KRITIK SOSIAL PADA FILM JAMILA DAN SANG PRESIDEN (Analisis Isi Pada Film Karya Ratna Sarumpaet)

(1)

KRITIK SOSIAL PADA FILM JAMILA DAN SANG PRESIDEN

(Analisis Isi Pada Film Karya Ratna Sarumpaet)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

Adita Rizky Friska Maulyda 06220023

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Adita Rizky Friska Maulyda

NIM : 06220023

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Kritik Sosial Dalam Film Jamila dan Sang Presiden (Analisis Isi Pada Film Karya Ratna Sarumpaet)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abdullah Masmuh M.Si Dr. Vina Salviana, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Adita Rizky Friska Maulyda

NIM : 06220023

Konsentrasi : PR (Public Relations)

Judul Skripsi :

KRITIK SOSIAL DALAM FILM JAMILA DAN SANG PRESIDEN

Analisis Isi pada Film Karya Ratna Sarumpaet

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dan dinyatakan LULUS

Pada hari: Selasa, 1 Februari 2011

Dewan Renguji :

1. Zen Amirudin, S.sos ( )

2. Sugeng Puji Leksono, S.sos. M.Si ( )

3. Drs. Abdullah Masmuh, M.Si ( )

4. Dr. Vina Salviana, M.Si ( )

Mengesahkan,

Dekan FISIP – UMM


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang Bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Adita Rizky Friska Maulyda

Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 5 Maret 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 06220023

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

KRITIK SOSIAL DALAM FILM JAMILA DAN SANG PRESIDEN (Analisis Isi Pada Film Karya Ratna Sarumpaet)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sembutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 28 januari 2011 Yang Menyatakan,


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Adita Rizky Friska Maulyda

2. NIM : 06220023

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Public Relations

6. Judul Skripsi : Kritik Sosial Dalam Film Jamila dan Sang Presiden (Analisis Isi pada Film Karya Ratna Sarumpaet) 7. Pembimbing : 1. Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

: 2. Dr. Vina Salviana, M.Si 8. Kronologi Bimbingan

Tanggal

Paraf Pembimbing

Keterangan Pembimbing

I

Pembimbing II

31 Mei 2010 Acc Judul

15 Juli 2010 Acc Proposal

22 Juli 2010 Seminar Proposal

20 September 2010 Acc Bab I

06 Oktober 2010 Acc Bab II

08 Oktober 2010 Acc Bab III

17 Januari 2011 Acc Bab IV

21 Januari 2011 Acc Seluruh Naskah

Malang, 28 Januari 2011 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu` alaikum Wr. Wb. Bissmillahirrahmanirahim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat, Hidayah, kekuatan dan dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kritik Sosial Dalam Film Jamila dan Sang Presiden (Analisis Isi Pada Film Karya Ratna Sarumpaet)”. Adapun yang melatar belakangi peneliti ingin meneliti film tersebut adalah karena film Jamila dan Sang Presiden memiliki cerita yang diambil berdasarkan kisah nyata setelah sang Sutradara mengadakan penelitian kesejumlah daerah di Indonesia tentang perdagangan manusia (Woman Trafficking) yang kemudian ditulis menjadi novel dengan judul “Pelacur dan Sang Presiden” dan pada tahun 2009 diangkat menjadi film. Film Jamila begitu apik menggambarkan tentang kejahatan perdangan manusia sehingga membuat penulis terperanggah saat menyaksikan film tersebut betapa selama ini ternyata Woman Trafficking di Indonesia terabaikan atau mungkin tidak disadari oleh masyarakat, selain alasan tersebut ada hal lain yang membuat peneliti merasa terpanggil dan tertarik meneliti film Jamila dan sang Presiden yaitu karena film ini banyak mendapat perhatian dunia di berbagai festival dan mendapat berbagai penghargaan diantaranya Youth prize dan Public prize pada Vesoul Asian International Film Festival. Selain itu film Jamila dan Sang Presiden juga berhasil memperoleh NETPAC Award pada Asiatica Film Mediale Festival, dan yang lebih


(7)

membanggakan lagi film Jamila dan Sang Presiden sempat menjadi salah satu nominasi piala Oscar dari 65 Film dari berbagai dunia.

Penelitian ini menjadi karya ilmiah yang masih jauh dari sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saran yang membangun merupakan solusi yang paling tepat untuk menyempurnakan skripsi ini. Melalui media pengantar ini penulis ingin menggucapkan banyak terimakasih kepada fihak – fihak yang menjadi motivator dalam menyelesaikan tugas akhir ini yang semoga akan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap perkembangan dunia pendidikan terutama di kota Malang. Diantaranya sebagai berikut:

1. Dr. Muhajir Effendi, M.AP. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Dr. Wahyudi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si. selaku ketua Jurusan Ilmu Komunikasi fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Nurrudin, S.sos. M.Si. selaku dosen wali kelas A angkatan 2006

5. Drs. Abdullah Masmuh, M.Si. Yang selalu meluangkan waktu dan pikirannya guna membantu dan membimbimbing saya

6. Dr. Vina Salviana M.Si. Ibu yang begitu baik, Sabar dan selalu mempermudah anak bimbingnya untuk menyelesaikan tugas akhir. Di


(8)

tenggah kesibukkan beliau selalu memberikan dan merespon ketika anak bimbingnya membutuhkan bantuan

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu dan penggarahan

8. Seluruh Staff TU Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi apapun kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan kesadaran yang tinggi sebagai penulis tugas akhir yang masih jauh dari idealitas dan kesempurnaan namun dengan lapang dada dan semangat memperbaiki, penulis menerima segala kritikan yang membangun demi perbaikan tugas akhir ini. Dan semoga apa yang telah penulis tuangkan menjadi bagian dari kemanfaatan.

Alhamdullilahirobbil` alamin Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, 28 Januari 2011


(9)

Lembar Persembahan

Alhamdulilah…

Dengan segala perjuangan dan usaha keras yang begitu melelahkan akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan, walaupun masih jauh dari kata sempurna, namun perlu diketahui tidak mudah bagi saya untuk menyelesaikannya, perlu begitu banyak penggorbanan, begitu banyak kesabaran, bahkan cucuran keringat dan air mata (Lebay.com). Dengan terselesaikannya tugas akhir ini dan pada kesempatan kali ini saya ingin memberikan penghormatan dan ucapan terimakasih yang sedalam – dalamnya bagi pihak – pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, support, nasehat yang menjadi motisi buat saya, orang – orang yang berjasa tersebut adalah:

1. Ibundaku ISNA KRISNANTI yang telah begitu hebat mendidikku, yang selalu setia menjadi teman cerita, teman berharap dan berangan – angan. Aku sangat tahu tidak mudah menjadikan aku seperti sekarang, perlu usaha yang keras dan pengorbanan yang begitu besar.

Bu… Terimakasih untuk semuanya, untuk citamu, nasehatmu, dan semua ketulusanmu. Akhirnya aku berhasil dan semua ini aku Dedikasikan untukmu, walaupun tidak mampu menganti semua yang telah kau berikan tapi semoga bisa menjadi awal dari kebahagian dan senyum indah buat Ibu.

2. Ayahandaku (Nur Salim + Sahari), serta adik tercintaku Farizal Aditya Mirza Putra. Terimakasih untuk semua doa dan kasih sayang yang telah diberikan, terimakasih juga telah menjadi keluarga yang begitu hangat untukku, ini sebuah Anugrah.

3. Martha Yudistira pacarku yang selalu membuat hari – hariku berwarna, terimakasih selama ini mau mendengarkan cerita – ceritaku, memberikan dukungan dan menjadi orang terdekat dalam hatiku, meskipun sedikit letter, lamis, gombal dan sebagainya, tapi sesungguhnya kamu terlalu sering membuat aku tersenyum dan bahagia, Terimakasih..

4. Ananto Widhi Primantyo (Mas Te) Dosen pembimbing III yang telah memberikan kontribusi yang besar terhadap Tugas Akhir ini, Terimakasih mas untuk semua masukannya, bimbingan dan pengarahannya. Mungkin Dita


(10)

gak bisa balas apa – apa tapi Dita percaya Allah Maha tau dan pasti akan membalas kebaikan yang lebih besar untuk ketulusan yang mas berikan. 5. Trisna Wijayanti Sahabatku yang melebihi saudara, yang selalu menemaniku

dari Awal masa perkuliahan sampai saat ini, Terimakasih untuk semua perhatian, kebaikan, bantuan, dukungan, Serta waktu yang selalu kamu luangkan saat aku butuh, Terimakasih ya Na`… kamu teman terbaik yang pernah ku miliki, bahkan ucapan ini pun tidak mampu mengambarkan rasa Terimakasih yang ingin ku ungkapkan tapi semoga bisa mewakili. Insa@ pertemanan kita tidak akan terputus sampai kapanpun, walaupun nanti kita terpisah jarak dan waktu (Ci`eee… Sambil Termehek2 nih) Alika – Sahabat Tersayang.

