ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR BASIS KABUPATEN BANTUL TAHUN 2007-2011 SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR BASIS KABUPATEN BANTUL TAHUN 2007-2011 SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh : JERRI WURARAH (F1110014)

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

1. Papa dan Mama

2. Adik-adik

3. Teman-teman

4. Almamater

MOTTO

“ There is no God higher than truth”

(Mahatma Gandhi)

“You Will Never Walk Alone”

(Liverpool FC)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas segala berkat dan penyertaan-Nya. Penulis selalu diberikan kesabaran dan ketekunan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR BASIS KABUPATEN BANTUL TAHUN 2007-2011.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan penulis dalam mengembangkan topik penelitian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan dan rintangan, namun beban itu terasa ringan ketika terulur tangan penuh kasih yang daengan tulus memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dengan sabar kepada penulis.

2. Bapak Drs. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs.Sutanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret.

5. Para staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

6. Papa dan Mama yang telah memberikan perhatian dan dukungan baik berupa semangat, dana, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret.

7. Adik-adik (Andre & Sheila) yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

8. My Partner in Crime (EP non-reg 2010) yang telah memberikan persahabatan dan persaudaraan selama penulis menjalankan studi di Fakultas Ekonomi (Long Life EP 2010).

9. Teman-teman kos “assollolee” yang telah memberikan bantuan dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Para sahabat seperjuangan yang selalu ada dalam suka dan duka (Rinto, Tengkleng, Danar, Sadhu SSTI, Ucil SSTI, Habibi gie, Boyo, Dani, Widi, Topik, Alvian assollole, Isa sok iyes, and the others).

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran demi kebaikan dan kesempurnaan dalam skripsi ini. Akhir kata penulis mohon maaf atas semua kesalahan baik disengaja maupun tidak dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 22 Oktober 2012 Penulis

Jerri Wurarah F1110014

G. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah........................................20

H. Penelitian Terdahulu.......................................................................26

I. Kerangka Teori................................................................................28 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data....................................................................30

B. Metode dan Analisis Data...............................................................30 BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul..............................................41

B. Gambaran Umum DIY....................................................................48

C. Analisis Data dan Pembahasan........................................................50 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................65

B. Saran................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Tabel 4.12 Analisis Location Quotient PDRB Kabupaten Bantul Tahun 2007- 2011 Atas Dasar Harga Konstan.................................................................63

Tabel 4.13 Perhitungan Shift Share Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011..................65 Tabel 4.14 Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral.....................................68 Tabel 4.15 Perhitungan Tipologi Klassen Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011........70 Tabel 4.16 Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral.....................................70

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran.......................................................................33 Gambar 4.1 Pola Perubahan Sektor PDRB Kabupaten Bantul Tahun 2008-2011.........72

ABSTRAKSI Jerri Wurarah F 1110014 ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR BASIS KABUPATEN

BANTUL TAHUN 2007-2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor basis, sektor potensial, struktur ekonomi, pola perubahan sektor PDRB, sektor manakah yang menjadi sektor basis perekonomian, bagaimana kondisi struktur ekonomi, dan manakah yang menjadi sektor potensial di Kabupaten Bantul selama tahun 2007- 2011.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 selama lima tahun dimulai dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis kontribusi sektoral, analisis laju pertumbuhan, analisis Location Quotient, analisis Shift Share, dan analisis Tipologi Klassen.

Hasil analisis pola kontribusi sektoral Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bantul Selama tahun 2007-2011 menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Hasil analisis pola laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bantul Selama tahun 2007- 2011 menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Sektor basis Kabupaten Bantul tahun 2007-2011 adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengolahan , dan sektor bangunan.Dan struktur perekonomian di Kabupaten Bantul menurut analisis Shift Share yaitu berstruktur. Sedangkan menurut analisis Tipologi Klassen bahwa sektor potensial di Kabupaten Bantul adalah hanya sektor pertanian.

Dari hasil analisis tersebut, maka diajukan saran kepada pemerintah daerah agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul dan membuat kebijakan yang tepat sasaran untuk mengembangkan dan meningkatkan sektor yang telah menjadi sektor basis serta potensial. Dan perlunya perhatian dari pemerintah seperti pembangunan, sarana dan infrastruktur, mempromosikan daerahnya, serta iklim usaha yang kondusif.

Keyword : Struktur Ekonomi, Sektor Basis dan Sektor Potensial, PDRB

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi selama tiga dasawarsa yang lalu adalah

kemampuan ekonomi suatu negara, dimana keadaan ekonomi mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang lama untuk meningkatkan dan mempertahankan suatu pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)-nya antara 5 sampai 7 persen atau lebih per tahun. Dalam dinamikanya, pengertian pembangunan ekonomi mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an dan 1960-an itu menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang hanya berorientasi pada kenaikan PDB saja tidak mampu memecahkan permasalahan pembangunan secara mendasar. Hal ini tampak pada taraf dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat yang tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan PDB per tahun telah tercapai. Dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi secara sempit (Arsyad, 1999:5). Pembangunan nasional dapat diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran kemampuan ekonomi suatu negara, dimana keadaan ekonomi mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang lama untuk meningkatkan dan mempertahankan suatu pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)-nya antara 5 sampai 7 persen atau lebih per tahun. Dalam dinamikanya, pengertian pembangunan ekonomi mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an dan 1960-an itu menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang hanya berorientasi pada kenaikan PDB saja tidak mampu memecahkan permasalahan pembangunan secara mendasar. Hal ini tampak pada taraf dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat yang tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan PDB per tahun telah tercapai. Dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi secara sempit (Arsyad, 1999:5). Pembangunan nasional dapat diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran

Berdasarkan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah untuk macam kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU nomor

33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal. Oleh karena itu pemerintah daerah selaku pemegang kekuasaan di daerah harus untuk mengetahui potensi di daerahnya sendiri sehingga dapat dikelola semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan daerah itu sendiri.

Menurut Budiharsono bahwa ada dua pendekatan dalam pembangunan suatu wilayah/daerah, yaitu pendekatan sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dimulai dengan pertanyaan yang menyangkut sektor apa yang dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan pembangunan nasional. Pertanyaan selanjutnya adalah berapa banyak yang harus diproduksi, dengan cara atau teknologi apa, dan kapan produksi dimulai. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan susulan yaitu dimana aktivitas tiap sektor akan dilaksanakan, diikuti oleh kebijakan, strategi, dan langkah-langkah apa yang perlu diambil. Pada pendekatan regional lebih menitikberatkan pada pertanyaan daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan. Kemudian sektor apa yang sesuai Menurut Budiharsono bahwa ada dua pendekatan dalam pembangunan suatu wilayah/daerah, yaitu pendekatan sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dimulai dengan pertanyaan yang menyangkut sektor apa yang dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan pembangunan nasional. Pertanyaan selanjutnya adalah berapa banyak yang harus diproduksi, dengan cara atau teknologi apa, dan kapan produksi dimulai. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan susulan yaitu dimana aktivitas tiap sektor akan dilaksanakan, diikuti oleh kebijakan, strategi, dan langkah-langkah apa yang perlu diambil. Pada pendekatan regional lebih menitikberatkan pada pertanyaan daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan. Kemudian sektor apa yang sesuai

Kegiatan pertama yang harus dilakukan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah mengadakan tinjauan keadaan, permasalahan dan potensi-potensi pembangunan (Tjokroaminoto, 1995:74). Berdasarkan sumber daya alam yang kita miliki, maka sektor potensial di suatu daerah harusnya dikembangkan dengan semaksimal mungkin (Lincolin Arsyad, 1999:165). Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta kebutuhan masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Dalam keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Pada era reformasi ini, pemerintah pusat memberikan keleluasaan dan porsi lebih kepada pemerintah di tingkat daerah untuk mengatur perekonomiannya sendiri yang disebut dengan otonomi daerah. Diharapkan dengan otonomi daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah Pada era reformasi ini, pemerintah pusat memberikan keleluasaan dan porsi lebih kepada pemerintah di tingkat daerah untuk mengatur perekonomiannya sendiri yang disebut dengan otonomi daerah. Diharapkan dengan otonomi daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah

Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dimana dalam pembangunannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional namun disesuaikan dengan potensi dari pembangunan di daerah tersebut. Kabupaten Bantul memiliki kondisi geografi yang cukup strategis untuk menjalankan pembangunan ekonomi dengan baik serta meningkatkan pertumbuhannya. Kabupaten Bantul selain mempunyai keunggulan di sektor pertanian juga memiliki potensi dengan sumber daya alamnya (SDA). Bahan tambang yang ada meliputi pasir/kerikil, tanah liat, batu putih/batu gamping, kalsit, breksi, mangan. Di Kecamatan Dlingo memiliki Khusus bahan galian mangaan (bahan galian Golongan B) dengan cadangan yang relatif sedikit dan tidak berpotensi untuk ditambang. Pertambangan bahan galian di Kabupaten Bantul umumnya ditambang oleh masyarakat setempat dengan menggunakan ijin SIPR, akan tetapi sampai saat ini banyak penambangan yang tidak berijin. Berdasarkan data pada yang masuk maka jumlah usaha penggalian bahan tambang dari tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan.

