahan diri yaitu rumah sebagai simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuni, (b) Rumah sebagai wadah keakraban, rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih sayang dan rasa aman, (c) Rumah sebagai tempat menyendiri dan menyepi yaitu melepaskan diri dari dunia luar, tekanan dan ketegangan kegiatan rutin, (d) Rumah sebagai akar dan kesinambungan yaitu rumah atau kampung halaman dilihat sebagai tempat untuk kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian proses ke masa depan, (e) Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari, (f) Rumah sebagai pusat jaringan sosial dan (g) Rumah sebagai struktur fisik.

Di samping harus dapat memenuhi berbagai fungsi tersebut di atas, rumah juga menjadi tempat berlindung dan sebagai tempat berlangsungnya proses sosialisasi, yaitu proses seseorang diperkenalkan kepada nilai dan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam eksistensi manusia rumah memiliki tiga kenyataan dasar yaitu: keterbukaan, kesatuan struktural dalam dunia dan kesatuan Di samping harus dapat memenuhi berbagai fungsi tersebut di atas, rumah juga menjadi tempat berlindung dan sebagai tempat berlangsungnya proses sosialisasi, yaitu proses seseorang diperkenalkan kepada nilai dan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam eksistensi manusia rumah memiliki tiga kenyataan dasar yaitu: keterbukaan, kesatuan struktural dalam dunia dan kesatuan

Dengan eksploitasi kesatuan struk\tural terungkap bahwa rumah merupakan pusat realisasi kehidupan manusia. Manusia bukan sebagai mahkluk hidup yang sudah lengkap dan sempurna, tetapi sebagai potensi dengan berbagai bakat dan kemampuannya. Potensi itu pada dasarnya diaktualisasikan dalam lingkungan rumah, dalam rumah manusia dididik, dibentuk dan berkembang menjadi seorang pribadi. Rumah dalam arti luas yaitu dunia, manusia harus mengembangkan diri dengan merealisasikan kemampuan serta memenuhi kebutuhannya.

Dari konteks pemikiran di atas dapat dikatakan bahwa rumah tidak dapat dipisahkan dari dunia. Manusia, rumah, dunia merupakan tahapan yang harus dilalui menuju kepada pemenuhan eksistensi manusia. Orientasi objektif yaitu manusia, rumah dan dunia sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Rumah juga diartikan sebagai alat, objek dan sasaran hidup, dan akhirnya rumah merupakan unsur ekstrinsik yang mempunyai arti karena manfaatnya dalam kehidupan manusia. Rumah dilihat sebagai bagian struktural eksistensi manusia, yang harus mampu menampung dinamika manusia. Rumah dalam pengertian dan makna yang sepenuhnya bersifat multidimensional. Rumah harus mampu membuka jalan dan memberikan saluran terhadap kecenderungan, kebutuhan, aspirasi dan keinginan manusia dengan sepenuhnya (Bharuna, 2004).

Rumah juga dapat dilihat sebagai pusat kegiatan budaya. Rumah merupakan proses bermukim, yaitu kehadiran aktif manusia, maka gerak-gerik dan tingkah laku manusia merupakan proses dan dinamika budaya. Manusia adalah pelaku yang berproses dan menjalani perubahan suatu budaya. Jadi rumah juga merupakan institusi budaya, karena tidak hanya sebagai hasil kegiatan manusia tetapi juga karena peranannya sebagai tempat dalam menampung, Rumah juga dapat dilihat sebagai pusat kegiatan budaya. Rumah merupakan proses bermukim, yaitu kehadiran aktif manusia, maka gerak-gerik dan tingkah laku manusia merupakan proses dan dinamika budaya. Manusia adalah pelaku yang berproses dan menjalani perubahan suatu budaya. Jadi rumah juga merupakan institusi budaya, karena tidak hanya sebagai hasil kegiatan manusia tetapi juga karena peranannya sebagai tempat dalam menampung,

Rumah untuk masyarakat Kali Code yang dirancang oleh seorang arsitek yang bernama Y.B Mangunwijaya atau yang biasa disapa dengan nama Romo

tektur

Jawa serta bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu. Desain rumah yang dibuat warna warni menambah keindahan perkampungan. Di bawah ini adalah konsep desain rumah masyarakat Kali Code yang didesain oleh Romo Mangun.

