BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Anjing Kintamani
Anjing Kintamani Bali, adalah plasma nutfah Indonesia, yang sangat berpotensi dikembangkan untuk tujuan komersial. Habitat aslinya di daerah
sekitar desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Bangli. Anjing Kintamani Bali yang dahulu dikenal dengan sebutan anjing Gembrong bulu panjang dan lebat
Karena keistimewaanya, anjing Kintamani Bali digunakan sebagai maskot fauna Kabupaten Bangli, Bali. Suatu penghargaan yang tinggi dari Pemerintah Bangli
untuk anjing Kintamani. Hal ini dapat dimaklumi mengingat anjing Kintamani Bali merupakan satu
– satunya anjing kuno ancient dog yang ada di Bali terutama di Kintamani. Ada anggapan bahwa anjing Kintamani berasal dari
persilangan anjing Chow-Chow dengan anjing lokal yang ada di Bali. Namun, hasil penelitian menyebutkan bahwa anjing Kintamani berasal dari anjing lokal
bali yang mengalami kehilangan keragaman genetik Puja et al., 2005. Anjing Kintamani Bali merupakan satu
– satunya anjing asli Indonesia yang mempunyai penampilan yang menarik yang telah ditetapkan sebagai anjing ras pertama
Indonesia oleh PERKIN Perkumpulan Kinologi Indonesia pada tahun 2006. Anjing Kintamani berpenampilan indah dengan ukuran kecil sampai
ukuran sedang . Ukuran tinggi anjing Kintamani jantan rata – rata 51,25 cm
dengan berat badan rata – rata 15,90 kg. Ukuran tinggi anjing betina rata – rata
44,65 cm dengan berat badan rata – rata 13,24 kg. Bulu tampak indah, tebal, dan
5
panjang terutama pada daerah punduk, ekor dan kaki belakang bagian belakang. Warna bulu anjing Kintamani adalah putih, hitam, coklat atau campuran. Telinga
berdiri tegak dan berbentuk segitiga. Ukuran kepala anjing Kintamani sangat proporsional dengan ukuran tubuhnya dengan dahi lebar tanpa kerutan. Badan
lurus dan kuat. Bulu ekor tebal dan berbetuk bulan sabit Puja, 2007
a
.
2.2 Alat reproduksi Anjing Jantan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari : 1 Testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung testis, 2 epididimis, 3 Duktus deferens, 4 kelenjar
prostat, 5 urethra dan 6 penis yang dilindungi oleh preputium Dellmann dan
Brown, 1992; Junaidi, 2006
2.2.1 Testis
Testis merupakan organ reproduksi yang utama pada hewan jantan. Testis mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai penghasil spermatozoa dan hormon
sex jantan Androgen. Spermatozoa dihasilkan oleh testis melalui serangkaian pembelahan sel spermatogonia pada tubulus semeniferus menjadi spermatozoa
Evans, 1993
Setiap hewan mamalia domestik memiliki sepasang testis yang berbentuk bulat atau lonjong dan terletak di dalam skrotum. Testis anjing memiliki ukuran
yang bervariasi tergantung dari ukuran tubuh anjing, ada korelasi yang positif diantara berat badan dan berat testikuler, volume testikuler, berat total epididimal
dan total lebar skrotal pada anjing jantan normal. Sehingga pengukuran berat badan dan lebar total skrotum bisa untuk menentukan ukuran testikuler normal.
Ukuran testis anjing berkisar antara panjang, lebar dan tebal adalah 3x2x1.5 cm
Junaidi , 2006.
Testis dibungkus oleh jaringan yang bersifat serosa yang disebut dengan tunika vaginalis. Tunika vaginalis memiliki lapis yang terdiri atas mesotel dan
jaringan ikat yang melekat pada tunika albugenia. Tunika albugenia merupakan lapisan pembungkus testis paling luar yang merupakan suatu membrana putih dan
disusun oleh jaringan ikat elastis Puja, 2007
b
.
Parenkim testis terdiri atas tubulus semeniferus, dan dikelilingi oleh jaringan interstitial yang mengandung sel leydig, pembuluh darah, limfe dan
jaringan saraf. Sel leydig menghasilkan hormon testoteron, progesteron, dan kemungkinan hormon estrogen Puja, 2007
b
. Sel Leydig berbentuk polihedral dan tidak teratur berinti bulat dibagian tengah dengan kromatin yang tersebar di
luar membran inti Peter et al., 2001.
2.2.2 Epididimis
Epididimis mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik, tergantung pada androgen testikularis untuk menjaga status deferensiasi epitel. Terdiri dari
sejumlah 8-25 duktus eferentis dan duktus epididimis yang panjang berliku liku. Secara makroskopis epididimis terdiri dari kepala caput, badan corpus, dan
ekor cauda muncul secara medial dan berlokasi di permukaan dorsolateral testis dan terbungkus oleh tunika albugenia yang terdiri dari jaringan ikat padat tidak
teratur, dibalut oleh selaput visceral Dellman dan Brown, 1992; Junaidi, 2006.
