Penentuan Sektor Kunci Dalam Struktur Perekonomian Kabupaten Jeneponto: Pendekatan Input-Output

PENENTUAN SEKTOR KUNCI DALAM STRUKTUR
PEREKONOMIAN KABUPATEN JENEPONTO :
PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

OLEH :

ABDUL RAUF

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABDUL RAUF.Penentuan Sektor Kunci Dalam Struktur Perekonomian Kabupaten
Jeneponto: Pendekatan Input-Output. Dibimbing oleh BONAR M. SINAGA sebagai
Ketua dan D.S. PRIYARSONO sebagai Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) dinamika struktur
perekonomian dan nilai interaksi antar sektor perekonomian Kabupaten Jeneponto
dari tahun 2000 hingga 2010, (2) perubahan tingkat kepekaan sektor perekonomian
Kabupaten Jeneponto dari tahun 2000 hingga 2010, dan (3) menentukan sektor-sektor
kunci dalarn struktur ekonomi Kabupapaten Jeneponto
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder melalui NonSurvey yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Kantor Bappeda Kabupaten

Jeneponto, sedangkan analisis data yang digunakan adalrlh pendekatan Input-Output
dengan program GRIMP Versi 5.OO1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat skenario yang dilakukan,
untuk menghasilkan Tabel Input-Output Kabupaten Jeneponto Tahun 1998-2010,
menunjukkan bakai terjadi adanya pergeseran sektor kunci dalam struktur ekonomi
Kabupaten Jeneponto. Hal ini ditandai oleh perubahan urutan sektor kunci yang
berperan dalarn pembangunan ekonomi.
Hasil analisis data juga menunjukkan indikasi bakl terjadinya perubahan
pada tingkat kepekaan pada masing-masing sektor ekonomi Kabupaten Jeneponto.
Hal ini ditandai oleh adanya perubahan nilai-nilai yang mencerminkan tingkat
kepekaan sektor, seperti nilai keterkaitan, efek pengganda, dan daya penyebaran
sektor-sektor dalam struktur ekonorni Kabupaten Jeneponto Tahun 1998-2010.
Sektor Industri Besar Sedang (sektor 7) adalah sektor kunci yang selalu
tarnpil menempati urutan tertinggi dibandingkan dengan 25 sektor lainnya. Hasil
penelitian ini menyarankan kepada pembuat kebijakan untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan sektor 7 sebagai sektor kunci yang perlu mendapat injeksi
investasi dalam rangka pembangunan Kabupaten Jeneponto selama 10 tahun ke
depan.

PENENTUAN SEKTOR KUNCl DALAM STRUKTUR

PEREKONOMIAN KABUPATEN JENEPONTO :
PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

ABDUL RAUF

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

: Penentuan Sektor Kunci Dalam Struktur Perekonomian

Judul Tesis

Kabupaten Jeneponto: Pendekatan Input-Output

Nama Mahasiswa

: Abdul Rauf

Nomor Pokok

: 99018

Program Studi

: Ilmu Ekonomi Pertanian

1. Komisi Pembimbing

1

Dr. Ir. D. S. Priyarsono
Anggota

Dr. Ir. Bonar M. Sinana, MA

Ketua

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

M4C

Dr. Ir. Bonar M. Sinaaa. MA

Tanggal Lulus : 18 April 2002

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Februari 1959 di Allu, Kabupaten
Jeneponto, Propinsi Sulawesi Selatan oleh seorang Ibu yang bernama Kasaniah Dg.
Rannu dan Ayah yang bernama Haruna Dg. Nai (Almarhum). Penulis anak ke enam
dari sembilan bersaudara.
Penulis tarnat SD tahun 1971 dan SMP tahun 1974 di N u , SMA tahun 1977,

Sarjana Muda Al~liPenyuluhan Pertanian UNHAS tahun 1983 dan Sarjana Sosial
Ekonomi Pertanian W A S tahun 2989 di Ujung Pandang.
Pada tahun 1999, penulis diterima menjadi mahasiswa Pascasarjana pada
Program Studi Ilmu Ekonorni Pertanian IPB dengan mengambil bidang konsentrasi
Pembangunan dan Kebijakan Pertanian. Pada semester ke tiga, penulis terpilih secara
musyawarah mufakat menjadi Ketua Umum Forum Mahasiswa Pascasarjana Ilmu
Ekonomi Pertanian (FORUM WACANA-EPN) untuk periode 2000-2001. Dalam
periode yang sama, penulis menjadi Sekretaris TI FORUM WACANA-IPB.
Pada tahun 1980-1986, penulis menjadi Staf Peneliti Sosek di Balai Penelitian
Tanaman Pangan Maros, tahun 1987-1995 menjadi Staf Peneliti Sosek di Sub Bald
Penelitian Hortikultura Jeneponto,

tahun 1996 menjadi Staf Peneliti Sosek di

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jeneponto hingga sekarang.
Penulis telah mempersunting gadis Naninjau (Memen Ijah Chaniago) dan
telah dikaruniai oleh Allah SWT empat orang putera (Irfan, Rano, Jerni dan Nanda).