Gambar 4 Desain Rumah dari Romo Mangun untuk Perkampungan Kali Code (Sumber: Laporan untuk

Kampung Kali Cho- Desain rumah masyarakat Kali Code yang dirancang oleh Romo Mangun disesuaikan dengan keadaan medan. Tempat atau tanah yang ditempati adalah tanah di samping sungai yang rawan longsor dan tidak rata. Bangunan yang akan didirikan harus sesuai dengan lahannya. Rumah masyarakat Kali Code adalah rumah panggung yang bahan dasar rumahnya adalah kayu dan bambu. Penggunaan bambu dan kayu karena disesuaikan dengan kondisi ekonomi Kampung Kali Cho- Desain rumah masyarakat Kali Code yang dirancang oleh Romo Mangun disesuaikan dengan keadaan medan. Tempat atau tanah yang ditempati adalah tanah di samping sungai yang rawan longsor dan tidak rata. Bangunan yang akan didirikan harus sesuai dengan lahannya. Rumah masyarakat Kali Code adalah rumah panggung yang bahan dasar rumahnya adalah kayu dan bambu. Penggunaan bambu dan kayu karena disesuaikan dengan kondisi ekonomi

Gambar 5. Desain Pemukiman untuk Masyarakat Kali Code (Sumber: Laporan untuk

Kampung Kali Cho- Berdasarkan desain perkampungan Kali Code di atas, peneliti melihat sebuah desain yang sangat berbeda dari perkampungan lainnya. Desain yang

tanah terhadap sungai juga diperhatikan. Perkampungan Kali Code yang berada di pinggir sungai yang mempunyai kontur miring bisa dijadikan sebuah perkampungan yang tidak merusak ekosistem sungai. Walaupun pada kenyataannya kampung Kali Code sebelum diadakan perombakan adalah sebuah kampung yang bisa merusak ekosistem sungai, karena penduduk menggunakan lahan yang sebenarnya dimanfaatkan sebagai daerah penahan longsor. Dengan desain tersebut meskipun kontur lahannya miring tetap aman untuk dijadikan areal pemukiman ditambah dengan masyarakat Kali Code yang memperhatikan aspek lingkungan dengan memperbanyak penghijauan. Selain bisa menahan longsor, penghijauan juga bisa meningkatkan kadar oksigen. Ditambah adanya kesadaran kebersihan kali tetap dijaga oleh masyarakat Kali Code.

b. Fasilitas Kampung

Kampung Kali Code mulai diakui keberadaannya setelah adanya pendampingan yang dilakukan oleh Romo Mangun sejak tahun 1983. Sejak itu Kampung Kali Code mulai menunjukkan sebagai sebuah kampung yang mulai diakui keberadaannya oleh pemerintah dan dimasukkan ke wilayah administrasi Desa Terban yang kemudian berubah menjadi Kelurahan Kotabaru Kecamatan Gondokusuman. Fasilitas kampung juga mulai dipikirkan oleh masyarakat atas dasar motivasi dari Romo Mangun. Kampung Kali Code memiliki fasilitas antara lain:

a. Tempat bermain anak-anak

b. Balai Warga, yaitu aula untuk pertemuan warga. Di balai warga, masyarakat membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan Kampung Kali Code.

c. WC umum, karena masyarakat Kali Code tidak semua memiliki fasilitas mandi cuci kakus (MCK) jadi masyarakat memanfaatkan WC umum tersebut.