6. Indra Mohammad Sofie seseorang yang telah banyak membantuku, lama menjadi teman yang begitu sabar menghadapi aku, terlalu bnyak yang telah kamu berikan bahkan mungkin tidak terhitung, Terimakasih untuk semuanya walaupun semua keadaan telah berubah semoga hubungan pertemanan akan tetap terjalin dengan baik.

7. Hafzi Riza Kustiah kaka`ku yang paling baik di dunia gak ada duanya, Terimakasih untuk semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan dalam segala bentuk, nasehat, support, materi yang entah sudah berapa banyak sampai gak bisa di hitung. Makasih ya ka,,

8. Petty & Wiwin teman hidupku di saat – saat terakhir berada di Malang, terimakasih untuk semuanya, untuk nasehat, masukan, bantuan, toleransi, dan rasa nyaman yang kalian berikan, walaupun tidak terlalu lama mengenal dan dekat dengan kalian tapi kebersamaan kita setiap hari, tiap saat tidak akan bisa hilang dan dilupakan, saat bergosip, jalan2, curhat2an, ketawa2, bikin video2 aneh, Luluran bareng, makan bareng, dandan2an, dan lain sebagainya. Pasti aku akan sangat merindukan kalian, Semoga suatu saat kita bisa bertemu dilain waktu dan kesempatan.

9. Wanna Be kaka sekaligus sahabat serta teman bertukar fikiran, Terimakasih selama ini selalu setia mendengarkan semua keluh kesah Dita, memberikan masukan dan perhatian. Meskipun disaat – saat terakhir Dita menyelesaikan


(11)

Tugas Akhir ini kaka gak berada disamping Dita tapi kaka tidak putus memberikan semangat & dorongan, Terimakasih banyak.

10.Teman – teman yang begitu banyak berjasa atas terselesaikannya tugas Akhir ini, Tutut, Yuli, Jenk Lely, Maria, Jarot, Peppy, Terimakasih atas semua bantuan yang kalian berikan, Dukungan, semangat, perhatian, dan Doa. Allah yang akan membalas semua kebaikan kalian.

11.Seluruh Teman – teman Ilmu Komunikasi angkatan 2006, terimakasih pernah mengukir cerita dimasa perkuliahan kita.

12.Kelompok KKN 17 (Kordes, Mbok, Yasin Mambu, Pencenk, Aroon, Pak Dokter, Om Itho, Fai`id, Ulum) Anggota genk Error. Terimakasih telah menjadi kelompok KKN yang paling seru yang bisa membuat hariku Ceria, Kenangan KKN kita yang begitu Indah akan selalu ku kenang dan gak akan pernah bisa dilupakan. Semoga bisa menjadi cerita lucu saat kita sudah beranak cucu. Hahaha..

13.Seluruh Staff Kajur Mesin yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk mendapat pengalaman baru dan mengenal orang – orang baru. Terimakasih juga atas toleransi yang diberikan saat kesibukkan skripsi memaksa saya meninggalkan pekerjaan.

Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan dan motivasi apapun kepada saya dalam proses penyusunan skripsi ini. Tuhan begitu baik dan sayang kepadaku sehingga mempertemukan aku dengan orang – orang seperti kalian.

Malang, 28 Januari 2011


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL………..

LEMBAR PERSETUJUAN……….. i

LEMBAR PENGESAHAN………... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS………... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI………. iv

KATA PENGANTAR... v

LEMBAR PERSEMBAHAN……… ABSTRAKSI... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL………. viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 8

E.1. Penelitian Sejenis Terdahulu………. 8

E.2. Komunikasi Massa... 11

E.3. Film ... 13

E.4.Film Sebagai Komunikasi Massa……… 16

E.5. Kritik Sosial... 19

E.6. Kritik Sosial Dalam Film ... 20

E.7. Analisis Isi... 24

F. Definisi Konseptual ... 26

F.1. Kritik Sosial... 26


(13)

G. Metode Penelitian ... 27

G.1.Metode dan Sifat Penelitian... 27

G.2. Unit Analisis……….. 28

a. Unit analisis dialog 29 b. Unit analisis Adegan... 29

G.3. Struktur Kategorisasi... 29

a. Kritik Yang Bermuatan Politik... 30

b. Kritik Yang Bermuatan Hukum... 31

G.4. Ruang lingkup Penelitian………. 32

G.5. Satuan Ukur………. 32

G.6. Teknik Pengumpulan Data………. 33

G.7. Teknik Analisa Data……… 34

G.8. Uji Reliabilitas………. 35

BAB II DESKRIPSI PENELITIAN 38 A. Sekilas Film Jamila dan Sang Presiden ... 38

B. Profil Sutradara Film Jamila dan Sang Presiden ... 40

B.1. Profesi Sutradara Film Jamila dan Sang Presiden... 43

B.2. Penghargaan Sutradara Film Jamila dan sang Presiden... 44

B.3. Karya Drama Sutradara Film Jamila dan Sang Presiden... 44

B.4. Karya Film Sutradara Jamila dan Sang Presiden... 45

C. Pemain Film Jamila dan Sang Presiden ... 45

D. Sinopsis Film Jamila dan sang Presiden………. 47

BAB III Penyajian Data dan Analisis Data 51 A. Penyajian Data ... 51

A.1. Perincian kritik sosial pada film Jamila dan Sang Presiden…... 53


(14)

A.2.1. Unit Analisis Dialog ... 55

A.2.2. Unit Analisis Adegan... 56

A.3. Kritik Bermuatan Hukum... 57

A.3.1. Unit Analisis Dialog... 57

A.3.2. Unit Analisi Adegan ... 58

B. Analisa Data... 59

B.1. Kritik Sosial Kategori Kritik Bermuatan Politik ... 61

B.1.1. Unit Analisis Dialog... 63

B.1.2. Unit Analisis Adegan... 76

B.2. Kritik Sosial Kategori Kritik Yang Bermuatan Hukum... 82

B.2.1. Unit Analisis Dialog... 83

B.2.2. Unit Analisis Adegan... 99

C. Uji Realibilitas ... 105

C.1. Uji Reliabilitas Untuk Kategori Kritik Yang Bermuatan Politik.... 106

C.1.1. Unit Analisis Dialog……… 107

C.1.2. Unit Analisis Adegan……….. 111

C.2. Uji Reliabilitas Untuk Kategori Kritik Yang Bermuatan Hukum... 115

C.2.1. Unit Analisis Dialog………... 115

C.2.2. Unit Analisis Adegan……….. 119

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 123 A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

B.1. Saran Akademis ... 124

B.2. Saran Praktis ... 124

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbandingan Penelitian Sejenis Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang...

9

Tabel 2 Perincian Kritik Sosial Pada Film Jamila dan Sang Presiden……… 54 Tabel 3 Durasi Kemunculan Kritik Sosial Kategori Kritik Yang Bermuatan

Politik Dialog ... 55

Tabel 4 Durasi kemunculan Kritik Sosial Kategori Kritik Yang Bermuatan Politik Unit Analisis Adegan...

56

Tabel 5 Durasi Kemunculan Kritik Sosial Kategori Kritik Yang Bermutan Hukum Analisis dialog……….

57

Tabel 6 Durasi Kemunculan Kritik Sosial Kategori Kritik Yang Bermutan Hukum Analisi Adegan...

58

Tabel 7 Proporsi Kritik Sosial... 60 Tabel 8 Porsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Politik... 62 Tabel 9 Porsi Kategori Kritik Yang Bermuatan politik Unit Analis Dialog 63 Tabel 10 Proporsi Kritik Yang Bermuatan Politik Sub Kategori politikus

Unit Analisis Dialog... 64 Tabel 11 Proporsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Politik Sub Kategori

Praktek Politik Unit Analisis Dialog……….. 69 Tabel 12 Porsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Politik Unit Analisis

Adegan……….. 76 Tabel 13 Proporsi Kategori Praktek Politik Sub Kategori Politikus Unit

Analisis Adegan………. 77

Tabel 14 Proporsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Politik Sub Kategori Praktek politik Unit Analisis Adegan ...