Lebih lanjut Junaedi 2006 menyatakan kepala epididimis berada pada craniomedial testikel dan ini merupakan bagian terbesar dari epididimis. Badan
epididimis berada pada dorsomedial sepanjang testikel dan berlanjut dengan ekor epididimis yang berada pada caudal ekstremitas dari testis, corda spermatikus
keluar dari ekor epididimis pada aspek caudomedial dari testis dan memperluas ke medial testis sampai pada saluran inguinal ke cincin inguinal. Ligamentum dari
ekor epididimis melekat ke testis dan epididimis ke tunika vaginalis. Duktuli eferentes merupakan penghubung rete testis dengan duktus
epididimis. Epitel duktuli eferentes berbentuk epitel sebaris yang mengandung silia. Sel yang bersilia itu membantu pergerakan spermatozoa ke duktus
epididimis. Duktuli eferentes dan bagian awal dari duktus epididimis mengandung kepala epididimis Evans, 1993.
Lebih lanjut Evans 1993 menyatakan duktus epididimis sangat berkelok kelok dan mengulir. Panjang duktus epididimis sangat bervariasi tergantung pada
spesies hewan. Bagian badan epididimis merupakan bagian yang paling sempit diantara kepala dan ekor epididimis. Duktus epididimis dibalut oleh epitel banyak
lapis, dikelilingi oleh jaringan ikat longgar dan otot polos dengan susunan melingkar. Dua tipe sel terdapat pada epitel, yaitu sel utama berbentuk silinder
dan sel basal berbentuk poligonal
2.2.3 Duktus Deferent
Duktus deferens merupakan kelanjutan dari duktus epididimis yang setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk
duktus deferens dengan ciri histologinya. Bagian awal duktus deferens terdapat dalam funikulus spermatikus. Dalam rongga perut, berlanjut membentuk lipatan
peritoneum plica duktus deferensis. Ujung terminal duktus deferens membentuk
ampula pada kuda, ruminansia, anjing. Pada anjing dan kambing, kelenjar dikelilingi oleh jaringan ikat periglanduler tanpa sel otot polos Dellmann dan
Brown,1992.
2.2.4 Kelenjar – Kelenjar Aksesoris
Kelenjar aksesori pada hewan jantan terdiri atas kelenjar ampula, vesikularis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretralis. Kelenjar aksesoris
kelamin tersebut berperan sebagai organ penghasil plasma semen Hafez, 2000. Sekreta kelenjar aksesori menghasilkan volume terbesar 60-90 dari volume
total plasma semen. Plasma semen yang disekresikan ke lumen uretra merupakan medium yang sesuai bagi spermatozoa ketika diejakulasi menuju organ reproduksi
betina Aughey dan Frye, 2001. Motilitas dan aktivitas metabolik spermatozoa dapat berlangsung dengan adanya sekreta kelenjar aksesori yang bercampur
dengan sekreta yang berasal dari testis dan ductus epididimis Pineda, 2003. Keberadaan setiap kelenjar aksesori kelamin pada beberapa hewan
bervariasi. Domba memiliki keempat kelenjar ampula, kelenjar vesikularis, kelenjar prostat yang berbentuk pars diseminata, dan kelenjar bulbouretralis,
sedangkan anjing hanya memiliki kelenjar prostat berbentuk korpus Colville dan Bassert, 2002.Kelenjar prostat tidak dilaporkan keberadaanya pada rusa pampas
Ungerfeld et al, 2008, sedangkan rusa timor memiliki kelenjar prostat berbentuk korpus tetapi tidak dijumpai adanya kelenjar bulbouretralis Nalley, 2006. Selain
terdapat variasi keberadaan kelenjar aksesori, morfologi dan histologi kelenjar aksesori kelamin juga bervariasi pada mamalia jantan Chugtai et al, 2005;
Thomson dan Marker, 2006. Kelenjar prostat dibagi ke dalam dua lobus utama
oleh septum fibrosa medial. Kelenjar ini terletak di bagian tengah pelvis atau 1 cm di belakang leher kantung kencing, berbentuk globular dan simetris. Ukuran
kelenjar ini bervariasi dengan volume kira kira 6-15 ml dan berat 1,7-14,5 gram Puja, 2007
b
. Prostat memegang peranan penting terhadap volume dari ejakulat anjing.
Cairan prostat berwarna bening, cairan ini dieksresikan pada fraksi pertama dan terakhir dari ejakulat. Sekresi cairan ini mengandung laktat, kholesterol, enzim
dan sedikit gula. Cairan ini secara konstan disekresikan ke dalam duktus sekretorius prostatik Junaidi, 2006. Menurut Puja 2007
b
cairan prostat dapat menetralisasi plasma semen dan membuatnya asam dengan akumulasi
karbondioksida dan asam laktat, serta untuk merangsang gerak spermatozoa
ejakulat.