d. Masjid. Masjid Kampung Kali Code tepat berada di tengah-tengah perkampungan yang memiliki dua lantai, lantai bawah untuk kegiatan d. Masjid. Masjid Kampung Kali Code tepat berada di tengah-tengah perkampungan yang memiliki dua lantai, lantai bawah untuk kegiatan

c. Memperoleh Penghargaan Aga Khan

Penghargaan adalah sebuah nilai tertinggi untuk sebuah hasil karya. Kampung Kali Code mendapatkan sebuah penghargaan pada tahun 1992, yaitu penghargaan The Aga Khan. Penghargaan The Aga Khan yaitu sebuah penghargaan arsitektural yang digagas oleh Aga Khan IV dari Jenewa Swis pada tahun 1977. Penghargaan Aga Khan ditujukan untuk menandai dan menghargai konsep arsitektural yang mewadahi rancangan kontemporer, pemukiman, pengembangan dan peningkatan lingkungan, restorasi, konservasi area dan pengembangan lingkungan. Aga Khan Award diumumkan setiap tiga tahun sekali untuk beberapa proyek sekaligus dan memberikan penghargaan keuangan, dengan total hadiah sampai US$ 500.000. Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang menilai dari segi bangunan, masyarakat sekitar, tim perancang, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Aga Kha Award diprakarsai Pangeran Aga Khan yaitu salah seorang imam kaum muslim shiah ismaili. Selain perkampungan Kali Code, terpilih pula delapan proyek lainnya di Tunisia, Turki, Mesir, Jordania, Suriah, Burkima Faso (sebuah negara kecil di Afrika) dan India ( http://id.wikipedia.org . 27 November 2011).

Penghargaan Aga Khan adalah sebuah penghargaan yang berada di bawah panji-panji Islam tetapi memberikan penghargaan kepada Romo Mangun yang beragama Katholik. Meskipun Romo Mangun beragama Katholik tetapi Romo Mangun telah berkarya untuk bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Karya yang dihasilkan Romo Mangun merupakan sebuah karya yang sangat membanggakan untuk masyarakat Kali Code. Pembangunan yang membela rakyat kecil dan kaum terpinggirkan ( Tempo,19 September 1992).

Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang berarti bagi masyarakat perkampungan Kali Code, perkampungan yang sebelumnya adalah perkampungan kumuh. Dengan penghargaan itu membuktikan bahwa Kampung Kali Code tidak lagi dipandang sebagai perkampungan kumuh. Namun menjadi Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang berarti bagi masyarakat perkampungan Kali Code, perkampungan yang sebelumnya adalah perkampungan kumuh. Dengan penghargaan itu membuktikan bahwa Kampung Kali Code tidak lagi dipandang sebagai perkampungan kumuh. Namun menjadi

d. Realitas Sosial Baru

Dalam konteks realitas sosial ini, peneliti melihatnya dalam beberapa dimensi yang akan menunjukkan beberapa perubahan yang terjadi pada realitas struktur kekuasaan yang terdapat di dalam masyarakat Kali Code. Kaitannya dengan struktur sosial, pemukiman Kali Code dalam konstruksi awalnya mempunyai fungsi yang sangat penting untuk lingkungan, yang dalam prosesnya dikondisikan untuk tetap stabil. Kestabilan tidak bisa lepas dari kondisi yang menguntungkan bagi masyarakat yang ada di dalamnya.

Realitas sosial yang terbangun merupakan sebuah realitas yang hadir oleh proses kebudayaan yang ada pada masa itu. Begitu pula, terminologi perubahan juga bagian dari sebuah proses kebudayaan yang sedang dan akan berjalan terus menerus. Relevansinya dengan Masyarakat Kali Code adalah adanya perubahan yang memang tidak bisa diabaikan. Perubahan terhadap kebutuhan masyarakat yang mengalami kemajuan dan berbagai perangkat kebudayaan yang ada. Seperti mata pencaharian, sistem sosial, organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain. Masyarakat akan melakukan penyesuaian atas berbagai tuntutan yang sesuai dengan perkembangan jaman, jika tidak mampu dalam memenuhi tuntutan yang ada berarti akan menghasilkan proses pergantian berbagai perangkat kebudayaan tersebut dengan yang lain. Begitu juga dengan realitas sosial yang ada, yang akan terus berubah karena perubahan itu sendiri dalam konteks sosial adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari.

Tanah Kali Code yang semula adalah tanah yang berada di pinggir sungai yang ditujukan untuk daerah resapan air dan sebagai tanggul telah berubah fungsi sebagai tempat hunian yang legal. Realitas tersebut membuat perubahan yang Tanah Kali Code yang semula adalah tanah yang berada di pinggir sungai yang ditujukan untuk daerah resapan air dan sebagai tanggul telah berubah fungsi sebagai tempat hunian yang legal. Realitas tersebut membuat perubahan yang

e. Pergeseran Otoritas

Masyarakat Kali Code sebagai salah satu bagian dari masyarakat pinggiran juga tidak lepas pengaruh perubahan otoritas. Kampung Kali Code yang dulu pola kepemimpinannya terletak pada pola kepemimpinan yang tradisional dan agamis, dengan menempatkan pimpinan kelompok adalah orang yang paling tua dan berpengaruh terhadap masyarakat. Setelah kedatangan Romo Mangun, secara otomatis merubah pola-pola yang sudah ada sebelumnya. Kedatangan Romo Mangun memberi dampak dengan menghasilkan bentuk dan pola kepemimpinan baru.

Romo Mangun yang dipercaya masyarakat setempat karena kharisma yang dimilikinya sebagai seorang pemimpin. Selain itu Romo Mangun juga memiliki jasa besar terhadap perkampungan Kali Code saat akan ada penggusuran dari pemerintah kota Yogyakarta. Pada saat pemerintah kota Yogyakarta berencana melakukan penggusuran terhadap pemukiman kumuh Kali Code, Romo Mangun bersama-sama warga menentang rencana dari pemerintah kota Yogyakarta tersebut. Maka dari itu masyarakat selalu memperhatikan dan menjalankan apa yang diperintah oleh Romo Mangun. Romo Mangun menjadi sosok panutan bagi masyarakat Kali Code. Setelah Romo Mangun berhasil membangun perkampungan Kali Code dan masyarakat sudah mulai mandiri akhirnya Romo Mangun perlahan-lahan melepas masyarakat Kali Code untuk mandiri. Akhirnya setelah masyarakat Kali Code diakui secara resmi oleh pemerintah sebagai sebuah perkampungan yang legal pola kepemimpinan juga berubah. Perubahan tersebut terlihat pada era Romo Mangun masyarakat Kali Code masih dianggap penghuni liar. Dengan kepemimpinan Romo Mangun yang Romo Mangun yang dipercaya masyarakat setempat karena kharisma yang dimilikinya sebagai seorang pemimpin. Selain itu Romo Mangun juga memiliki jasa besar terhadap perkampungan Kali Code saat akan ada penggusuran dari pemerintah kota Yogyakarta. Pada saat pemerintah kota Yogyakarta berencana melakukan penggusuran terhadap pemukiman kumuh Kali Code, Romo Mangun bersama-sama warga menentang rencana dari pemerintah kota Yogyakarta tersebut. Maka dari itu masyarakat selalu memperhatikan dan menjalankan apa yang diperintah oleh Romo Mangun. Romo Mangun menjadi sosok panutan bagi masyarakat Kali Code. Setelah Romo Mangun berhasil membangun perkampungan Kali Code dan masyarakat sudah mulai mandiri akhirnya Romo Mangun perlahan-lahan melepas masyarakat Kali Code untuk mandiri. Akhirnya setelah masyarakat Kali Code diakui secara resmi oleh pemerintah sebagai sebuah perkampungan yang legal pola kepemimpinan juga berubah. Perubahan tersebut terlihat pada era Romo Mangun masyarakat Kali Code masih dianggap penghuni liar. Dengan kepemimpinan Romo Mangun yang

Letak dasar kepemimpinannya didasarkan pada aspek adminstratif. Peran ketua Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) dan perangkat Kelurahan sampai pimpinan kelurahan menggeser apa yang sebelumnya menjadi sandaran dalam masalah kepemimpinan di dalam masyarakat Kali Code. Masyarakat Kali Code menempatkan berbagai masalah yang dihadapkan masyarakat dengan menyelesaikannya dengan semua perangkat desa yang dimiliki Kampung Code, melalui musyawarah di Rukun Tetangga sampai dengan kelurahan yang bertempat di balai warga. Balai warga sudah dirancang oleh Romo Mangun untuk dijadikan tempat warga Kali Code bermusyawarah.

