ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 ( ANALISIS INPUT OUTPUT ).

(1)

JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004

( ANALISIS INPUT OUTPUT )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

Nanang Gilang Prayoga

B 300 030 063

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008


(2)

ii

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR

PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 ( ANALISIS INPUT OUTPUT )

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : NANANG GILANG PRAYOGA

NIM : B 300 030 063

Telah diuji dan dipertahankan didepan dewan penguji serta telah dinyatakan lulus pada:

Hari :

Tanggal :

Surakarta, 2008 Pembimbing Utama

( Yuni Prihadi. U, SE ) Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta


(3)

iii

Takut gagal adalah gagal yang sejati. Hidup adalah gerak. Gerak

adalah maju, berjuang dan naik, jatuh dan naik lagi. Gagal dalam

kepedulian adalah lebih baik daripada menang dalam kehinaan

.

(H.A.M.K.A)

Tidak semua yang terhitung mempunyai hitungan, dan tidak

semuanya yang mempunyai hitungan terhitung.

(Albert Enstein, 197 9-1955)

Jika A sama dengan SUKSES, maka rumusnya adalah :

A = X+Y+Z, dimana :

X

= Kerja keras

Y

= Bermain

Z

= Tutup mulutmu

(Albert Enstein, 1979-1955)

Genggamlah tanah agar menjadi emas


(4)

iv

nabi besar M uhammad SAW , penulis mempersembahkan karya ini untuk:

Ayah dan Bunda

Terima kasih telah percaya padaku dan selalu mendoakan setiap langkah-langkah hidupku,

Adikku

Belajar, Belajar, dan Belajar

N ee-N ee

Terima kasih, bersamau menjadikan perjalanan ini lebih berharga Sahabat-sahabatku

Persentuhan kita hanyalah persentuhan rasa mesra kemanusiaan, persentuhan empati dan apresiasi, atau kesediaan untuk menghargai, menghormati dan menerima dengan keihkhlasan setiap fenomenanya.


(5)

v Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur alhamdulillah, atas rahmat dan kehendak Allah SWT dan dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 ( ANALISIS INPUT OUTPUT )”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dan memenuhi sebagian syarat guna mendapatkan gelar sarjana strata 1 (S1) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah turut menyumbang pikiran, tenaga, dan bimbingan kepada penulis baik secara la ngsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bpk. Yuni Priha di Utomo yang telah banyak membantu dalam membimbing penyusunan skripsi ini hingga selesai.

2. Dosen-dosen IESP Bpk. Didit, Ibu Fatimah, Bpk. Hadi Sumarsono, Bpk. Abdullah, Pak Triyono, Ibu Eny Setyowati, Ibu Maya, Mas Wahyudi dan Suyatno terima kasih banyak dengan apa yang telah diberikan pada penulis semoga bermanfaat.


(6)

vi

engkaulah, aku mengerti dan memahami bahwa hidup ini memang haruslah begini adanya.

4. Adekku Tegar Bahana Prayoga…Tambah Lucu N Nggemeske….Sing Pinter yow Le…dan Anggara Prayoga…Kuliah yang bener y!!!!

5. Sobat-sobatku di Solo…Bayu Untung, Luvi Windyarto n The Big Family Ayam Bakar Bu Endang (Sory, udah ngrepotin trus), Herdiansyah Eka Putra (Kapan kita ke Jogja lagi Denk??!! Remain to the spirit Brow :), Dadang, Nizar Kurniawan, Pedro, God-ex, Ari, n temen temen di sekitaran kost “POPEYE”, Adjuta, Cimping, Baron, dll yang tidak bisa kusebutkan satu persatu. Terima kasih.

6. Teman-teman baik ku di Salatiga: Caplin n Yayan (thx a lot..),, Bang Roby, Novi, Dedy, Komunitas Cungkup n Buksuling semuannya. Komunitas Kampung : Hampha (when-when aku ikut shooting lagi ya...), Simbah, Hendrik, Suprek, Londo, Gosur n temen-temen semuanya di rumah. Tetep Kompak ya.

7. Setiawan S (Success job guys...), Thx uda ngenalin aku dengan Analisis I-O, Bung Bend (Ayo kapan kita Bertanding WE lagi).

8. Teman-teman di IESP, Ardilles, Fika, Vita, Endah, n temen-temen semua dari kelas A sampai D. Maaf klo ada yang tidak kesebut, Paper-nya ga cukup, he...he...:)


(7)

vii Salatiga, Solo, Semarang n JOgja. Thx all.

10. Komputer bututku, Semua temen-temen penghuni dan pengurus www.lettolink.com, Mig33, Yahoo Messenger, My Friendster, My Blogspot.com, SE T630, Philips V355, n Yamaha Guitar ku (Temen sejati saat party bareng Sobat-sobat).

11. NeeNee n Family.

12. Gie_lank the big respect to: Emha Ainun Nadjib n Komunitas Kadipiro Kasihan Bantul Yogyakarta, Noe n “Letto” (Thank for the inspiration of pass the masterpiece all of you).

Akhirnya, segala kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Segala kekeliruan yang terdapat dalam skr ipsi ini bersumber dan menjadi tanggung jawab penulis, sedangkan semua kebenaran yang terkandung didalamnya hanyalah berkat petunjuk-Nya. Namun demikian besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat khususnya bagi penulis, dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, Januari 2007


(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PNGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAKSI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah... 11

B. Teori Keunggulan Komparatif ... 11


(9)

ix

2. Teori Ekonomi Neo-K lasik (Solow -Swan) ... 15

3. Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional... 17

4. Teori Jalur Cepat Yang Disinergikan... 20

5. Teori Basis Ekspor Richardson... 21

6. Model Pertumbuhan Interregional ... 23

7. Teori Migrasi Artur Lewis ... 25

8. Teori Transformasi Struktural... 28

D. Pengertian Industri dan Industrialisasi ... 29

E. Pembangunan Industri Antar Daerah dan Keterkaitan Antar Industri Daerah ... 31

F. Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perekonomian... 32

G. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah... 33

H. Penelitian Sebelumnya ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rencana Analisis ... 40

B. Konsep Dasar Input-Output ... 40

C. Cara Perhitungan ... 34

D. Analisis Data Dengan Matriks Inverse Leontief ... 37

1. Analisis Indeks Total Keterkaitan 2. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang... 38


(10)

x

F. Definisi Operasional Variabel... 41

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data ... 42

1. Komposisi Nilai Tambah Bruto ... 42

2. Struktur Permintaan Akhir ... 44

B. Analisis Hasil Estimasi Data ... 46

1. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan ... 46

2. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang ... 50

3. Hasil Analisis Sektor Kunci ... 55

C. Interpretasi Ekonomi ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(11)

xi

Halaman Tabel 3. 1 Bagan Tabel Input Output Sistem Perekonomian Dengan Tiga

Sektor Produksi ... 33 Tabel 4.1 Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya Di

Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004 (Jutaan Rupiah ) ... 42 Tabel 4.2 Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Komponen Permintaan

Akhir Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah ) ... 45 Tabel 4.3 Tujuh Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan

Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2004... 47 Tabel 4.4 Empat Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Depan

Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2000... 48 Tabel 4.5 Indeks Total Keterkaitan Ke Depan Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2000 Dan 2004 ... 50 Tabel 4.6 Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang Tebesar Menurut Tabel Input Output tahun 2000 ... 51 Tabel 4.7 Delapan Sektor Dengan Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang Terbesar Menurut Tabel Input Output Tahun 2004 ... 52 Tabel 4.8 Indeks Total Keterkaitan Ke Belakang Terbesar Menurut Tabel Input

Output 2000 dan 2004 ... 54 Tabel 4.9 Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah Menurut Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000... 56


(12)

xii

Tabel 4.11 Sektor Kunci Perekonomian Jawa Tengah Menurut Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004... 60


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kelebihan (Excess Supply) Tenaga Kerja Di Pedesaan... 22 Gambar 2.2 Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Proses

Pembangunan Ekonomi : Suatu Ilustrasi ... 24 Gambar 2.3 Keterkaitan Antar Sektor Industri, Pertanian dan Sumber


(14)

xiv

menganalisis sektor apa saja yang manjadi sektor-sektor unggulan di Jawa Tengah dan juga peranannya dalam perekonomian Jawa Tengah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Analisis Input Output (Analisis I-O), dengan menggunakan beberapa analisis yaitu analisis peranan sektor produksi dan pencipta output perekonomian Jawa Tengah, analisis indeks keterkaitan ke belaka ng dan ke depan, dan analisis sektor kunci.. Data yang digunakan yaitu tabel I-O Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 dengan klasifikasi 19 sektor diperoleh dari BPS Jawa Tengah.

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa yang memiliki daya kepekaan tinggi pada tahun 2000 adalah sektor Industri lainnya sebesar 3,14516. Pada tahun 2004 sektor yang memiliki daya kepekaan tinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 4,07757. Sektor yang mempunyai nilai indek penyebaran paling tinggi pada tahun 2000 adalah sektor industri lainnya sebesar 1,65850. Selanjutnya, pada tahun 2004 sektor industri pengilangan minyak merupakan sektor yang memiliki nilai indeks penyebaran paling tinggi yaitu sebesar 2,30278. Sektor unggulan Jawa Tengah tahun 2000 yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya, sektor industri pengilangan minyak dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Tahun 2004 hanya terdapat dua sektor yang menjadi sektor unggulan Jawa Tengah yaitu sektor indutri makanan, minuman dan tembakau, dan sektor industri lainnya.

Dari hasil tersebut, penulis menyarankan pemerintah lebih memprioritaskan sektor-sektor yang menjadi sektor kunci di Jawa tengah baik pada tahun 2000 maupun 2004. Dikarenakan sektor yang menjadi sektor unggulan memiliki daya dorong yang kuat terhadap penciptaan sektor ekonomi lainnya dan memiliki sensitivitas tinggi terhadap perubahan permintaan akhir dari sektor-sektor ekonomi lainnya.

Surakarta, Januari 2008 Pembimbing Utama

( Yuni Prihadi Utomo, SE ) Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era reformasi yang terjadi di Indonesia saat ini telah banyak membawa perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Salah satu perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya otonomi daerah yang diatur dalam UU.No.22/1999 mengenai pemerintahan daerah dan UU.No.25 /1999 mengenai perimbangan keuangan antar pusat dan daerah. Dalam UU.No.22/1999 dijelaskan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masya rakat sesuai perundang-undangan (Fatimah Nurhayati, Siti, 2002:16).

Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat me nurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Ini karena daerah akan diberi peran yang lebih besar melalui penyerahan semua urusan pemerintahan serta sumber-sumber keuangannya, kecuali kewenangan dalam politik politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan , moneter dan fiskal, agama dan perencanaan sosial. Ketidakmampuan keuangan pusat akibat krisis ekonomi, mengakibatkan daerah diberikan wewenang untuk mencari sumber-sumber pendapatan dan mengurus kebutuhan sendiri agar beban pemerintahan pusat menjadi berkurang (Mafruhah, Izza, 2001:110)


(16)

Menurut Kamaluddin (1987:46), maksud dan tujuan yang hakiki dari otonomi daerah dan desentralisasi daerah adalah:

1. Mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangannya tentang masalah-masalah tingkat lokal atau daerah di samping itu memberi peluang untuk koordinasi pelaksanaan pada tingkat lokal tersebut.

2. Meningkatkan pengertian serta dukungan pusat dalam kebutuhan usaha pembangunan daerah.

3. Penyusunan program-program pembangunan untuk perbaikan dan penyempurnaan sosial ekonomi pada tingkat lokal akan menjadi relistis. 4. Melatih dan mengajar masyarakat untuk bisa mengatur rumah tangganya. 5. Terciptanya pembinaan dan pengembangan daerah dalam rangka kesatuan

nasional.

Di era otonomi daerah ini setiap wilayah atau daerah dituntut untuk bisa mencari, mengelola dan mengidentifikasi kemampuan daerah bersangkutan. Untuk itu perlu adanya perencanaan pembangunan yang tepat dengan memperhatikan potensi ekonomi yang dimilikinya.

Propinsi Jawa Tengah memiliki potensi yang bagus guna mengembangkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003, jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32,05 juta jiwa atau sekitar 15% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup banyak, serta didukung dengan letak geografis, merupakan modal utama dalam pelaksanaan pembangunan (SUSENAS, 2003).


(17)

Pada tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2003, semakin membaik dari tahun sebelumnya yaitu 4,07 persen (2002= 3,48 persen). Hal tersebut cukup beralasan mengingat perjalanan perekonomian relatif terus membaik selama taun 2001 sampai tahun 2003 (BPS Jawa Tengah, 2004)

Sedangkan, saat ini perekonomian Provinsi Jawa Tengah terus mengalami pertumbuhan, yaitu pada tahun 2003 (4,98%), tahun 2004 (5,13%) dan tahun 2005 (5,43%). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah mengandalkan berbagai sektor antara lain Pertanian (5,33%), Pertambangan (2,73%), Industri (6,41%), Listrik, Gas, dan Air Bersih (8,65%), Gedung (7,84%), Perdagangan, Hotel, dan Restoran (2,63%), Transportasi dan Komunikasi (4,67%), Keuangan (2,67%), dan Jasa (5,58%). Sebagai cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan penduduk, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah mentargetkan komposisi investasi dari Pemda sebesar 25% dan investasi swasta sebesar 75% (BPS Jawa Tengah, 2006).

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pemba ngunan dan daerah, khususnya pembangunan ekonomi di Jawa Tengah dan untuk dapat memanfaatkan sumberdaya ekonomi daerah secara optimal, maka pembangunan daerah dapat disusun menurut tujuan antar sektor. Perencanaan sektoral dimaksudkan untuk pengembangan sektor -sektor tertentu disesuaikan


(18)

dengan keadaan dan potensi masing-masing sektor dan juga tujuan pembangunan yang ingin dicapai.

Dengan menggunakan tabel Input-Output (I -O) Jawa Tengah tahun 2000 dan 2004 akan dijabarkan sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan di Jawa Tengah. Selanjutnya diharapkan dapat dipakai sebagai informasi yang komprehensir agar tepat guna dan tepat sasaran bagi perekonomian Jawa Tengah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dalam struktur perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004.

2. Seberapa besar keterkaitan antar sektor kegiatan ekonomi dalam perekonomian Jawa Tengah berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004.


(19)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian di atas maka tujuan penelitian dalam menganalisis dan membandingkan sektor unggulan dalam perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui sektor-sekor unggulan dalam perekonomian Jawa Tengah guna menentukan kebijaksanaan yang harus dijalankan.

b. Untuk menghitung tingkat keterkaitan antara berbagai sektor kegiatan ekonomi guna memperoleh gambaran mengenai kontribusi suatu sektor terhadap perekonomian secara keseluruhan.

c. Menganalisis sektor-sektor unggulan di Jawa Tengah berdasarkan tabel input-output Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi pembuat kebijaksanaan dalam menyusun strategi pembangunan Jawa tengah.

b. Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan data bagi penelitian selanjutnya.

c. Penelitian ini merupakan salah satu proses aplikasi dari teori-teori ekonomi yang telah diterima penulis selama studi.


(20)

E. Metodologi Penelitian 1. Data dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu tabel input output perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan Tahun 2004. Tabel input output disajikan dalam bentuk matriks yang diklasifikasikan menjadi 19 sektor perekonomian. Data tabel input output perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah dan dari instansi terkait lainnya.

2. Metode Dan Alat Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Input -Output. Model input-output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-a n. Idenya sangat sederhana namun mampu menjadi salah satu alat analisis yang ampuh dalam melihat hubungan antar se ktor dalam perekonomian (Nazara, 1997:48). Komponen yang paling penting dalam analisis input out put adalah inverse matriks tabel input output, yang sering disebut sebagai inverse Leontif (Miller, 1985:15). Matriks ini mengandung informasi penting tentang bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor (industri) akan menyebabkan berkembangnya sektor-sektor lainnya. Matriks kebalikan leontif merangkum seluruh dampak dari perubahan produksi suatu sektor terhadap total produksi sektor-sektor lainya ke dalam koefisien-koefisien yang disebut sebagai multiplier (αij). Multiplier ini adalah angka -angka


(21)

yang te rlihat di dalam matriks (1-A)-1. Adapun analisis yang akan dihitung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Indeks Keterkaitan ke depan

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Total keterkaitan ke depan disebut juga sebagai indeks derajat kepekaan (degree of sensitivity) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke depan. Rumus untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke depan yaitu :

FLi =

Dimana :

FLi = indeks total keterkaitan ke depan sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontief

Nilai FLi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i sama dengan rata -rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila FLi > 1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila FLi < 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i dibawah rata -rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.

ij i i a X v n n i

=1

= = n j n i ij a 1 1


(22)

b. Indeks keterkaitan ke belakang

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Indeks total keterkaitan ke belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebara n (power of dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang. Rumus untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang yaitu:

BLj =

Dimana :

BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j αij = unsur matriks kebalikan Leont ief

Besaran BLj dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j sama dengan rata -rata penyebaran seluruh sektor ekonomi. Bila BLj > 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila BLj < 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.

c. Analisis Sektor Kunci

Dari analisis I-O dapat dilihat sektor-sektor kunci yang memiliki backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut

= n i ij b n 1

= = n j n i ij a 1 1


(23)

juga derajat kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau daya sebar yang tinggi. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya. Sedangkan sektor yang mempunyai derajat kepekaan yang tinggi menunjukan bahwa sektor tersebut mempunyai keteergantungan yang tinggi terhadap sektor lain. Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian dan ditentukan berdasarkan indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan. Sektor kunci adalah sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke be lakang dan ke depan lebih besar dari satu.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Berisi tentang peran dan fungsi sektor unggulan dalam perekonomian dan tabel Input Output perekonomian Jawa Tengah serta teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan,


(24)

tinjauan terhadap penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang ruang lingkup penelitian, teknik analisis data, jenis dan sumber data.

BAB IV Analisis Data Dan Pembahasan

Menguraikan tentang diskripsi data tabel input output Jawa Tengah, hasil penelitian dan analisa data penelitian yang meliputi hubungan keterkaitan ke belakang, keterkaitan ke depan, analisis sektor kunci dan indeks tenaga kerja.

BAB V Penutup

Membahas tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA


(25)

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan Ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada membentrk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999)

Dalam definisi baru yang dilihat dari dimensi yang lebih luas dan dilihat secara dinamis, pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial dan sikap-sikap mental yang sudah terbiasa termasuk pula percepatan atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan pemberatasan kemiskinan yang absolut (Suryana, 2000)

B. Teori Keunggulan Komparatif

Istilah Comparative Advantage (Keunggulan komparatif) mula-mula dikemukakan oleh David Ricardo (1917). Dalam teori tersebut, Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekpsor barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan komparatif maka kedua negara tersebut akan beruntung. Ternyata ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam


(26)

perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam ekonomi regional.

Keunggulan komparatif bagi suatu daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian dalam hal ini adalah perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Apabila keunggulan itu adalah bentuk nilai tambah riil maka dinamakan keunggulan absolut. Komoditi yang memilki keunggulan walaupun hanya dalam bentuk perbandingan, lebih menguntungkan untuk dikembangkan dibanding dengan komoditi lain yang sama-sama diproduksi oleh kedua negara atau daerah.

Dalam perdagangan bebas antar daerah, mekanisme pasar mendorong masing-masing daerah bergerak ke arah sektor yang daerahnya memiliki keunggulan komparatif. Akan tetapi, mekanisme pasar seringkali bergerak lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu daerah. Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah. Ricardo menggunakan perbandingan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menghasilkan pr oduk yang sama untuk dua kegiatan yang berbeda pada dua negara. Namun, saat ini contoh seperti itu tidak relevan karena biaya untuk menghasilkan suatu produk bukan hanya upah buruh (Tarigan, 2005).

Menurut Tarigan (2005), ada beberapa faktor yang bisa membuat suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage). Faktor-faktor tersebut antara lain:


(27)

1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki keunggulan untuk menghasilkan suatu produk tertentu.

2. Masyarakat mengusai teknologi mutakhir untuk jenis produk tertentu. 3. Masyarakat mengusai keterampilan khusus.

4. Wilayah tersebut dekat dengan pasar. 5. Wilayah dengan aksebilitas yang tinggi.

6. Daerah konsentrasi/sentra dari suatu kegiatan sejenis. Daerah sentra bisa menjamin kepastian adanya barang dalam kualitas dan kuantitas yang diinginkan dan ini bisa menurunkan biaya pemasaran/biaya transportasi. 7. Daerah aglomerasi dari berbagai kegiatan, yaitu memanfaatkan aglomerasi,

yaitu efisiensi dalam biaya produksi dan kemudahan dalam pemasarn 8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta

didukung oleh keterampilan yang memadai oleh mentalitas yang mendukung. Pengertian upah buruh yang rendah adalah relatif, artinya harus dikaitkan dengan produktivitas.

9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan: jujur, terbuka, mau bekerja keras, dan disiplin sehingga lingkungan kehidupan aman, tertib dan teratur. Kondisi masyarakat seperti ini akan menjamin kelangsungan investasi, biaya investasi dan biaya operasi yang lebih rendah dan efisien.

10.Kebijakan pemerintah, antara lain dengan menciptakan salah satu/beberapa faktor yang menciptakanb keunggulan seperti yang disebutkan diatas.


(28)

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (Value added) yang terjadi. Menurut Boediono (1985:1) Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu harus lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

Pengembangan metode yang menganalisis perekonomian suatu daerah penting sekali kegunaannya untuk mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. (Tarigan, 2005:46). 1. Teori Klasik

Orang yang pertama kali membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis adalah Adam Smith (1723-1790) yang membahas masalah ekonomi dalam bukunya An inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776). Inti ajaran Adam Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai terjadi posisi stasioner (stationare state).


(29)

Posisi stasioner terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfaatkan.

Pandangan Smith kemudian di koreksi oleh John Maynard Keynes (1936) dengan mengatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan perbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar), dan pengawasan langsung (Tarigan, 2005:48). 2. Teori Ekonomi Neo Klasik (Solow-Swan)

Teori pertumbuhan neoklasik dikemba ngkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan T.W. Swan (1956) dari Australia. Model Solow -Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi (Tarigan, 2005:52).

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu banyak mencampuri pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat. Dalam teori Neo Klasik, masalah teknolo gi dianggap fungsi dari waktu. Oleh sebab itu, fungsi produksinya berbentuk:


(30)

Dimana:

Yi = Besarnya output

ki = Tingkat pertumbuhan modal ni = Tingkat pertumbuhan tenaga kerja Ti = Kemajuan Teknologi

a = Bagian yang dihasilkan oleh faktor modal (1-a) = Bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal

Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh perlu mekanisme yang menyamakan investasi dengan tabungan (dalam kondisi full employment). Dengan demikian, pertumbuhan mantap membutuhkan syarat bahwa:

MPK1 =

= 1 1 1

K Y a

P Dimana:

MPK1 = Marginal Productivity of Capital

Suatu daerah akan mengimpor barang modal jika tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecol dari rasio tabungan domestik terhadap modal. Dalam pasar sempurna marginal productivity of labour (MPL) adalah funsi lansung tapi bersifat terbalik dari Marginal Productivity of Capita (MPK). Hal ini bisa dilihat dari nilai rasio modal tenaga kerja (K/L).

Apabila tiap daerah dimisalkan mengkasilkan output yang homogen dan fungsi produksi yang identik maka di daerah yang K/L -nya


(31)

tinggi terdapat upah riil yang tinggi dan MPK yang rendah. Adapun daerah yang yang K/L-nya rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang tinggi. Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari daerah yang upahnya tinggi ke daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa (untuk modal) yang lebih tinggi. Sebaliknya tenaga kerja akan mengalir dari daerah upah rendah ke daerah upah tinggi. Mekanisme diatas pada akhirnya akan menciptakan balas jasa faktor -faktor produksi di semua daerah sama. Dengan demikian, perekonomian regional/pendapatan perkapitaregional akan mengalami proses konvergensi (Tarigan,2005:54) 3. Teori Harrod-Domar Dalam Sistem Regional

Teori ini dikembangkan hampir bersamaan oleh Roy F. Harrod (1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika serikat. Di antara mereka menggunakan proses penghitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama., sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi:

a. Perekonomian bersifat tertutup

b. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan

c. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale) d. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama

dengan tingkat pertambahan penduduk

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang


(32)

yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut:

g= k = n

Dimana: g = Growth (tingkat pertumbuhan output) k = Capital (tingkat pertumbuhan modal) n = Tingkat pertumbuhan angkatAn kerja

Untuk perekonomian daerah, Harry W.Richardson (terjemahan Sihotang, 1977) mengatakan kenyataan bahwa perekonomian daerah bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksi/hasil produksi yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dpat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasidapat membantu menyedot output kapasitas penuh dari faktor -faktor produksi yang ada di daerah tersebut. Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang dapat diserap oleh kesempatan kerja lokal, maka migrasi neto dapat menyeimbangkan n dan g. Jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya sedikit longgar. Syarat statistik bagi perekonomian terbuka:

S + M + = I + X dapat dirumuskan menjadi: (s + m) Y = I + X, atau:

Y X m s Y

I

− + =


(33)

Ekspor daerah i dapat dirumuskan sebagai impor daerah-daerah lain. Sehingga menjadi persamaan berikut:

X1 =

n=

j 1 M

ji =

n=

j 1 m

jiYj

Ekspor daerah i = total impor daerah-daerah j dari dari daerah i = nilai m (marginal propensity to import) daerah-daerah j dari daerah ii dikalikan dengan tingkat pendapatan masing-masing setiap daerah j.

Dengan demikian, Richardson (dalam sihotang, 1977:34) merumuskan persamaan pertumbuhan suatu wilayah adalah:

g1 = j

j j ji i i V /Y Y m m

s + Σ

Berdasarkan rumus di atas maka agar suatu daerah tumbuh cepat atau g tinggi, dikehendaki agar s1 (tingkat tabungan) = tinggi, m1 (impor) = tinggi, ekspor = ke cil, v1 (capital output ratio/COR) = kecil, artinya dengan modal yang kecil dapat meningkatkan output yang sama besarnya. Yang termasuk dalam ekspor dan impor adalh barang konsumsi dan barang-barang modal. Dalam model ini, kelebihan datau kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau arus masuk dari setiap faktor di atas. Perumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat meyeimbang atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang.

Teori Harrod-Domar sangat perlu diperhatikan bagi wilayah yang masih terbelakang dan terpencil karena hubungannya akan mengarah


(34)

kepada heterogenus (makin pincang). Dalam kondisi seperti ini, biasanya barang modal sangat langka sehingga sulit melakukan konversi antara barang modal dengan tenaga kerja (Tarigan, 2005:50)

4. Teori Jalur Cepat Yang Disinergikan

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson (1955). Setiap negara atau wilayah perlu melihat sektor atau komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitve advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar.

Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung. Dengan demikian, pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat (turnpike), dan mensinergikan dengan sektor energi lain yang terkait akan membuat perekonomian tumbuh cepat (Tarigan, 2005:55)

5. Teori Basis Ekspor Richardson

Teori ini membagi kegiatan produksi, jenis pekerjaan yang terdapat dalam satu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service (pelayanan) yang biasa disebut juga sektor nonbasis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogeneus, yang artinya tidak terikat pada kondisi


(35)

internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong bertumbuhnya tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan pekerjaan service (non basis ) adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilyah tersebut. Artinya, sektor tersebut bersifa endogenus (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan.