79

Tabel 15 Porsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Hukum... 82 Tabel 16 Porsi Kategori Mempengaruhi Unit Analisis Dialog………. 83


(16)

Tabel 17 Proporsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Hukum Sub Kategori Kejahatan Unit Analisis Dialog………..

84

Tabel 18 Proporsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Hukum Sub Kategori Keadilan Unit Analisis Dialog...

90

Tabel 19 Porsi Kategori kritik yang bermuatan Hukum Unit Analisis Adegan 99

Tabel 20 Proporsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Hukum Sub Kategori kejahatan Unit Analisis Adegan...

100

Tabel 21 Proporsi Kategori Kritik Yang Bermuatan Hukum Sub Kategori Keadilan……….

103

Tabel 22 Expected Agreement Kategori Kritik Yang Bermuatan politik Unit Analisis Dialog………...

107

Tabel 23 Expected Agreement Kategori kritik bermuatan politik Unit

Analisis Adegan………. 111

Tabel 24 Expected Agreement Kategori Kritik Yang Bermuatan Hukum Unit Analisis Dialog………...

115

Tabel 25 Expected Agreement Kategori Kritk Bermuatan Hukum Unit Analisis Adegan……….


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Rajagrafindo Persada. Jakata.

Sendjaja, Djuarsa, Sasa.1999. Pengantar Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. Nurudin, M.Si. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. PT. Rajagrafindo Persada.

Jakarta.

Kriyantono, Rachmat, S.sos., M.Si. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Rachmat, Jalaludin, 2007. M.Sc. Metode Penelitian komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiono, Prof. Dr, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Mas`oed, Mohtar. 1997. Kritik Sosial dalam wacana Pembangunan. Pustaka Pelajar Indonesia. Yogyakarta.

Krippendorff, Kaulus. 1991. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Cv. Rajawali. Jakarta.

Efendy, Heru. 2008. Industri Perfilman Indonesia Sebuah Kajian. Erlangga. Jakarta. Said, Salim. 1991. Pantulan Layar Putih. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Aji, Waseso. 2006. Pesan Personal Tokoh Suami Dalam Upaya Berpoligami (Analisis Isi Pada film Berbagi Suami Karya Nia Dinata). Skripsi Tidak


(18)

Internet:

http://showbiz.liputan6.com/film/201002/262365/quotJamila.dan.Sang.Presidenquot. Menangi. Festival.Film.Asia

http://id.shvoong.com/entertainment/movies/1882132-jamilah-dan-sang-presiden-kisah/

http://us.movie.detikhot.com/read/2009/04/29/122539/1123195/218/jamila-dan-sang-presiden-trafficking-berujung-pembunuhan

http://berita.balihita.com/jamila-dan-sang-presiden-menang-festival-film-vesoul-prancis.html.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ratna_Sarumpaet

http://id.wikipedia.org/wiki/Jamila_dan_Sang_Presiden http://www.Komunikasi politik blogspot.com

http://shvoong.com/Law.And.Politics/ law/ 2034761-pengertian-hukum

http://massofa.wordpress.com/2010/04/20/pengertian–kriminologi–kejahatan–dan relativismenya

http://definisi.Pengertian. Blogspot.com/ 2010/ 05/ pengertian–keadilan.html


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Komunikasi merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia yang hidup di lingkungan sosial. Komunikasi berasal dari bahasa Latin,

communis yang berarti sama (common). Saat kita melakukan komunikasi berarti saat itu kita berusaha melakukan kesamaan pendapat dengan orang lain atau berusaha merubah pendapat seseorang agar sesuai dengan yang di kehendaki. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Professor Wilbur Schramm menyebutkan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak bisa di pisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak dapat mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982). karena pentingnya komunikasi itulah kini inovasi komunikasi semakin berkembang terutama dalam teknologi komunikasi, tak terkecuali komunikasi massa.

Komunikasi massa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bidang komunikasi sebagai media penyampaian pesan dari komunikator kepada khalayak. Komunikasi massa memiliki media yang mampu mewadahinya seperti


(20)

2 televisi, radio, surat kabar, dan juga film. Media massa yang semakin bermacam kini semakin memudahkan seseorang untuk mengakses berita atau informasi yang diperlukan. Selain sebagai jembatan komunikasi dan informasi, fungsi lain dari media massa adalah sebagai media persuasif yang bertujuan untuk menyampaikan pesan yang di inginkan kepada masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh josep A.devito (1997) bahwa persuasif dianggap sebagai fungsi yang paling penting dalam komunikasi massa dan salah satu bentuk persuasif adalah mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.

Kritik sosial dan media massa adalah hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan, baik media cetak maupun elektronik. Media massa banyak digunakan para kritikus untuk menyampaikan kritiknya terhadap fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Dengan menggunakan media massa memudahkan para kritukus untuk menyampaikan pesan mereka sehingga pesan yang ingin disampaikan akan tersebar luas dengan cepat dan mudah. Dalam penyampaiannya film dirangkai di dalam sebuah cerita yang membawa pesan dan informasi yang memungkinkan pembuat film melahirkan realitas bagi penontonnya, sehingga bisa di katakana film merupakan wadah untuk berekspresi karena film merupakan perwujutan dari realitas kehidupan dunia yang luas dalam masyarakat.

Film sebagai bagian dari media massa mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menjangkau banyak segmen sosial. Kelebihan ini selanjutnya


(21)

3 digunakan sebagai alat untuk melakukan propaganda untuk mendapatkan tujuan yang di inginkan dan dicapai, yang pada akhirnya disadari atau tidak membawa pengaruh yang cukup kuat terhadap sebuah pemikiran. Film bukan hanya sebagai kendaraan komersil untuk mencapai keuntungan, karena film dibuat dengan investasi ekonomi yang besar sehingga memiliki pendekatan pasar yang tinggi namun juga mengandung muatan-muatan yang memperlihatkan tanggung jawab sosial, Seperti yang terdapat pada film Jamila dan Sang Presiden. Banyak teori menyatakan bahwa film sebaiknya menjadi cermin seluruh atau sebagian masyarakatnya. Dengan kata lain ada kritik sosial disana. Film sebaiknya mempresentasikan wajah masyarakat, fungsinya sebagai arsip sosial yang menangkap Zeitgeist (jiwa zaman) saat itu, dan penonton terasa dekat dengan tema yang hadir dan bahkan terasa melihat dirinya sendiri, mengkritik dirinya sendiri. Dengan menghadirkan wajah masyarakat yang sesungguhnya, maka film itu pelan - pelan akan memfungsikan dirinya menjadi sebuah kritik sosial.

Perkembangan film begitu pesat terbukti dengan banyaknya film yang hadir dan tayang di bioskop - bioskop saat ini, hampir setiap bulan muncul beberapa film baru yang menyuguhkan hiburan pada masyarakat. Hal tersebut membuktikan bahwa saat ini film semakin diminati masyarakat dan bukan sebuah kemustahilan jika film menjadi media terjitu dan paling tepat untuk menyampaikan kritik sosial. Kritik yang di sampaikan melalui film biasanya merupakan masalah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat, Untuk itu di angkat dan di kemas dalam sebuah cerita yang menarik


(22)

4 sehingga siapapun yang menonton atau menyaksikan lebih mudah memahami isi pesan yang terdapat dalam film lalu kemudian menyadari bahwa isi cerita dalam film merupakan gambaran realitas yang terjadi dalam masyarakat. Film yang mengandung kritik biasanya juga di buat untuk mencitrakan seseorang atau sesuatu berdasarkan bagaimana si pembuat kritik atau pembuat film memandang seseorang atau sesuatu tersebut. Misalnya si pembuat film (sutradara) memandang pemerintah saat ini tidak menjalankan kerjanya dengan baik maka dalam filmnya sutradara akan mengambarkan pemerintah dengan sedemikian rupa agar terkesan jelek dalam cerita filmnya.

Film yang baik adalah film yang di dalamnya bukan hanya berfungsi sebagai penghibur saja namun juga memiliki pesan yang bisa memberi pengetahuan baru bagi seseorang. Film sebagai salah satu bentuk komunikasi massa sangat mungkin untuk di jadikan sebagai media bagi seseorang untuk menuangkan kritik. Karena sesuai dengan fungsi komunikasi massa dalam buku “Pengantar Komunikasi Massa”, Salah satu fungsi komunikasi massa adalah untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif yang berarti komunikasi massa memang memiliki peran sebagai penyampai informasi, tetapi informasi yang di ungkapkan ternyata mempunyai motif - motif tertentu untuk melawan kemapanan. Bahkan pasca orde baru, media massa sangat bombastis memilih kata - kata atau kalimat atas ketidakadilan yang terjadi, meskipun sangat mungkin apa yang di tulisnya memiliki motif pribadi atau kelompok (Nurudin, 2007: 89).


(23)

5 Film Jamila dan Sang Presiden merupakan salah satu film yang memiliki pesan kritik karena di dalamnya banyak terdapat kata - kata sindiran untuk pemerintah, apalagi film ini di buat berdasarkan kisah nyata yang memang benar - benar terjadi, seperti kemiskinan, prostitusi dan yang paling mencengangkan ialah perdagangan manusia. Selain mengandung kritik film ini juga seolah - olah ingin mencerminkan bagaimana pemerintahan yang sesungguhnya terjadi atau dengan kata lain film ini ingin mencitrakan pemerintah berdasarkan penilaian pembuat film tentunya. Hal tersebut di lihat dari cerita film tentang bagaimana tindakan pemerintah mengatasi masalah - masalah sosial yang terjadi, bagaimana tingkah laku mereka. Semua di kemas begitu baik dan nyata sehingga siapapun yang menyaksikan akan setuju bahwa yang di gambarkan dalam film adalah sebuah realitas. Inilah salah satu keunggulan film Jamila dan Sang Presiden.

Film Jamila dan Sang Presiden ini di angkat dari sebuah novel yang berjudul “Pelacur dan Sang Presiden” yang di tulis oleh Ratna Sarumpaet. Ide certita Jamila dan Sang Presiden berawal dari tiga tahun yang lalu UNICEF meminta Ratna Sarumpaet sutradara teater handal yang juga aktivis perempuan untuk menjalankan sebuah penelitian mengenai Woman trafficking di Indonesia, Ratna berkelana ke Batam, Solo, Indramayu, dan kota - kota di Kalimantan, merekam beragam cerita dari ratusan ribu korban perempuan yang kemudian disatukan dalam sebuah pementasan teater yang sangat membuka mata. Dua ratus ribu anak di bawah umur diperdagangkan di Indonesia setiap tahunnya untuk alasan yang sangat menyedihkan yaitu kemiskinan dan kurangnya


(24)

6 pendidikan. pada tahun 2009 di jadikan sebuah film dengan judul “ Jamila dan Sang Presiden”.

Jamila dan Sang Presiden sepertinya hadir untuk 'menyentil' para penguasa republik ini. Masalah human trafficking merupakan masalah sosial yang dihadapi Indonesia, disajikan lewat layar lebar produksi MVP Pictures dan Satu Merah Panggung itu. Film Jamila dan Sang Presiden merupakan wujud kekritisan sang sutradara Ratna Sarumpaet menanggapi masalah yang ada di negara ini. Hal inilah yang mengantarkan film Jamila dan Sang Presiden menjadi salah satu nominasi piala Oscar dari 65 film dari berbagai Negara untuk kategori "Foreign Language". Walaupun pada akhirnya Jamila dan Sang presiden gagal meraih Oscar namun Ratna tetap layak berbangga hati karena mampu masuk nominasi dari banyaknya film dari berbagai Negara dan Jamila dan Sang presiden merupakan satu - satunya film dari Indonesia yang masuk nominasi. Kuatnya cerita yang bermuatan kritik sosial ini menghasilkan pengakuan positif dari khalayak, tidak jarang mata penonton basah, kepala tertunduk, kisah Jamila begitu mewakili hingga terbawa dan terus terkenang. (http://karodalnet. Blogspot. Com/ 2009/ 04/ film-Jamila-dan-sang-Presiden.html). Hal serupa juga dialami peneliti saat menyaksikan film Jamila dan sang Presiden, dan itulah yang menjadi alasan dasar peneliti ingin meneliti kritik sosial yang terdapat dalam film Jamila dan Sang Presiden.


(25)

7 Dari uraian tersebut peneliti ingin melakukan penelitian pada film Jamila dan Sang Presiden dengan mengunakan metode analisis isi. Analisis isi sebagai checking atas realitas munculnya kelompok, fenomena perlakuan atau karakteristik tertentu yang diangap melangar standar sesuatu yang ditetapkan. Kesesuaian fenomena dengan apa yang ditampilkan media menjadi bahan diskusi. Alasan digunakannya analisis isi karena untuk memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi.

B.Rumusan Masalah

Melihat dari latar belakang yang telah dikemukakan, menetapkan rumusan masalahnya, adalah sebagai berikut:

Berapa frekuensi pesan kritik sosial yang muncul?

C.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui frekuensi kemunculan kritik sosial pada film Jamila dan Sang Presiden.


(26)

8 D. Manfaat Penelitian

D.1. Kegunaan Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bahwa film dapat dijadikan alternatif penyampai kritik berfungsi sebagai media komunikasi massa untuk menyampaikan kritik sosial. Sehingga pada akhirnya penelitian ini nanti dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa komunikasi terutama konsentrasi Audio Visual.

D.2. kegunaan Praktis

a. Hasil Penelitian ini di harapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat dan lembaga masyarakat tentang kritik, berkenaan dengan gambaran dalam film yang dijadikan objek penelitian.

b. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa film bisa menjadi media peyampaian kritik sosial terhadap masyarakat dan lembaga masyarakat.

E.Tinjauan Pustaka

E.1. Penelitian Sejenis Terdahulu

Penelitian - penelitian terdahulu mengenai kritik sosial pada film telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumya untuk memudahkan dan membandingkan antara penelitian yang satu dengan peneliti yang lain dirasa perlu untuk sedikit membahasnya. Sesungguhnya ada beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini, untuk lebih menjelasnya dapat dilihat pada tabrl di bawah ini.


(27)

9 Tabel 1

Perbandingan Penelitian Sejenis Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

No Nama Judul peelitian Rumusan Masalah Unit Analisis &

Satuan Ukur Struktur kategorisasi dan indikatornya 1. 2. Muhlis (2009) Marisa Purnama Putri (2010) Kritik Sosial Dalam Film (Analisis Isi pada Film Marsinah Karya Slamet Rahardjo Djarot)

Kritik Sosial Pada Film Indie (Analisis Pada Film Grammar Suroboyoan Part 1 – 3 Karya mohammad Sholihin)

-Frekuensi seringnya pesan kritik sosial yang muncul? -Siapakah yang menjadi sasaran kritik sosial? -Bagaimana tema yang terkandung dalam kritik sosial

-Berapakah frekuensi kategori kritik pada film Grammar? Unit analisis: -Frekuensi kemunculan Kritik Sosial Satuan Ukur: -Kemunculan indikator yaitu adegan dalam scene film Marsinah

Unit analisis:

-Frekuensi kemunculan scene yang mengandung kritik

Satuan ukur: -Frekuensi

kemunculan kategori dalam scene yang mengandung kritik 1.Sasaran Kritik Indikator: -Pemerintah -Perusahaan 2.Tema Kritik Indikator: -Kekerasan terhadap buruh -Upah buruh -Ketidak adilan terhadap buruh 1.Sasaran Kritik Indikator: -Pemerintah -Perusahaan -Masyarakat 2.Tema Kritik Indikator: -Sosial


(28)

10 Dari tabel di atas dapat dilihat beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian kali ini, Misalnya pada penelitian Marisa Purnama Putri (2010), dengan judul ‘’Kritik Sosial PadaFilm Indie (Analisis Pada Film Grammar Suroboyoan Part 1 – 3 Karya Muhammad Sholihin).’’ Memiliki rumusan masalah “Berapakah frekuensi kategori kritik pada film Grammar”. Unit analisisnya adalah “frekuensi kemunculan scene yang mengandung kritik sosial”. Satuan ukurnya “frekuensi kemunculan kategori dalam scene yang

-Budaya -politik Ekonomi

3. Adita Rizky

Friska Maulyda (2011)

Kritik Sosial Pada Film (Analisis Isi Pada Film Jamila Dan Sang Presiden Karya Ratna Sarumpaet) -Berapakah Frekuensi kemunculan kritik sosial? Unit Analisis:

-Scene yang mengandung kritik sosial sesuai dengan struktur kategori yang telah ditentukan Satuan Ukur:

-Durasi Perdetik tiap scene yang mengandung kritik sosial 1.kritik yang bermuatan politik Indikator: -Politikus -Praktek politik 2. Kritik yang bermuatan hukum Indikator:

-Kejahatan -Keadilan


(29)

11 mengandung kritik”. Stuktur kategorisasi ada dua yaitu satu, “Sasaran kritik dengan indikator: pemerintah, perusahaan, masyarakat”. Dua, “Tema kritik dengan indikator: Sosial, Budaya, Politik, Ekonomi”.

