b. Pengelompokan Data Klasifikasi
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan sesuai dengan jenis dan sifatnya agar mudah dibaca selanjutnya dapat disusun secara sistematis.
c. Penyusunan Data Sistematis Data
Data yang sudah dikelompokan disusun secara sistematis sesuai dengan pokok permasalahan konsep dan tujuan penelitian agar mudah dalam
menganalisis data.
E. Analisis Data
Proses analisis data adalah usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
perihal pembinaan dan hal-hal yang diperoleh dari suatu penelitian pendahuluan. Dalam proses analisis rangkaian data yang telah disusun secara sistematis dan
menurut klasifikasinya, diuraikan, dianalisis secara kualitatif dengan cara merumuskan dalam bentuk uraian kalimat, sehingga merupakan jawaban. Pada
pengambilan kesimpulan dan hasil analisis tersebut penulis berpedoman pada cara berfikir induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan atas fakta-fakta
yang bersifat khusus lalu diambil kesimpulan secara umum.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dan telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan yaitu : 1.
Kedudukan barang bukti, barang bukti memiliki kedudukan sebagai pendukung alat bukti yang sah, yang menguatkan alat bukti dalam peradilan,
karena barang bukti dan alat bukti pada hakekatnya dalam praktiknya tidak dapat dipisahkan dalam upaya pembuktian meskipun sudah terpenuhinya
syarat minimum pembuktian tetapi kehadiran barang bukti pun penting, secara jelas dipaparkan dalam Pasal 197 ayat 1 dan 2.
Barang bukti merupakan komponen yang sama pentingnya dengan alat bukti
yang sah. Dilihat dalam Pasal 197 ayat 2 KUHAP menyatakan bahwa apabila tidak dipenuhinya ketentuan dalam Pasal 197 ayat 1 huruf a, b, c, d,
e, f, g, h, i, j, k dan l pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum.
2. Keabsahan barang bukti oleh Hakim dalam memutus perkara No. 215
Pid.B2013PN.KLD. Pada kasus yang diteliti penulis, barang bukti yang dihadirkan berupa dua buah pelat Nomor Polisi BE 7642 FQ dan dua buah
baju milik terdakwa. Terfokus pada barang bukti pelat Nomor Polisi tersebut, dirasa belum cukup kuat.
Berdasarkan Pasal 39 ayat 5 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 yang mengatakan bahwa Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor atau Pelat Nomor Polisi yang tidak dikeluarkan oleh Korlantas Polri dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.
Hakim dalam menilai keaslian barang bukti tersebut tidak terbatas pada
keterangan yang diberikan saksi-saksi dan keterangan terdakwa saja Pasal 189 ayat 4. Hal ini untuk menghindari penyelundupan orang-orang yang
benar-benar bersalah. Seandainya keterangan terdakwa mempunyai kekuatan mengikat dan menentukan, akan banyak terjadi penyelewengan hukum dalam
bentuk menjatuhkan pidana kepada orang bukan pelaku tindak pidana.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka yang menjadi saran penulis adalah : 1.
Kedudukan barang bukti dalam proses peradilan pidana, sebaiknya lebih diperjelas melalui peraturan yang mengaturnya, sehingga dapat dijadikan
sebagai dasar hukum dalam pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara, atau adanya peraturan khusus yang mengatur barang bukti. Sehingga
dalam pelaksanaannya untuk upaya pembuktian, tidak ada lagi kesenjangan.
2. Keabsahan barang bukti berdasarkan penilaian hakim, seharunya hakim lebih
cermat dalam menilai keabsahan barang bukti, bukan hanya meyakinkan keyakinannya saja, tetapi juga harus memikirkan kerugian pihak korban, dan
memikirkan keadilan bagi terdakwa dalam memutus perkara.