DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Struktur Pengajaran Model Pembelajaran Advance
Organizer 17
Tabel 2.2. Perbedaan antara Suspensi, Koloid, dan Larutan 19
Tabel 2.3. Nama dan Jenis Koloid 20
Tabel 3.4. Rancangan Penelitian 30
Tabel 4.1. Data pretes dan posttest siswa kelas eksperimen 1 pembelajaran advance organizer dikombinasikan
dengan mind mapping 39
Tabel 4.2. Data pretes dan postes siswa kelas eksperimen II pembelajaran advance organizer
39 Tabel 4.3. Data kreativitas belajar siswa pada pembelajaran
advance organizer dikombinasikan dengan mind mapping eksperimen I dan pada pembelajaran
advance organizer eksperimen II 39
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kreativitas belajar siswa pada kedua eksperimen
39 Tabel 4.5. Nilai rata-rata kreativitas dan hasil belajar siswa pada
kedua eksperimen 40
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Data 41
Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test
42 Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis I
I 43
Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis II 44
Tabel 4.10.Hasil Uji Hipotesis III 44
Tabel 4.11.Data rata-rata gain kelas eksperimen I dan eksperimen II
45
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Contoh Gambar Peta Pikiran Mind Mapping
14 Gambar 3.1. Skematik Pelaksanaan Penelitian
32
Gambar 4.1. Histogram Frekuensi Kreativitas belajar siswa pada
kedua eksperimen 40
Gambar 4.2. Histogram nilai rata-rata kreativitas dan hasil belajar siswa pada kedua eksperimen
40
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Silabus
54 Lampiran 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP
56 Lampiran 3 Instrumen Soal dan Jawaban
80 Lampiran 4 Kisi-kisi soal tes
85 Lampiran 5 Lembar Observasi Kreativitas
86 Lampiran 6 Uji Validitas Tes
87 Lampiran 7 Uji Reliabilitas Tes
91 Lampiran 8 Uji Tingkat Kesukaran 94
Lampiran 9 Uji Daya Beda 97
Lampiran 10 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen I 100
Lampiran 11 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen II 101
Lampiran 12 Tabel Kreativitas Belajar Siswa 102
Lampiran 13 Data Kreativitas Belajar Siswa 114
Lampiran 14 Uji Normalitas Data 116
Lampiran 15 Homogenitas Data 121
Lampiran 16 Pengujian Hipotesis 122
Lampiran 17 Deskriptor Observasi Kreativitas Siswa 125
Lampiran 18 Lembar Penilaian Mind Mapping 127
Lampiran 19 Distribusi Hasil Mind Mapping Siswa 128
Lampiran 20 Perhitungan Peningkatan Hasil belajar 129
Lampiran 21 Tabel Nilai-nilai r-Product moment 130
Lampiran 22 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran 131
Lampiran 23 Gambar Mind mapping Buatan Siswa 136
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang harus selalu ditingkatkan kualitasnya. Berdasarkan Undang
– Undang No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, Pasal 3, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, dalam tatanan mikro pendidikan harus mampu
menghasilkan SDM berkualitas dan profesional sesuai dengan tujuan pendidikan. Kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan.
Menurut World Economic Forum, pendidikan Indonesia berada di level 54 dari 131 negara. Hal ini jauh di bawah peringkat daya saing sesama Negara ASEAN
seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7. Hal ini menunjukkan bahwa SDM kita sangat tidak kompetitif Asyirint, 2010.
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia SDM melalui kegiatan pengajaran. Dalam
menghadapi era globalisasi, pendidikan harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang tangguh. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan menyenangkan enjoyable learning. Suasana tersebut akan memupuk kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan warga
sekolah, bersifat adaptif, dan proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan tinggi ulet, inovatif, dan berani mengambil resiko, tidak saja bagi peserta didik, tetapi
juga guru dan pimpinannya Mulyasa, 2006. Untuk mencapai idealisme seperti kondisi itu, lembaga pendidikan masih dihadapkan pada berbagai permasalahan
menyangkut diri siswa, pengajar, maupun fasilitas pembelajaran. Permasalahan- permasalahan tersebut juga timbul pada materi pelajaran kimia. Hal ini terlihat
dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang siswa, mereka mengatakan bahwa mereka tidak tertarik dengan pelajaran kimia, karena banyak
konsep-konsep yang harus dihapalkan dan perhitungan-perhitungan yang sangat rumit yang dianggap sulit , tidak menarik dan membosankan bagi siswa.
Berdasarkan studi awal peneliti di SMA Negeri 3 Medan tanggal 21 januari 2012 yang merupakan salah satu SMA negeri di kota Medan, guru
kimianya masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran yang lebih banyak digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab,
dan penugasan. Model pembelajaran ini lebih banyak berpusat pada guru, dimana komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa menyebabkan siswa terpaku
mendengar dan betul-betul membosankan, situasi pembelajaran diarahkan pada learning to know, dan permasalahan yang disampaikan cenderung bersifat
akademik book oriented tidak mengacu pada masalah-masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan siswa sehingga pembelajaran kimia menjadi kurang
bermakna bagi siswa. Hal ini yang menyebabkan partisipasi siswa didalam belajar kimia rendah yang berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah pula.
Masalah yang dihadapi guru kimia di SMAMA selain rendahnya hasil belajar siswa juga kurangnya kreativitas siswa. Kreativitas sebagai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau
sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya Munandar, 1999.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi atau hanya dominan aspek