BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tembaga dan paduannya merupakan salah satu logam yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia selain karena kelimpahannya yang sangat besar di
alam dan juga sifat-sifat yang dimiliki oleh tembaga. Tembaga memiliki kondukvitas thermal dan elektrik yang baik, relatif lunak, mudah di tempa,
memberikan kilau yang indah bila digosok dan mempunyai laju korosi yang lambat. Tembaga banyak digunakan untuk komponen elektrik, produk elektrik,
peralatan rumah tangga, bodi automobil,bodi pesawat. Sedangkan laju korosi tembaga yang rendah banyak di manfaatkan untuk melapisi logam lain yang
mempunyai laju korosi tinggi misalnya baja. Pelapisan tembaga pada baja dapat mengontrol atmosfit korosi dari baja, meningkatkan konduktivitas elektrik dan
termal baja walsh,1994. Kualitas lapisan tembaga yang dihasilkan dari proses elektroplating sangat
ditentukan oleh pengaturan kondisi plating, penambahan kondisi seperti surfaktan serta ada tidaknya pengotor lowenhem,1994. Adanya pengotor dapat
mempengaruhi kualitas lapisan antara lain struktur lapisan, kelenturan, tarikan dan aktivitas lapisan graham 1971.
Kebutuhan teknologi material belakangan ini mengarah kepada pengembangan material ringan dan kuat, dengan mampu bentuk yang tinggi, dan
komposisi kimia yang sederhana. Hal ini dipicu oleh meningkatnya harga bahan bakar dan keterbatasan persedian logam. Keterbatasan persediaan logam memicu
penghematan penggunaan logam, sehingga cara pemaduan logam untuk meningkatkan kekuatannya pada saat ini perlu lebih diefektifkan.
Perbaikan sifat mekanis, elektrikal, kimia, fisik logam dapat di rekayasa dengan cara menaikan atau menurunkan kekuatan dan kehandalannya.
perkembangan teknologi bahan dan rekayasa nanoteknologi telah mendorong perubahan kemampuan logam diproses dengan biaya produksi rendah tetapi
kekuatan dan perbandingan volume, berat terhadap kekuatan sangat tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan formulasi dasar bahan bahwasanya hubungan antara kekuatan dan ketangguhan adalah perbandingan terbalik. Perkembangan rekayasa penghalusan
butiran kristal hingga kebatas sub-atonomic dapat dihubungan dengan kekuatan dan ketangguhan suatu bahan. Meskipun sulit untuk sama-sama menaikan
sekaligus antara kekuatan dan ketangguhan. Penghalusan ukuran butir logam dan paduan dengan menggunakan proses
deformasi plastis menyeluruh adalah satu dari teknik yang effektif untuk memperbaiki sifat-sifat mekanis dan penyesuaian kemampuan paduan logam
konvensional. Dengan kata lain, penghalusan ukuran butiran penguatan dengan pengerasan presipitasi secara teknologi menjanjikan, karena pada umumnya tidak
mempengaruhi keuletan dan ketangguhan, berbeda dengan sebagian besar metode penguatan lain pengerasan larutan padat dan pengerasan kerja. Oleh karena itu,
metode deformasi plastis menyeluruh berpotensi untuk mendapatkan nanostruktur butiran sangat halus dalam berbagai logam dan paduan. Formulasi nanostruktur
adalah dasar perubahan utama dalam sifat-sifat bahan dan pencapaian karakteristik lanjut seperti kekuatan yang sangat tinggi dengan keuletan yang
cukup, kekuatan kelelahan, umur, ketahanan aus, superelastis pada bahagian- bahagian penggunaan bahan untuk industri kontruksi transportasi.
Perkembangan teknologi bahan dan rekayasa mikroteknologi telah mendorong perubahan yang sangat besar terhadap pengunaan material khususnya
tembaga dalam dunia transfortasi. Seiring dengan perkembangan yang ada maka dibutuhkan tembaga dengan sifat dan karakteristik yang sesuai terhadap kondisi
pada saat diaplikasikan. Salah satu aplikasi tembaga adalah pengunaanya sebagai bahan pembuatan baling-baling kapal nelayan pada bidang transportasi laut. Salah
satu sistem di kapal yang amat vital fungsinya untuk kapal dapat bergerak dan bermanuver, yaitu sistem propulsi yang terdiri dari propulsor pendorong, mesin
penggerak, dan badan kapal. Propulsor pada umumya yang digunakan pada kapal yaitu baling-baling
.
Propeller adalah jenis baling-baling yang memberikan kekuatan dengan mengubah rotasi gerak ke gaya dorong. Propeler terdiri dari
beberapa blade dan beroperasi seperti perputaran sekrup. Pada umumnya propeller diletakkan pada kedudukan yang serendah mungkin dibagian belakang kapal.
Universitas Sumatera Utara
Karena sebuah propeller harus mempunyai diameter sedemikian rupa, sehingga bila kapal dalam keadaan bermuatan penuh, propeller tersebut akan terbenam
dengan memadai, sehingga dapat menghindari sejauh mungkin terjadinya fenomena terikutnya udara airdrawing, dan pemacuan propeller, ketika kapal
mengalami gerakan angguk pitching. Belakangan ini banyak permasalahan yang terjadi dilapangan bahwa kapal
tidak mempunyai kecepatan yang sesuai dengan perencanaan. Salah satu penyebabnya adalah turunnya efisiensi dari propeller. Turunnya efisiensi propeller
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: 1.
Korosi bahan 2.
Retak dan bengkok pada daun propeller
Untuk mendapatkan propeller yang yang baik dan tahan terhadap korosi maka dikembangkan baling-baling kapal dari bahan tembaga. Hal ini efektif
dalam perbaikan sifat mekanis baling-baling kapal nelayan hanya saja memberi dampak pada biaya produksi yang tinggi. Pemakaian propeller dari tembaga
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi propeller dan dapat mengurangi biaya operasional kapal dengan menekan biaya pergantian propeller yang sering
dilakukan pada kapal.
1.2 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum