13
9. Nirmayani Laksana Putri Pulungan, NIM; 117011092; Magister Kenotariatan; Judul Tesis; “ Analisis Tipologi Putusan Hadhanah Pada Pengadilan Agama Medan Studi
Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012”, Selanjutnya yang menjadi permasalahannya adalah:
a. Bagaimana karakter hadhanah pada putusan Pengadilan Agama Medan tahun 2010-2012.
b. Apakah yang menjadi pertimbangan hukum bagi hakim Pengadilan Agama Kelas IA Medan dalam menentukan sengketa hadhanah tahun 2010-2012.
c. Apakah putusan hadhanah yang diputuskan di Pengadilan Agama Kelas IA Medan tahun 2010-2012.
Sehingga sebagaimana di atas bahwa memang pernah dilakukan penelitian namun dengan permasalahan yang berbeda.Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli
adanya, artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kemurniannya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa latin yang berarti perenungan, yang pada gilirannya berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara
hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut realitas. Dari kata dasar “thea” ini pula datang kata modern ”teater” yang berarti pertunjukan atau tontonan. Dalam banyak
Universitas Sumatera Utara
14
literatur, beberapa ahli menggunakan kata ini untuk menunjukkan bangunan berfikir yang tersusun “sistematis, logisrasional, empris kenyataan, dan juga simbolis”.
8
Kerangka teori adalah pemikiran atau pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis
dalam penelitian.
9
Fred N. Kerlinger menjelaskan bahwa teori adalah seperangkat konsep, batas dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan
merinci hubungan antara variasi dengan menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut.
10
Teori itu bukanlah pengetahuan yang sudah pasti, tetapi harus dianggap sebagai petunjuk,
11
analisis dari hasil penelitian yang dilakukan, sehingga merupakan masukan eksternal bagi penelitian ini. Robert K. Yin mengatakan: theo means the
design of research steps according to some relationship to the literature, policy issues, or other substance souce”
12
. Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan
cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan dan mengimplementasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil terdahulu.
13
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian
8
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1999, hlm.12.
9
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Bandar Maju, 1994, hlm.14.
10
Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral,Yogjakarta: Gadjah mada Universitas Press, 2004, hlm.14.
11
Koentjaraningrat, Metode-Metode
Penelitian Masyarakat,
PT. Gramedia
Pustaka Utama,1997, hlm.21.
12
Robert K.Yin, Application of Case Study Research,London: Sage Publication, 1994, hlm.82.
13
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Cet ke II, Jakarta: Rineka Cipta, 1998,hlm.19.
Universitas Sumatera Utara
15
yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori
mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta; b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;
c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.
14
Selanjutnya dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. Adapun
kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Kepastian Hukum sebagai grand theory.
Menurut Jan Michiel Otto, untuk menciptakan kepastian hukum harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:
15
1. Ada aturan hukum yang jelas dan konsisten. 2. Instansi pemerintah menerapkan aturan hukun secara konsisten, tunduk dan taat
terhadapnya. 3. Masyarakat menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan hukum tersebut.
4. Hakim-hakim yang mandiri, tidak berpihak dan harus menerapkan aturan hukum secara konsisten serta jeli sewaktu menyelesaikan sengketa hukum.
5. Putusan pengadilan secara konkret dilaksanakan. Menurut Satjipto Rahardjo, kepastian hukum merupakan fenomena psikologi
daripada hukum. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam Undang-
14
Soejono Soekanto, Op.Cit.,hlm. 43.
15
Jan Michiel Otto, Reele Rectszekerheidin Ontwikkelingslanden, Terjemaahan Tristam Moeliono, Kepastian Hukum yang Nyata di Negara Berkembang, Cetakan Pertama, Komisi Hukum
Nasional Republik Indonesia KHN-RI, 2003, hlm.5.
Universitas Sumatera Utara
16
Undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim yang satu dengan yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.
16
Selanjutnya di samping Teori Kepastian Hukum sebagai teori utama yang dipergunakan sebagai pisau analisis penelitian ini juga akan didukung dengan teori
pendukung yaituTeori Maslahatan.Mashlahat secara etimologi kata jamaknya Mashalih
berarti sesuatu yang baik, yang bermanfaat dan merupakan lawan dari keburukan atau kerusakan. Mashlat kadang-kadang disebut dengan istislah yang
berarti mencari yang benar. Esensi mashlat adalah terciptanya kebaikan dan kesenangan dalam kehidupan manusia serta terhindar dari hal-hal yang dapat merusak
kehidupan umum.
17
Menurut M.Hasballah Thaib,
18
mashlahat yang dimaksud adalah kemashalatan yang menjadi tujuan syara’ bukan kemashalatan yang semata-mata berdasarkan
keinginan hawa nafsu manusia. Sebab disadari sepenuhnya bahwa tujuan dari syariat, hukum tidak lain untuk melahirkan kemashlatan bagi manusia dari segala segi dan
aspek kehidupan mereka di dunia dan terhindar dari berbagai bentuk yang dapat membawa kepada kerusakan.
16
bid.
17
M.Hasballh Thaib, Tajdid, Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum, Medan: Universitas sumatera Utara, 2002, hlm. 27.
18
Ibid , Ibnu Tayimyyah mengatakan bahwa mashlmat adalah pandangan mujtahid tentang
perbuatan yang mengandung kebaikan yang jelas dan bukan perbuatan yang berlawanan dengan hukum syara’, lihat Nasroen Haroen, Ushul Fiqih, ciputat: PT. logos Wacana Ilmu, 1997, hlm.
126.Sedangkan Al-Ghazali mengatakan arti asli mashlmat adalah menarik manfaat atau menolak mudhorat
.Adapun artinya secara istilah ialah pemeliharaan tujuan maqashid atau syara’,yakni agama, jiwa, akal keturunan dan harta. Segala sesuatu yang mengtandung nilai pemeliharaan atas pokok yang
lima ini adalah mashlmahat, semua yang menghilangkan adalah mafsadat dan menolaknya merupakan mashlmat, lihat Jamaluddin, Analisis Hukum Perkawinan terhadap perceraian dalam Masyarakat Kota
Lhoksemawe dan Kabupaten Aceh Utara,Disertasi, Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2008, hlm.23.
Universitas Sumatera Utara
17
Oleh karena itu masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan hukum atau
penegakan hukum
harus memberi
manfaat atau
kegunaan bagi
masyarakat.Jangan sampai justru karenanya dilaksanakan atau ditegakkan timbul keresahan di dalam masyarakat.
19
Secara sederhana maslahat al- maslahah diartikan sebagai sesuatu yang baik atau sesuatu bermanfaat. Misalnya menuntut ilmu itu
mengandung kemaslahatan, maka hal ini berarti menuntut ilmu itu penyebab diperolehnya manfaat secara lahir dan bathin. Secara umum dapat dikatakan bahwa
tujuan dari pada kedatangan Hukum Islam adalah memperoleh kemaslahatan serta menghindari kemudhaaratan. Hukum Islam memelihara 3 hal, yaitu:
20
a. Memelihara yang paling penting, bila hal itu diabaikan maka akan terjadi kekacauan dalam masyarakat. Ketentuan yang paling penting ini ada 6 macam:
1. Memelihara jiwa
Islam sangat melindungi jiwa seseorang, jiwa seseorang tidaak boleh direnggut begitu saja karena jiwa dapat dinilai dengan benda apapun;
2. Memelihara akal
Sehubungan dengan memelihara akal, Hukum Islam memetapkan hukum dera dipukul 40 kali bagi yang merusakkan akalnya.
3. Memelihara Agama
Memelihara agama adalah memelihara keimanan. Iman adalah suatu hal yang sangat mulia, sehingga dengan bermodalkan iman seseorang tidak
akan kekal dalam neraka.
4. Memelihara kehormatan
Islam sangat memelihara kehormatan seseorang muslim. Islam tidak membenarkan menuduh orang lain melakukan kejahatan tanpa adanya
suatu bukti yang benar, tuduhan tanpa alas an berarti penghinaan.
5. Memelihara harta
Memelihara harta hak milik ini ditetapkan hukum jual beli, hutang piutang, dan lain-lain.Islam melarang perampasan harta, pembinasaan
harta, dan cara-cara lain yang tidak sah.
19
Sudikno Mertokusumo, Mengenal HukumSuatu Pengantar,Yogyakarta: Liberty,1988, hlm. 134-135.
20
M. Hasballah Thaib, Falsafah Hukum Islam, Medan: Fakultas Hukum Universitas Dharmawangsa, 1993, hlm.5.
Universitas Sumatera Utara
18
6. Memelihara keturunan
Islam mengajurkan untuk memelihara keturunan, bahkan salah satu dari pada hikmah perkawinan adalah untuk mendapat keturunan.
b. Memelihara yang diperlukan bila tidak dilaksanakan akan membawa kesulitan dam pelaksanaaanya;
c. Memelihara yang dianggap baik, bila hal ini tidak diatur maka nampaklah kerendahan Islam.
2. Konsepsi