Peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta: analisis input-output

(1)

PERANAN SEKTOR PARIWISATA DALAM

PEREKONOMIAN PROVINSI DKI JAKARTA:

ANALISIS INPUT-OUTPUT

OLEH

PUTRI NILAM KENCANA H14070033

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

PUTRI NILAM KENCANA. Peranan Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output (dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO).

Pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat nasional menghadapi berbagai masalah seperti masalah kemiskinan dan pengangguran. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan upaya pemerataan distribusi pendapatan. Dalam rangka mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dan publik perlu mengetahui informasi mengenai sektor-sektor apa saja yang mampu menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tinggi dan sektor mana yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Salah satunya adalah sektor pariwisata.

Provinsi DKI Jakarta yang merupakan ibukota dari Negara Republik Indonesia memegang peranan yang penting dalam pengembangan sektor pariwisata di Indonesia. DKI Jakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata karena letaknya yang cukup strategis, mudah dijangkau, dan daya tariknya sebagai ibukota negara. Pengembangan dan pemanfaatan kegiatan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan sehingga dapat mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran.

Penelitian ini bertujuan menganalisis sejauh mana peran sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Metode yang digunakan adalah analisis Input-Output dengan menggunakan program IOAP (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, klasifikasi 87 sektor. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis pengganda (multiplier).

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi mempunyai nilai tertinggi untuk masing-masing nilai pengganda. Dapat dikatakan subsektor ini merupakan subsektor prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta karena merupakan subsektor yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Pengembangan pada subsektor jasa hiburan dan rekreasi ini dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran di DKI Jakarta.

Dengan mempertimbangkan besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta, pengembangan sektor pariwisata untuk masa mendatang perlu mendapat prioritas. Pemerintah DKI Jakarta diharapkan dapat mengatasi kendala yang disebabkan oleh minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan dan promosi sektor pariwisata.


(3)

PERANAN SEKTOR PARIWISATA DALAM

PEREKONOMIAN PROVINSI DKI JAKARTA:

ANALISIS INPUT-OUTPUT

Oleh

PUTRI NILAM KENCANA H14070033

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(4)

Judul Skripsi : Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output

Nama : Putri Nilam Kencana

NRP : H14070033

Menyetujui, Dosen Pembimbing

D.S. Priyarsono, Ph.D NIP. 19610501 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, April 2011

Putri Nilam Kencana H14070033

 

                           


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Putri Nilam Kencana, lahir pada tanggal 22 Januari 1989 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan H. Rinaldi Ismail dan Hj. Yufliana. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2001 di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 2001 sampai tahun 2004 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA Negeri 34 Jakarta dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Program Studi Ilmu Ekonomi dan mengambil minor Manajemen Fungsional. Selama menjadi mahasiswa, penulis mencoba mengaktualisasi diri bergabung dengan HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) sebagai staf pada Divisi Kerjasama dan Hubungan Eksternal dan organisasi IMEPI (Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia) sebagai anggota. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Hipotex-R 2009, Studi Banding dan Riset (Stubandrie) FEUI-IPB 2009, Latihan Kepemimpinan dan Organisasi (LKO) IMEPI Jabagbar 2010, Hipotesa Social Responsibility (HSR) 2010, Economic Trip (E-trip) 2010, Economic Work (E-work) 2010, Panitia Perpisahan Ilmu Ekonomi 44 2011, dan kegiatan kepanitiaan lainnya.

Tahun 2011 penulis melakukan penelitian dengan judul “Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output” untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output”. Pariwisata merupakan topik yang sangat menarik karena berdampak positif terhadap pembangunan di daerah dan perkembangan perekonomian. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Provinsi DKI Jakarta. Disamping hal tersebut, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:

1. Dominicus Savio Priyarsono, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Alla Asmara, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.

4. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

5. Kedua Orangtua tercinta Papa H. Rinaldi Ismail dan Mama Hj. Yufliana, adik Patricia Bebby Yolla serta segenap keluarga besar, yang telah


(8)

memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi, dukungan baik moril maupun material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabatku Restystika Dianeswari, Nur Najmi Laila dan Sartika

Wulandari atas sharing, motivasi, dukungan, dan doanya untuk penulis selama ini.

7. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Hesti Ayu Hapsari, Fatmawati dan Ni Luh Putu Aria Permanasari atas semangat, motivasi, doa, dan perjuangan yang luar biasa ini.

8. Sahabat-sahabatku di Ilmu Ekonomi 44: Ranty Purnamasari, Putri Pamungkas, Sari Maulidyawati, Resti Anditya, Dyah Pramita Raharti, Hilman Kurniawan, Nhimas Antyan, Retno Khairunnisa, Novia Handayani, Ajeng Endartrianti, Michelia Widya Agri, Merry Veronica, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan, semangat dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak kelas Ilmu Ekonomi 43: Kak Fazlur, Kak Dina, Kak Ayu, Kak Agnes, Kak Intan atas bantuan dan dukungan semangatnya bagi penulis. 10.Hipotesa dan CER 2010, atas kebersamaannya yang luar biasa.

11.Ibu Susi Metinara dari BPS Pusat dan Bapak Hasbullah dari BPS Provinsi DKI Jakarta yang telah membantu penulis memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, April 2011

Putri Nilam Kencana


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... . i

DAFTAR ISI ... . iii

DAFTAR TABEL ... . vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... . ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang .………... 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 5

1.3. Tujuan Penelitian ..………... 7

1.4. Manfaat Penelitian ………... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1 Tinjauan Pustaka... 10

2.1.1. Definisi Kepariwisataan ... 10

2.1.2. Definisi Wisatawan ... 12

2.1.3. Usaha-Usaha Pariwisata ... 13

2.1.4. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional ... 15

2.1.5. Peran Sektor Pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta... 17

2.2. Tinjauan Empiris ... 18

2.3. Kerangka Pemikiran ... 22

2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output ... 22

2.3.2. Asumsi-Asumsi, Keuntungan dan Keterbatasan dalam Model Input-Output ... 24

2.3.3. Struktur Tabel Input-Output ... 27

2.3.4. Analisis Keterkaitan... 32

2.3.5. Analisis Dampak Penyebaran... 34


(10)

2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 38

2.5. Tahap-tahap Analisis... 42

III. METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 44

3.3. Metode Analisis ... 45

3.3.1. Analisis Keterkaitan ... 45

3.3.2. Analisis Dampak Penyebaran ... 47

3.3.3. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 49

3.4. Analisis Simulasi Investasi Publik ... 51

3.4.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD ... 52

3.4.2. Peningkatan Investasi Publik ... 52

3.5. Konsep dan Definisi Operasional Data ... 53

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA ... 63

4.1. Sektor Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta ... 65

4.2. Objek Wisata di Provinsi DKI Jakarta ... 67

4.3. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Provinsi DKI Jakarta ... 72