f. Sistem Pencaharian hidup

Perubahan sistem pencaharian hidup adalah bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya secara berkesinambungan. Dalam hal ini peneliti mencari dan menemukan bagaimana penduduk pada masyarakat Kali Code memenuhi kelangsungan hidupnya. Untuk itu beberapa jenis pekerjaan telah diinventarisir guna melihat perubahan pada sistem pencaharian hidup masyarakat Kali Code.

Telah diketahui bahwa masyarakat Kali Code adalah masyarakat urban yang datang dari beberapa daerah seperti Boyolali, Klaten, Solo, Kulonprogo dan lain-lain. Tingkat pendidikan suatu masyarakat akan memengaruhi pula sistem pencaharian hidup dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat dengan tingkat Telah diketahui bahwa masyarakat Kali Code adalah masyarakat urban yang datang dari beberapa daerah seperti Boyolali, Klaten, Solo, Kulonprogo dan lain-lain. Tingkat pendidikan suatu masyarakat akan memengaruhi pula sistem pencaharian hidup dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat dengan tingkat

Urbanisasi menyebabkan jumlah penduduk di kota Yogyakarta meningkat dengan cepat. Tekanan jumlah penduduk secara otomatis meningkatkan kebutuhan akan ruang untuk permukiman. Penduduk yang melakukan urbanisasi sebagian besar berasal dari golongan ekonomi lemah, maka sebagian besar dari penduduk tidak mampu membeli tanah dan membangun rumah di daerah yang semestinya. Hal itu disebabkan harga tanah dan biaya pembangunan rumah yang relatif tinggi di kota besar. Akibatnya sebagian penduduk memilih untuk mendirikan permukiman di bantaran sungai Code secara ilegal. Alasan yang mendasari hal tersebut adalah selain dekat dengan sumber air, penduduk tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli tanah, kerena sepengetahuan masyarakat tanah tersebut tidak ada yang memiliki.

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat bekerja serabutan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Pada tahun 1980 penduduk mulai bekerja serabutan dan mayoritas sebagai pencari rongsok atau barang-barang bekas. Masyarakat Kali Code biasanya mengumpulkan dahulu rongsokan tersebut sampai 2-3 hari. Setelah itu akan ada pemborong yang datang untuk membeli rongsokan tersebut dengan mengunakan truk. Rongsokan pada tahun 1970-an dihargai hanya Rp. 75,00/ kg. Pendapatan untuk seorang pencari rongsokan yang dihasilkan oleh masyarakat Kali Code pada tahun 1980 adalah sebesar Rp. 1000/minggu dan sebesar Rp.4.000/bulan. Pada tahun 1991 pendapatan untuk pengumpul rongsokan adalah kira-kira Rp. 150.000/bulan (Wawancara dengan Setu Tarmin, 15 Juni 2012).

Masyarakat yang umurnya sudah tergolong berusia tua mencari nafkah dengan meminta-minta di sepanjang jalan di kota Yogyakarta terutama di jalan Sudirman dan jalan Malioboro Yogyakarta. Alasan mencari nafkah dengan Masyarakat yang umurnya sudah tergolong berusia tua mencari nafkah dengan meminta-minta di sepanjang jalan di kota Yogyakarta terutama di jalan Sudirman dan jalan Malioboro Yogyakarta. Alasan mencari nafkah dengan

Dengan adanya pendampingan dan pembinaan yang dilakukan oleh Romo Mangun kehidupan warga sudah mulai berubah. Perubahan tersebut sebenarnya tidak terlalu signifikan tetapi terjadi perubahan yang membuat kehidupan masyarakat menjadi semakin baik. Masyarakat dibekali dengan kemampuan untuk memanfaatkan segala potensi yang dimiliki dan yang berada di sekitar mereka.