PRAKATA


Alharndulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga tesis yang berjudul Penentuan
Sektor Kunci Dalam Struktur Perekonomian Kabupaten Jeneponto: Pendekatan
Input-Output dapat dselesaikan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr.
Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Dr. Ir. D. S. Priyarsono selaku Komisi Pembimbing

yang telah mengarahkan dalam penyusunan usulan penelitian sampai dengan
penulisan tesis ini.
Terima kasih yang sama, penulis sampaikan kepada Bapak Kepala Badan
Penclitian dan Pengembangan Pertanian, atas kesempatan yang diberikan untuk
mengikuti pendidikan

Program Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor. Kepada

Pemimpin Proyek ARMP 11,

atas kesediaannya membiayai selama dalam


pendidikan. Kepada Bapak Bupati dan Bapak Ketua Bappeda Dati I1 Jeneponto, atas
segala bantuannya selama penelitian dan penulisan tesis ini.
Terima kasih yang tidak terhingga, penulis sampaikan kepada Ibundaku atas
iringan doa dan restunya, teristimewa kepada Isteriku dan Puteraku yang selalu tabah

dan sabar mendarnpingi selama dalarn pendidian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2002

Abdul Rauf

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakkan bahwa tesis yang berjudul :
PENENTUAN

SEKTOR

KUNCI

DALAM


STRUKTUR

PEREKONOMIAN KABUPATEN JENEPONTO: PENDEKATAN
INPUT-OUTPUT

adalah benar merupdcan hasil karya saya sendii dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

DAFTAR IS1
Halaman

.

I

vlll

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................


xlll

PENDAHULUAN ...........................................................................

1

1 . 1 . Latar Belakang ...........................................................................

1

1.2. Perurnusan Masalah ....................................................................

3

.

1.3. Tujuan Penelltian ........................................................................
9


..

.

I1

.

I11

...

DAFTAR TABEL............................................................................

...

6

1.4. Kegunaan Penelltian....................................................................


6

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

8

2.1.Pengertian Wilayah dan Pembangunan Wilayah ..........................

8

2.2. Pengertian Perencanaan Ekonomi ............................................

10

2.3. Prinsip Pertumbuhan Ekonomi ..................................................

12

2.4. Analisis dan Model Tabel Input-Output .....................................

15

2.5 Peranan Analisis Input-Output ...................................................

18

2.6. Analisis Input-Output ...............

19

METODOLOGI PENELITIAN .....................................................

22

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................

22

3.2. Pendekatan ................................................................................

22

3.3. Pengumpulan Data .....................................................................

23

3.4. Penyusunan Tabel Input-Output .................................................

23

viii

3.5. Simulasi Tabel

...........................................................

3.6. Pengolahan Data ........................................................................
3.7. Analisis Data .............................................................................

IV. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAERAH PENELITIAN ...........
4.1. Wilayah Penelitian .....................................................................

4.2.Penduduk dan Tenaga Kerja .......................................................
4.3. Struktur Ekonomi Daerah ...........................................................

V

.

SEKTOR-SEKIOIZ KmCK DALAM STRUKTUR
PEREKONOMIAN KABUPATEN JENEPONTO .......................
5.1. Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 1998 ................

5.2. Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 ................
5.3. Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 ................
5.4. Struktur Ekonorni Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10 ................

VI

.

UESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
5.5. Kesimpulan ................................................................................

5.6. Saran

.................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman

Nomor
1. Tabel Transaksi Input-Output Sederhana ..................................................
2. Perkembangan PDRB dan Pendapatan Perkapita Atas Dasar Harga

36

Berlaku di Kabupaten Jeneponto Tahun 1996 - 1999 ........................

56

3. Perkembangan dan Rata-Rata PDRB Kabupaten Jeneponto Tahun
1996-1999 ...............................................................................................

58

4. Pertumbuhan dan Rata-Rata PDRB Kabupaten Jeneponto Tahun
1996-1999 ................................................................................................ 59

5. Perkembangan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Jeneponto dari
Tahun 1999 - 2000 .................................................................................

60

6. Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Jeneponto
dari Tahun 1997 - 2000............................................................................ 61 .
7. Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Jeneponto Menurut

Jenis dari Tahun 1997 - 2000 .................................................................

62

8. Perkembangan Populasi Ternak di Kabupaten Jeneponto dari Tahun

1997 - 2000 ............................................................................................

9. Luas Kawasan Hutan dan Jenisnya di Kabupaten Jeneponto Tahun 2000

63
64

10. Perkembangan Unit Usaha Sektor Industri dan Penyerapan Tenaga Kerja

di Kabupaten Jeneponto dari Tahun 1997 - 2000 .................................

66

11. Banyaknya Dana yang dikumpulkan dari Masyarakat Oleh Perbankan

di Kabupaten Jeneponto Tahun 1996 - 2000 ..........................................

67

12. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 1 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalarn Stnrktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 1998 ......................................................................................

69

13. Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 1 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 1998 ....................................................................................... 70

14. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 7 Sebagai

Sektor Pernimpin Dalarn Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 1998 ........................................................................................
15. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 22 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 1998 ..........................................................................................
16. Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 7 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 1998 ...........................................................................................
17. Urutan KIP Sepuluh Sektor Terbesar Atas Dasar Harga Konstan

Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 1998 .................

18. Urutan KIA Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 1998 .....................................................

19. Urutan KDP Output Tipe I Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur

Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 1998 ..........................................

20.Urutan KDP Output Tipe I1 Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 ...........................................
2 1. Urutan KDP Income Tipe I Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 1998 .........................................

22. Urutan KDP Income Tipe II Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 ..........................................

23.Urntan KB Sepuluh Sektor Terbesar Dalarn Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................................
24. Urutan KD Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi

Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................................
25. Urutan DPD Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi

Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................................
26. Urutan DPD Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi

Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................................

27. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 1 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2000 .........................................................................................
28.Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 1 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kab Jeneponto Tahun 2000..
29. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 7 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2000 ............................................................................................
30. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 22 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalarn Struktur Ekonomi Kab Jeneponto Tahun 2000..
3 1. Urutan EP lncome Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 7 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kab Jeneponto Tahun 2000..
32. Urutan KIP Sepuluh Sektor Terbesar Atas Dasar Harga Konstan

Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .................
33. Urutan K I A Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi

Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 ........................................................

34. Urutan KDP Output Tipe I Sepuluh Sektor Terbesar Dalarn Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................
35. Urutan KDP Output Tipe 2000 Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................
36. Urutan KDP Income Tipe I Sepuluh Sektor Terbesar Dalarn Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................
37. Urutan KDP Income Tipe I1 Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur

Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 ..........................................

38. Urutan KB Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi

Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 ........................................................

39. Urutan KD Sepuluh Sektor Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten

Jeneponto Tahun 2000 .........................................................................
40. Urutan DPB Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................................

4 1. Urutan DPD Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 .........................................................

42. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 1 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2005 .........................................................................................
43. Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 1 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2005 .........................................................................................
44. Urutan EP Output Sepuluih Sektor Terbesar Akibat Sektor 22 Sebagai

Sektor Pernimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2005 ....................................................................................
45. Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 22 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2005 .........................................................................................
46. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 7 Sebagai

Sektor Pemimpin Ddarn Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2005 .......................................................................................
47. Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 7 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2005 ......................................................................................
48. Urutan KIP Sepuluh Sektor Terbesar Atas Dasar Harga Konstan Dalam
Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 ............................
49. Urutan KIA Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 ........................................................
50. Urutan KDP Output Tipe I Sepuluh Sektor Terbesar Daiam Struktur
Ekonorni Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 .........................................
5 1. Urutan KDP Output Tipe I1 Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneronto Tahun 2005 .........................................
52. Uruitan KDP Income Tipe I Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 ..........................................

53. Urutan KDP lncome Tipe 11 Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur

Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 .........................................

54. Urutan KB Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi

Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 .........................................................

55. Urutan KD Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 .........................................................
56. Urutan DPB Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 ........................................................
57. Urutan DPD Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 2005 ........................... ..... ........................
58. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 1 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010 .....................................................................................
59. Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 1 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010 ...........................................................................................
60. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 7 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonorni Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010 ...........................................................................................
61. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 5 Sebagai

Sektor Pemirnpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010 ....................
.
................................................................
62. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 12 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010 ..........................................................................................
63. Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 12 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010 ...........................................................................................
64. Urutan EP Output Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 24 Sebagai

Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 20 10 ..........................................................................................

65. Urutan EP Income Sepuluh Sektor Terbesar Akibat Sektor 24 Sebagai
Sektor Pemimpin Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto
Tahun 2010 .........................................................................................
66. Urutan KIP Sepuluh Sektor Terbesar Atas Dasar Harga Konstan
Dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010 .................

67. Urutan KIA Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10 .........................................................
68. Urutan KDP Output Tipe I Sepuluh Sektor Terbesar Ilalarn Struktur

Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10 .........................................

69. Urutan KDP Output Tipe I1 Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur

Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10 ........................................
70. Urutan KDP Income Tipe I Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur
Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2010 ..........................................
7 1 . Urutan KDP Income Tipe I1 Sepuluih Sektor Terbesar Dalam Struktur

Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10 .........................................

72. Urutan KB Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10 .......................................................
73. Urutan KD Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10 .........................................................
74. Urutan DPB Sepuluh Sektor Terbesar Dalarn Struktur Ekonomi

Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10.........................................................
75. Urutan DPD Sepuluh Sektor Terbesar Dalam Struktur Ekonomi
Kabupaten Jeneponto Tahun 20 10 ......................................................

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1 . Transaksi Input-Output Kabupaten Jeneponto Tahun 1998 ...................

141

2 . Transaksi Input-Output Kabupaten Jeneponto Tahun 2000 ...............

147

3 . Transaksi Input-Output Kabupaten Jeneponto Tahun 2005

...............

153

4 . Transaksi Input-Output Kabupaten Jeneponto Tahun 2010

...............

158

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Daerah dan Pusat, merupakan wujud komitmen dalam menjabarkan desentralisasi.
Kedua undang-undang tersebut diharapkan menjadi jalan keluar yang baik terhadap
permasalahan yang ditimbulkan oleh penerapan sentralisasi pembangunan. Di dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 diiyatakan bahwa
pelaksanaan otonomi daerah berjalan secara efektif pada tahun 2001. Hal ini
berimplikasi terhadap perubahan kebijakan pembangunan di semua sektor
perekonomian, dalarn ha1 ini pemerintah daerah akan diberi kewenangan penuh di
dalam mengelola dan mengembangkan potensi daerahnya. Kewenangan ini diharapkan
mampu dikembangkan terus ke arah kemandirian ekonomi dengan tidak mengabaikan
keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Pada masa orde baru, perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan
(decision making) selalu ditentukan dari atas (top dawn), sedangkan pemerintah

daerah hanya berperan sebagai pelaksana kegiatan pembangunan wilayahnya. Hal ini
berakibat sulitnya pelaksanaan di lapangan, karena banyak perencanaan yang tidak
sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah yang mempunyai
karakteristik spesifik lokasi yang beragam. Namun, pada masa kini (eru olmomi)

diupayakan untuk memberikan kesempatan dan kewenangan kepada daerah untuk
merencanakan, memutuskan dan melaksanakan kegiatan pembangunan wilayahnya
berdasarkan usulan dari bawah (bottom up) secara mandiri (Arsyad, 1999).
Menurut GBHN (1999-2004), salah satu arahan kebijakan dalam
pembangunan perekonomian daerah adalah mengembangkan industri yang berorientasi
pada produk unggulan masing-masing daerah. Arahan tersebut merupakan instrumen
dalam menjabarkan kebijakan pembangunan perekonomian daerah. Hal ini dilakukan
dalam rangka otonomi. U n t u ~mencennati arahan tersebut, pemerintah Kqbupaten
Jeneponto memprioritaskan kebijakan pembangunan di sektor industri sebagaimana
yang dituangkan dalam rencana tataruang pembangunan daerah,

karena ditunjang

oleh potensi bahan baku yang cukup tersedia, adanya prospek pemasaran yang cukup
cerah, serta kemainpuannya menyerap tenaga kerja (BPS Kabupaten Jeneponto,
2000).
Dalam rangka otonomi daerah, Kabupaten