Tabel 1.1

Nilai Sektor dalam PDRB Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011 Atas Harga

Konstan (Juta)

933.260 950.491 2 Pertambangan dan penggalian

36.525 36.576 3 Industri Pengolahan

647.939 680.271 4 Listrik, Gas dan air Minum

Perdagangan, restoran, dan hotel

789.789 844.427 7 Angkutan dan Komunikasi

287.236 308.199 8 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan

252.015 271.556 9 Pemerintahan dan Jasa

Sumber : www.bps.go.id

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa penyumbang PDRB terbesar dari tahun ke tahun adalah sektor pertanian, sedangkan sektor listrik, gas, dan air minum penumbang kontribusi terkecil dalam PDRB di Kabupaten Bantul. Maka perlu diadakan identifikasi dan analisis mengenai kondisi serta potensi sektor ekonomi menurut sektor/lapangan usaha di Kabupaten Bantul. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta masyarakat dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada dan harus mampu menaksir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah dengan mengembangkan basis ekonomi sektoral, ekonomi sektor unggulan dan kesempatan kerja yang beragam. Untuk tujuan tersebut diperlukan kebijakan prioritas sektoral dalam menentukan sektor-sektor yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan.

Tabel 1.2

Kontribusi PDRB Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011 Atas Dasar

Harga Konstan

Rata- 2007 rata 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian

23,5% 22,8% 23,8% 2 Pertambangan dan penggalian

0,9% 0,9% 0,9% 3 Industri Pengolahan

16,3% 16,3% 16,4% 4 Listrik, Gas dan air Minum

11,5% 11,6% 11,7% 6 Perdagangan, restoran, dan hotel

19,9% 20,2% 19,7% 7 Angkutan dan Komunikasi

7,2% 7,4% 7,1% 8 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan

6,4% 6,5% 6,1% 9 Pemerintahan dan Jasa

100% 100% 100% Sumber : BPS Kabupaten Bantul, data diolah.

Pada Tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2007-2011 rata-rata kontribusi dari 9 sektor ekonomi yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap PDRB di Kabupaten Bantul adalah sektor pertanian sebesar 23,8% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 19,7% serta industri pengolahan sebesar 16,4%; sektor pemerintahan & jasa sebesar 13,3%; sektor bangunan sebesar 11,7%; sektor angkutan dan komunikasi sebesar 7,1%; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 6,1%; sektor pertambangan dan penggalian 0,9%; serta sektor yang menyumbang kontribusi terkecil yaitu sektor listrik, gas dan air sebesar 0,89%.

Tabel 1.3

Pertumbuhan Sektor PDRB Kabupaten Bantul Tahun 2008-2011 Atas

Dasar Harga Konstan

Rata- 2008 rata 2009 2010 2011

2 Pertambangan dan penggalian

3 Industri Pengolahan

4 Listrik, Gas dan air Minum

6 Perdagangan, restoran, dan hotel

7 Angkutan dan Komunikasi

Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan

9 Pemerintahan dan Jasa

5,0% 5,3% 4,9% Sumber : BPS Kabupaten Bantul, data diolah.

Pada Tabel 1.3 diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2008-2011 rata-rata laju pertumbuhan dari 9 sektor ekonomi yang paling tinggi terhadap PDRB di Kabupaten Bantul yaitu sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan sebesar 7,6%; sedangkan diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi sebesar 7,0%; sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 6,7%; sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 6,4%; sektor pemerintahan dan jasa sebesar 5,64%; sektor bangunan dan industri pengolahan masing-masing sebesar 4%; sektor pertanian sebesar 3,2%; dan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan rata-rata pertumbuhan terkecil yaitu sebesar 1,1%. Jadi jika dihitung secara keseluruhan maka rata-rata pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul adalah sebesar 4,9%.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Sektor apa yang menjadi basis di Kabupaten Bantul tahun 2007-2011?