Segala potensi tersebut jika dimanfaatkan secara optimal maka segala permasalahan yang selama ini dihadapi akan sedikit berkurang. Masyarakat Kali Code mulai mencari nafkah dengan mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masyarakat. Perubahan di perkampungan kali Code tidak hanya pada perubahan fisik, melainkan juga perubahan mental masyarakat yang semula hanya berprofesi sebagai pemulung menjadi pedagang yang berjualan di Pasar Beringharjo, tukang parkir dan karyawan toko. Sikap mental yang ditanamkan oleh Yusuf Bilyarta Mangunwijaya kepada masyarakat perkampungan Code bertujuan untuk membentuk masyarakat yang mandiri dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan kota untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf kehidupannya dalam bidang ekonomi.

Kegiatan yang dilakukan oleh Yusuf Bilyarta Mangunwijaya juga melibatkan para tokoh-tokoh sosial yang terhimpun dalam Yayasan Pondok Rakyat. Yayasan Pondok Rakyat adalah sebuah yayasan yang berdiri pada tanggal

5 Maret 1985. Pendirinya adalah para arsitek, pekerja sosial, intelektual, agamawan, penulis dan seniman yang ikut membantu masyarakat Kali Code untuk mengelola pendapatan ekonomi masyarakat serta membantu masyarakat dalam menangani penggusuran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 1980 (Khudori, 2002).

Dibawah ini pendapatan regional dan pendapatan perkapita di kota madya Yogyakarta dari tahun 1981-1986. Pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan dari tahun 1981 sampai tahun 1986.

Yogyakarta (Rp. 1000,-)

A. Harga Berlaku

1. Nilai Tambah Brotu

2. Jumlah penduduk

3. Pendapatan perkapita

B. Harga Konstan

1. Nilai tambah Bruto

2. Jumlah Penduduk

Sumber: Pusat Pengolahan data statistik D.IY,1988.

g. Peningkatan dalam bidang Pendidikan

Setiap bangsa di dunia baik di negara maju maupun bangsa yang masih hidup dengan budaya sederhana, semuanya mempunyai sistem pengetahuan (Koentjaraningrat, 1990). Jadi sistem pengetahuan itu sangat penting dalam Setiap bangsa di dunia baik di negara maju maupun bangsa yang masih hidup dengan budaya sederhana, semuanya mempunyai sistem pengetahuan (Koentjaraningrat, 1990). Jadi sistem pengetahuan itu sangat penting dalam

Model yang diperkenalkan Etzioni (1968) yang dikutip dari M. Poloma (1984) bahwa untuk menjawab berbagai masalah atau isu-isu sosial masyarakat modern, pengendalian terhadap masa depan dengan merubah pola pikir bahwa masa depan itu ditentukan oleh tindakan rasional bukan ditentukan oleh nasib. Pengarahan untuk individu yang menjadi aktor dalam kehidupanya sendiri serta kekuatan selfkontrol terhadap diri pribadi masing-masing.

Lebih jauh Etzioni mengungkapkan tentang masyarakat aktif. Masyarakat aktif adalah masyarakat yang menguasai dunia sosial masyarakat itu sendiri. Masyarakat aktif sangat berbeda dengan masyarakat pasif di mana para anggotanya dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar atau kekuatan aktif lainnya. Orientasi masyarakat aktif memiliki tiga komponen, yaitu kesadaran pribadi, pengetahuan para aktor, dan komitmen pada satu atau lebih tujuan yang harus dicapai serta fasilitas sosial untuk mengubah tatanan sosial (Etzioni, 1968).