Jeneponto terus

memacu

pengembangan industri sebagai piranti pembangunan ekonomi yang cukup handal dan
sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup tinggi. Jeneponto Dalam
Angka (2000) menunjukkan, bahwa sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar

yaitu 59.48 % di dalam perekonomian daerah, menyusul sektor jasa 16.47 % ; sektor
perdagangan 6.75 % ; sektor keuangan 4.56 % dan sektor angkutan 4.02 %. Sektor
pertanian tersebut sangat berpotensi untuk meningkatkan kemarnpuan sektor industri
dengan memanfaatkan pasokan bahan baku terutama dari sub-sektor tanarnan pangan
dan hortikultura. Sehingga sektor industri ini diharapkan dapat meningkatkan hilai

Daya Penyebaran (DP). Meningkatkan DP ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
menggerakkan kemampuan sektor-sektor lain yang mendukung sektor industri (sektor
penerima output dari sektor industri). Untuk mengantisipasi peluang dan tantangan
tersebut, dibutuhkan kajian mengenai pengembangan industri yang meliputi peta
struktur, potensi, pola industri dan pola pemasaran baik dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini penting dilakukan dengan
harapan dapat menjelaskan peluang dan tantangan pengembangan usaha yang
menjanjikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.
1.2. Perumusan Masalah

Pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri sebagai suatu
prioritas pembangunan, didasarkan kepada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan industri menyertai pembangunan.

Oleh karena itu para penganjur

industri menunjukkall bahwa industri merupakan suatu sektor pemimpin (leading
sector) karena industri tersebut dapat merangsang dan mendorong investasi-investasi

di sektor lain. Pola pengembangan industri tersebut ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan (1inkuge.v) di dalam industri sendiri maupun dengan sektor non industri
lainnya.
Arsyad (1999) menyatakan

ada empat faktor yang dapat menerangkan

mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih pesat dibandingkan dengan strategi substitusi impor. Keempat
faktor tersebut adalah :
1. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri

2. Penghematan oleh karena skala besar (economies of scale)
3 . Dampak persaingan atas prestasi perusahaan
4. Dampak kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya Arsyad (1999) membedakan industri dalam tiga golongan yaitu :
I . Industri yang didasarkan pada ketersediaan bahan baku (resources based

induslry) yaitu industri yang memproses hasil dari sektor primer, misalnya bahan

pertanian dan bahan makanan. Dalam ha1 ini menarik tidaknya suatu daerah
ditentukan oleh ketersediaan bahan baku mentah yang dibutuhkan industri di
daerah tersebut.
2. Industri yang dekat dengan pasar produksi (market oriented industry) yang terdiri

atas industri bahan makanan yang tidak tahan lama dan industri jasa.
3. Industri yang letaknya netral terhadap pasar maupun terhadap bahan mentah

Cfootloose industry) yaitu industri yang umumnya terdiri atas industri pengolahan

di mana efisiensinya tidak tergantung pada ketersediaan bahan yang terdapat di
daerah tersebut, tetapi karena ketersediaan prasarana dan fasilitas, kebebasan
bergerak dan sebagainya.
Upaya pembangunan industri di daerah, baru populer sesudah perang dunia
ke I1 di mana pengembangan teori-teori dalam bidang ini dipelopori oleh Myrdal
(1957), Hirschman (1958) dan Perroux (1970). Teori Perroux yang diienal dengan
istilah pusat pertumbuhan (center of growth) merupakan teori yang menjadi dasar dari
strategi kebijakan pembangunan industri daerah yang banyak diterapkan di berbagai
negara dewasa ini. Perroux menyatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah

pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut
pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti dari teori Perroux adalah
sebagai berikut :
1 . Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang merupakan industri

penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar
industri sangat erat, rnaka perkembangan industri unggulan akan mempengaruhi
perkembangan industri lain yang berhubungan erat

dengan industri unggulan

tersebut.
2. Pemusatan industri pada

suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan

perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang
berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan
mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainnya.
3. Prekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (industri

unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung
dari industri unggulan (pusat pertumbuhan). Daerah yang latif maju atau aktif akan
mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.
Strategi pembangunan oleh masing-masing pemerintah berbeda satu sama
lain, dan strategi mana yang dipilih selalu tergantung pada kondisi dasar, struktur dan
tingkat interdependensi atau saling ketergantungan antar sektor-sektor industri primer,
sekunder dan tersier. Sektor industri primer biasanya meliputi sektor-sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan. Sektor industri sekunder ditulangpunggungi oleh sektor

manufaktur, sedangkan yang dimaksud sektor industri tersier terdiri dari sektor-sektor
perdagangan, transportasi, keuangan dan jasa-jasa (Todaro, 1999).
Dilihat dari aspek potensi industriatisasi sektor pertanian tanaman pangan
dan hortikultura tarnpak adanya prospek ekonomi yang cerah. Narnun, apabila
dikaitkan dengan kondisi perekonomian yang ada di Kabupaten Jeneponto, maka
yang menjadi permasalahan adalah :
1. Apakah pengernbangan industri di Kabupaten Jeneponto mampu

meningkatkan

kekuatan struktur dan interaksi antar sektor ?.
2. Apakah upaya pengembangan industri di Kabupaten Jeneponto mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat ?.
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belnkang dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini
bertujuan mengetahui :
1. Dinarnika struktur perekonornian dan nilai interaksi antar sektor perekonomian

Kabupaten Jeneponto dari tahun 2000 hingga 2010.
2. Perubahan tingkat kepekaan sektor perekonomian Kabupaten Jeneponto dari tahun

2000 hingga 20 10
3. Menentukan sektor-sektor kunci (key sectors) dalam struktur perekonomian

Kabupaten Jeneponto
1.4.

