KESIMPULAN DAN SARAN 50 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN MIND MAPPING TERHADAP KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SMA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Struktur Pengajaran Model Pembelajaran Advance Organizer 17 Tabel 2.2. Perbedaan antara Suspensi, Koloid, dan Larutan 19 Tabel 2.3. Nama dan Jenis Koloid 20 Tabel 3.4. Rancangan Penelitian 30 Tabel 4.1. Data pretes dan posttest siswa kelas eksperimen 1 pembelajaran advance organizer dikombinasikan dengan mind mapping 39 Tabel 4.2. Data pretes dan postes siswa kelas eksperimen II pembelajaran advance organizer 39 Tabel 4.3. Data kreativitas belajar siswa pada pembelajaran advance organizer dikombinasikan dengan mind mapping eksperimen I dan pada pembelajaran advance organizer eksperimen II 39 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kreativitas belajar siswa pada kedua eksperimen 39 Tabel 4.5. Nilai rata-rata kreativitas dan hasil belajar siswa pada kedua eksperimen 40 Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Data 41 Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test 42 Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis I I 43 Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis II 44 Tabel 4.10.Hasil Uji Hipotesis III 44 Tabel 4.11.Data rata-rata gain kelas eksperimen I dan eksperimen II 45 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Contoh Gambar Peta Pikiran Mind Mapping 14 Gambar 3.1. Skematik Pelaksanaan Penelitian 32 Gambar 4.1. Histogram Frekuensi Kreativitas belajar siswa pada kedua eksperimen 40 Gambar 4.2. Histogram nilai rata-rata kreativitas dan hasil belajar siswa pada kedua eksperimen 40 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Silabus 54 Lampiran 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP 56 Lampiran 3 Instrumen Soal dan Jawaban 80 Lampiran 4 Kisi-kisi soal tes 85 Lampiran 5 Lembar Observasi Kreativitas 86 Lampiran 6 Uji Validitas Tes 87 Lampiran 7 Uji Reliabilitas Tes 91 Lampiran 8 Uji Tingkat Kesukaran 94 Lampiran 9 Uji Daya Beda 97 Lampiran 10 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen I 100 Lampiran 11 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen II 101 Lampiran 12 Tabel Kreativitas Belajar Siswa 102 Lampiran 13 Data Kreativitas Belajar Siswa 114 Lampiran 14 Uji Normalitas Data 116 Lampiran 15 Homogenitas Data 121 Lampiran 16 Pengujian Hipotesis 122 Lampiran 17 Deskriptor Observasi Kreativitas Siswa 125 Lampiran 18 Lembar Penilaian Mind Mapping 127 Lampiran 19 Distribusi Hasil Mind Mapping Siswa 128 Lampiran 20 Perhitungan Peningkatan Hasil belajar 129 Lampiran 21 Tabel Nilai-nilai r-Product moment 130 Lampiran 22 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran 131 Lampiran 23 Gambar Mind mapping Buatan Siswa 136

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang harus selalu ditingkatkan kualitasnya. Berdasarkan Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, Pasal 3, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, dalam tatanan mikro pendidikan harus mampu menghasilkan SDM berkualitas dan profesional sesuai dengan tujuan pendidikan. Kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Menurut World Economic Forum, pendidikan Indonesia berada di level 54 dari 131 negara. Hal ini jauh di bawah peringkat daya saing sesama Negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa SDM kita sangat tidak kompetitif Asyirint, 2010. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia SDM melalui kegiatan pengajaran. Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang tangguh. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan enjoyable learning. Suasana tersebut akan memupuk kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat adaptif, dan proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan tinggi ulet, inovatif, dan berani mengambil resiko, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga guru dan pimpinannya Mulyasa, 2006. Untuk mencapai idealisme seperti kondisi itu, lembaga pendidikan masih dihadapkan pada berbagai permasalahan menyangkut diri siswa, pengajar, maupun fasilitas pembelajaran. Permasalahan- permasalahan tersebut juga timbul pada materi pelajaran kimia. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang siswa, mereka mengatakan bahwa mereka tidak tertarik dengan pelajaran kimia, karena banyak konsep-konsep yang harus dihapalkan dan perhitungan-perhitungan yang sangat rumit yang dianggap sulit , tidak menarik dan membosankan bagi siswa. Berdasarkan studi awal peneliti di SMA Negeri 3 Medan tanggal 21 januari 2012 yang merupakan salah satu SMA negeri di kota Medan, guru kimianya masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran yang lebih banyak digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Model pembelajaran ini lebih banyak berpusat pada guru, dimana komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa menyebabkan siswa terpaku mendengar dan betul-betul membosankan, situasi pembelajaran diarahkan pada learning to know, dan permasalahan yang disampaikan cenderung bersifat akademik book oriented tidak mengacu pada masalah-masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan siswa sehingga pembelajaran kimia menjadi kurang bermakna bagi siswa. Hal ini yang menyebabkan partisipasi siswa didalam belajar kimia rendah yang berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah pula. Masalah yang dihadapi guru kimia di SMAMA selain rendahnya hasil belajar siswa juga kurangnya kreativitas siswa. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya Munandar, 1999. Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi atau hanya dominan aspek