4.4. Kontribusi terhadap Tenaga Kerja dan Pendapatan ... 73

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

5.1. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 74

5.1.1. Struktur Permintaan ... 74

5.1.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga ... 77

5.1.3. Struktur Konsumsi Pemerintah ... 78

5.1.4. Struktur Investasi ... 79

5.1.5. Struktur Ekspor dan Impor ... 81

5.1.6. Struktur Nilai Tambah Bruto ... 83

5.2. Analisis Keterkaitan ... 85

5.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 85

5.2.2. Keterkaitan ke Belakang ... 87

5.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 90


(11)

5.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 92

5.4. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 94

5.4.1. Pengganda Output ... 94

5.4.2. Pengganda Pendapatan ... 96

5.4.3. Pengganda Tenaga Kerja ... 98

5.4.4. Analisis Penetapan Sektor Prioritas ... 100

5.5. Analisis Simulasi Investasi Publik ... 101

5.5.1. Peningkatan Anggaran Sektor Pariwisata dalam APBD... . 102

5.5.2. Peningkatan Investasi Publik ... 104

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

6.1. Kesimpulan ... 107

6.2. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

LAMPIRAN ... 112

         


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 

1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) ... 2

1.2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006... 3

2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output ... 27

2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output ... 29

3.1. Rumus Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ... 49

4.1. PDRB Sektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) ... 66

4.2. Jumlah Wisatawan untuk Masing-masing Objek Wisata Unggulan di Provinsi DKI Jakarta ... 72

5.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Provinsi DKI Jakarta ... 76

5.2. Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 77

5.3. Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 79

5.4. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 80

5.5. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 82

5.6. Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 84

5.7. Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 86

5.8. Keterkaitan Output ke Depan Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 87

5.9. Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... .. 88

5.10. Keterkaitan Output ke Belakang Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 89

5.11. Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 91


(13)

5.13. Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor

Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 93 5.14. Kepekaan Penyebaran Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 93 5.15. Pengganda Output Sektor-Sektor

Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 95 5.16. Pengganda Output Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 96 5.17. Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor

Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 97 5.18. Pengganda Pendapatan Subsektor Pariwisata Provinsi DKI Jakarta ... 98 5.19. Pengganda Tenaga Kerja Sektor-Sektor

Perekonomian Provinsi DKI Jakarta ... 99 5.20. Pengganda Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata

Provinsi DKI Jakarta ... 100 5.21. Indeks Pengganda Aktual Subsektor Pariwisata

Provinsi DKI Jakarta ... 101 5.22. Dampak Peningkatan APBD Pariwisata

pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja, Tahun 2006 ... 103 5.23. Dampak Peningkatan Investasi Publik untuk Sarana dan Prasarana

Pariwisata pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja, Tahun 2006 ... 105

     


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 

2.1. Skema Kerangka Pemikiran Konseptual ... 41 4.1. Peta Wilayah Provinsi DKI Jakarta ... 63  

                                   


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 

1. Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta

berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006...112

2. Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 13 Sektor (dalam juta Rupiah) ... 117

3. Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (dalam juta Rupiah) ... 119

4. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 13 Sektor ... 121

5. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor ... 123

6. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 13 Sektor ... 125

7. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 9 Sektor ... 126

8. Pengganda (Multiplier) Output Klasifikasi 13 Sektor ... 127

9. Pengganda Output Klasifikasi 9 Sektor ... 128

10. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 13 Sektor ... 129

11. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor ... 130

12. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 13 Sektor ... 131

13. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor ... 132

 

 

 

 

 


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

 

Pembangunan ekonomi baik di tingkat global maupun di tingkat nasional menghadapi berbagai masalah seperti masalah kemiskinan dan pengangguran. Analisis tentang kedua hal yang saling berkaitan tersebut telah menjadi bahan perdebatan yang sangat menarik terutama bagi para penentu kebijakan yang akan melakukan pemilihan strategi kebijakan yang pantas untuk diterapkan. Untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan tetapi pertumbuhan ekonomi saja dinilai belum cukup efektif, diperlukan upaya lain seperti upaya pemerataan distribusi pendapatan agar dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan harus dilakukan secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu bagian yang terintegrasi. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta akan meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Masalah kemiskinan dan pengangguran tidak hanya terjadi di daerah atau pedesaan tetapi juga banyak terdapat di perkotaan, bahkan kota-kota besar. Kota besar seperti DKI Jakarta mempunyai masalah tersendiri tentang kemiskinan dan pengangguran yang sampai saat ini belum dapat terpecahkan. Dalam rangka mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dan publik perlu mengetahui informasi mengenai sektor-sektor apa saja yang


(17)

mampu menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tinggi dan sektor mana yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)

SEKTOR 2006 2007 2008 2009

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pertanian 293.874 0,09 298.415 0,09 300.720 0,08 301.754 0,08 Pertambangan dan

Penggalian 933.061 0,30 937.343 0,28 940.367 0,27 899.561 0,24

Industri

Pengolahan 53.721.724 17,17 56.195.163 16,88 58.367.314 16,50 58.447.652 15,73

Listrik, Gas dan

Air Bersih 2.075.804 0,66 2.183.806 0,66 2.321.902 0,66 2.428.265 0,65 Bangunan 31.166.114 9,96 33.600.764 10,09 36.178.854 10,23 38.422.395 10,34

Perdagangan 52.156.072 16,67 55.735.700 16,74 59.619.003 16,86 61.590.550 16,58 Pariwisata 45.009.944 14,39 50.502.886 15,17 56.412.878 15,95 63.545.427 17,11 Keuangan,

Persewaan, dan

Jasa Perusahaan 94.342.479 30,16 98.558.328 29,60 102.707.651 29,04 106.788.434 28,75

Jasa-jasa 33.127.640 10,59 34.958.850 10,50 36.845.368 10,42 38.975.265 10,49

TOTAL PDRB 312.826.712 100 332.971.255 100 353.694.057 100 371.399.303 100 Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010

Dari Tabel 1.1 di atas dapat diketahui PDRB yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta. Dari tabel tersebut diperoleh informasi sektor-sektor apa saja yang menghasilkan jumlah PDRB tinggi di antaranya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata.

Selain informasi mengenai sektor-sektor penghasil PDRB tinggi, diperlukan pula informasi mengenai sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Data pada Tabel 1.2 berikut ini menyajikan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sembilan sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2006.


(18)

Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006

Sektor Jumlah Tenaga Kerja

(000)

Persen

Pertanian 27.093 0,71

Pertambangan dan Penggalian 9.093 0,24 Industri Pengolahan 636.490 16,69 Listrik, Gas dan Air Bersih 18.517 0,49

Bangunan 178.142 4,67

Perdagangan 1.053.828 27,64

Pariwisata 688.104 18,05

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 285.060 7,48

Jasa-jasa 916.263 24,03

TOTAL 3.812.590 100

Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010

Dari tabel 1.2 tersebut dapat diketahui sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar di Provinsi DKI Jakarta, di antaranya sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan sektor pariwisata.

Dari informasi PDRB yang dihasilkan sektor-sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta beserta jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh tiap-tiap sektor tersebut, dapat diketahui bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan karena menghasilkan PDRB cukup tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan yang lebih dalam mengenai sejauh mana peran sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta.

Menurut Wahab (1992), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari pengembangan sektor pariwisata salah satunya adalah menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, bahasa, adat istiadat dan cita rasa yang beraneka ragam pula. Selain itu pariwisata tidak akan menimbulkan masalah


(19)

polusi dan akan terus mengalami perkembangan tanpa harus merusakkan sumber daya alam di suatu wilayah.

Suwantoro (1997) berpendapat bahwa terdapat beberapa alasan sektor pariwisata perlu dipacu untuk dijadikan sumber pendapatan andalan di samping migas sebagai komoditi pendukung kelangsungan pembangunan nasional, antara lain yaitu frekuensi perjalanan wisata di dunia yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu pariwisata dapat meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan pariwisata tidak mengenal proteksi atau quota seperti komoditi lainnya. Potensi pariwisata Indonesia tersebar di seluruh wilayah dan beraneka ragam macamnya. Pariwisata sudah menjadi kebutuhan hidup manusia pada umumnya. Semakin sejahtera seseorang maka semakin banyak peluang dan keinginan untuk melakukan kegiatan wisata. Dari waktu ke waktu kehidupan seseorang akan semakin sejahtera, sehingga akan semakin banyak peluang dan keinginan untuk berwisata, oleh karena itu sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan.

Di samping sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama, Jakarta juga merupakan pintu gerbang Indonesia. Perkembangan Provinsi DKI Jakarta sebagai daerah tujuan wisata semakin pesat dan meluas khususnya jenis wisata belanja, kuliner, alam, seni, budaya dan sejarah. Perkembangan wisata tersebut baik langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta (Budhiman, 1996).

Pariwisata bagi kota Jakarta merupakan salah satu kategori kegiatan ekonomi yang memberi kontribusi besar terhadap perputaran roda perekonomian daerah. Konsep kepariwisataan menyangkut berbagai kategori kegiatan ekonomi


(20)

(lintas kategori kegiatan ekonomi), sehingga kontribusi ekonominya, baik mengenai pertumbuhan, pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, dan pola investasi makin meluas. Luasnya ruang lingkup kegiatan yang termasuk dalam kategori kegiatan ekonomi ini, beragamnya jenis usaha serta keterkaitannya (baik keterkaitan ke belakang/backward linkages maupun keterkaitan ke depan/forward linkages) yang sangat erat dengan kategori kegiatan ekonomi lainnya, merupakan indikator yang menunjukkan pentingnya sektor pariwisata ini dalam perekonomian kota Jakarta (Neraca Satelit Pariwisata Daerah DKI Jakarta, 2004). 

1.2. Perumusan Masalah

Sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta diharapkan mampu mengatasi permasalahan ekonomi yang selama ini menjadi permasalahan struktural yang dihadapi oleh Ibukota Negara Republik Indonesia ini. Salah satu permasalahan ekonomi utama yang dihadapi Kota Jakarta adalah masalah kemiskinan dan pengangguran.

Pada dasarnya kunjungan wisatawan ke Provinsi DKI Jakarta cukup tinggi, hal ini dapat terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan pada 5 (lima) obyek wisata unggulan di DKI Jakarta yang pada tahun 2006 mencapai 17.733.151 kunjungan, angka ini mengalami peningkatan dari jumlah kunjungan pada tahun 2005. Lima obyek wisata unggulan ini antara lain Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional (Monas) dan Museum Nasional (Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, 2006).


(21)

Pembangunan yang dilakukan di sektor pariwisata ditujukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah. Dalam hal ini pengembangan kepariwisataan di Provinsi DKI Jakarta sangat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja serta mengurangi angka kemiskinan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan kebijakan-kebijakan yang tepat bagaimana mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang salah satunya adalah sektor pariwisata agar mampu mengurangi tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin tersebut.

Keberadaan suatu sektor tentunya tidak akan lepas dari keberadaan sektor lain. Begitu pula dengan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya. Perubahan yang terjadi pada sektor pariwisata akan berpengaruh terhadap sektor lainnya, dan begitu pula sebaliknya, perubahan sektor lain akan berpengaruh terhadap sektor pariwisata. Perkembangan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor kunci bagi perkembangan sektor lainnya dan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian mengenai seberapa besar peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan sektor pariwisata dalam menyumbang kontribusinya pada perekonomian Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi fokus utama penelitian ini. Permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut:


(22)

1. Bagaimana peranan sektor pariwisata dalam pembentukan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan dan nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta?

2. Bagaimana keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta?

3. Bagaimana dampak penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor perekonomian lainnya di Provinsi DKI Jakarta?

4. Bagaimana efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan dan nilai tambah bruto Provinsi DKI Jakarta.

2. Menganalisis keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta.

3. Menganalisis dampak penyebaran sektor pariwisata dan bagaimana pengaruhnya terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya di Provinsi DKI Jakarta.

4. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Provinsi DKI Jakarta

dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata di Provinsi DKI Jakarta.

2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Sebagai wawasan mengenai peranan pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta bagi para pembaca.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor yang kemudian diagregasi menjadi tiga belas sektor dan sembilan sektor. Agregasi menjadi tiga belas sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan subsektor pariwisata (subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, subsektor jasa hiburan dan rekreasi) satu sama lain. Sedangkan agregasi menjadi sembilan sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan sektor pariwisata secara keseluruhan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen.

Sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi.


(24)

Dalam penelitian ini, metode analisis input-output yang digunakan adalah metode analisis input-output terbuka. Artinya, salah satu komponen permintaan akhir yaitu konsumsi rumah tangga dianggap sebagai faktor eksogen.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Definisi Kepariwisataan

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan sebagai berikut:

1. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan dapat berasal dari dalam negeri atau yang dikenal dengan sebutan wisatawan domestik dan adapula wisatawan yang berasal dari luar negara tujuan yang disebut wisatawan mancanegara (wisman).

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.


(26)

5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

8. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

United Nations dan World Tourism Organization (1994) dalam Profil Hotel DKI Jakarta (2006) mendefinisikan pariwisata sebagai suatu kegiatan baik perorangan maupun kelompok orang yang bepergian dan tinggal di suatu tempat di luar lingkungan mereka selama kurang dari setahun untuk berlibur, bisnis atau tujuan lain. Industri pariwisata yang berkembang dengan baik akan mendorong berkembangnya aktivitas perekonomian lainnya, diantaranya: penginapan/hotel (accomodation), makanan dan minuman (bar and restaurant), pengangkutan wisata (tourist bus), perencana perjalanan (tour operator), industri kerajinan (souvenir shop), pramuwisata (guiding and english course), tenaga terdidik (academy of tourism), telekomunikasi termasuk teknologi informasi (telecommunication and information technology), dan bisnis pertunjukan (entertainment). Dengan kata lain, pertumbuhan pariwisata akan memberikan


(27)

kontribusi yang besar terhadap perkembangan sektor lain seperti industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain.

Terdapat beberapa ciri-ciri pariwisata, diantaranya adalah sebagai berikut: seseorang yang melakukan perjalanan meninggalkan tempat tinggalnya, perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya semula, perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (berkelompok atau grup), perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bisa melebihi 24 jam atau sehari semalam penuh, perjalanan itu dilakukan dengan tujuan rekreasi dan usaha-usaha untuk menyenangkan dirinya sendiri/kegiatan bersenang-senang (leisure), orang-orang yang melakukan kegiatan wisata tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, selama dalam perjalanan tinggal atau menetap di suatu tempat/akomodasi, dan dalam melakukan perjalanan tersebut, menggunakan alat transportasi darat, laut atau udara (Rahayu, 2006).

2.1.2. Definisi Wisatawan

Menurut Ismayanti (2010) definisi wisatawan itu sendiri terbagi dalam 3 (tiga) kategori :

1. Visitor

Visitor atau pengunjung adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar dari lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah yang dituju.


(28)

2. Tourist

Tourist atau wisatawan adalah pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di penginapan umum ataupun akomodasi pribadi yang diusahakannya sendiri.

3. Same day visitor

Same day visitor atau pengunjung harian adalah pengunjung yang tidak bermalam di penginapan (akomodasi) umum atau pribadi di daerah tujuan. Nama lain dari same day visitor adalah pelancong (ekskursionis).

Sedangkan wisatawan itu sendiri antara lain memiliki tiga kelompok tujuan kunjungan yaitu pertama, tujuan vakansi dan rekreasi (leisure and recreation), yang meliputi tujuan liburan yang termasuk kategori bersenang-senang dan melakukan kegiatan konsumtif, tujuan kesehatan, olahraga dan mengunjungi event-event budaya tertentu. Kedua, tujuan kategori bisnis dan profesional (business and professional), yang meliputi perjalanan untuk rapat, misi tertentu, perjalanan insentif dan perjalanan untuk bisnis yang berhubungan dengan pekerjaan. Ketiga, tujuan wisata lain (other tourism purposes) yaitu tujuan wisata untuk belajar dan penelitian, pemulihan kesehatan, transit, kunjungan kepada kerabat dan saudara, ziarah, dan perjalanan religi atau keagamaan.

2.1.3. Usaha-Usaha Pariwisata

Menurut Suwantoro (1997), dalam industri pariwisata terdapat berbagai usaha pariwisata, yaitu usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata merupakan kegiatan bisnis yang berhubungan langsung dengan kegiatan wisata sehingga tanpa keberadaannya, pariwisata tidak dapat berjalan


(29)

dengan baik. Usaha pariwisata atau sering juga disebut sebagai fasilitas wisata atau sarana wisata (superstructure) meliputi antara lain:

a. Daya tarik wisata, merupakan usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan manusia. b. Jasa transportasi wisata, merupakan usaha khusus yang menyediakan angkutan

untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata.

c. Jasa biro perjalanan wisata, yaitu perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Kegiatan-kegiatan usaha biro perjalanan wisata antara lain: menyusun dan menjual paket wisata, menyelenggarakan pelayaran wisata (cruise), menyelenggarakan pemanduan wisata, menyediakan fasilitas untuk wisatawan, menjual tiket/karcis sarana angkutan, mengadakan pemesanan sarana wisata dan mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d. Jasa makanan dan minuman, yaitu usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan yang berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar atau kedai minum. e. Penyediaan akomodasi, merupakan usaha yang menyediakan pelayanan

penginapan. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan, karavan, dan akomodasi lain yang digunakan untuk tujuan pariwisata.

f. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan usaha yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, dan kegiatan hiburan serta rekreasi lain yang bertujuan untuk pariwisata.


(30)

g. Jasa informasi pariwisata, merupakan usaha yang menyediakan data, berita, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak maupun elektronik.

h. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

2.1.4. Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional

Pembangunan pariwisata dilakukan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa sehingga sesuai dengan perkembangan dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990, penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk:

a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata

b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja

d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, kepariwisataan berfungsi memenuhi


(31)

kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain memiliki fungsi, kepariwisataan juga mempunyai tujuan, yaitu untuk:

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. meningkatkan kesejahteraan rakyat c. menghapus kemiskinan

d. mengatasi pengangguran

e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. memajukan kebudayaan

g. mengangkat citra bangsa h. memupuk rasa cinta tanah air

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa j. mempererat persahabatan antarbangsa.

Sesuai dengan tujuan tersebut, berbagai program yang digalakan seperti pembangunan obyek dan daya tarik wisata baru, disamping itu juga tetap memperhatikan kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai - nilai kehidupan dalam masyarakat.


(32)

2.1.5. Peran Sektor Pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta

Menurut Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta (2006), pariwisata mempunyai peran yang penting dalam pembangunan nasional maupun regional, khususnya dalam pembangunan ekonomi. Secara umum peranan pariwisata dalam pembangunan perekonomian di Provinsi DKI Jakarta adalah:

(1) Memperluas kesempatan kerja atau dapat memperkecil pengangguran (2) Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi daerah

(3) Meningkatkan pendapatan nasional (national income)

(4) Memperkuat posisi neraca pembayaran (net balance payment) (5) Memberikan efek multiplier dalam perekonomian setempat.

Selain itu terdapat tiga peran pariwisata saat ini, antara lain adalah: pertama, peranan ekonomi, yaitu sebagai sumber devisa negara, pariwisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah dan pengembangan pariwisata juga berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja; kedua, peranan sosial, yaitu sebagai penciptaan lapangan pekerjaan, karena sarana dan prasarana seperti hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata adalah usaha-usaha yang “padat karya” yaitu untuk menjalankan jenis usaha-usaha ini dibutuhkan banyak tenaga kerja sehingga makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta; ketiga, peranan kebudayaan, yaitu memperkenalkan kebudayaan dan kesenian, mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah serta mendorong terpeliharanya lingkungan hidup (Rahayu, 2006).


(33)

2.2. Tinjauan Empiris (Penelitian Terdahulu)

Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian, penelitian terhadap sektor pariwisata, dan penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya industri pengolahan, pertanian, dan sebagainya.

Penelitian mengenai sektor pariwisata telah banyak dilakukan, karena sektor pariwisata merupakan sektor dengan tingkat kontribusi tinggi terhadap perekonomian. Beberapa penelitian mengenai sektor pariwisata antara lain:

Heriawan (2004) dalam disertasinya menganalisis tentang peran sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output Indonesia dan SAM (Social Accounting Matrix). Dalam penelitiannya, dia mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor hotel, restoran, angkutan dan jasa serta sektor industri kerajinan. Hasil penelitiannya yaitu: mengenai peranan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 106.9 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp 1.366,5 triliun atau sebesar 7,83 persen. Untuk tahun 2003 Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral yaitu sebesar Rp 103,6 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp 1.921,5 triliun atau sebesar 5,39 persen.