Menjadikan masyarakat yang mampu mengendalikan diri atau masyarakat aktif harus dibarengi dengan pendidikan atau pengetahuan karena pengetahuan merupakan kunci untuk mewujudkan masyarakat yang dapat mengendalikan diri untuk mencapai kemajuan. Masyarakat Kali Code termasuk dalam masyarakat aktif karena masyarakat mampu membuat perubahan, mengenali dirinya sendiri, menentukan masa depannya sendiri dengan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik. Hal tersebut yang dilakukan oleh masyarakat Kali Code yang semula kurang mengetahui tentang pendidikan menjadi masyarakat yang sadar terhadap pendidikan. Masyarakat Kali Code berpendapat pada saat itu pendidikan adalah hal langka dan susah didapatkan oleh masyarakat Kali Code. Romo Mangun berusaha untuk memberikan pendidikan bagi masyarakat mulai dari belajar membaca dan menulis sampai pendidikan rohani. Masyarakat Kali Code antusias dalam menerima pembinaan yang dilakukan Romo Mangun.

(SD) dan bahkan banyak yang tidak sampai lulus. Dengan adanya pembinaan dan pendampingan masyarakat mulai menyadari tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Anak-anak mulai disekolahkan oleh orang tuanya sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu sebagian dana dari hadiah Penghargaan Aga Khan juga dialokasikan untuk dana pendidikan pada anak-anak Kali Code. Anak-anak Kali Code mendapat kesempatan lebih lagi untuk memperoleh pendidikan. Diharapkan melalui pendidikan masyarakat dapat memperbaiki kehidupannya. Dengan kehidupan yang baik maka dapat memungkinkan untuk memiliki pekerjaan yang baik pula.

Tabel. 11. Jumlah Sekolah TK, SD, SMP, SMA di Kelurahan Kotabaru Kecamatan GondokusumaYogyakarta dari Tahun 1987-1992

Sumber: Badan Pusat Statistik, 1988.

h. Perubahan Sikap dan Budaya Hidup Bersih dan Rapi

Kebudayaan adalah hasil proses belajar dari lingkungan. Pengetahuan sebagai bagian dari kebudayaan digunakan oleh manusia untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan hidupnya sehingga lahir suatu sistem kategorisasi tentang lingkungan hidup. Salah satu kategori mencakup hal- hal yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup (Depdikbud,1996). Kebudayaan suatu masyarakat pada intinya berfungsi menghubungkan manusia dengan alam sekitar (lingkungan). Dengan teknologi

alam, atau dapat memanfaatkan alam untuk keperluan hidupnya. Sikap masyarakat terhadap lingkungan akan berpengaruh terhadap budaya masyarakat yang akan terbentuk. Budaya dimulai dari setiap kebiasaan yang akan dimulai dari diri masyarakat. Termasuk kebudayaan untuk menjaga kebersihan dan kerapian dalam lingkungan tempat tinggal masyarakat Kali Code. Perubahan kampung Kali Code sangat terlihat jelas dari kebersihan dan kerapian lingkungannya. Sebuah kampung yang semula adalah kampung kumuh yang identik dengan perkampungan yang berada di perkotaan menjadi sebuah pemukiman yang memiliki tata ruang yang teratur. Masyarakat Kali Code mulai menjaga kebersihan lingkungan rumah dan tempat tinggalnya. Pada tahun 1986 masyarakat mulai sadar akan kebersihan dan kerapian sebuah hunian. Dengan kesadaran masyarakat tersebut maka lingkungan yang sebelumnya kotor mulai ada peningkatan kebersihan dan kerapiannya.

Setiap perubahan dalam masyarakat tentu mempunyai penyebab. Penyebab perubahan tersebut menjadi daya gerak dari proses perubahan dalam suatu masyarakat yang datang dari dua sumber (dari dalam dan dari luar).

Faktor dari dalam adalah keinginan untuk hidup sehat yang dimulai dari menjaga kebersihan dan kerapian serta untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik daripada sebelumnya. Sedangkan faktor dari luar adalah untuk membuktikan bahwa perkampungan Kali Code adalah sebuah pemukiman yang layak huni dan tidak kalah nyaman dengan perumahan mewah yang berada di sekitar Perkampungan Kali Code.

i. Pandangan Hidup

Suatu masyarakat hukum, baik lingkup besar maupun dalam lingkup kecil dalam tata kehidupan sehari-hari memiliki suatu pandangan hidup. Dengan pandangan hidup tersebut masyarakat memiliki pedoman atau pegangan bagaimana masyarakat memecahkan persoalan atau masalah dalam lingkungannya. Dalam pandangan hidup terdapat konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, pokok-pokok pikiran dan gagasan untuk Suatu masyarakat hukum, baik lingkup besar maupun dalam lingkup kecil dalam tata kehidupan sehari-hari memiliki suatu pandangan hidup. Dengan pandangan hidup tersebut masyarakat memiliki pedoman atau pegangan bagaimana masyarakat memecahkan persoalan atau masalah dalam lingkungannya. Dalam pandangan hidup terdapat konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, pokok-pokok pikiran dan gagasan untuk

Keseluruhan nilai dan tata nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila adalah menjadi pedoman dan pegangan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari pemecahan masalah dan pengamalan suatu keputusan untuk menyelesaikan perselisihan, perencanaan pembangunan serta maslah- maslah yang dihadapi oleh masyarakat. Pandangan hidup dalam masyarakat Kali Code berawal dari perasaan senasib seperjuangan yang merantau ke kota untuk memperbaiki hidupnya. Hal ini sesuai juga dengan pepatah yang mengatakan

orang hidup dikandung adat, orang mati dikandung tanah, mati anak gempar serumah, mati adat gempar sebangsa keteraturan, baik dalam bergaul maupun dalam hal bertindak.

Dalam pergaulan hidup dengan berbagai masyarakat dari beberapa di mana tembilang

tacacak, di situ tanaman tumbuh, di mana bumi diinjak disitu langit dijunjung bahwa barang siapa yang bertempat tinggal di kampung Kali Code harus menghormati adat-istiadat yang telah diciptakan oleh masyarakat yang sudah turun-temurun. Masyarakat yang baru menempati Kampung Kali Code tidak boleh sewenang-wenang dan jika terjadi suatu sengketa maka akan diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat.

Selain hidup dalam keteraturan, ada pula pandangan hidup tentang hidup sesudah mati. Bahwa sesudah kehidupan dunia ada kehidupan yang lebih kekal atau abadi. Kehidupan tersebut adalah kehidupan akhirat. Barang siapa yang beramal baik akan mendapatkan kehidupan yang baik, dan barang siapa yang beramal buruk maka akan mendapatkan kehidupan yang buruk. Kehidupan baik adalah surga dan kehidupan buruk adalah neraka. Oleh sebab itu dalam hidup di dunia harus baik, baik hubungan dengan Sang Khalik pencipta alam semesta, maupun dengan sesama manusia dan alam lingkungan sekitar.

terus bertahan. Walaupun penggusuran tempat tinggal yang dilakukan oleh pemerintah kota kerap dilakukan, tetapi masyarakat tetap kembali berusaha dan tinggal di tempat yang sama. Hal ini dapat membentuk kesamaan kemampuan adaptasi terhadap tempat tinggal (Wiryomartono, 1999), artinya masyarakat kampung Kali Code memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi terhadap segala bentuk dan struktur ruang hidup. Hal ini dapat menjadi inspirasi bagi para arsitek dan perencana kota untuk mengembangkan program-program pada perancangan lingkungan binaan pada permukiman masyarakat kampung Kali Code dengan bentuk yang bebas sesuai dengan kebutuhan. Karena sangat sulit untuk menerapkan rasionalisasi terhadap ruang dan bentuk dalam kawasan kampung kota. Perkampungan Kali Code yang merupakan lingkungan binaan merupakan suatu kesatuan dalam ketidakteraturan yang dapat dirubah menjadi perkampungan yang teratur.

Masyarakat Kali Code merupakan potensi bagi kehidupan kota. Kehidupan kota akan timpang jika salah satu sub sistem dari kota ini hilang. Oleh sebab itu pola kebijakan dan perencanaan kota harus menjadikan kehidupan kota yang modern dan serba formal serta terorganisir menjadi semakin teratur dan terarah. Perencanaan kota yang matang dan berdasarkan tata kota yang baik serta diimbangi dengan kebijakan yang baik dari pemerintah maka akan tercipta harmonisasi dalam kehidupan kota yang akan meningkatkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.