Walaupun teori basis ekspor (ekspot base theory) adalah yang paling sederhana dalam membicarakan unsur -unsur pendapatan daerah, tetapi dapat memberikan kerangka teoritis bagi bagi studi empiris tentang multiplier regional walaupun dalam kenyataannya perlu dilengkapi dengan kebijakan lain agar bisa digunakan sebagai pengatur pengembangan wilayah yang komprehensif.

Teori basis ekspor membuat asumsi pokok bahwa ekspor adalah satu-satunya unsur -unsur eksogen (independen) dalam pengeluaran. Artinya, semua unsur pengeluaran lain terikat (dependen) terhadap pendapatan. Secara tidak langsung hal ini berarti di luar pertambahan alamiah, hanya peningkatan ekspor saja yang dapat mendorong peningkatan pendapa tan daerah, karena sektor -sektor lain terikat peningkatannya oleh peningkatan pendapatan daerah. Sektor lain hanya meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat. Jadi, satu-satunya yang bisa meningkat secara bebas adalah ekspor. Ekspor tidak terikat di dalam siklus pendapatan daerah. Asumsi kedua ialah bahwa


(36)

fungsi pengeluaran dan fungsi impor bertolak dari titik nol sehingga tidak akan berpotongan (intercept)

Berkenaan dengan daerah i dapat diuraikan sebagai berikut: Yi = (Ei - Mi) + Xi ... (1) Pendapatan pengeluaran untuk barang/jasa domestik ekspor dimana: Ei = ei Yi... (2) Mi = mi Yi... (3) Xi = X (eksogen)... (4) Dimana:

e1 = Marginal Propensity to Expenditure (hasrat membelanjakan uang)

m1 = marginal Propensity to import (hasrat membeli

barang impor)

Dengan mensubstitusikan fungsi-fungsi (2), (3), dan (4) ke dalam no. (1),

Maka: Yi = ei Yi - mi Yi + Xi , dengan demikian:

Yi = i i

1 m e -1

X

+ ... (5) Jika fungsi no. (5) diubah susunannya maka:

i i X Y

=1 ei mi 1

+


(37)

i i X Y

adalah rasio pendapatan terhadap ekspor yang disebut multiplier basis yang diberi simbol K.

K = 1 ei mi

1 +

... (7)

Jadi,, pendapatan regional adalah kelipatan dari ekpor, jika hasrat membelanjakan secara lokal (e - m) adalah lebih kecil daripada satu. Hasil yang diperoleh adalh, multiplier basis rata -rata sedangkan untuk

peramalan diperlukannya perubahannya, yaitu i i X

Y ∆ ∆

Apabila multiplier basis secara rata-rata sama dengan perubahannya maka hasil K tersebut dapat digunakan sebagai alat peramalan (Tarigan, 2005:57).

6. Model Pertumbuhan Interregional

Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan manambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Dalam model ini di asumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem ya ng terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat. Pertumbuhan interregional dapat dirumuskan sebagai berikut.

Pendapatan daerah adalah

Yi = Ci + Ii + Gi + Xi - Mi ... (8) Pendapatan = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + Ekspor -Impor


(38)

Dimana:

Ci = ai + ci + Ydi ... (9) Ydi = Disposible Income

ci = Marginal propensity to consume

Ii = i I

... (10)

Gi = i G

... (11) Xi = ? Mji = ? mji Yj ... (12)

j=1 j=1

Dimana: Mi = ? Mji Yid... (13) ` Ydi = Yi - Ti ... (14) Ti = tiYi ... (15) Dimana: t = tingkat pajak marginal

Ai = ai + i I

+ i G

... (16) Dimana: Ai = Pengeluaran otonom total

Jika persamaa n-persamaan (9) – (16) dimasukkan ke dalam persamaan no. (8) dan di tata kembali dalam rumus pendapatan daerah, akan menjadi:

Yi = 1 (c m )(1 t ) ) t 1 ( Y m A 1 ij j ji i − Σ − − − Σ +

i ... (17) Arti dari rumus ini adalah pendapatan daerah i terdiri dari penjumlahan pengeluaran otonom ditambah dengan ekspor dikali multiplier regional.


(39)

Multiplier Regional adalah

K = 1 (c m )(1 t ) 1

1 iji − Σ

− − i

Model no. (17) dapat disederhanakan menjadi Yi = A + Ki Xi

Pendapatan regional = pengeluaran otonom ekspor multiplier

Model ini berbeda dari model basis ekspor terdahulu. Dalam model interregional, perubahan pendapatan regional dapat berasal dari beberapa sumber dan tidak lagi semata -mata dari perubahan ekspor

7. Teori Migrasi Artur Lewis

Teori Artur Lewis mambahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan (rural) dan perkotaan (urban). Teori Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara terbagi menjadi dua, yaitu:

e. Perekonomian Tradisional Di Pedesaan

Perekonomian tradisional di daerah pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian. Di pedesaan pertumbuhan penduduk tinggi maka terjadi kelebihan supply tenaga kerja dan tingkat hifup masyarakat berada pada kondisi subsiten akibat perekonomian yang marginalnya juga subsiten. Oversupply tenaga kerja ini dengan marginalnya yang mempunyai nilai nol dan tingkat upah riil yang rendah. Realisasi antar upah dan jumlah tenaga kerja di dalam perekonomian pedesaan (sektor perekonomian) dapat dijelaskan dengan menggunakan model


(40)

ekonometris sederhana mengenai dinamika pasar tenaga kerja yang terdiri dari tiga persamaan sebagai berikut (Tambunan, 2001):

NpD = Fs (Wp, Qp) ... (2.1) Menggambarkan permintaan tenaga kerja NsD = Fs (Wp) ... (2.2) Menggambarkan penawaran tenaga kerja NpD = NpS... (2.3) Menggambarkan keseimbangan tenaga kerja

Akibat Oversupply tenaga kerja ini upah atau tinkat pendapatan di sektor pertanian (pedesaan) menjadi sangat rendah. Gambar 2.1 menggambarkan kelebihan (excess supply) tenaga kerja (NpS > NpD) di pedesaan (Tambunan, 2001)

Gambar 2.1

Kelebihan (excess suplly) tenaga kerja (NpS > NpD) di pedesaan

f. Perekonomian Modern di Perkotaan

Sebaliknya di perkotaan, struktur induustri mengalami kekurangan tenaga kerja (NiS < NiD). Sesuai perilaku rasional pengusaha, yakni mencari keuntungan maksimal,, kondisi pasar uruh seperti ini membuat produktivitas tenaga kerja sangat tinggi dan nilai produk marginal dari


(41)

tenaga kerja posotif, yang menunjukkan bahwa fungsi produksinya belum berada pada tingkat optimal yang dapat dicapai sesuai hukum mpasar. Tingginya produktivitas membuat tingkat upah riil pekerja di perkotaan


(42)

(Ei – Mi) = Volume perdagangan neto

?jXij = ?aijXj = Penggunaan produk industri manufaktur sebagai barang antara oleh sektor j

aij = koefisien input-output

Proses transformasi dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini (Tambunan, 2001)

Gambar 2.2

Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan Ekonomi : Suatu Ilustrasi

Sumber : Transformasi Ekonomi Di Indonesia, Teori dan Penemuan Empiris (Tambunan, 2001)

D. Pengertian Industri dan Tujuan Industrialisasi

Istilah industri mempunyai dua arti. Pertama industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Pengertian indutri yang kedua, industri dapat pula merujuk kesuatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengelola bahan mentah menjadi barang jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat berupa industrial, elektrikal maupun manual (Dumairy, 1997) .

Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi spesialisasi, dalam produksi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita


(43)

mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi sering juga diartikan sebagai suatu proses modernisasi ekonomi yang mencakup semua sektor ekonomi yang mencakup semua ekonomi yang ada yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri manufaktur. Walaupun sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi, industrialisasi itu sendiri bukan tujuan akhir, melainkan hanya merupakan merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mancapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi (Tambunan, 2001)

Tujuan industrialisasi antara lain modernisasi, menyediakan lapangan kerja beru, meningkatkan produktivitas, melepaskan ketergantungan dari daerah lain, memperkuat ketahanan nasional, mendukung sektor pertanian, meningkatkan kekebalan ekonomi terhadap gejolak konjungtur luar daerah dan luar negei dan sebagainya (Tambunan, 2001)

E. Pembangunan Industri Antar Daerah dan Keterkaitan Antar Industri Daerah

Pembangunan industri daerah merupakan suatu proses terkait antar kemauan masyarakat dan perencanaan dengan kemampuan sumberdaya yang tersedia di daerah tersebut. Prioritas investasi dalam bidang industri di beberapa daerah menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai pembangunan. Industri merupakan suatu sektor pemimpin (leading sector) karena industri tersebut merancang dan mendorong investasi-investasi di daerah lain.


(44)

Menurut Hirchman, pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dulu. Dalam sektor produksi mekaisme pe ndorong pembangunan (inducement mechanism) yang tercipta sebagai akibat dari adanya hubungan antara berbagai industri dalam menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan mentah bagi industri lainnya, dibedakan menjadi dua macam yaitu pengaruh kete rkaitan ke belakang (backward linkage effect) dan pengaruh keterkaitan ke depan (forward linkage effect). Pengaruh keterkaitan kebelakang maksudnya tingkatrangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri lainnya. Sedangkan pengaruh keterkaitan ke depan adalah tingkat rangsangan yang dihasilkan oleh industri yang pertama bagi input mereka (Arsyad, 1999).

F. Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perekonomian

Keterkaitan antar sektor diberbagai kegiatan ekonomi itu terdapat hubungan timbal balik dimana sektor industri menggunakan hasil produksi sektor pertanian , sedangkan sektor pertanian mengguankan hasil produksi sektor industri sebagai masukan, demikian pula dalam hubungannya dengan sektor jasa. Jadi ada saling ketergantungan diantara berbagai kegiatan produksi dalam kegiatan perekonomian. Keterkaitan antar sektor akan nampak lebih jelas dalam gambar di bawah ini (Suparmoko, 1997)


(45)

Target Output Sektor Usaha Kombinasi Input

Sumber: Ekonomika SDA, Suparmoko, 1997 Gambar 2.3

Keterkaitan Antar Sektor Industri, Pertanian dan Jasa serta Sumberdaya Alam dan Lingkungannya

Gambar di atas menunjukkan kegiatan tiga sektor ekonomi yang masing-masing mempunyai hubungan input-output demi kelangsungan produksi masing-masing sektor. Dalam kaitan sektor tersebut memerlukan berbagai faktor produksi yang berupa kapital, tenaga kerja, skill, teknologi dan sumberdaya alam.

Selanjutnya setiap sektor usaha dalam produksi menghasilkan barang dan jasa dalam perekonomian, akan semakin tinggi pula derajat kesehatan penduduk. Disisi lain kegiatan ekonomi akan menghasilkan pencemaran lingkungan yang mempunyai dampak negatif terhadap kesejahteraan manusia (Suparmoko, 1997)

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam penggunaan sumberdaya alam dalam produksi antar sektor akan optimal apabila faktor produksi masing-masing sektor efisien dalam penggunaannya. Selain itu perkembangan antar sektor sesungguhnya dapat mendorong kesejahteraan manusia.


(46)

G. Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Menur ut Arsyad (1999, 122) Strategi pembangunan ekonomi daerah dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu:

3 Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas

Melalui pengembangan program perbaikan kondisi fisik/lokalitas daerah yang ditujukan untuk kepentingan pemba ngunan industri dan perdagangan, pemerintah daerah akan berpengaruh positif bagi pengembangan dunia usaha daerah. Secara khusus tujuan strategi pembangunan fisik/lokalitas ini adalah untuk menciptakan identitas daerah/kota, memperbaiki basis pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat, dan memperbaiki daya tarik pusat ota (civic center) dalam upaya untuk memperbaiki dunia usaha daerah.

Alat unuk mencapai tujuan pembangunan fisik/lokalitas daerah ini mencakup antara lain:

a. Pembuatan bank tanah (la ndbarking). Hal ini bertujuan untuk mengetahui data tentang tanah yang penggunaannyakurang optimal, belum dikembangkan, atau salah penggunaan, dan sebagainya.

b. Pengendalian perencanaan dan pembangunan. Jika hal ini dilakukan dengan benar akan memperbaik i iklim investasi di daerah dan memperbaiki citra pemerintah.

c. Penataan kota (townscaping). Kemajuan di pusat-pusat perdagangan dapat dicapai melalui perbaikan-perbaikan sarana kalan raya dan perbaikan-perbaikan sarana pusat pertokoan.


(47)

d. Pengaturan tata ruang (zooning) dengan baik akan merangsang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah.

e. Penyediaan infrastruktur sarana. f. Dan sebagainya.

2 Srategi Pengembangan Dunia Usaha

Beberapa alat untuk mengembangkan dunia usaha ini yaitu:

a. Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui pengaturan kebijakan yang memberikan kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama mencegah penurunan kualitas lingkungan . b. Pembuatan pusat informasi terpadu yang dapat memudahkan

masyarakat dunia usaha untuk berhubungan dengan aparat pemerintah daerah untuk segala macam kepentingan, terutama mengenai masalah perijinan, rencana pembangunan ekonomi daerah, pemerintah daerah, ketersediaan lahan, ijin mendirikan bangunan, dan sebagainya.

c. Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil. Selain peranannya yang penting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai sumber dorongan kewirausahaan, usaha kecil sering kali mengalami kegagalan atau tidak dapat berkembang dengan baik.

d. Pembuatan sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang tidak ekonomis dalam produksi, meningkatkan daya saing terhadap produk-produk impor, dan meningkatkan sikap kooperatif antar sesama pelaku bisnis.


(48)

e. Pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang). Peningkatan persaingan di dunia usaha yang berbasiskan ilmu pengetahuan sekarang ini menuntut pelaku bisnis dan pemerintah daerah untuk secara terus menerus melakukan kajian tentang pengembangan produk baru, pengembangan teknologi baru, dan mencari pasar baru. f. Dan sebagainnya.

3. Strategi Pengembangunan Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan aspek penting dalam proses pengembangan ekonomi. Oleh karena peningkatan kualitas dan keterampilan sumberdaya manusia adlah suatu keniscayaan.

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia ini dapat dilkukan dengan cara antara lain:

a. Pelatiahan dengan sistem customizing training. Sistem pelatihan seperti ini adalah sistem pelatihan yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan si pemberi kerja

b. Pembuatan bank keahlain (Skiilbanks). Informasi yang ada pada bank keahlian berisi data tentang keahlian dan latar belankang orang yang menganggur di suatu daerah.

c. Penciptaan iklim yang mendukung bagi perkembangannya lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan (LPK) di daerah. Berkembangnya lembaga -lembaga pendidikan dan ketrampilan di suatu daerah secara tidak langsung bermanfaat bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia di daerah tersebut.


(49)

d. Pengembangan lembaga pelatihan bagi penyandang cacat itu sendiri untuk meningkatkan rasa harga diri dan percaya dirinya.

e. Dan sebagainya.

4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Strategi pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengembangkan suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu daerah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat sosial, misalnya melalui penciptaan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuha hidup mereka atau memperoleh keuntungan dari usahanya. H. Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian mengenai bidang ini telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, Suryagus (1994) menggunakan tabel input-output untuk meneliti struktur industri manufaktur di Jawa Tengah tahun 1998-1992. Penelitian ini membahas tentang keterkaitan antar industri baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang serta meninjau adanya hubungan antara produksi atau output tenaga kerja dan modal. Tabel input-output yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 54 sektor produksi yang terdiri dari 21 sektor industri manufaktur

Selanjutnya, Listyoningsih (2003) menggunakan tabel input-output nasional 19 sektor tahun tahun 1990 dan 1995. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keterkaitan ke depan dan ke belakang berbagai sektor ekonomi indonesia masih relatif kecil.


(50)

Berikutnya penelitian dilakukan oleh Hartono (2005) dengan judul “Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta” dengan menggunakan alat analisis yang sama pada penelitian ini yaitu analisis input output. Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu total permintaan sektor jasa tertinggi dibandingkan de ngan kelompok sektor pertanian dan industri, dimana sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan yang paling dominan dalam kelompok sektor jasa tersebut. Karena indeks total keterkaitan ke depan dan ke belakang kelompok sektor jasa-jasa lebih besar dari satu, maka sektor tersebut merupakan sektor “kunci”, artinya jika sektor tersebut dikembangkan akan dapat mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya di DKI Jakarta. Dalam sektor jasa, sub sektor jasa perbengkelan, jasa perbankan, jasa restoran, jasa telekomunikasi, jasa asuransi, jasa perusahaan, dan jasa kesehatan swasta merupakan sektor kunci perekonomian DKI Jakarta.

Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Marsuki (2006) dengan judul “Efektifitas Peran Perbankan Memberdayakan Sektor Ekonomi Unggulan” dengan kasus di Sulawesi Selatan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis ekonomi makro moneter dengan analisis Indeks konsentrasi (C) dan Location Quotion (LQ). Adapun simpulan dari penelitian ini yaitu perkembangan sektor moneter dan keuangan di Sulawesi Selatan dalam kaitannya dengan peran yang dilakukan sektor perbankan menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Secara langsung atau tidak mempunyai pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan beberapa


(51)

besaran atau agregate ekonomi makro daerah ini, seperti terhadap peningkata n peluang usaha, penyerapan tenaga kerja, serta terhadap stabilitas inflasi. Penyaluran kredit perbankan ke nilai sektor-sektor ekonomi unggulan umumnya secara relatif dan belum efektif seperti yang diharapkan, ini menunjukkan bahwa tampaknya perbankan di daerah ini dalam menyalurkan kreditnya belum mendasarkan keputusan pembukaan kantor dan penyaluran kreditnya sesuai dengan kondisi riel lapangan. Belum efektifnya peran perbankan yang disebabkan karena prilaku para ekonomi sendiri yang selalu khawatir untuk melakukan langkah-langkah strategis yang pro bisnis profesional, juga belum adanya suatu proses penyusunan perencanaan yang bersinergi antara pemerintah dengan para pelaku perbankan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Setiawan Santoso (2007) dengan judul “Analisis Peranan Sektor Jasa Perbankan Terhadap Perekonomian Di Jakarta Tahun 2000 ( Analisis Input Output ). Adapun kesimpulan yang di peroleh dalam penelitian ini yaitu nilai indeks keterkaitan ke depan atau indeks daya kepekaan sektor menunjukkan pengaruh sektor jasa perbankan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor -sektor lain sebesar satu juta maka sektor jasa perbankan akan mengalami peningkatan output. Output yang dihasilkan oleh sektor jasa perbankan merupakan komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan sektor-sektor perekonomian lainnya di DKI Jakarta.


(52)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana Analisis

Dalam penelitian ini akan digunakan alat analisis Input-Output (I-0). Dimana analisis input-output merupakan suatu alat analisis keseimbangan umum. Analsis itu didasarkan pada suatu situasi perekonomian dan bukan pendekatan teoritis semata. Kesimbangan dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antar pelaku perekonomian. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting dalam analsis ini lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah teknologi dalam kaitannya dengan input antara (Nazara, 1997).

B. Konsep Dasar Input Output

Model input output dikembangkan pertama kali oleh W. Leontief seorang kelahiran Rusia kebangsaan Amerika dari Harvard University pada tahun 1930-an. Model input ouput inilah yang membawa W. Leontief menerima hadiah nobel pada tahun 1973 (Iwan Jaya Aziz, 1994:6).

Jhingan (1996:751) menyebutkan bahwa analisis input output juga merupakan variasi terbaik keseimbangan umum yang mempunya i tiga unsur utama. Pertama, melalui analisis input output memusatkan perhatiannya pada perekonomian dalam keadaan seimbang. Kedua, tidak memusatkan perhatian pada analisis permintaan tetapi masalah teknis produksi. Ketiga, analisis ini didasarkan pada penelitian empiris.


(53)

41

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan model input output. Pertama, melalui model ini dapat diperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan kesempatan kerja yang ditawarkan diberbagai sektor produksi yang ada. Kedua, sektor -sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap perekonomian dapat diketahui melalui analisis input output. Ketiga, model input output juga dapat digunakan untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa, terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan subtitusinya. Keempat, dengan menggunakan model ini dapat dilihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai landasan perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut. Kelima, penyusunan proyeksi variabel-variabel ekonomi makro dapat dilakukan dengan memanfaatkan model input output. Keenam, model ini berguna dalam menganalisa perubahan harga yang dapat ditinjau dari pengaruh secara langsung dan tidak langsung dalam perubahan harga input terhadap harga output (Tabel Input Output Indonesia, 2000:5).

Suatu tabel input output menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi pada semua sektor yang ada dalam perekonomian, dengan bentuk penyajian berupa matriks. Dalam suatu tabel input ouput yang bersifat terbuka dan statis, transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel input output harus meme nuhi tiga asumsi dasar, yaitu (Tabel Input Output Indonesia, 2000:3):


(54)

42

1. Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada subtitusi otomatis terhadap input dari sektor yang berbeda.

2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antara input dan ouput pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input dari sektor yang bersangkutan.

3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel input output sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yaitu bahwa koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) sepanjang periode analisis atau proyeksi. Maka produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses produksi. Karena koefisien teknis dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor -sektor ekonomi dalam proses produksipun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Walaupun mengandung keterbatasan, model input ouput tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensip (Tabel I-O Indonesia. 2000:3).


(55)

43

Pada tabel 2.1. disajikan contoh Tabel I-O untuk sistem perekonomian yang terdiri dari tiga sektor produksi yaitu sektor 1,2, dan 3.

Tabel 3.1

Bagan Tabel Input Output Sistem Perekonomian Dengan Tiga Sektor Produksi

Permintaan Antara Sektor Produksi Alokasi Output

Input Antara

1 2 3

Permintaan Akhir Jumlah Output Input Antara Sektor Produksi 1 2 3 X11 X21 X31 X12 X22 X32 X13 X23 X33 F1 F2 F3 X1 X2 X3

Input Primer V1 V2 V3

Jumlah Input X1 X2 X3

Dari gambaran tersebut tampak bahwa penyusunan angka -angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait dari berbagai kegiatan antar sektor. Sebagai ilustrasi dapat diamati proses pengalokasian output pada tabel 2.1. Output sektor 1 pada tabel tersebut adalah sebesar X1 dan didistribusikan sepanjang baris sebesar X11, X12, dan X13 masing-masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, 2, dan 3, sedangkan sisanya sebesar F1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Begitu juga dengan output sektor 2 dan 3 masing-masing sebesar X2 dan X3,


(56)

44

dapat dilihat dengan cara yang sama dalam proes pengalokasian output sektor 1 (Tabel I-O DKI Jakarta, 2000:65).

C. Cara Perhitungan

X11 + Xi2 + ... + X1j ... + X1n + F1 + E1 = X1 + M1 X21 + X22 + ... + X2j ... + X2n + F2 + E2 = X2 + M2 Xi1 + Xi2 + ... + Xij ... + Xin + Fi + Ei = Xi + M3

.... .... ....

.... .... ....

.... .... ....

Xn1 +Xn2 + .... + XnJ + ... + Xnn + Fn + En = Xn + Mn ... (1) Disini xij adalah jumlah output sektor i yang diminta sektor j sebagai input bagi produksi output sektor j (permintaan antara), Fi adalah permintaan akhir domestik terhadap output sektor i, Ei adalah ekspor atau permintaan akhir luar negeri atau daerah, Xi adalah total sektor i dan Mi adalah jumlah sektor i. Dengan mensubstitusikan Xij maka persamaan (1) di atas akan menjadi :

a11X1 + a12X2 + ... + a1j Xj ... + a1n Xn + F1 + E1 = X1 + M1 a21X1 + a22X2 + ... + a2j Xj ... + a2n Xn + F2 + E2 = X2 + M2 ai1X1 + ai2 X2 + ... + aij Xj ... + ain Xn + Fi + Ei = Xi + Mi

.... .... ....

.... .... ....


(57)

45

An1X1 + an2X2 + ... + anj Xj ... + ann Xn + Fn + En = Xn + Mn ... (2) Persamaan (2) disederhanakan ke dalam persamaan matriks menjadi sebagai berikut:

Ax + F + E =X + M ... (3) Dimana:

A disebut matriks koefisien teknologi, matrik yang menunjukkan teknological input structure antar sektor perekonomia n aij dibaca sebagai jumlah output sektor i yang dibutuhkan sektor j untuk memproduksi satu unit output sektor j (Xij/Xj).

Persamaan (3) diatas adalah persamaan identitas untuk analisis input-output dengan perlakuan impor secara kompetitif. Impor setiap sektor ekonomi dianggap proporsional terhadap tingkat konsumsi domestik terhadap output sektor tersebut. Misalnya ditentukan proporsi ini sebagai koefisien import, maka koefisien suatu sektor ekonomi dapat dihitung sebagai berikut:

µ =

Akhir Permintaan Antara

Permintaan

impor + Atau a11 a12 ... a1j ... a1n a21 a22 ... a2j ... a2n ai1 ai2 ... aij ... ain ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... an1 a12 ... a1j ... a1n A =


(58)

46 µ =

F X

M ij+

sehingga µi =

(

Xij +F

)

Dengan demikian persamaan AX + F + E = X + M dapat diubah menjadi : X = AX + F + E – M – AX + F + E - µ (AX + F)

Dimana

µi = dan E =

Persamaan di atas dapat dituliskan menjadi :

X = AX + F + E – µAX – µF ... (4) Selanjutnya suku yang mengandung X dipindahkan ke sebelah kiri tanda persamaan, menjadi :

X – AX + µAX = F – µF + E ... (5) [I– (I – µ) A ]X = (I – µ) F + E ... (6) Maka X dalam persamaan (4) diatas berubah menjadi:

X = [I – (I – µ)A]-1[(I– µ )F + E] ... (7) X = [I – (I – µ)A]-1 adalah invers yang digunakan dalam analisis seperti diketahui dari persamaan (7) persamaan ini terbentuk dari dua bagian :

X = [I – (I – µ)A]-1 (I– µ)F, tanpa dengan ekspor ... (8) X = [I – (I – µ)A]-1 E, hanya ekspor... (9) X = AX + F + E... (10) Selanjutnya suku yang mengandung matriks X di pindahkan ke sebelah kiri tanda persamaan:

X – AX = F + E... (11) µi ... 0 ...0

0 ... µi ... 0 0 ... 0 ... µi

E1 Ei En


(59)

47

(I – A)X = F + E ... (12) Maka X dalam persamaan (4) berubah menjadi :

X = (I – A)-1 (F + E)... (13) (I – A)-1 adalah invers matriks leontief, (I – A)-1 F adalah output yang disebabkan oleh domestik (Final Demand) dan (I – A)-1 E adalah output yang disebabkan oleh ekspor (Foreign Final Demand). Domestik Final Demand biasanya terdiri dari elemen konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, dan investasi. Matriks Inverse leontief sering dilambangkan sebagai B, dengan elemen matriknya sebaga bij. bij dibaca sebagai sebagai besarnya output sektor i yang disebabkan oleh permintaan di sektor j sebesar satu unit.

D. Analisis Data Dengan Matriks Inverse Leontief 1. Analisis Indeks Total Keterkaitan

Indeks total keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Menurut Rasmussen indeks total keterkaitan meliputi indeks total keterkaitan ke belakang dan indeks total keterkaitan ke depan. Indeks total keterkaitan ke belakang suatu idustri atau suatu sektor menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut terhadap total pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian. Indeks total keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu


(60)

48

sektor terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian.

2. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Indeks total keterkaitan ke belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebaran (power of dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang. Rumus untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang yaitu :

BLj =

Dimana :

BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j αij = unsur matriks kebalikan Leontief

Besaran BLj dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata penyebaran seluruh sektor ekonomi. Bila BLj > 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila BLj < 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata -rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.

= n i ij b n 1

= = n j n i ij a 1 1


(61)

49 3. Indeks Total Keterkaitan ke Depan

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Total ke terkaitan ke depan disebut juga sebagai indeks derajat kepekaan (degree of sensitivity) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke depan. Rumus untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke depan yaitu :

FLi =

Dimana :

FLi = indeks total keterka itan ke depan sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontief

Nilai FLi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i sama dengan rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila FLi > 1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila FLi < 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i dibawah rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.

ij i i a X v n n i

=1

= = n j n i ij a 1 1


(62)

50

4. Analisis Sektor Kunci Menggunakan Forward dan Backward Process Dari analisis I-O dapat dilihat sektor -sektor kunci yang memiliki backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau daya sebar yang tinggi. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya. Sedangkan sektor yang mempunyai derajat kepekaan yang tinggi menunjukan bahwa sektor tersebut mempunyai keteergantungan yang tinggi terhadap sektor lain. Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam menggerakan roda perekonomian dan ditentukan berdasarkan indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan. Sektor kunci adalah sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan lebih besar dari satu.

E. Jenis Data Dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data yang digunakan yaitu data tabel input output perekonomian DKI Jakarta tahun 2000 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. Tabel input output DKI Jakarta tahun 2000 disajikan dalam bentuk matriks yang diklasifikasikan menjadi 89 sektor perekonomian. Sedangkan dalam


(63)

51

penelitian ini menganalisis peranan sektor jasa perbankan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Input adalah semua barang, jasa dan faktor produksi lainya yang digunakan dalam proses untuk menghasilkan output dihitung dalam satuan rupiah (BPS, 2000: 29). Input dibagi menjadi dua yaitu :

a. Input Primer adalah balas jasa atas pemakain faktor -faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewirausahan.

b. Input antara adalah input yang digunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa.

2. Output (total output) dalam hal ini adalah output regional, yaitu nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor -sektor produksi di suatu daerah tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya, dihitung dalam satuan rupiah. Total output yang ada tersebut kemudian digunakan untuk memenuhi permintaan.

3. Keterkaitan ke depan adalah hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir sautu sektor terhadap penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian.

4. Keterkaitan ke belakang adalah hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut terhadap pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian.


(64)

42 A. Deskripsi Data

1. Komposisi Nilai Tambah Bruto

Pada tabel 4.1 disajikan jumlah nilai tambah menurut komponennya. Komponen upah dan gaji yang diciptakan oleh kegiatan ekonomi di Jawa Tengah mencapai Rp. 33.893.355,43 juta di tahun 2000 dan sebesar Rp. 58.450.517,29 juta pada tahun 2004. Pada periode tersebut komponen upah dan gaji masing-masing berperan 28,78 persen dan 30,21 persen dari keseluruhan nilai tambah.

Tabel 4.1

Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya Di Jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah )

2004 2000

Kode

I-O Komponen Nilai Distribusi

(%) Nilai

Distribusi (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

201 202 203 204 205

Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung Subsidi 58.450.517,29 100.442.999,19 18.718.562,45 16.848.370,66 -1.025.186,54 30,21 51,92 9,67 8,72 -0,52 33.893.355,43 68.133.212,52 9.209.558,29 6.517.031,97 -2.659,25 28,78 57,86 7,82 5,55 -0,01 Jumlah 193,435,263.05 100,00 117.750.498,96 100,00 Sumber: Tabel Input Output DKI Jakarta Tahun 2000 dan 2004.


(65)

43 tahun 2000 peranan komponen ini dalam pembentukan nilai tambah di Jawa Tengah adalah sebesar 57.86 persen dengan nilai sebesar Rp. 68.133.212,52 juta dan pada tahun 2004 menurun menjadi 51,92 persen dengan nilai sebesar Rp. 100.442.999,19 juta. Bila diamati porsi upah dan gaji dalam struktur nilai tambah ternyata relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan surplus usaha, surplus usaha yang diterim a oleh pengusaha satu setengah kali lebih besar dibandingkan komponen upah dan gaji. Padahal upah dan gaji merupakan satu-satunya komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja. Surplus usaha sendiri belum tentu dapat langsung dinikmati ole h masyarakat, karena surplus usaha tersebut sebagian ada yang tersimpan atau ditanam di perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan. Dalam surplus usaha termasuk juga bagian pendapatan dari tenaga kerja yang tidak dibayar.

Sedangkan peranan komponen penyusutan dalam pembentukan nilai tambah di Jawa Tengah adalah sebesar 7,82 persen dengan nilai Rp. 9.209.558,29 juta pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan menjadi 9,67 persen dengan nilai Rp. 18.718.562,45 pada tahun 2004. Komponen pajak tak langsung mempunyai peran 5,55 persen dalam stuktur nilai tambah di Jawa Tengah dengan nilai Rp. 6.517.031,97 juta pada tahun 2000 dan meningkat menjadi 8,72 persen dengan nilai Rp. 16.848.370,66 pada tahun 2004. Komponen subsidi dari pemerintah Jawa Tengah pada tahun 2000 adalah sebesar 0,01 persen dengan nilai Rp. 2.659,25 juta dan


(66)

44 2. Struktur Permintaan Akhir

Barang dan jasa yang diprosuksi oleh sektor produksi dalam rangka proses produksi selain digunakan sebagai bahan baku oleh sektor produksi juga digunakan untuk memenuhi permintaan oleh konsumen akhir. Dalam terminologi I-O, penggunaan barang dan jasa untuk konsumen akhir disebut sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir dirinci menurut komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Bila jumlah komponen-komponen tersebut dikurangi dengan impor maka akan sama dengan jumlah pengunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor produksi domestik atau dikenal dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut penggunaannya. Dalam tabel 4.2 disajikan secara lengkap perbandingan struktur permintaan akhir pada tahun 2000 dan pada tahun 2004.


(67)

45 Struktur PDRB Jawa Tengah Menurut Komponen Permintaan Akhir

Tahun 2000 dan 2004 ( Jutaan Rupiah )

2004 2000

No.

Komponen Permintaan Akhir

Kode

Nilai Persentase

thd PDRB Nilai

Persentase thd PDRB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Permintaan Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Antar Daerah Ekspor Antar Propinsi Ekspor Luar Negeri

301 302 303 304 305AD 305AP 305LN 126.581.641 19.450.223 32.603.178 -2.776.338 48.309.858 27.830.279 20.704.207 65.25 10.02 16.81 -1.43 24.90 14.34 10.67 65.541.748 10.471.986 20.260.966 4.601.227 30.755.211 26.921.321 11.468.613 55.38 8.84 17.13 3.89 26.99 22.76 9.67 Jumlah Permintaan Akhir 309 272.703.047 170.021.068

7. 8. 9.

Impor Antar Daerah Impor Dari Luar Negeri Impor Dari Propinsi Lain 401AD 401AP 401LN 17.170.607 20.457.449 41.068.528 -8.85 -10.54 -21.17 17.041.825 22. 347.154 12.297.338 -14.40 -18.89 -10.39

PDRB 194. 007.023 100,00 118.334.751 100,00

Sumber: Tabel Input Output jawa Tengah Tahun 2000 dan 2004.

Pada tahun 2004 dan 2000 jumlah permintaan akhir yang tercipta masing-masing adalah sebesar Rp. 272.703.047 juta dan Rp. 170.021.068 juta. Komponen konsumsi rumah tangga masih menjadi pengguna PDRB terbesar selama kurun waktu tersebut. Bila pada tahun 2000 sebanyak 55,38 persen PDRB Jawa Tengah digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga maka pada tahun 2004 meningkat menjadi sekitar 65,25 persen. Sebaliknya, tampak terjadi penurunan persentase penggunaan PDRB untuk pembentukan modal tetap bruto. Pada tahun 2000 sebanyak 17,13 persen PDRB digunakan untuk investasi melalui pembentukan


(68)

46 PDRB menunjukkan peranan sebesar 8.50 persen namun pada tahun 2004 peranannya meningkat cukup signifikan, yakni menjadi 10.63 persen.

B. Analisis Hasil Estimasi Data

1. Hasil Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan

Indeks total keterkaitan ke depan yang memiliki nilai lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut mempunyai kemampuan yang kuat untuk mendorong pertumbuhan output industri hilirnya atau dengan kata lain kemampuan sektor tersebut untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor -sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Output yang dihasilkan oleh sektor tersebut merupakan komoditi intermedier, dalam artian merupakan bahan baku bagi industri-industri dan sektor-sektor perekonomian lainnya. Nilai tersebut juga menunju kkan besarnya peranan sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah. Dari hasil olah data tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2000 maka dapat diperoleh indeks derajat kepekaan atau indeks keterkaitan ke depan. Dalam tabel 4.3 menyajikan tujuh sektor yang memiliki nilai indeks total keterkaitan ke depan terbesar berdasarkan tabel input output Jawa Tengah Tahun 2000.


(1)

Sektor 7 8 9 10 11 12

1 0 10221310 26785.13 0 0 0

2 0 2453796.7 3955.17 0 0 0

3 0 4684873.6 1334323.6 0.08 0 0

4 0 172525.39 93119.5 0 0 0

5 1062.61 445.01 2504087.6 0 0.16 730689.95

6 0 545579.06 6644.83 0 0 0

7 34493.09 650171.76 3650598.1 32396878 3821929 2471528.8

8 0 6475973.8 2205765.6 0 0 0

9 47637.91 5795610.2 26260533 201.31 54439.06 8263868.5 10 89775.3 2122376.4 1735926.4 268.23 232037.78 2116349.1 11 825.54 213915.2 1253346.5 35.11 235147 36049.08 12 66279.17 31934.75 69359.67 43.17 18614.28 23641.69 13 52567.91 7560367.2 7181424.8 642.61 187367.47 3092110.6 14 55010.47 2938700.8 567421.8 47.29 2248.79 491334.88 15 56426.32 2571139.7 2039926.1 15281.6 53824.96 627842.3 16 5651.36 447055.86 238918.74 23.13 11179.66 298107.94 17 359.03 34071.73 26686.13 3.16 541.17 47774.97 18 9090.73 489522.07 81591.26 23.05 8496.34 177904.37

19 0 0 0 0 0 0

190 419179.44 47409369 49280414 32413447 4625825.7 18377202

200 0 0 0 0 0 0

201 628740.38 4687778.3 6599590.5 4038935.9 640438.82 5098311.6 202 990870.63 8531625.7 9532329.6 9815874.1 1386839 3736349.4 203 177297.72 2232111.2 2249015.9 3594797.9 1240486 1256131.9 204 58220.88 10575384 995285.83 329886.24 63830.71 808538.83

205 0 0 -46031.91 0 -969681.2 0

209 1855129.6 26026899 19330190 17779494 2361913.4 10899332 210 2274309.1 73436268 68610604 50192941 6987739 29276534


(2)

Sektor 13 14 15 16 17 18

1 4173.59 0 0 0 6958.72 847.36

2 10292.41 417593.62 5151.1 0.4 340382.14 24091.21 3 1422.84 46558.95 878.24 18.86 7368.8 11103.29 4 0 597781.11 16598.82 4.6 82434.33 11244.24

5 727.23 998.11 349.83 3.29 665.23 863.3

6 0 149167.12 2770.41 935.06 31426.19 4137.05 7 1469.87 8.16 14530.92 0 124828.29 59498.3 8 41809.01 3093659 337385.82 111408.98 1000455.9 148946.43 9 2168926.3 19303.03 1203386.4 123031.43 1856358.8 1081466 10 1863085.2 22434.96 2279785 80346.99 542783.92 32372.16 11 2142973.7 29252.07 150104.09 64544.08 323553.75 108440.29 12 766675.34 4986.11 304484.33 761345.35 670203.34 21958.96 13 1153606 2336010.7 1364670.2 129491.86 1455614.6 600225.88 14 3205163.1 7639.27 524405.79 133169.46 2384730.6 85969.17 15 3154813.5 106349.79 1145845.4 209688.54 602850.55 114877.55 16 1933247 8412.63 295554.64 303099.27 95611.4 63160.04 17 7603.77 7138.27 126099.23 223630.03 139909.75 18935.31 18 444544.14 7637.84 599773.63 112555.28 351379.31 135463.65

19 0 0 0 0 0 0

190 16900533 6854930.8 8371773.8 2253273.5 10017516 2523600.2

200 0 0 0 0 0 0

201 7220385.4 1874664.2 2748959.3 636184.2 14608232 2337692.2 202 21071565 3823743 4450331.6 5608393.6 0 1444455.6 203 1793730.2 447341.32 3401034.9 585897.41 737005.91 383670.52 204 2214756.1 496802.5 368476.94 310060.79 0 136473.75

205 0 0 -9473.4 0 0 0

209 32300437 6642551.1 10959329 7140536 15345238 4302292.1 210 49200970 13497482 19331103 9393809.4 25362754 6825892.3


(3)

Sektor 19 180 301 302 303 304

1 0 11593149 0 0 0 2087.4

2 0 3873001.7 10954592 0 0 313470.12

3 0 6167244.1 1519070.7 0 0 -885349.1

4 0 1315752.9 5122255.6 0 504512.4 -220075.8

5 0 3252179.1 278557.45 0 0 -314799.2

6 0 850981.97 1450347 0 0 0

7 0 43225983 1427.88 0 0 -817827.6

8 0 15858724 38567661 0 0 -3601887

9 0 47942232 20351477 0 4468366.2 -461046.3

10 0 11278113 10915541 0 0 5800780.4

11 0 4565589.8 2422149.2 0 0 0

12 0 2884710.7 0 0 26391623 0

13 0 26148285 10338607 0 709732.87 -2065827

14 0 10449773 3047709.3 0 0 0

15 0 10901479 6655786.6 0 158949.34 -525863.8

16 0 3729639.6 5664169.9 0 0 0

17 0 635459.14 5277071.6 19450223 0 0

18 0 2440680.7 4015217.6 0 369994.05 0

19 0 0 0 0 0 0

190 0 207112978 126581641 19450223 32603178 -2776338

200 0 0 0 0 0 0

201 0 58450517

202 0 100442999

203 0 18718562

204 0 16848371

205 0 -1025187

209 0 193435263


(4)

Sektor 305AD 305AP 305LN 305 309 310

1 5693.06 0 0 5693.06 7780.46 11600930

2 4111715 233312.97 51906.13 4396934.1 15664996 19537998 3 109127.83 19578.07 206177.47 334883.37 968605.04 7135849.1 4 1524605.9 19181.27 1453.74 1545240.9 6951933.1 8267686 5 23821.69 45343.77 17949.08 87114.54 50872.75 3303051.9 6 1095.84 0 261338.63 262434.47 1712781.5 2563763.5 7 202826.86 918.34 16216.96 219962.16 -596437.6 42629545 8 17438211 6988612.7 1969842.7 26396666 61362440 77221163 9 13582982 910065.67 10687979 25181026 49539823 97482056 10 1141260.5 15608084 5454121 22203465 38919786 50197900

11 0 0 0 0 2422149.2 6987739

12 0 0 0 0 26391623 29276334

13 9002609.7 3407444.8 1660116.9 14070171 23052685 49200970

14 0 0 0 0 3047709.3 13497482

15 1165909.5 597737.17 377105.37 2140752 8429624.1 19331103

16 0 0 0 0 5664169.9 9393809.4

17 0 0 0 0 24727295 25362754

18 0 0 0 0 4385211.6 6825892.3

19 0 0 0 0 0 0

190 48309858 27830279 20704207 96844344 272703047 479816025

200 0 0 0 0 0 0


(5)

Sektor 401AD 401AP 401LN 401 402 403

1 0 0 0 0 0 0

2 115321.3 2569.36 808280.52 926171.18 7538.64 62.2 3 1841197.2 546961.14 237522.87 2625681.3 878.21 26.61

4 169236.95 0 851.3 170088.25 3.79 0.02

5 342.03 2382825.8 30228.55 2413396.3 77.82 15.74 6 2105.02 86.98 101775.17 103967.17 3210.29 125.06 7 17667.18 7921309.7 32375001 40313978 33389.77 7868.6 8 1162368.4 379439.36 2114748.8 3656556.5 119438.96 8899.54 9 13862165 9220837.1 5398788 28481790 290273.45 99387.88 10 203.82 3419.58 1331.59 4954.99 3.91 0.11

11 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0

190 17170607 20457449 41068528 78696584 454814.84 116385.76

200 0 0 0 0 0 0


(6)

Sektor 409 501+502 503 509 600 700

1 0 0 0 0 11600929.9 11600929.9

2 933772.02 0 0 0 18604225.7 19537997.7

3 2626586.1 0 0 0 4509263.02 7135849.09

4 170092.06 0 0 0 8097593.93 8267685.99

5 2413489.9 0 0 0 889561.95 3303051.85

6 107302.52 0 0 0 2456460.93 2563763.45

7 40355236 0 0 0 2274309.05 42629545.1

8 3784895 0 0 0 73436268.3 77221163.4

9 28871452 0 0 0 68610603.8 97482055.6

10 4959.01 0 0 0 50192940.9 50197899.9

11 0 0 0 0 6987739.01 6987739.01

12 0 0 0 0 29276333.9 29276333.9

13 0 0 0 0 49200970 49200970

14 0 0 0 0 13497481.9 13497481.9

15 0 0 0 0 19331103.2 19331103.2

16 0 0 0 0 9393809.44 9393809.44

17 0 0 0 0 25362793.7 25362753.7

18 0 0 0 0 6825892.28 6825892.28

19 0 0 0 0 0 0

190 79267784 0 0 0 400548281 479816025

200 0 0 0 0 0 0