Kemudian untuk nilai total output sektor pariwisata pada tahun 2000 adalah sebesar Rp 226,9 triliun atau sebesar 8,40 persen dari total output nasional yang mencapai sebesar Rp 2.701,1 triliun. Kemudian untuk tahun 2003, nilai total


(34)

output sektor pariwisata yaitu sebesar Rp 220,5 triliun atau sebesar 5,81 persen dari total output nasional.

Adapun pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pada tahun 2000 yaitu sebanyak 7,45 juta orang dari total 89,82 juta orang atau sebesar 8,29 persen, kemudian pada tahun 2003 pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 7,21 juta orang dari total 90,8 juta orang atau sebesar 7,94 persen.

Rahayu (2006) menganalisis mengenai peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian kota Bogor yang menggunakan Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2002, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peranan yang cukup penting terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto, penyerapan tenaga kerja serta struktur permintaan antara dan permintaan akhir. Jumlah permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 1,653 triliun dan untuk sektor pariwisata, subsektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam pembentukan permintaan antara adalah sektor restoran yaitu sebesar Rp 44,9 milyar atau 2,72 persen. Jumlah permintaan akhir Kota Bogor pada tahun 2002 sebesar Rp 3,282 triliun dan untuk sektor pariwisata, subsektor yang memiliki kontribusi paling besar dalam pembentukan permintaan akhir adalah sektor restoran yaitu sebesar Rp 253 milyar atau sebesar 7,72 persen terhadap total permintaan akhir.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis keterkaitan sektor pariwisata maka dapat dilihat bahwa keterkaitan output langsung ke depan sektor pariwisata yang memiliki nilai paling besar adalah subsektor jasa-jasa, kemudian untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sektor pariwisata yang paling besar juga diduduki oleh sektor jasa-jasa. Untuk keterkaitan ke belakang


(35)

sektor pariwisata yang memiliki nilai paling besar dalam keterkaitan langsung ke belakang adalah subsektor jasa angkutan, kemudian untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar juga diduduki oleh subsektor jasa angkutan. Multiplier standar untuk sektor pariwisata yang tergolong dalam sektor kunci adalah sektor jasa angkutan, sektor hotel dan sektor restoran.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rahayu antara lain: (1) penelitian ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta, sedangkan penelitian Rahayu berlokasi di Kota Bogor; (2) sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi, sedangkan pada penelitian Rahayu, subsektor pariwisata terdiri dari subsektor hotel, restoran dan jasa angkutan.

Santri (2009) menganalisis mengenai potensi sektor pariwisata untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali yang menggunakan Tabel Input-Output (updating) tahun 2007 transaksi domestik atas harga produsen, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 mencapai 36,00 persen dari jumlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir, sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 40,25 persen dari total permintaan akhir.

Sedangkan dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata juga menempati posisi tertinggi sebesar 30.75 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Untuk investasi, sektor pariwisata berada di urutan kedua yaitu sebesar 8.79 persen dari total investasi provinsi Bali. Dalam


(36)

struktur ekspor dan impor, pariwisata juga menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor sebesar 69.30 persen, dan nilai impor 26.29 persen.

Secara keseluruhan, sektor pariwisata memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain baik hulu maupun hilirnya. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan nilai terbesarnya ditempati oleh subsektor hotel bintang. Sedangkan pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro yang memiliki nilai terbesar.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Santri antara lain: (1) penelitian ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta, sedangkan penelitian Santri berlokasi di Provinsi Bali; (2) sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi, sedangkan dalam penelitian Santri, sektor pariwisata terdiri dari subsektor restoran, rumah makan, warung, hotel berbintang, hotel non bintang, angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya, angkutan carter darat, angkutan laut antar pulau/negara, angkutan wisata, angkutan penyebrangan, angkutan udara, travel biro, jasa penunjang angkutan lainnya, komunikasi, pos dan giro, money changer, atraksi budaya, jasa hiburan lainnya, serta jasa perorangan, rumah tangga lainnya termasuk pramuwisata.


(37)

2.3. Kerangka Pemikiran

2.3.1. Kerangka Teoritis : Model Input-Output

Analisis input-output merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat hubungan dan aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Analisis ini merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan pada arus transaksi antar pelaku perekonomian. Analisis ini juga dapat digunakan untuk menentukan sektor unggulan berdasarkan 3 (tiga) kriteria utama, yaitu kemampuan sektor tersebut dalam menciptakan output, pendapatan dan tenaga kerja (Nazara, 2008).

Daryanto (2010) menyatakan bahwa konsep dasar Model Input-Output Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual-beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linear, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output, dan output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi.

Menurut BPS (2007) dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, tabel Input-Output pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor lainnya, dalam suatu


(38)

wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Dengan menggunakan tabel Input-Output dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor yang lainnya.

Namun demikian, tabel Input-Output tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat dalam suatu tabel Input-Output terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi dan komoditi. Dengan kata lain, tabel Input-Output bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai stok dan arus barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi.

Akan tetapi, dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan inilah yang menjadikan tabel Input-Output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif (BPS, 2007).

Isian sepanjang baris tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.


(39)

Tabel Input-Output memberikan gambaran yang menyeluruh dalam analisis ekonomi. Sebagai model kuantitatif, tabel Input-Output ini memberikan gambaran menyeluruh tentang beberapa hal berikut ini:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik itu berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.

2.3.2. Asumsi-Asumsi, Keuntungan dan Keterbatasan dalam Model Input-Output

Dalam suatu model Input-Output apalagi yang bersifat terbuka dan statis (static model), transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel Input-Output harus memenuhi 3 (tiga) asumsi atau prinsip dasar, yaitu sebagai berikut (BPS, 2006):

1. Keseragaman (Homogenitas)

Suatu prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang berarti bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dan output sektor yang berbeda.


(40)

2. Kesebandingan (Proporsionalitas)

Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3. Penjumlahan (Additivitas)

Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan secara terpisah.

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan model Input-Output menurut Badan Pusat Statistik (2007) antara lain :

1. Model Input-Output dapat digunakan untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, penerimaan pajak, impor, dan penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor produksi.

2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

3. Untuk menganalisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi, dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Memberikan deskripsi mengenai keadaan suatu perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah


(41)

6. Perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik.

7. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah.

Menurut Badan Pusat Statistik (2007), masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan Tabel Input-Output. Tabel Input-Output sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan-keterbatasan:

1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output.

2. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam penyusunan Tabel Input-Output dengan menggunakan metode survey. Hambatan terbesar yang dihadapi oleh lembaga perencanaan, terutama di daerah, dalam menggunakan analisis input-output antara lain adalah biaya yang relatif besar dalam pengumpulan data, data pokok yang belum memadai, dan keterbatasan kemampuan teknis.

3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya.