Antara penelitan kali ini dengan penelitian Marissa Purnama Putri perbedaan terdapat pada judul film yang diteliti, unit analisis, satuan ukur dan struktur kategorisasinya. Hal tersebut tentu sudah dapat membuktikan bahwa penelitian kali ini tidak lah sama dengan penelitian – penelitian terdahulu.

E.2. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih merujuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca. Lalu apa media massa dalam komunikasi massa? Ada banyak versi juga tentang bentuk ini. Namun, dari sekian banyak definisi bisa dikatakan media massa bentuknya antara lain media elektronik (televisi, radio dan film) media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, buku). Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang media massa, yakni ditemukannnya internet.

Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi


(30)

12 massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal – hal sebagai berikut:

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan – pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga inipun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba.


(31)

13 5. Komunikasi dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan –

pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komuniasi antar pribadi, kelompok atau publik di mana yang mengontrol bukan sejumlah individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal, dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).

E.3. Film

Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang - orang yang bertujuan memperoleh estesis, fungsi utama film adalah untuk hiburan. Tetapi dalam film biasanya juga terkandung fungsi informatif, edukatif, bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukatif untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional


(32)

14 memproduksi film - film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang di angkat dalam kehidupaan sehari - hari secara berimbang.

Menurut undang – undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1992 tentang perfilman bab 1 pasal 1, menyebutkan bahwa film adalah karya cipta dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang - dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya dan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditanyangkankan dengan sistem proyeksi mekanik elektronik dan atau lainnya. Sedang undang – undang perfilman penjelasan tentang pasal 1 angka 1 menentukan ada 3 (tiga) jenis film yang termasuk dalam film sebagai media komunikasi massa pandang dengan (audio visual). Pertama, film tersebut dibuat dari bahan baku pita seloid melalui proses kimia yang lazim disebut film. Kedua, film yang dibuat dengan bahan pita video atau piringan video melalui proses elektronik yang lazim dan disebut rekaman video. Ketiga, film yang dibuat dengan bahan baku atau melalui proses lainnya sebagai hasil perkembangan teknologi yang dikelompokkan sebagai media komunikasi massa pandang dengar.

Dalam pandangan Dannis McQuail, film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, musik, drama, humor dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran


(33)

15 film sebagian merupakan respon terhadap “ penemuan” waktu luang diluar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga.

Film sendiri mempunyai beberapa genre atau jenis, secara tidak langsung kehadiran film – film dan karakter tertentulah yang akhirnya memunculkan pengelompokan tersebut, berikut beberapa genre film.

1. Action

Film yang bertema laga dan mengisahkan perjuangan hidup biasanya dibumbui dengan keahlian tokoh untuk bertahan dalam pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre film tersebut adalah kepiawaian sutradara untuk menyajikan aksi pertarungan secara apik dan detail, seolah penonton ikut merasakan ketegangan yang terjadi.

2. Komedi (humor)

Film ini adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor penyajian utama, genre jenis tersebut tergolong paling disukai dan bias merambah usia segmentasi penonton, namun ada kesulitan dalam menyajikannya jika kurang waspada, komedi yang ditawarkan bisa terjebak dalam humor yang spapstick, yakni terkesan memaksa penonton untuk menertawakan kelucuan yang


(34)

16 dibuat – buat. Salah satu kunci sukses adalah meminta tokoh humoris yang sudah dikenal masyarakat untuk memerankan suatu tokoh dalam film layaknya saat menghibur penonton.

3. Roman (drama)

Genre yang populer dikalangan masyarakat penonton film, faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata yang ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang diceritakan. Kunci kesuksesan film bergenre roman drama adalah dengan mengangkat tema klasik tentang permasalahan manusia yang tak pernah puas mendapatkan jawaban.

4. Misteri (Horor)

Sebuah genre khusus dunia perfilman, dikatakan genre khusus karena meskipun cakupannya sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja, tetap genre itu cukup mendapatkan perhatian dari para penonton. Hal tersebut di sebabkan keingintahuan manusia pada sebuah dunia yang selalu membuat mereka penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia lain tersebut. Kunci suksesnya terletak pada cara mengemas dan menyaksikan visualisasi hantu dan konstruksi dramatis skenario. Selain itu alur cerita juga harus masuk akal sehingga tidak ada ganjalan dan sanggahan penonton sesudah pemutaran film.


(35)

17 Film Indonesia mulai menunjukkan peningkatan mulai kurun waktu 2000 sampai 2004, katalog film Indonesia 1926 - 2007 yang disusun JB.Kristanto mencatat sebanyak 74 film telah beredar di bioskop. Artinya, dalam kurun waktu lima tahun itu, rata - rata diproduksi 15 film pertahun. Jumlah itu terus meningkat, tahun 2007 saja beredar lebih dari 70 judul film Indonesia. Tahun 2008 diperkirakan jumlahnya berkisar 100 buah film. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat ini masyarakat sangat berminat pada film.

Sedangkan definisi dari komunikasi massa (Joseph. A Devito) yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media massa kepada khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar - pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi barang kali akan ebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film.

Film sebagai salah satu bentuk komunikasi massa saat ini dinilai memiliki kekuatan untuk bisa mempengaruhi atau membentuk opini publik. Karena film ditampilkan dengan perpaduan audio visual sehingga penonton lebih tertarik untuk menyaksikannya, bahkan tidak jarang bisa terhanyut dan larut dalam karakter atau cerita pada film seolah - olah ikut merasakan yang sedang dialami tokoh yang bermain dalam film tersebut, dengan demikian akan lebih mudah


(36)

18 bagi penonton yang menyaksikan untuk menerima pesan yang terkandung dalam film tersebut.

Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah mengutamakan isi dari pada hubungan. Jika setiap komunikasi melibatkan unsur hubungan, pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. Namun komunikasi massa mempunyai karakteristik yang lemah yaitu bersifat satu arah. Karena komunikasi ini menggunakan media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.

Dan fungsi dari komunikasi massa menurut De Vito adalah:

1. Fungsi meyakinkan (to persuade)

Fungsi penting komunikasi massa adalah fungsi meyakinkan atau persuasi. Persuasi bisa datang dalam bentuk:

a. Mengukuhkan atau memerkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang

b. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang

c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu


(37)

19

-Mengukuhkan, usaha untuk melakukan persuasi, kita pusatkan pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak agar mereka bertindak dengan cara tertentu

-Mengubah, media akan mengubah orang yang tidak memihak pada suatu masalah.

-Menggerakkan, dilihat dari sudut pengiklan (advertiser) fungsi terpenting media massa adalah menggerakkan (activating) konsumen untuk mengambil tindakan. E.5. Kritik Sosial

Kritik sering diasumsikan sebagai kecaman atau kontrol yang dapat membawa malu atau menyakitkan bagi penerima kritik. Pengertian kritik yang dapat diperoleh dari kamus bahasa Indonesia adalah kecaman atau tanggapan yang sering disertai oleh argumentasi baik maupun buruk tentang suatu karya pendapat situasi maupun tindakan seseorang atau kelompok. Apa yang dikehendaki dari kritik pembangunan tidak lebih dari sekedar saran petunjuk – petunjuk dan bukan sebuah kecaman atau kontrol yang dapat membawa malu atau menyakitkan bagi penerima kritik.

Dalam kamus bahasa Indonesia sosial berarti kemasyarakatan atau bisa dikatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Segala sesuatu yg berkaitan dengan masyarakat bisa dikatakan sosial, seperti kegiatan politik, hukum, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Kritik sosial adalah salah satu


(38)

20 bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses masyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu variabel penting dalam memelihara sistem sosial berbagai tindakan sosial ataupun individual yang menyimpang dari orde sosial maupun orde nilai moral dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial. Dengan kata lain, kritik sosial berfungsi sebagai wahana untuk konversi dan reproduksi sebuah sistem sosial masyarakat pada umumnya. Kritik sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat dalam melakukan kontrol jalannya sebuah sistem kehidupan.

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial. Dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial dalam kerangka demikian berfungsi untuk membongkar berbagai sikap yang tidak sesuai dalam masyarakat untuk perubahan sosial. Kritik sangat diperlukan ketika ada seseorang atau kelompok masyarakat dirugikan oleh sekelompok penguasa. kritik sosial tidak dipahami sebagai instrument untuk terciptanya disintegrasi tetapi sebuah korelasi terhadap kekuasaan untuk menciptakan proses integrasi. Kritik sosial tidak perlu dipahami sebagai tindakan yang akan membuat proses disintegrasi tetapi dapat memberi konstribusi terhadap harmonisasi sosial. Kritik sosial harus jelas dan transparan yang berfungsi sebagai sistem sosial.


