Akta Perjanjian Membagi Harta

dianggap hukum ” oleh suatu bangsa. Jadi baru sejak tahun 1923, menurut hukum kita suamiisteri memperoleh sebanyak bagian anak. 158 Pasal 899b KUH Perdata memberikan kepada suami atau istri yang masih hidup sebagai ahli waris, suatu hak agar kepadanya diperuntukkan benda-benda tertentu, tidaklah berdasarkan atas asal-usul benda ini. 159

B. Akta Perjanjian Membagi Harta

Mengenai perjanjian diatur di dalam Pasal 1313 KUH Perdata, yang berbunyi: “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Pasal 1320 KUH Perdata mengatakan bahwa : untuk sahnya persetujuan- persetujuan diperlukan empat syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal. Yang dimaksud dengan subjek perjanjian ialah pihak-pihak yang terikat dengan diadakannya suatu perjanjian. KUH Perdata membedakan 3 tiga golongan yang tersangkut pada perjanjian yaitu 160 : 1. para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri 2. para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak dari padanya 158 Ibid., hal. 43-44. 159 Ibid ., hal. 38. 160 Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeni, Heru Soepraptomo, Faturrahman Djamil dan Tryana Soenandar, Op. Cit., hal. 70. Universitas Sumatera Utara 3. pihak ketiga. Pada tahun 1986 oleh Terlawan II Hadi Soetjipto dan U I Hwa secara diam- diam melakukan pembagian bersama dengan akta perjanjian No. 6 tanggal 16 November 1986 di hadapan Notaris Liliana Handoyo, padahal dalam perjanjian tersebut secara tegas disebutkan dalam halaman 2 dua, bahwa tanah dan bangunan toko “Agung” tersebut adalah berasal dari orang tuanya, yaitu U Lee Moy ayah dan Tan Jong Nio ibu. Jika ditinjau dari Pasal 1320 KUH Perdata tersebut , maka : 1. Pada syarat pertama dan kedua telah dipenuhi, karena para pihak Hadi Soetjipto dengan U I Hwa sama-sama sepakat dan sama-sama cakap . 2. Pada syarat ketiga mengenai hal tertentu, dalam hal ini mereka sepakat untuk membagi tanah dan bangunan toko “Agung” tersebut yang bersertifikat hak milik atas nama Hadi Soetjipto, untuk masing-masing setengah bagian. 3. Pada syarat keempat mengenai sebab yang halal, secara hukum tanah dan bangunan tersebut adalah milik Hadi Soetjipto karena terdaftar atas namanya, sehingga perbuatan tersebut adalah halal. Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa : Apabila seseorang membuat sesuatu perjanjian, maka orang itu dianggap mengadakan perjanjian bagi ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya Pasal 1318 KUH Perdata. Beralihnya hak kepada ahli waris tersebut adalah akibat peralihan dengan alas hak umum onderalgemene titel yang terjadi pada ahli warisnya. Beralihnya perjanjian kepada orang-orang yang memperoleh hak berdasarkan atas alas-alas hak khusus onderbijzondere titel , misalnya orang- Universitas Sumatera Utara orang yang menggantikan pembeli, mendapat haknya sebagai pemilik. Hak yang terikat kepada suatu kualitas itu dinamakan hak kualitatif 161 . Menurut Pasal 1340 ayat 2 KUH Perdata : “Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga, tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317”. Dalam kasus ini, perjanjian yang dibuat oleh Hadi Soetjipto merugikan pihak ketiga, yaitu Ny. Tan Jong Nio dan Hadianto Utomo yang merasa mempunyai hak atas objek perjanjian tanah dan bangunan Toko “Agung” tersebut.

C. Surat Keterangan Hak Waris