2. Bagaimana struktur ekonomi di Kabupaten Bantul tahun 2007-2011?

3. Sektor apa saja yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bantul?

4. Bagaimana pola pertumbuhan sektor PDRB di Kabupaten Bantul tahun 2007-2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui sektor basis di Kabupaten Bantul.

2. Mengetahui struktur ekonomi di Kabupaten Bantul tahun 2007-2011.

3. Mengetahui sektor potensial di Kabupaten Bantul.

4. Mengetahui pola pertumbuhan sektor PDRB di Kabupaten Bantul tahun 2007-2011.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang perkembangan sektor basis dan potensial, struktur ekonomi, dan status perekonomian di Kabupaten Bantul.

2. Memberikan informasi kepada para peneliti yang lain baik dalam bidang penelitian yang sama ataupun berbeda.

3. Sebagai sumber informasi yang dapat menjadi bahan referensi untuk lembaga pemerintahan yang bersangkutan dalam rangka perencanaan pembangunan di Kabupaten Bantul.

4. Sebagai acuan pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di Kabupaten Bantul.

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam pene litian ini dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad 1999: 6). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menuju arah yang lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu di diharapkan dapat mendongkrak kenaikan pendapatan riil masyarakat.

Sedangkan menurut Suparmoko (1996), pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Kemajuan ekonomi seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk menaikkan pendapatan nasional riel juga untuk meningkatkan produktifitas. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar, dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri. Sebenarnya masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap penentuan tinggi rendahnya pendapatan nasional, faktor-faktor ini berhubungan satu sama lain. Hubungan Sedangkan menurut Suparmoko (1996), pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Kemajuan ekonomi seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk menaikkan pendapatan nasional riel juga untuk meningkatkan produktifitas. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar, dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri. Sebenarnya masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap penentuan tinggi rendahnya pendapatan nasional, faktor-faktor ini berhubungan satu sama lain. Hubungan

Pembangunan yang terjadi terus-menerus itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional yang mencakup segala aspek dan kebijaksanaan yang komprehensif baik ekonomi maupun non ekonomi. Oleh karena itu, sasaran pembangunan yang minimal dan pasti ada menurut Todaro (1983:1280) dalam Suryana (2000:6) adalah:

1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, berikut ini: perumahan, kesehatan dan lingkungan.

2. Mengangkat taraf hidup temasuk menambah dan mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, akan tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu maupun nasional.

3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan 3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan

B. Pertumbuhan Ekonomi

1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Dan dalam kasus ini adalah produk domestik regional bruto (PDRB) kabupaten Bantul. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

Schumpeter dan Hicks berpendapat bahwa perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi adalah berbeda. Perkembangan ekonomi yaitu perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan daripada penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara yang terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati penggunanya telah cukup dikenal.

Sedangkan menurut Simon Kuznet bahwa, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk Sedangkan menurut Simon Kuznet bahwa, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

2. Model Pertumbuhan Ekonomi Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang berjudul “An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealth Nations”, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomi dan faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti David Ricardo, Robert Malthus, dan Lewis juga membahas masalah pertumbuhan ekonomi (Suparmoko, 1996:15).

a) Adam Smith

Menurut Adam Smith, untuk berlangsungnya pertumbuhan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Spesialisasi dalam proses produksi akan dapat meningkatkan ketrampilan tenaga kerja, dapat mendorong ditemukannya alat-alat atau mesin-mesin baru dan akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi.

b) David Ricardo

Menurut David Ricardo, di alam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu golongan kapitalis, golongan buruh, dan golongan tuan tanah. Golongan kapitalis adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional lebih besar lagi.

c) Thomas Robert Malthus

Menurut Malthus, untuk adanya pertumbuhan ekonomi diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus. Malthus mengatakan bahwa penghasilan seseorang tidak selalu dibelanjakan semua untuk memenuhi kebutuhannya, melainkan ada sebagian yang ditabung. Dengan demikian ada kecenderungan bahwa jumlah barang-barang yang dihasilkan tidak semuanya dapat terjual. Malthus melanjutan pendapatnya bahwa tabungan sangat perlu demi pembentukan kapital. Kapital harus diinvestasikan dan investasi tersebut baru diadakan setelah ada permintaan untuk investasi. Permintaan akan investasi akan ada bila terdapat kenaikan jumlah permintaan (aggregate demand).

d) Model Pertumbuhan Lewis Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara yang sedang berkembang. Tekanannya adalah pada d) Model Pertumbuhan Lewis Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara yang sedang berkembang. Tekanannya adalah pada

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik suatu wilayah merupakan nilai seluruh produk dan jasa yang diproduksi di wilayah tersebut tanpa memperhatikan faktor produksinya berasal dari wilayah tersebut atau tidak. Pendapatan yang timbul oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau region adalah meliputi wilayah yang berada di dalam wilayah geografis region tersebut. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa sebagian faktor produksi dari kegiatan produksi di suatu wilayah berasal dari wilayah lain. Demikian juga sebaliknya, faktor produksi yang dimiliki wilayah tersebut ikut pula dalam proses produksi di wilayah lain. Dengan kata lain, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan gambaran “Production Originatea”. Hal ini menyebabkan nilai produksi domestik yang timbul di suatu wilayah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk wilayah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan (pada umumnya berupa gaji/upah, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan) yang mengalir antarwilayah (termasuk dari/ke luar negeri), maka timbul perbedaan antara Produk Domestik dengan Produk Regional. Produk Regional adalah produk domestik ditambah pendapatan dari luar wilayah dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan ke luar wilayah tersebut. Dengan kata lain,

Produk Regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut.

Pengertian PDRB menurut badan pusat statistik adalah jumlah dari nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi yang ada di suatu wilayah. Untuk menghitung PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat pendekatan yang digunakan (BPS 2002:5-6) yaitu :

1. Pendekatan produksi yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.

2. Pendekatan pendapatan adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor pro- duksi, meliputi:

a. Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)

b. Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)

c. Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)

d. Keuntungan

3. Pendekatan pengeluaran adalah model pendekatan dengan menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

a. Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

b. Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap

bruto.

c. Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.

4. Metode Alokasi, model pendekatan ini digunakan karena terkadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan penghitungan Pendapatan Regional dengan menggunakan metode langsung seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung.

D. Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Menurut (Arsyad,1999), bahwa pertumbuhan ekonomi regional dianalisa Melalui beberapa pendekatan teori-teori, yaitu :

1. Teori Ekonomi Neo Klasik Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang berupah rendah.

2. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri- 2. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-

3. Teori Lokasi Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi. Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan (diklat), kualitas pemerintah daerah dan tanggung jawabnya, dan sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda membutuhkan kombinasi yang berbeda pula atas faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, seringkali masyarakat berusaha untuk memanipulasi biaya dari faktor tersebut untuk menarik perusahaan-perusahaan industri.

4. Teori Tempat Sentral Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hierarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya berupa industri dan bahan baku. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Misalnya, melakukan pembedaan fungsi antara daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan lainnya hanya sebagai daerah pemukiman. Ahli pembangunan ekonomi yang ada dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah.

5. Teori Kausasi Kumulatif Kondisi daerah-daerah perkotaan yang semakin memburuk menunjukkan dasar dari kausasi kumulatif ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah-daerah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah-daerah maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1957) sebagai back wash effect.

6. Model Daya Tarik (Attraction) Teori daya tarik industri adalah model dari pembangunan ekonomi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang paling mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif.

E. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan ditetapkannya Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan Undang-undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maka daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai Undang- undang. Sejalan dengan adanya Undang-undang Otonomi Daerah tersebut maka sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk menangani potensi wilayah yang berada dalam ruang lingkup pemerintahannya (Anonim, 2004).

Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai perasaan ketidakadilan pada masyarakat daerah, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan demokratisasi di seluruh strata masyarakat di daerah. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah penyerahan wewenang segala urusan pemerintah ke kabupaten, sehingga diharapkan pemerintah kabupaten dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (lebih Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan berbagai perasaan ketidakadilan pada masyarakat daerah, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan demokratisasi di seluruh strata masyarakat di daerah. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah penyerahan wewenang segala urusan pemerintah ke kabupaten, sehingga diharapkan pemerintah kabupaten dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (lebih

Pelaksanaan otonomi daerah menuntut tiap daerah agar bisa melaksanakan optimalisasi semua sumber dayanya. Oleh karena itu, tiap daerah harus bisa cermat dalam memberdayakan potensi alam daerah setempat supaya lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah. Daerah memiliki keunggulan tertentu yang berbeda dengan daerah lain sehingga daerah perlu melakukan antisipasi dengan menentukan sektor apa yang menjadi basis ekonomi dan kemungkinan bisa dikembangkan pada masa yang akan datang (Suyatno, 2000).

Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di wilayah kerjanya. Partisipasi tersebut dengan memperhatikan beberapa apa azas berikut ini : (1) mengembangkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-masing daerah sesuai dengan potensi sumber daya spesifik yang dimilikinya, serta disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat, (2) menerapkan kebijakan yang terbuka dalam arti menyelaraskan kebijakan ketahanan pangan nasional, (3) mendorong terjadinya perdagangan antar daerah, (4) mendorong terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan (Sudaryanto dan Erizal, 2002).

Dalam konteks nasional, krisis pangan bisa dijadikan langkah awal untuk membangkitkan pertanian yang sejak tahun 1980-an terpinggirkan dalam perpolitikan dan kebijakan nasional. Saatnya untuk mewujudkan kebijakan yang

berpihak dan menggairahkan petani untuk meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan keluarganya. Pelaksanaan otonomi daerah yang secara teori sangat berpotensi memberdayakan inisiatif lokal mestinya lebih berpihak pada petani dan warga pedesaan sehingga program-program pendukung kebangkitan petani perlu mendapat prioritas dan perlu segera diwujudkan. Pertanian yang telah terbukti memberikan lapangan kerja, menghasilkan pangan, mendatangkan devisa serta menjaga kelestarian lingkungan; perlu mendapat perhatian yang layak dan konsisten. Perubahan mindset perencana dan penentu kebijakan di pusat dan daerah menjadi kebutuhan mendesak. Kini saatnya untuk membuktikan bahwa otonomi daerah memang berpihak pada klien-masyarakat lokal, berfungsi untuk dan efektif mendukung pembangunan pertanian dan mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional (Soenarto, 2001).

F. Perencanaan Pembangunan

Menurut Arsyad (1999), bahwa Perencanaan dan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya- sumberdaya swasta secara bertanggung jawab.

Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan keseimbangan dalam perencanaan mengenai penggunaan sumberdaya publik, sektor swasta, petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, dan organisasi-organisasi social harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Suatu daerah dapat dilihat secara keseluruhan Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan keseimbangan dalam perencanaan mengenai penggunaan sumberdaya publik, sektor swasta, petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, dan organisasi-organisasi social harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Suatu daerah dapat dilihat secara keseluruhan

Tahap pertama perencanaan bagi setiap organisasi yang tertarik dalam pembangunan ekonomi daerah adalah menentukan peran yang akan dilakukan dalam proses pembangunan. Ada 4 peran yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam proses pembangunan ekonomi daerah yaitu sebagai(Arsyad, 1999):

1. Entrepreneur Pemerintah di daerah bertanggungjawab untuk menjalankan suatu

usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMN). Aset-aset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan lebih baik sehingga dapat menguntungkan secara ekonomis.

2. Koordinator Pemerintah di daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk

menetapkan kebijakan juga mengusulkan strategi-strategi untuk menjalankan pembangunan di daerahnya. Perluasan dalam pembangunan ekonomi bisa juga melibatkan kelompok-kelompok dalam masyarakat dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian pada informasi ekonomi, misalnya pada tingkat kesempatan kerja, pengangguran dan lain sebagainya. Dan menurut perannya sebagai koordinator,pemerintah di daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran ekonomi, dan strategi-strategi. Pendekatan ini sangat potensial dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan pemerintah di pusat dan menjamin bahwa perekonomian daerah akan mendapatkan manfaat yang maksimum daripadanya.

3. Fasilitator Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan di daerah melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerah tersebut. Hal ini dapat mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah (zoning) yang lebih baik.

4. Stimulator Pemerintah di daerah dapat menstimulasi dengan cara penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan berbagia cara, antara lain : pembuatan brosur-brosur, pembangunan pada kawasan industri, pembuatan outlet untuk produk-produk industri kecil, yang membantu industri-industri kecil melakukan pameran.

Ada 3 implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah (Arsyad, 1999) :

1. Perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional (horizontal dan vertikal) di mana pada daerah tersebut merupakan bagian darinya, ada keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.

2. Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara nasional.

3. Perangkat kelembangaan yang tersedia untuk pembangunan daerah, misalnya, administrasi, proses pengambilan keputusan, dan otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, pada perencanaan yang efektif harus bisa membedakan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan, dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para perencananya dengan obyek perencanaan.

G. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Arsyad (1999), mengatakan bahwa Secara umum tujuan dari strategi pembangunan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Strategi Pemgembangan Fisik/Lokalitas Lewat pengembangan program-program perbaikan kondisi fisik/lokalitas daerah-daerah yang ditujukan untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan, pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi pengembangan dunia usaha di daerah. Secara khusus, tujuan strategi pengembangan fisik/lokalitas ini adalah untuk 1. Strategi Pemgembangan Fisik/Lokalitas Lewat pengembangan program-program perbaikan kondisi fisik/lokalitas daerah-daerah yang ditujukan untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan, pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi pengembangan dunia usaha di daerah. Secara khusus, tujuan strategi pengembangan fisik/lokalitas ini adalah untuk

a) Pembuatan bank tanah (landbanking) bertujuan agar data-data tentang tanah yang penggunaannya masih kurang optimal, belum dikembangkan, atau salah penggunaan, dan sebagainya.Pembuatan katalog mengenai luas dan lokasi tanah yang terus diperbaharui akan sangat bermanfaat bagi proses pengambilan kebijakan daerah.

b) Pengendalian dan perencanaan pembangunan bertujuan untuk memperbaiki iklim investasi di daerah dan memperbaiki citra pemerintah daerah.

c) Penataan pada kota (townscaping). Kemajuan di pusat perdagangan dapat dicapai melalui perbaikan-perbaikan sarana jalan raya (misalnya penanaman pohon-pohon yang rindang dan indah) dan perbaikan- perbaikan sarana pusat pertokoan (misalnya perbaikan tampilan muka pertokoan atau penetapan standar fisik suatu bangunan pertokoan).

d) Pengaturan dalam tata ruang (zoning) yang baik akan merangsang terjadinya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah. Peruntukan lahan harus jelas dan tepat, misal dengan penetapan kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan hijau.

e) Penyediaan bagi perumahan dan pemukiman yang baik akan berpengaruh positif bagi dunia usaha. Selain itu, kegiatan di sektor ini juga akan menciptakan kesempatan kerja.

f) Penyediaan infrastruktur seperti : sarana air bersih, listrik, taman- taman, sarana parkir, dan sebagainya, menjadi daya tarik utama juga bagi calon investor dan dunia usaha.

2. Strategi Pengembangan Dunia Usaha Pengembangan dunia usaha merupakan komponen penting dalam

perencanaan pembangunan ekonomi di daerah karena daya tarik, kreasi, atau daya tahan kegiatan dunia usaha merupakan cara terbaik untuk dapat menciptakan perekonomian daerah yang sehat. Beberapa alat untuk mengembangkan dunia usaha yakni :

a) Penciptaan iklim usaha yang baik di dunia usaha melalui pengaturan serta kebijakan yang memberikan kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama mencegah penurunan kualitas lingkungan.

b) Pembuatan pusat informasi terpadu yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat dunia usaha untuk berhubungan dengan aparat pemerintah daerah untuk segala macam kepentingan terutama mengetahui masalah perijinan, rencana pembangunan ekonomi di daerah, pemerintah daerah, ketersediaan lahan, ijin mendirikan bangunan dan sebagainya.

c) Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan bagi usaha kecil. Selain perannya yang penting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai sumber dorongan kewirausahaan, usaha kecil seringkali mengalami c) Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan bagi usaha kecil. Selain perannya yang penting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai sumber dorongan kewirausahaan, usaha kecil seringkali mengalami

d) Pembuatan sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang tidak ekonomis di dalam kegiatan produksi, meningkatkan daya saing terhadap produk-produk impor, dan meningkatkan sikap kooperatif antar sesama pelaku bisnis.

e) Pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan (LitBang). Peningkatan persaingan di dunia usaha yang berbasiskan ilmu pengetahuan sekarang ini menuntut pelaku bisnis dan pemerintah daerah untuk secara terus menerus melakukan kajian-kajian tentang pengembangan produk-produk baru, pengembangan teknologi baru dan pencarian pasar-pasar baru.

3. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu peningkatan kualitas dan ketrampilan SDM adalah suatu keniscayaan. Pengembangan kualitas sumber daya manusia ini dapat dilakukan dengan cara antara lain :

a) Pelatihan dengan sistem customized training adalah sistem pelatihan yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pemberi kerja.