(39)

21 E.6. Kritik Sosial Dalam Film

Film kerap dianggap minor dalam kemampuannya memuat kritik sosial dibandingkan dengan media lain. Media lain memiliki wahana jurnalisme yang mampu menghadirkan peran media sebagai pilar keempat demokrasi, sedangkan film dianggap sepenuhnya sebagai kendaraan komersial pencari keuntungan. Film memang dibuat dengan investasi ekonomi yang besar sehingga abai terhadap muatan - muatan yang lebih memperlihatkan tanggung jawab sosialnya.

Dalam proses komunikasi, kritik dapat disampaikan di dalam pesan yang disampaikan sumber kepada penerima, dimana pesan tersebut memiliki inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah dari dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi. Kritik sosial pun dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari cara yang tradisional, seperti ungkapan – ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial, melalui pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni sastra dan melalui media massa. Wahana yang terkahir inilah yakni media massa, hingga kini dianggap paling efektif, popular, rasional serta institusional. Kritik sosial dapat diselenggarakan melalui media pers, radio siaran, televisi siaran ataupun film.

Media film sebenarnya memiliki kekuatan lebih dibandingkan media lain dalam melakukan representasi terhadap kenyataan. Jurnalisme mungkin mengacu


(40)

22 kerjanya pada realitas, tetapi jurnalisme dikendalikan oleh prinsip kelayakan berita yang memenggal realitas itu dalam satuan – satuan kelayakan berita tersebut. Sedangkan film nyaris tak terbatasi oleh hukum – hukum ekstrinsik macam itu. Ketika pembuat film memilih sebuah tema, maka yang membatasinya adalah hukum - hukum intrinsik film itu sendiri. Dengan pilihan yang nyaris sama luasnya dengan kehidupan itu sendiri, film punya kemungkinan yang tak terbatas. Salah satu kemungkinan itu adalah menangkap semangat hidup yang ada di masyarakat tempat sang pembuat film itu hidup dan menurunkannya dengan cara bercerita.

Sejak DW Griffith membuat Intelorance pada tahun 1915, orang melihat potensi film yang besar untuk menyajikan muatan yang lebih dari sekadar cerita. Media film kemudian dipenuhi diskusi mengenai hubungan muatan film dengan konteks masyarakat yang menghasilkannya. Uni Soviet pernah menggunakan media film sebagai media propaganda yang sangat efektif dengan pendekatan formalisme mereka. Italia pernah mengenal neo – realisme yang mendekati problem – problem struktual kemiskinan pasca Perang Dunia Pertama. Prancis misalnya pernah mengenal realisme puitis yang merespon kegelisahan pasca Perang Dunia Kedua. Amerika 1950 – an dipenuhi oleh kisah fiksi ilmiah yang menghadang ketakutan terhadap perang bintang akibat peluncuran Sputnik oleh Uni Soviet.


(41)

23 Film sebagaimana media lain, punya peluang menyumbangkan sesuatu bagi masyarakatnya. Hal ini tanpa bermaksud untuk membebani proses produksi film yang sudah sedemikian rumit dan mahal, tetapi tanggung jawab film sebagai media dan wahana pengungkapan ekspresi tetap ada. Pesan yang disampaikan dengan baik tetap bisa menghibur. Dalam konteks produksi yang mahal, tanggung jawab film menjadi lebih nyaring lagi. Jika media film digunakan semata – mata untuk bersenang – senang dan tak mampu menangkap sedikit banyak hal yang menjadi semangat hidup di masyarakat, tentu hal ini merupakan pemborosan. Film bagaimanapun adalah sebuah repsentasi. Dibandingkan dengan media lain, film (film live action bukan film animasi, sekaligus film yang bercerita – film naratif, lawannya adalah film eksperimental yang tidak mengandung narasi atau cerita) memiliki kemampuan untuk meniru kenyataan sedekat mungkin dengan kenyataan sehari – hari. Proses representasi itu diawali dengan cara para pembuat film dalam melihat masyarakatnya. Seperti apakah mereka melihat masyarakat yang akan mereka gambarkan dalam film? Apakah masyarakat itu memiliki masalah atau tidak? Di titik ini penting sekali bagi seorang pembuat film untuk mengenali masyarakatnya. Ia tidak hanya harus memiliki wawasan yang luas terhadap masyarakat tetapi juga harus memiliki keresahan akan masyarakat tersebut. Ia harus mampu melihat kanyataan dan tidak menerimanya begitu saja, melainkan mencoba untuk melihat apa yang dibawah permukaan.


(42)

24 Film juga membuat kita bisa memahami pandangan dunia dari peradaban lain, atau kehidupan dan problematika kemanusiaan. Film bisa membuat kita melihat budaya. Film juga bisa menjadi refleksi atas kenyataannya. Banyak teori menyatakan bahwa film sebaiknya menjadi cerminan seluruh atau sebagian masyarakatnya. Seorang pakar teori film, Sigfried Kracauer menyatakan, “ Umumnya dapat dilihat bahwa teknik, isi cerita, dan perkembangan film suatu bangsa hanya dapat dipahami secara utuh dalam hubungannya dengan pola psikologis aktual bangsa itu”. Artinya perkembangan film Indonesia hanya dapat diahami dengan baik jika perkembangan itu dilihat dalam hubungannya dengan latar belakang perkembangan sosial budaya bangsa itu.

E.7. Analisis Isi

Analisis adalah suatu teknik penelitian inferensi - inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur - prosedur khusus untuk pemprosesan data ilmiah. Sebagaimana semua teknik penelitian, ia bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan “fakta” dan panduan praktis pelaksanaannya. Ia adalah sebuah alat, Suatu alat ilmu pengetahuan harus handal (reliabel) , terutama ketika peneliti lain, dalam waktu dan barangkali keadaan yang berbeda, menerapkan teknik yang sama dan data yang sama. Ini adalah tuntutan agar analisis isi replikabel.


(43)

25 Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat peraturan, undang-undang, musik, teater, film dan sebagainya. Kerlinger mendefinisikan analisis isi sebagai metode penelitian dan analisis komunikasi dengan cara yang sistematis, objektif dan kuantitatif dengan tujuan mengukur variabel. Sistematis berarti isi yang dianalisis dipilih sesuai dengan konsisten. Seleksi sampel harus melalui prosedur yang sesuai. Begitu pula dengan proses evaluasinya yang harus sistematis (Joseph R. Dominick, 2003:141).

Kuantitatif bertujuan untuk menghasilkan perhitungan dari isi kunci kategori untuk menunjukkan representasi yang akurat dari isi yang dianalisis. Proses kuantitatif ini penting dalam memenuhi obyektifitas karena membantu peneliti dalam menentukan hasil yang akurat. Proses kuantitatif memungkinkan peneliti merangkum hasil dan laporannya seefektif mungkin.

Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan. McQuail dalam buku Mass communication Theory (2000: 305) mengatakan bahwa tujuan dilakukannya analisis isi terhadap isi pesan komunikasi adalah:

a. Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media


(44)

26 c. Isi media merupakan refleksi diri nilai-nilai sosial budaya serta sistem

kepercayaan masyarakat

d. Mengetahui fungsi dan efek media

e. Mengevaluasi media performance

f. Mengetahui apakah ada bias media

F. Definisi Konseptual

F.1. Kritik Sosial

Dalam kamus bahasa Indonesia sosial berarti kemasyarakatan atau bisa dikatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Segala sesuatu yg berkaitan dengan masyarakat bisa dikatakan sosial, seperti kegiatan politik, hukum, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses masyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu variabel penting dalam memelihara sistem sosial berbagai tindakan sosial ataupun individual yang menyimpang dari orde sosial maupun orde nilai moral dalam masyarakat dapat dicegah dengan memfungsikan kritik sosial. Dengan kata lain, kritik sosial


(45)

27 berfungsi sebagai wahana untuk konversi dan reproduksi sebuah sistem sosial masyarakat pada umumnya. Kritik sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat dalam melakukan kontrol jalannya sebuah sistem kehidupan.

Merujuk dari beberapa pengertian kritik sosial di atas peneliti memutuskan memandang kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses masyarakat. Pengertian tersebut yang akan digunakan peneliti sebagai acuan dalam memandang apa itu kritik sosial untuk menentukan struktur kategorisasi.