2.2.5 Urethra
Urethra merupakan saluran yang berfungsi untuk menyalurkan urine dan semen. Urethra anjing dibagi menjadi segmen prostat, membranosa dan
spongiosa. Segmen prostat menjulur dari kandung kemih ke pinggir caudal kelenjar prostat. Segmen membranosa berawal dari daerah pinggir kaudal kelenjar
prostat dan berakhir di urethra yang memasuki bulbus glandis.
Seluruh mukosa urethra membentuk lipatan memanjang yang memipih dan lenyap selama berlangsung proses ereksi dan urinasi. Pada anjing jantan,
duktus deferent bermuara pada urethra. Sel mukosa urethra dibalut oleh epitel pipih peralihan. Perototan urethra terdiri dari lapisan otot polos di daerah kantung
kemih dan otot kerangka di bagian sisi urethra Evans, 1993
2.2.6 Penis
Penis merupakan organ untuk kopulasi pada anjing jantan. Penis anjing diklasifikasikan antara tipe vaskuler dan tipe fibroelastik. Tipe vaskuler banyak
ditemukan pada penis kuda jantan. Pada tipe vaskuler banyak ditemukan adanya pembuluh darah pada korpus cavernosa. Tetapi pada tipe fibroelastis mengandung
sedikit pembuluh darah dan banyak jaringan ikat Evans, 1993. Penis anjing terdiri dari tiga bagian utama yaitu radix, corpus, dan gland
penis. Pada akhir proksimal dari ekor penis terdapat dua badan erektil kavernosa vaskularis, korpora kavernosa diletakkan oleh jaringan konektif yang tebal ke sisi
kiri dan kanan dari arkus ischiadikus diantara tuberositas ischialis Johnston et al, 2001.
2.3 Spermatogenesis dan spermatozoa.
Spermatogenesis terjadi didalam tubulus seminiferus testis. Proses ini mulai saat hewan mencapai puncak pubertas dan terus berlanjut selama umur
reproduktif hewan. Pada anjing waktu yang diperlukan dalam proses spermatogenesis diperkirakan 61 hari. Pada umur 4 bulan anjing sudah mengalami
proses spermatogenesis, tetapi spermatozoanya tidak nampak pada ejakulat sampai umur 10-12 bulan Allen, 1992.
Spermatogenesis dimulai dari proses diferensiasi sel-sel germinal pre mordial menjadi spermatogonium. Spermatogonium ini mempunyai jumlah
kromosom diploid 2n. Spermatogonia ini menempati membran basal atau bagian terluar dari tubulus seminiferus. Spermatogonia ini akan mendapatkan nutrisi dari
sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia akan
bermitosis berkali-kali mebentuk spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid 2n pada inti selnya dan mengalami meiosis.
Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder Hewitt,1997
Proses pembentukan spermatosit sekunder, dimulai saat spermatosit primer menjauhi dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak, dan terjadilah
meiosis pertama membentuk dua spermatosit sekunder yang masing-masing memiliki kromososm haploid n. Proses meiosis pertama ini langsung diikuti
dengan pembelahan meiosis kedua yang membentuk empat spermatid masing- masing dengan kromosom haploid. Akhirnya spermatid akan bertransformasi
membentuk spermatozoa. Proses spermatogenesis ini terjadi pada suhu normal tetapi lebih rendah dari pada suhu tubuh, dan proses ini juga dipengaruhi oleh sel
sertoli Hewitt, 1997. Spermatozoa secara struktural terdiri dari kepala sperma yang
mengandung nukleus dan akrosom, middle piece yang mengandung mitokondria untuk metabolisme spermatozoon, dan ekor sperma Junaidi, 2006. Akrosomal
yang terbentuk dari badan golgi dan mengandung enzim hyaluronidase yang berfungsi untuk melisiskan cumulus ooforus dan zona pelucida dari ovum. Pada
bagian ini juga terdapat inti sperma yang menyimpan sejumlah kodeinformasi genetik yang akan diwariskan kepada keturunannya. Bagian ekor merupakan alat
gerak sperma menuju ovum Puja, 2007
b
. Volume ejakulat dapat bervariasi sesuai dengan tingkat kedewasaan dan
faktor kesehatan anjing jantan, tingkat rangsangan seksual pada saat koleksi
semen. Untuk memperkirakan konsentrasi spermatozoa di dalam ejakulat, digunakan alat penghitung sel darah merah haemocytometer. Prinsip kerja alat
ini sama dengan penghitungan sel darah merah. Rata-rata konsentrasi spermatozoa dari berbagai ras adalah 125 x 10
6
spermatozoaml dengan kisaran 4 – 540 x 10
6
spermatozoa ml Puja, 2007
b
, sedangkan menurut Junaidi 2006 jumlah total spermatozoa anjing normal antara 300 x 10
6
– 2 x 10
9.
2.4 DNA Spermatozoa