Apabila berbagai hambatan yang muncul dapat diatasi dengan baik, maka model Input-Output merupakan model yang canggih untuk merencanakan


(42)

pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi. Cara tepat mengatasi hambatan tersebut juga dapat menutupi kelemahan-kelemahan dalam analisis tabel Input-Output, sehingga tabel Input-Output dapat tetap menjadi model andal dalam menganalisis perokonomian secara lengkap dan komprehensif.

2.3.3. Struktur Tabel Input-Output

Menurut Glasson (1977) dalam BPS (2006), format dari tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n”dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu.

Tabel 2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output KKuadran

Sumber : BPS, 2005 dalam Tabel Input Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 Berdasarkan tabel di atas, empat kuadran yang terdapat dalam suatu tabel Input-Output diberi nama kuadran I, II, III, dan IV. Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom.

Kuadran pertama (Intermediate Quadrant) menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output, kuadran ini memiliki

Kuadran I Kuadran II (nxn) (nxm) Kuadran III Kuadran IV (pxn) (pxm)


(43)

peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menujukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya.

Kuadran kedua (Final Demand Quadrant) menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor, serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor.

Kuadran ketiga (Primary Input Quadrant) memperlihatkan pembelian input yang dihasikan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto (nilai tambah bruto) yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. Kuadran keempat (Primary Input-Final Demand Quadrant) merupakan kuadran input primer permintaan akhir atau input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir, dan menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran empat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan tabel Input-Output seringkali diabaikan.

Matriks-matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dibedakan sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya. Untuk memperjelas gambaran mengenai penyajian tabel Input-Output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel Input-Output dalam perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1,2,………n. Ilustrasi tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(44)

Tabel 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output

Struktur Input

Permintaan Antara

Sektor Produksi Permintaan Akhir

Jumlah Output

1 2 3

Input Antara

Sektor Produksi

1 X11 X12 X13 F1 X1

2 X21 X22 X23 F2 X2

3 X31 X32 X33 F3 X3

Input Primer V1 V2 V3

Jumlah Input X1 X2 X3

Sumber : BPS, 2005 dalam Tabel Input Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 Pada Tabel 2.2, untuk menghasilkan output X1, sektor (1) membutuhkan

input dari sektor (1), (2), dan (3) masing-masing sebesar X11, X21, dan X31. Input

primer yang dibutuhkan sebesar V1. Gambaran di atas menunjukkan bahwa

susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling terkait diantara beberapa sektor. Isian angka sepanjang baris (horisontal) memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir. Isian angka menurut kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Dalam tabel Input-Output terdapat suatu patokan yang sangat penting yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya.

Apabila Tabel 2.2 dilihat secara baris maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut:


(45)

X11 + X12 + … + X1n + F1 = X1 X21 + X22 + … + X2n + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . .

Xn1 + Xn2 + … + Xnn + Fn = Xn .

dan secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:

i

Xij + Fi = Xi ; untuk i = 1, 2, 3 dan seterusnya .

j =i

dimana Xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input

oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah

jumlah output sektor i.

Sebaliknya jika Tabel 2.2 tersebut dibaca secara kolom, terutama di sektor produksi, angka-angka itu menunjukkan susunan input suatu sektor. Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat dituliskan menjadi:

X11 + X21 + … + Xn1 + V1 = X1 X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . .

X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn .

dan secara ringkas dapat ditulis menjadi:

i

Xij + Vj = Xj ; untuk j = 1, 2, 3 dan seterusnya .

i =i

Keterangan :

Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j


(46)

Xi = total output sektor i

Vj = input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j

Xj = total input sektor j

Berdasarkan persamaan (2.1) di atas, jika diketahui matriks koefisien teknologi, aij sebagai berikut:

.

dan jika persamaan (2.5) disubstitusikan ke persamaan (2.1) maka didapat persamaan (2.6) sebagai berikut:

α11X1 + α12X2 + … + α1nXn + F1 = X1 α21X1 + α22X2 + … + α2nXn + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . .

αn1X1 + αn2X2 + … + αnnXn + Fn = Xn .

Jika dituliskan dalam bentuk matriks, maka didapatkan :

α11α12 ...α1n X1 F1 X1 α21α21…… α2n X2 F2 X2 ... ... + ... = ...

αn1αn2 ... αnn Xn Fn Xn

A X + F = X

AX + F = X atau (I - A) X = F atau X = (I - A)-1 F . Dimana:

I = matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya


(47)

X = jumlah output (I-A) = matriks Leontief

(I - A)-1 = matriks kebalikan Leontief

Dari persamaan (2.7) di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki

hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I - A)

-1

sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan Leontief ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi karena menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

2.3.4. Analisis Keterkaitan

Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage), yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi. Keterkaitan ke depan (forward linkage) menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya.

Berdasarkan konsep keterkaitan ini, dapat diketahui besarnya pertumbuhan sektor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sektor lainnya. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien teknis, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan dari matriks kebalikan Leontief.


(48)

Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis. Oleh karena itu, keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi (Daryanto, 2010):

1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage)

Menunjukkan akibat sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

2. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage)

Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan total.

2.3.5. Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran.

Analisis dampak penyebaran merupakan pengembangan dari indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung, agar indikator antar sektor yang ada dapat diperbandingkan. Pengembangan tersebut dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan


(49)

rata-rata dampak seluruh sektor dalam perekonomian. Analisis dampak penyebaran ini dibagi menjadi dua macam, yaitu

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik)

Koefisien ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar input. Hal ini berarti, kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya.

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan/Daya Mendorong) Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya, kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai output dari sektor ini sebagai inputnya.

2.3.6. Analisis Pengganda (Multiplier)

Analisis pengganda digunakan untuk menghitung dampak yang ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis pengganda input-output, pendorong perubahan ekonomi (pendapatan dan tenaga kerja) pada umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Analisis pengganda terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Pengganda Output

Penghitungan pengganda output dilakukan per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief


(50)

menunjukkan total pembelian input, baik langsung maupun tidak langsung dari suatu sektor sebesar satu satuan unit moneter ke permintaan akhir, sehingga matriks tersebut mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian, yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah/negara. Koefisien matriks ini menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain.

b. Pengganda Pendapatan

Pengganda pendapatan mengukur penerimaan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam tabel Input-Output, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga.

c. Pengganda Tenaga kerja

Pengganda tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal di sisi output. Pengganda tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen pada tabel Input-Output, seperti pada pengganda output dan pendapatan, karena pada tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Pengganda tenaga kerja diperoleh dengan menambahkan baris pada tabel Input-Output yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja. Cara memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah atau negara dengan jumlah total output dari masing-masing sektor tersebut.


(51)

d. PenggandaTipe I dan II

PenggandaTipe I dan PenggandaTipe II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

i) Dampak Awal (Initial Impact)

Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan dari penjualan ke permintaan akhir sebesar satu satuan unit moneter. Peningkatan output itu memberi efek pada peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga. Efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja. ii) Efek Putaran Pertama (First Round Effect)

Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.


(52)

iii) Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect)

Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output.

iv) Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect)

Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

iv) Efek Lanjutan (Flow-on-Effect)

Efek lanjutan merupakan efek total (dari output, pendapatan dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu wilayah atau negara akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual

Menurut Rahayu (2006), perekonomian suatu daerah dapat diketahui dengan melihat seberapa besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sendiri merupakan suatu data statistik yang di dalamnya merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Berhasil tidaknya


(53)

pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari seberapa besar PDRB yang diperoleh oleh wilayah tersebut. Oleh karena itu, Provinsi DKI Jakarta harus memiliki strategi untuk meningkatkan PDRB, caranya yaitu dengan memanfaatkan sektor-sektor perekonomian yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Salah satu sektor perekonomian tersebut adalah sektor pariwisata.

Perkembangan Provinsi DKI Jakarta sebagai daerah tujuan wisata semakin pesat dan meluas khususnya jenis objek wisata alam, objek wisata seni, objek wisata budaya, objek wisata belanja dan kuliner serta objek wisata sejarah. Perkembangan wisata tersebut baik langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta yang dapat dilihat dari kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta.

Upaya untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu andalan penghasil devisa negara sangat memungkinkan, mengingat berbagai peran yang dimiliki oleh Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara, pusat pemerintahan, pusat perekonomian/bisnis, pusat pendidikan/kebudayaan dan sebagainya. Hal ini dapat dijadikan sebagai kekuatan kepariwisataan DKI Jakarta.

Perkembangan kepariwisataan dewasa ini lebih ditujukan pada peningkatan peran pariwisata dalam kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Upaya yang telah dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah melalui pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan yang ada. Keberhasilan di bidang kepariwisataan di DKI Jakarta terpantau (tercermin) dari semakin meningkatnya arus kunjungan


(54)

wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) dari tahun ke tahun yang berkunjung ke DKI Jakarta.

Perkembangan sektor pariwisata tentunya tak lepas dari dukungan sektor lain. Sektor pariwisata dan sektor-sektor lain tersebut memiliki hubungan keterkaitan. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor pariwisata akan berdampak pada sektor lain, demikian pula sebaliknya, setiap perubahan pada sektor lain akan berdampak pada sektor pariwisata. Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata diharapkan dapat memberi dampak positif pada penyerapan tenaga kerja seluruh sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta.

Analisis Input-Output dapat digunakan untuk menganalisis keterkaitan dan dampak perubahan pada sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, analisis Input-Output dapat pula digunakan untuk menganalisis peranan sektor pariwisata dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis multiplier. Dalam penelitian ini, akan diteliti dan dilihat sejauh mana peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta.


(55)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Konseptual Permasalahan dalam Perekonomian

Provinsi DKI Jakarta - Kemiskinan - Pengangguran

Perlu Peningkatan Pertumbuhan

Analisis Input Output

Keterkaitan sektor Pariwisata dengan sektor lain (Analisis Penyebaran)

Dampak terhadap Pertumbuhan Output

(Analisis Pengganda

Output) 

Dampak terhadap Pendapatan

(Analisis Pengganda

Pendapatan) 

Dampak terhadap Kesempatan kerja

(Analisis Pengganda

Tenaga Kerja) 

Strategi pembangunan Provinsi DKI Jakarta melalui pengembangan sektor pariwisata

Perlu Upaya Pemerataan

Perlu Perluasan Lapangan Kerja

Identifikasi Sektor-sektor yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perluasan

kesempatan kerja


(56)

2.5. Tahap-tahap Analisis

  Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006. Data yang dianalisis dari Tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakainya, tanpa dipengaruhi lagi oleh margin perdagangan dan biaya pengangkutan, oleh karena itu koefisien teknis yang diturunkan dari jenis tabel ini lebih memiliki keunggulan analisis karena setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri. Sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata serta subsektor jasa hiburan dan rekreasi.

Adapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar antara lain: 1. Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transaksi domestik atas dasar harga

produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, agregasi sektor adalah proses penggabungan beberapa sektor Input-Output menjadi satu sektor yang lebih besar. Agregasi sektor harus memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor kemudian sektor-sektor tersebut diagregasi menjadi tiga belas sektor dan sembilan sektor. Agregasi menjadi tiga belas sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan subsektor pariwisata (subsektor restoran, subsektor hotel,


(57)

subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, subsektor jasa hiburan dan rekreasi) satu sama lain. Sedangkan agregasi menjadi sembilan sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan sektor pariwisata secara keseluruhan terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya.

2. Mengelompokkan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi nama atau kode sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel Input-Output DKI Jakarta tahun 2006.

3. Melakukan proses input data dari tabel di Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) untuk kemudian data diolah oleh software tersebut.

4. Setelah data selesai diolah selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan data tersebut.


(58)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Provinsi DKI Jakarta terhitung dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Pemilihan Provinsi DKI Jakarta sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan beberapa hal. Pertimbangan tersebut yaitu (1) Provinsi DKI Jakarta dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata karena letaknya yang strategis dan mudah dijangkau serta daya tariknya sebagai ibukota Negara Republik Indonesia, (2) ketersediaan data-data pendukung penelitian, yaitu Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta dan data-data lainnya (3) belum ada penelitian mengenai peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Provinsi DKI Jakarta.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 klasifikasi 87 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi tiga belas dan sembilan sektor. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yang juga merupakan data sekunder. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Pusat, Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, dan dari berbagai sumber pendukung lainnya seperti media cetak maupun media elektronik. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel.


(59)

3.3. Metode Analisis 3.3.1. Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan ke depan digunakan untuk melihat derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output yang digunakan sebagai input di sektor lain. Keterkaitan ke belakang digunakan untuk melihat derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor lain yang memasok input padanya.

1. Keterkaitan Langsung Ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :

(1) Dimana :  F (d)i   =  keterkaitan langsung ke depan sektor i

  =  unsur matriks koefisien teknis n = jumlah sektor


(1)

127   

Lampiran 8. Pengganda (Multiplier) Output Klasifikasi 13 Sektor

Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II

1 1,000000 0,092311 0,036487 0,347704 1,476502 1,056722 1,128798 1,476502

2 1,000000 0,077199 0,022560 0,245739 1,345498 1,067699 1,099758 1,345498

3 1,000000 0,402651 0,189261 0,365659 1,957572 0,853085 1,591912 1,957572

4 1,000000 0,332235 0,132209 0,261121 1,725564 0,000000 1,464444 1,725564

5 1,000000 0,221896 0,089690 0,384952 1,696538 1,409208 1,311586 1,696538

6 1,000000 0,135976 0,044743 0,474536 1,655254 0,755041 1,180719 1,655254

7 1,000000 0,222443 0,081036 0,399972 1,703450 0,809400 1,303479 1,703450

8 1,000000 0,080757 0,033322 0,506053 1,620133 1,435337 1,114080 1,620133

9 1,000000 0,201153 0,071238 0,440132 1,712524 0,885570 1,272391 1,712524

10 1,000000 0,259919 0,087176 0,515371 1,862466 1,020248 1,347094 1,862466

11 1,000000 0,311898 0,128992 0,490884 1,931773 0,982937 1,440889 1,931773

12 1,000000 0,227110 0,074685 0,418585 1,720380 0,790548 1,301795 1,720380

13 1,000000 0,312035 0,116791 0,652841 2,081667 1,423764 1,428826 2,081667


(2)

Lampiran 9. Pengganda Output Klasifikasi 9 Sektor

Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II

1 1,0000000 0,0923108 0,0362776 0,3480852 1,4766736 1,0568454 1,1285885 1,4766736 2 1,0000000 0,0771987 0,0224642 0,2461259 1,3457888 1,0679301 1,0996629 1,3457888 3 1,0000000 0,4026514 0,1888453 0,3655337 1,9570303 0,8528495 1,5914966 1,9570303 4 1,0000000 0,3322349 0,1323611 0,2611985 1,7257945 0,0000000 1,4645960 1,7257945 5 1,0000000 0,2218964 0,0896910 0,3848485 1,6964358 1,4091237 1,3115873 1,6964358 6 1,0000000 0,1359759 0,0448773 0,4744412 1,6552944 0,7550593 1,1808532 1,6552944 7 1,0000000 0,2124185 0,0769358 0,4346009 1,7239552 0,8960248 1,2893543 1,7239552 8 1,0000000 0,2271096 0,0741067 0,4182203 1,7194367 0,7901149 1,3012163 1,7194367 9 1,0000000 0,3120351 0,1169990 0,6530073 2,0820414 1,4240203 1,4290341 2,0820414 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)


(3)

129   

Lampiran 10. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 13 Sektor

Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II

1 0,169475 0,015176 0,005641 0,063133 0,253424 1,070212 1,122828 1,495350

2 0,117194 0,013497 0,003798 0,044619 0,179108 1,212765 1,147575 1,528307

3 0,113716 0,058077 0,028325 0,066393 0,266512 1,021337 1,759806 2,343658

4 0,077874 0,044873 0,020159 0,047412 0,190318 0,000000 1,835097 2,443929

5 0,160897 0,035809 0,013970 0,069896 0,280573 1,448466 1,309384 1,743799

6 0,228707 0,023420 0,007577 0,086162 0,345866 0,689820 1,135534 1,512271

7 0,169681 0,036074 0,013142 0,072624 0,291520 0,816336 1,290047 1,718048

8 0,258811 0,013004 0,005137 0,091885 0,368838 1,262569 1,070095 1,425122

9 0,189955 0,039054 0,011866 0,079916 0,320791 0,873287 1,268064 1,688771

10 0,220531 0,047000 0,014522 0,093577 0,375630 0,933057 1,278972 1,703298

11 0,194623 0,053249 0,020779 0,089131 0,357782 0,935391 1,380365 1,838330

12 0,174504 0,041689 0,012891 0,076003 0,305087 0,803383 1,312772 1,748312

13 0,286246 0,052437 0,018604 0,118538 0,475825 1,136933 1,248183 1,662294


(4)

Lampiran 11. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor

Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II

1 0,1694750 0,0154332 0,0056645 0,0634623 0,2540350 1,0727904 1,1244886 1,4989527 2 0,1171935 0,0137343 0,0038233 0,0448733 0,1796245 1,2162636 1,1498176 1,5327165 3 0,1137161 0,0581224 0,0282871 0,0666435 0,2667691 1,0223238 1,7598706 2,3459223 4 0,0778740 0,0449497 0,0201796 0,0476213 0,1906245 0,0000000 1,8363422 2,4478595 5 0,1608974 0,0358299 0,0139729 0,0701649 0,2808652 1,4499749 1,3095314 1,7456163 6 0,2287066 0,0234594 0,0075853 0,0864993 0,3462506 0,6905858 1,1357401 1,5139511 7 0,1872805 0,0380818 0,0125768 0,0792357 0,3171749 0,8802383 1,2704961 1,6935819 8 0,1745036 0,0416978 0,0127695 0,0762492 0,3052202 0,8037350 1,3121272 1,7490766 9 0,2862459 0,0525906 0,0186776 0,1190552 0,4765694 1,1387115 1,2489757 1,6648951 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)


(5)

131   

Lampiran 12. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 13 Sektor

Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II

1 0,019238 0,000450 0,000143 0,001350 0,021181 0,787986 1,030821 1,101011

2 0,002292 0,000275 0,000077 0,000954 0,003599 1,245767 1,153565 1,569897

3 0,002844 0,001809 0,000769 0,001420 0,006842 1,048511 1,906634 2,406014

4 0,000938 0,000768 0,000406 0,001014 0,003126 0,000000 2,250117 3,330794

5 0,001677 0,000993 0,000338 0,001495 0,004504 2,230125 1,793603 2,684835

6 0,010499 0,000304 0,000140 0,001843 0,012786 0,555531 1,042339 1,217874

7 0,006541 0,000765 0,000270 0,001553 0,009130 0,663147 1,158195 1,395649

8 0,005266 0,000397 0,000128 0,001965 0,007757 1,305027 1,099833 1,473046

9 0,003783 0,000691 0,000250 0,001709 0,006432 0,879294 1,248552 1,700388

10 0,003624 0,000660 0,000303 0,002001 0,006589 0,995891 1,265771 1,818003

11 0,001742 0,000893 0,000451 0,001906 0,004993 1,457948 1,771254 2,865317

12 0,001299 0,000544 0,000230 0,001626 0,003699 1,308502 1,596236 2,847544

13 0,005563 0,001181 0,000426 0,002535 0,009706 1,193199 1,288837 1,744561


(6)

Lampiran 13. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor

Sektor Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II

1 0,0192381 0,0004215 0,0001426 0,0013461 0,0211484 0,7867595 1,0293249 1,0992970 2 0,0022923 0,0002509 0,0000769 0,0009518 0,0035718 1,2365059 1,1429873 1,5582255 3 0,0028436 0,0018101 0,0007690 0,0014136 0,0068363 1,0476727 1,9069743 2,4040902 4 0,0009384 0,0007653 0,0004077 0,0010101 0,0031215 0,0000000 2,2500729 3,3265405 5 0,0016774 0,0009923 0,0003397 0,0014883 0,0044977 2,2272207 1,7940794 2,6813380 6 0,0104986 0,0003032 0,0001424 0,0018348 0,0127790 0,5552277 1,0424447 1,2172093 7 0,0045627 0,0007528 0,0002686 0,0016807 0,0072648 0,8275539 1,2238581 1,5922169 8 0,0012991 0,0005622 0,0002322 0,0016174 0,0037109 1,3126199 1,6115280 2,8565048 9 0,0055633 0,0011550 0,0004295 0,0025253 0,0096731 1,1892185 1,2848118 1,7387407 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006, Klasifikasi 9 Sektor (diolah)