Kritik sosial yang berfungsi sebagai kontrol jalannya sistem sosial tentunya sangat berkaitan dengan masalah – masalah sosial yang terjadi pada masyarakat, seperti masalah politik, masalah hukum, ekonomi dan lain sebagainya. Saat mendengar Judul film Jamila dan Sang Presiden tentu kita sudah dapat menerka bahwa dalam film ini sedikit atau banyak pasti akan berbicara masalah politik, kata “Presiden” yang terdapat pada judul film menguatkan dugaan bahwa dalam film ini akan berkaitan dengan masalah politik, Presiden yang merupakan pelaku politik atau praktek politik dalam sebuah masyarakat sangat layak mendapatkan kritik mengingat fungsi dari kritik itu sendiri.


(46)

28 F.2. Film

Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang - orang yang bertujuan memperoleh estesis, fungsi utama film adalah untuk hiburan. Tetapi dalam film biasanya juga terkandung fungsi informatif, edukatif, bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukatif untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film - film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang di angkat dalam kehidupaan sehari - hari secara berimbang.

Film merupakan salah satu bentuk media massa yang saat ini dapat difungsikan sebagai media kritik. Film yang memiliki fungsi sebagai hiburan sangat mudah diterima oleh masyarakat, karena itu akan lebih mudah menyelipkan pesan – pesan atau kritik – kritik sosial dalam film sehingga saat masyarakat menonton sebuah film tanpa mereka sadari mereka dipengaruhi sutradara film dalam memandang sesuatu lewat kritik yang terdapat dalam film tersebut.

G. Metode Penelitian

G.1. Metode dan Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yang bersifat kuantitatif. Tujuan dari analisis isi adalah merepresentasikan kerangka pesan secara akurat.


(47)

29 Untuk itu, kuantitatif menjadi penting dalam upaya memperoleh obyektifitas yang dimaksud. Kuantitatif juga mempermudah peneliti untuk membuat kesimpulan dan laporan secara lebih ringkas dan menarik. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik dan dapat berupa statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiono, 2007: 147). Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi - situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Moh.Nazir, 1988: 63-64).

G.2. Unit Analisis

Penelitian yang menggunakan metode analisis isi, validitas serta hasil - hasilnya sangat bergantung pada kategorisasi yang muncul dari unit analisis. Semakin detail pengkategorisasian, maka semakin akurat pula data yang dihasilkan. Unit analisis merupakan elemen terkecil dan terpenting dari analisis isi. Dalam analisis film unit analisis dapat berupa dialog dan akting. Sehingga penggunaan analisis isi lebih relevan untuk melakukan analisis karena lebih sistematik dan obyektif guna memahami isi informasi yang tercatat.


(48)

30 Penelitian ini diarahkan pada setiap scene, berupa dialog dan adegan yang mengandung kritik sosial, untuk spesifikasinya akan di jabarkan pada struktur kategorisasi. selanjutnya dari kedua aspek yang menyangkut dialog dan adegan tersebut digunakan sebagai unit analisis dalam penelitian ini.

a. Unit Analisis Dialog

Unit analisis dialog adalah segala sesuatu yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan karakter dalam cerita film tersebut. Dalam penelitian ini, diutamakan pada dialog yang dilakukan oleh tokoh utama atau Jamila namun tidak menutup kemungkinan oleh tokoh lainnya yang mengindikasikan adanya kritik sosial.

b. Unit Analisis Adegan

Unit analisis adegan dalam film adalah berupa akting dari para pemain. Akting adalah segala kegiatan yang harus dilakukan guna menokohkan karakter dalam cerita film, yang termasuk dalam unit analisis ini adalah aktivitas yang dilakukan oleh tokoh utama dan tokoh - tokoh lain yang terdapat dalam film yang mengandung muatan kritik. Akting bisa merupakan tindakan atau perbuatan yang dilakukan bersama - sama dengan lawan main dalam film tersebut.

G.3 Struktur Kategorisasi

Kategori dibuat dimaksudkan untuk memberi batasan - batasan yang jelas mengenai kritik sosial dalam film Jamila dan Sang Presiden. Bernard Berelson


(49)

31 mengatakan bahwa analisis isi tidak lebih baik daripada ketegori - kategorinya. Untuk menciptakategori - kategori tersebut menurut Guido Stempel ada tiga hal yang perlu diperhatiakn; kategorinya harus relevan dengan tujuan studinya, kategori hendaknya fungsional, dan sistem kategori - kategorinya harus dikendalikan (“Don Michael Flourny dalam skripsi: Ukrowi, muhammad.2004. Analisis isi pesan nilai sosial dalam iklan Sakatonik Grenk di televisi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: perpustakaan. Hal: 39”).

Saat mendengar Judul film Jamila dan Sang Presiden tentu kita sudah dapat menerka bahwa dalam film ini sedikit atau banyak pasti akan berbicara masalah politik, kata “Presiden” yang terdapat pada judul film menguatkan dugaan bahwa dalam film ini akan berkaitan dengan masalah politik, Presiden yang merupakan pelaku politik atau praktek politik dalam sebuah masyarakat sangat layak mendapatkan kritik mengingat fungsi dari kritik itu sendiri. Dari latar belakang tersebut peneliti menentukan kritik yang bermuatan politik menjadi salah satu kategorisasi dalam film ini.

Film Jamila dan Sang Presiden lebih dominan menggambarkan tentang masalah Woman Trafficking di Indonesia, berangakat dari penggalaman sang sutradara saat melakukan penelitian tentang perdagangan manusia. Seperti yang kita tahu perdagangan manusia merupakan sebuah kejahatan, dan sebuah kejahatan merupakan salah satu masalah hukum, karena alasan tersebut peneliti memutuskan kritik bermuatan hukum sebagai kategorisasi selain kritik yang bermuatan politik.


(50)

32 Dalam penelitian ini untuk memudahkan menganalisis demi hasil yang lebih akurat, sesuai dengan tujuan penelian yaitu untuk mengetahui frekuensi munculnya kritik sosial maka pengkodingan akan dilakukan berdasarkan kategorisasi dan latar belakang di atas, berikut kategorisasi yang telah ditentukan:

a. Kritik yang Bermuatan Politik

politik merupakan salah satu faktor sosial diantara banyak faktor – faktor yang lain. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.

Indikatornya adalah:

- Politikus

Dalam sub kategorisasi ini setiap scene di cari apakah ada kritik yang ditujukan pada para politikus, yaitu orang yang di tunjuk atau pejabat yang direkrut menjadi pegawai negeri. (http://www.Komunikasi politik blogspot.com).

- Praktek politik

Sub kategori kali ini fokus pada kritik yang mengarah pada praktek politik yaitu kegiatan yang menggunakan berbagai cara untuk merebut


(51)

33 kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, memperluas dengan menggunakan politik uang atau persuasi.

b. Kritik yang Bermuatan Hukum

Mayers menjelaskan bahwa hukum itu adalah semua aturan yang menyangkut kesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia dalam masyarakat serta sebagai pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya. (http://shvoong.com/ Law. And. Politics/ law/ 2034761-pengertian-hukum).

Hukum diciptakan untuk menegakkan keadilan karena sesungguhnya hukum tercipta sebagai alat untuk memutuskan sebuah permasalahan hukum seperti kejahatan, ketidak adilan dan lain sebagainya.

Indikatornya adalah:

- Kejahatan

Suatau kejahatan yang melanggar hukum pidana undang – undang yang berlaku di masyarakat. Seperti pembunuhan, permerkosaan, perbudakan dan perampasan kemerdekaan. (http:// massofa.wordpress.com/ 2010/ 04 /20/ pengertian – kriminologi – kejahatan – dan relativismenya).


(52)

34 - Keadilan

Pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabat nya yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya tanpa membedakan suku, turunan, dan agama. (http: //definisi. Pengertian. Blogspot.com/ 2010/ 05/ pengertian – keadilan.html).

G.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah film Jamila dan Sang Presiden karya Ratna Sarumpaet yang di angkat dari novel berjudul Pelacur dan Sang Presiden, yang terdiri dari 226 scene dan berdurasi 98 menit, dan diproduksi oleh MPV

Picture.

G.5. Satuan Ukur

Satuan ukur dalam penelitian ini adalah durasi per detik dalam tiap scene yang mengandung kritik sosial. Kemunculan pesan kritik sosial yang terdapat dalam film Jamila dan Sang Presiden ini direpresentasikan melalui dialog dan adegan oleh tokoh – tokoh yang bermain dalam film tersebut.