Kegunaan Penelitian

Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka penelitian
diharapkan berguna untuk :

ini

1. Bahan

masukan

dan

pertimbangan

dalam

penyusunan

kebijakan

sehubungan dengan perencanaan ekonomi Kabupaten Jeneponto.
2. Data dasar bagi penelitian berikutnya yang berkenaan dengan perencanaan ekonomi

Kabupaten Jeneponto.

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian W ilayah dan Pembangunan W ilayah

Wilayah merupakan suatu nodal atau polarisasi yang terdiri atas satuansatuan homogen, seperti kota dan desa yang secara fbngsional saling terkait
(Sukirno,1976). Atas dasar pengertian tersebut, wilayah diklasifikasikan menjadi
tiga tipe wilayah yaitu, (1) wilayah formal, (2) wilayah fbngsional, dan (3) wilayah
perencanaan. Wilayah formal diartikan sebagai bagian dari permukaan bumi atau
wilayah geografis yang seragam menurut kriteria tertentu. Pada awalnya digunakan
keseragarnan fisik (topografi, iklim dan vegetasi), kemudian berkembang menjadi
kriteria sosial dan politik. Sedangkan wilayah fbngsional diartikan sebagai wilayah
geografis yang memperlihatkan suatu koherensi fbngsional tertentu, sementara
wilayah perencanaan merupakan kombinasi antara wilayah formal dan wilayah
fbngsional.
Selanjutnya Glasson (1977) menyatakan bahwa wilayah perencanaan
tersebut antara lain haruslah cukup besar untuk mengambil keputusan-keputusan
investasi berskala ekonomi dan harus mampu mernasok industrinya sendiri dengan
tenaga kerja yang diperlukan. Di samping itu, sekurang-kurangnya harus mempunyai
satu titik pertumbuhan dengan menggunakan suatu cara pendekatan perencanaan
pembangunan dimana masyarakat mempunyai kesadaran bersama terhadap semua
persoalan yang dihadapi. Dengan demikian, pembangunan atau pengembangan
wilayah dalarn arti sempit dapat diturunkan dari pengertian regional development,

sedangkan dalarn arti luas dikembangkan dari pengertian regional planning yang
lebih menekankan analisisnya pada aspek-aspek tataruang, tataguna lahan dan
perencanaan.
Menurut Sandy (1982) bahwa perubahan wilayah sebagai pelaksanaan
pembangunan nasional di suatu wilayah harus disesuaikan dengan potensi dan
prioritas yang terdapat di daerah tersebut. Potensi itu sendiri tidak hanya terbatas
pada potensi fisik namun mencakup potensi sosial, ekonomi dan budaya. Pengertian
tersebut di atas akan lebih terarah jika dihubungkan dengan pendapat Tjokroamidjojo
(1981) yang menyatakan bahwa pembangunan wilayah merupakan usaha yang

diarahkan untuk mengurangi perkembangan yang tidak merata antar daerah yang
dapat menimbulkan kejadian yang disebut backwash-effect. Kejadian tersebut akan
muncul dengan ditandai memusatnya kesempatan kerja dan modal pada tempattempat dimulainya pembangunan yang menyebabkan wilayah-wilayah sekitarnya
justru menjadi mundur dan terbelakang. Sebaliknya, kejadian yang menguntungkan
menurut Tjokroamidjojo (1 98 1) adalah terjadinya spread-effect, yaitu kejadian yang
menunjukkan adanya perluasan aktivitas dari pusat pembangunan ekonomi ke
wilayah-wilayah lain.
Menurut Todaro (1983), keberhasilan pembangunan suatu negara harus
didasarkan pada empat kriteria yaitu (1) pendayagunaan tenaga kerja, (2)
pengurangan tingkat kerniskinan, (3) kebijakan untuk distribusi pendapatan, dan (4)
peningkatan produktivitas tenaga kerja. Ke empat kriteria tersebut harus berjalm
secara simultan, sehingga di dalarn proses pembangunan yang sedang berjalan

terlihat adanya perubahan struktur masyarakat, keuntungan untuk seluruh masyarakat
melalui distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi yang cepat dan efisiensi.
2.2. Pengertian Perencanaan Ekonomi

Perencanaan adalah bagian dari satu tkngsi manajemen, yakni fUngsi
mengatur dan mengorganisir orang dan kegiatan yang dilaksanakan. Fungsi ini
mutlak terdapat pada suatu organisasi formal maupun organisasi bukan formal.
Perencanaan juga meliputi aspek masa depan (Mangiri, 2000). Dalam prakteknya,
dibedakan menurut skala jangkauan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang. Oleh karena itu suatu perencanaan akan selalu berkesinambungan dan
bertahap serta saling berkait antara satu tahap dengan tahapan lainnya. Istilah hit and
I . I I ~ I atau

lnemukul sambil berlari adalah istilah yang cocok untuk perencanaan yang

berkesinambungan. Hit yang berarti memukul adalah menyusun suatu perencanaan
yang tepat untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Run yang berarti

berlari adalah upaya menemu-kenali masalah baru yang muncul sejalan dengan

waktu, kemudian memecahkannya lagi dengan perencanaan berikutnya. Masalah
baru ini muncul karena belum mampu diakomodasikan dalam perencanaan yang
lama, atau mungkin juga timbul sebagai dampak ketidakberhasiian perencanaan yang
lama. Akibatnya timbullah perencanaan yang berkesinambungan tanpa akhir.
Menurut Jhingan (1999),

belum ada kata sepakat diantara para ahli

ekonomi mengenai pengertian istilah perencanaan ekonomi. Dalam kepustakaan
ekonomi istilah tersebut dipergunakan sangat lentur dan sering dikelirukan dengan
komunisme, sosialisme atau pembangunan ekonorni. Setiap bentuk campur tangan

pemerintah ddam urusan ekonomi ditafsirkan juga

sebagai perencanaan.

Perencanaan adalah teknik atau cara untuk mencapai tujuan dalam mewujudkan
maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan
dengan baik oleh Badan Perencanaan Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk
mencapai sasaran sosial, politik atau militer. Karena itu persoalannya bukan antara
rencana dan tidak ada rencana, tetapi persoalannya adalah antara berbagai macam
rencana.
Lewis cftrlarn Jhingan (1999) menunjukkan enam pengertian perencanaan
yang dapat dipakai dalam kepustakaan ekonomi yaitu (1) banyak sekali kepustakaan
yang hanya menghubungkan istilah itu dengan penentuan letak geografis faktor,
bangunan tempat tinggal, bioskop dan semacamnya, (2) hanya berarti memutuskan
uang apa yang akan dipergunakan pemerintah di masa depan, seandainya ia
mempunyai uang yang dapat dibelanjakan, (3) ekonomi berencana adalah ekonorni
dimana masing-masing satuan produksi (perusahaan) hanya memakai sumber
manusia, bahan dan peralatan yang dialokasikan kesana melalui kuota dan menjual
produknya semata-mata kepada orang atau perusahaan yang ditunjukkan oleh
pemerintah pusat, (4) kadangkala berarti setiap penentuan sasaran produksi oleh
pemerintah, apakah itu untuk perusahaan negara atau perusahaan swasta. Sebagian
besar pemerintah menerapkan jenis perencanaan walau hanya secara sporadis atau
untuk satu atau dua industri atau jasa saja yang dianggap penting, (5) di sini sasaran
ditetapkan untuk perekonomian secara keseluruhan dengan rnaksud untuk
mengalokasikan semua buruh, devisa, bahan mentah dan sumber lainnya negara ke

berbagai

bidang

perekonomian,

dan

(6)

kadang-kadang dipakai untuk

menggambarkan sarana yang dipergunakan pemerintah untuk memaksakan sasaransasaran yang ditetapkan sebelumnya kepada perusahaan swasta.
Menurut Dalton &lam Jhingan (1999), perencanaan ekonomi dalarn
pengertian yang paling luas adalah pengaturan dengan sengnja oleh orang yang
benvenang mengenai sumber-sumber kegiatan ekonomi ke arah tujuan yang
ditetapkan.
Selanjutnya Lewis dalam Jhingan (1999) mengartikan perencanaan
ekonomi sebagai suatu rencana pengorganisasian perekonomian di mana pabrik,
perusahaan, dan industri yang terpisah-pisah dianggap sebagai unit-unit terpadu dari
satu sistem tunggal dalam rangka memanfaatkan sumber yang tersedia
untukmencapai kepuasan maksimum kebutuhan rakyat dalam waktu yang telah
ditentukan.
2.3. Prinsip Pertumbuhan Ekonomi

Hulu (1992) menyatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
yang setinggi-tingginya diperlukan pembangunan industri. Khusus bagi negaranegara berkembang yang umumnya miskin pembangunan Industri, karena keahlian
tidak ada dibidang itu maka salah satu cara yang ditempuh untuk memacu
pembangunannya addah dengan mengimpor berbagai barang modal untuk
pembangunan industri.
Khusus untuk impor barang dapat dibedakan menjadi dua fungsi yaitu
barang modal dan barang untuk konsumsi. Impor barang untuk konsumsi sangat

besar pengaruh negatifhya terhadap pendapatan nasional dibandingkan dengan
barang modal. Barang modal seperti mesin-mesin yang diperlukan untuk
kepentingan industri pengolahan merupakan salah satu strategi untuk mengurang
kecenderungan impor barang jadi keluaran industri manufdctur dari luar negeri.
Mengimpor barang modal untuk keperluan industri, seperti mesin-mesin,
memerlukan prinsip pokok untuk melaksanakannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Modal yang diimpor harus sesuai dengan tahap-tahap pembangunan yang telah

dicapai oleh negara-negara berkembang bersangkutan. Prinsip ini berpedoman
pada teori yang menyatakan bahwa dalam upaya pembangunan suatu negara
diperlukan adanya beberapa tahapan (Jinghan, 1990) yang meliputi :
a. Masyarakat tradisional (traditional sociefy)
b. Prasyarat lepas landas (preconditionsfor take-ofl
c. Lepas landas dengan pertumbuhan tinggi yang ditentukan oleh faktor-faktor

dalam negeri (take-oflinto self sustaining grawth).
d. Perekonomian menuju kemantapan (the drive to muturityl
e. Zaman konsumsi yang tinggi secara menyeluruh (age of mass consumption)
2. Barang modal yang diimpor diutamakan bagi industri yang memiliki kaitan yang

banyak terhadap industri-industri lainnya di dalarn negeri. Untuk prinsip ini,
dikatakan oleh Salvatore (1977) bahwa apabila akan membangun sektor industri
dengan kendala modal sebaiknya dimulai dengan industri dasar yang dapat
dijadikan sebagai industri pernimpin bagi sektor-sektor lain. Syarat-syarat untuk
menjadi industri pemimpin adalah yang merniliki kaitan ke muka Cfoward

linkages) dan ke belakang (backwurd linkages) yang tinggi. Anjuran demikian ini

menjelaskan bahwa untuk memulai pembangunan industri bukan berarti hams
berpedoman pada tahapan pembangunan, sebagaimana disebutkan di atas,
melainkan dimulai dari industri basis yang umurnnya dianggap sebagai awal
industri yang dialami oleh negara-negara maju.
3. Barang modal yang diimpor dapat merlunjang ekspor pada suatu masa tertentu di

masa mendatang. Untuk prinsip ini dianjurkan bahwa tujuan dari impor adalah
hams berorientasi pada ekspor. Hal demikian ini adalah untuk menjaga kejenuhan
permintaan dalam negeri, sehingga dapat dilakukan perluasan produksi untuk
kepentingan permintaan ekspor. Proses untuk mencapai prinsip ke 3 ini
diperlukan waktu yang cukup lama, sehingga diperlukan adanya modifikasi
prinsip maupun strategi yang harus ditempuh. Untuk melakukan perubahan
strategi maka hams ditempuh melalui prinsip pembangunan industri yang
diperkirakan memberikan permintaan yang cerah di pasaran dunia.

Apabila

kebijakan pembangunan lebih mengutamakan peningkatan pendapatan yang
cepat, rnaka hd demikian menjadikan investasi akan terlalu banyak diiakukan di
wilayah-wilayah yang sudah maju. Sebagai akibatnya maka untuk wilayahwilayah yang sudah maju akan semakin maju, sedangkan daerah-daerah lain yang
relatif masih terkebelakang makin sukar untuk berkembang (Kadariah, 1978).
Dalam perencanaan pembangunan regional terdapat beberapa teknik analisis
regional yang dapat dipergunakan untuk menentukan atau memilih aktivitas
ekonomi yang dikembangkan dalam suatu daerah atau menentukan lokasi yang

sesuai dengan aktivitas ekonomi. Teknik-teknik yang dirnaksud ini antara lain
Basis

Ekonomi,

Multiplier

Regional, Model

Gravitasi, Analisis Titik

Pertumbuhan dan Analisis Input-Output (Richardson, 1972).
2.4. Analisis dan Model Tabe: Input-Output
2.4.1. Pendekatan

Analisis Input-Output untuk pertarna kalinya dikembangkan oleh Wassily
Leontief pada tahun 1930 yang didasarkan pada pendekatan bahwa hubungan
interdependensi antara suatu sektor dengan sektor lainnya dalam perekonomian
adalah sedemikian rupa sehingga dapat dinyatakan dalarn rangkaian persamaan
linier. Sedangkan keadaan struktur perekonornian terlihat pada besarnya nilai-nilai
ketergantungan antarsektortersebut (Luthan, 1975).
Menurut Leontief ( l966), tujuan utama dari model Input-Output adalah
untuk menjelaskan besarnya arus antarindustri atau antarsektor sehubungan dengan
tingkat produksi masing-masing sektor. Untuk itu diperlukan beberapa asumsi
dasar yaitu :
1. Tiap komoditas (kelompok komoditas) dihasilkan oleh suatu industri atau sektor

produksi saja.
2. Input yang dibeli atau digunakan oleh tiap sektor merupakan suatu fbngsi linier

dari tingkat output sektor bersangkutan.
3. Efek total dari pelaksanaan berbagai tipe produksi merupakan jumlah masing-

masing sektor secara terpisah. Hal yang dernikian ini juga disebut sebagai asumsi
additivitas yang mengabaikan faktor-faktor luar.

Fungsi utama dari model Input-Output Leontief adalah dapat memberikan
dasar bagi eksplorasi empiris di dalam wahana interaksi

interindustri. Model ini

memberikan kerangka yang konsisten dalam pengumpulan data, walaupun dalarn
pengujian asumsinya masih menunjukkan formulasi teoritis yang komplek. Modelmodel komplek seperti ini dibutuhkan data yang banyak dengan tetap menggunakan
prinsip dasar model analisis interindustri.
Lebih lanjut Glasson (1977) menyatakan model Input-Output dapat
digunakan untuk meramalkan pengaruh Pengganda Output, Pengganda Pendapatan
dan Pengamh Pengganda Tenaga Keja bag setiap sektor ekonomi suatu wilayah.
Apabila suatu target telah ditetapkan, rnisalnya rnaksimalisasi pendapatan wilayah
atau tenaga keja, maka analisis Input-Output dapat d i g u n a h untuk menentukan
sektor-sektor yang perlu mendapat injeksi investasi.
2.4.2. Model Tabel

Miernyk (1969) menyatakan bahwa pada dasarnya sistem analisis
Leonitief merupakan Tabel Transaksi Input-Output, yang

penyusunannya

mempunyai fleksibilitas pengklasifikasian penentuan sektor-sektor dalam Tabel
Input-Output tersebut. Sektor Industri ataupun sektor-sektor lainnya dapat
dipecahkan ke suatu tingkat detail sesuai dengan yang diinginkan dalam batas data
yang tersedia. Demikian juga untuk sektor-sektor pembayaran (payment sectors) atau
komponen Pennintaan Akhir (Final Demanq') dapat dipecahkan ke dalam sektor
yang diinginkan.

Sehubungan dengan ketentuan teoritis, 0'Connor, R. dan Henry (1975)
menyatakan bahwa Tabel Input-Output hams disusun berdasarkan perlakuan Impor
secara kompetitif dan berdasarkan perlakuan Impor secara non-kompetitif Tabel
Input-Output yang disusun berdasarkan perlakuan Impor secara kompetitif', nilai
impor dimasukkan ke dalam kolom khusus dengan tanda negatif dan ditempatkan di
sebelah kanan dari kuadran Permintaan Akhir. Disamping itu, dalarn Tabel ini, arus
transaksi antar industri dalam Tabel terdiri atas komoditi, baik yang berasal dari
sumber domestik maupun yang berasal dari impor.
Tabel yang disusun berdasarkan impor secara non-kompetitif, maka nilai
Impor tersebut ditempatkan dalam baris tersendiri di dalam lcuadran Input Primer.
Selain dari dua model Tabel Input-Output di atas, Miernyk (1969) mengenalkan
model yang lain lagi yaitu model statis, model regional dan model interegional. Pada
Tabel Input-Output model statis disusun berdasarkan data yang terjadi pada saat
tertentu sehingga koefisien-koefisien yang diperoleh juga bersifat disusun untuk
tujuan analisis suatu daerah tertentu dan penyusunannya didasarkan pada data daerah
yang bersangkutan. Untuk model interregional, Tabel Input-Output disusun untuk
tujuan analisis antar daerah. Oleh karena untuk kepentingan antar daerah, maka
dalam penyusunannya hams didasarkan pada pengelompokkan sektor-sektor
kegiatan ekonorni menurut daerah. Hal dernikian dirnaksudkan untuk dapat melihat
hubungan transaksi baik antarsektormaupun antar daerah.

2.5. Peranan Analisis Input-Output

Menurut Miemyk (1969), bahwa penggunaan analisis Input-Output pada
dasarnya ditujukan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah untuk mengetahui :
2.5.1. Struktur Perekonomian

Tabel Input-Output secara simultan menggambarkan hubungan permintaan
dan penawaran pada tingkat keseimbangan. Dimana dalam kondisi struktur
perekonornian yang seimbang ini maka baik interaksi rnaupun interdependensi antar
segenap struktur ekonomi bisa diketahui pola dan kecenderungan perkembangannya.
2.5.2. Peramalan Ekonomi

Hubungan antara permintaan Akhir dengan tingkat Output terdapat
hubungan yang bersifat linier. Atas dasar hubungan yang demikian ini, dengan
melalui perlakuan (menentukan nilai permintaan Akhir sedemikian rupa sesuai
dengan nilai yang diprediksi akan terjadi di masa mendatang), maka akan dapat
dilihat pengaruhnya terhadap tingkat Output (pertumbuhan ekonomi) di masa yang
akan datang.
Sehubungan dengan perarnalan ekonomi, Stone (1966) menyatakan bahwa
dengan melalui metode RAS terhadap Tabel Input-Output maka inforrnasi
perekonomian dimasa mendatang dapat diketahui. RAS tersebut diartikan sebagai
suatu perkalian antara R sebagai pengali pengganti yang beroperasi di sepanjang
baris, A sebagai matriks koefisien input antara dan S sebagai pengali fabrikasi yang
beroperasi di sepanjang kolom.

2.5.3. Akibat Dari Permintaan Akhir

Melalui proses pengolahan data maka dari Tabel Input-Output dapat
dihasilkan berbagai jenis nilai koefisien, yang masing-masing mempunyai kngsi
analisis sesuai dengan aspek perekonomian yang dikaji. Atas dasar fbngsi-fbngsinya
tersebut maka melalui Tabel Input-Output dapat diketahui dampak dari suatu injeksi
investasi, seperti halnya terhadap pendapatan, periyerapan tenaga kerja, keterkaitan
antar sektor, kepekaan sektoral, multiplier dan sebagainya.
2.5.4. Kelayakan dan Kepekaan Sektord

Tabel Input-Output juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kelayakan ekonomi pengembangan sektoral sekaligus derajat kepekaan sektoral.
Oleh karena itu maka dapat diketahui pula mengenai sektor yang secara nyata
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian wilayah.
2.6. Analisis Input-Output

Melalui mekanisme perhitungan rumus-rumus yang berlaku di dalamnya
maka Tabel Input-Output

dapat digunakan untuk mengetahui gambaran

perekonomian suatu wilayah sesuai dengan aspek kepentingan analisis. Aspek-aspek
yang mempunyai hngsi dan kedudukan penting di dalam analisis perekonornian

suatu wilayah di antaranya adalah :
2.6.1. Efek Pengganda

Telah dinyatakan oleh Kadariah (1978) bahwa peningkatan aktivitas
pernimpin sektor (leading sektor) ekonomi di suatu daerah pada masa berikutnya
akan berpengaruh terhadap meningkatnya arus pendapatan ke daerah tersebut,

meningkatkan konsumsi, meningkatkan perrnintaan barang dan jasa sektor-sektor
lain yang pada akhirnya akan meningkatkan pula aktivitas sektor-sektor lain yang
belum sempat menjadi pemirnpin sehor. Demikian pula bahwa apabila tejadi
mekanisme yang sebaliknya maka akan terjadi pengaruh yang sebaliknya pula.
2.6.2. Efisiensi Teknis

Mengingat bahwa sistem perekonomian makro suatu daerah pada dasarnya
juga merupakan suatu aktivitas produksi atau aktivitas ekonomi maka sehubungan
dengan tersedianya faktor produksi yang terbatas, perlu dikaji mengenai kemampuan