G.6. Teknik Pengumpulan Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Jamila dan sang Presiden tersebut, untuk


(53)

35 memperoleh data berupa dialog dan adegan yang terdapat pada setiap scene yang mengandung kritik social. Kemudian data dimasukkan ke dalam kategorisasi kritik sosial. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar coding per kategori seperti contoh berikut:

Lembar Coding Kritik sosial

Kategori kritik yang bermuatan politik Unit Analisis Dialog

G.7. Teknik Analisa Data

Berikutnya data dianalisis dengan tabulasi silang dengan tujuan untuk mengetahui prosentase yang muncul dalam setiap kategori penelitian. Dalam penerapannya, Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa ke arah pembuatan deskriptif, di mana tabulasi yang berupa penyusunan data ke dalam satu perangkat kategori didalam tabel, pada hakekatnya adalah (awal) dari suatu analisa deskriptif.

Scene

Kategori

A B


(54)

36 Penelitian ini menggunakan alat analisis tabel frekuensi untuk menghitung rata - rata. Dalam penerapannya, data berupa setiap scene kritik sosial dalam film Jamila dan Sang Presiden dimasukkan kedalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat tabel frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemunculan setiap kategori tema penelitian. Frekuensi kemunculan dari masing - masing kategori kemudian dihitung dengan tabulasi silang sehingga diketahui berapa jumlah prosentase kemunculannya. Kemudian dari data – data tersebut di atas dilakukan analisa deskriptif, di mana peneliti memberikan penjelasan deskriptif mengenai kritik sosial yang terdapat pada film Jamila dan sang Presiden.

G.8. Uji Reabilitas

Kategorisasi dalam analisis isi merupakan instrument pengumpul data. Fungsinya identik dengan kuesioner harus dijaga reliabilitasnya. Terutama untuk kategori yang dibuat sendiri oleh periset sehingga belum memiliki standar yang telah teruji, maka sebaiknya dilakukan uji reliabilitas yang dapat digunakan adalah berdasarkan rumus Ole R. Holsty. Di sini periset melakukan pretesi dengan cara mengkoding sampel ke dalam kategoriasi. Kegiatan ini selain dilakukan periset juga dilakukan oleh seseorang yang lain yang ditunjuk periset pembanding atau hakim. Uji ini dikenal dengan uji antarkode. Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus Hosty, yaitu:


(55)

37 Keterangan :

CR : Coefisien Reliability

M : Jumlah coding yang disepakati oleh peneliti dan dua orang coder.

N1 : Total jumlah coding dari peneliti. N2 : Total jumlah coding coder 1.

Penyempurnaan untuk memperkuat hasil reabilitas menggunakan formula Scott dalam ( Wimmer. Edisi 3 : 157 ) dengan menggunakan Pi indeks, yaitu:

Keterangan :

Pi : nilai keterhandalan

Observed agreement

: nilai pernyataan yang disetujui antar pengkode yaitu nilai C.R

Expected agreement

: persetujuan yang diharapkan dalam suatu kategori yang sama nilainya matematisnya, dinyatakan dalam jumlah hasil pengukuran dari proposi seluruh tema


(56)

38 Dengan merujuk pada formula yang dikemukakan oleh Holtsi dalam (Wimmer. Edisi 3 : 142), untuk menguji reliabilitas memerlukan adanya perhitungan tingkat kesepakatan antara peneliti dan coder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih, maka data yang diperoleh dinyatakan reliabel. Sedangkan jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75, maka kategori operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi.


(1)

33 kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, memperluas dengan menggunakan politik uang atau persuasi.

b. Kritik yang Bermuatan Hukum

Mayers menjelaskan bahwa hukum itu adalah semua aturan yang menyangkut kesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia dalam masyarakat serta sebagai pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya. (http://shvoong.com/ Law. And. Politics/ law/ 2034761-pengertian-hukum).

Hukum diciptakan untuk menegakkan keadilan karena sesungguhnya hukum tercipta sebagai alat untuk memutuskan sebuah permasalahan hukum seperti kejahatan, ketidak adilan dan lain sebagainya.

Indikatornya adalah:

- Kejahatan

Suatau kejahatan yang melanggar hukum pidana undang – undang yang berlaku di masyarakat. Seperti pembunuhan, permerkosaan, perbudakan dan perampasan kemerdekaan. (http:// massofa.wordpress.com/ 2010/ 04 /20/ pengertian – kriminologi – kejahatan – dan relativismenya).


(2)

34 - Keadilan

Pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabat nya yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya tanpa membedakan suku, turunan, dan agama. (http: //definisi. Pengertian. Blogspot.com/ 2010/ 05/ pengertian – keadilan.html).

G.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah film Jamila dan Sang Presiden karya Ratna Sarumpaet yang di angkat dari novel berjudul Pelacur dan Sang Presiden, yang terdiri dari 226 scene dan berdurasi 98 menit, dan diproduksi oleh MPV Picture.

G.5. Satuan Ukur

Satuan ukur dalam penelitian ini adalah durasi per detik dalam tiap scene yang mengandung kritik sosial. Kemunculan pesan kritik sosial yang terdapat dalam film Jamila dan Sang Presiden ini direpresentasikan melalui dialog dan adegan oleh tokoh – tokoh yang bermain dalam film tersebut.

G.6. Teknik Pengumpulan Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati film Jamila dan sang Presiden tersebut, untuk


(3)

35 memperoleh data berupa dialog dan adegan yang terdapat pada setiap scene yang mengandung kritik social. Kemudian data dimasukkan ke dalam kategorisasi kritik sosial. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar coding per kategori seperti contoh berikut:

Lembar Coding Kritik sosial

Kategori kritik yang bermuatan politik Unit Analisis Dialog

G.7. Teknik Analisa Data

Berikutnya data dianalisis dengan tabulasi silang dengan tujuan untuk mengetahui prosentase yang muncul dalam setiap kategori penelitian. Dalam penerapannya, Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa ke arah pembuatan deskriptif, di mana tabulasi yang berupa penyusunan data ke dalam satu perangkat kategori didalam tabel, pada hakekatnya adalah (awal) dari suatu analisa deskriptif.

Scene

Kategori

A B


(4)

36 Penelitian ini menggunakan alat analisis tabel frekuensi untuk menghitung rata - rata. Dalam penerapannya, data berupa setiap scene kritik sosial dalam film Jamila dan Sang Presiden dimasukkan kedalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat tabel frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemunculan setiap kategori tema penelitian. Frekuensi kemunculan dari masing - masing kategori kemudian dihitung dengan tabulasi silang sehingga diketahui berapa jumlah prosentase kemunculannya. Kemudian dari data – data tersebut di atas dilakukan analisa deskriptif, di mana peneliti memberikan penjelasan deskriptif mengenai kritik sosial yang terdapat pada film Jamila dan sang Presiden.

G.8. Uji Reabilitas

Kategorisasi dalam analisis isi merupakan instrument pengumpul data. Fungsinya identik dengan kuesioner harus dijaga reliabilitasnya. Terutama untuk kategori yang dibuat sendiri oleh periset sehingga belum memiliki standar yang telah teruji, maka sebaiknya dilakukan uji reliabilitas yang dapat digunakan adalah berdasarkan rumus Ole R. Holsty. Di sini periset melakukan pretesi dengan cara mengkoding sampel ke dalam kategoriasi. Kegiatan ini selain dilakukan periset juga dilakukan oleh seseorang yang lain yang ditunjuk periset pembanding atau hakim. Uji ini dikenal dengan uji antarkode. Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus Hosty, yaitu:


(5)

37 Keterangan :

CR : Coefisien Reliability

M : Jumlah coding yang disepakati oleh peneliti dan dua orang coder.

N1 : Total jumlah coding dari peneliti. N2 : Total jumlah coding coder 1.

Penyempurnaan untuk memperkuat hasil reabilitas menggunakan formula Scott dalam ( Wimmer. Edisi 3 : 157 ) dengan menggunakan Pi indeks, yaitu:

Keterangan :

Pi : nilai keterhandalan

Observed agreement

: nilai pernyataan yang disetujui antar pengkode yaitu nilai C.R

Expected agreement

: persetujuan yang diharapkan dalam suatu kategori yang sama nilainya matematisnya, dinyatakan dalam jumlah hasil pengukuran dari proposi seluruh tema


(6)

38 Dengan merujuk pada formula yang dikemukakan oleh Holtsi dalam (Wimmer. Edisi 3 : 142), untuk menguji reliabilitas memerlukan adanya perhitungan tingkat kesepakatan antara peneliti dan coder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih, maka data yang diperoleh dinyatakan reliabel. Sedangkan jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75, maka kategori operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi.