Putusan Hakim Terhadap Pelaku Perdagangan Orang

BAB III PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP

PELAKU TINDAKAN PERDAGANGAN ORANG BERDASARKAN BEBERAPA PUTUSAN DI INDONESIA

A. Putusan Hakim Terhadap Pelaku Perdagangan Orang

Menurut Pasal 1 ayat 8 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengatakan Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Selanjutnya Pasal 1 ayat 11 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana menyatakan putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang. 84 Sebagai penegak hukum, hakim mempunyai tugas pokok di bidang judisial, yaitu menerima, memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam mengemban tugas penegakan hukum dan keadilan, hakim mempunyai kewajiban-kewajiban berat yang harus ditunaikan demi tercapainya tujuan yang ditentukan yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur. 85 84 Lihat Pasal 1 angka 8 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Hakim juga mempunyai peranan menentukan sehingga kedudukannya dijamin 85 Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 49. Universitas Sumatera Utara undang-undang. Dengan demikian, diharapkan tidak adanya direktivacampur tangan dari pihak manapun terhadap para hakim ketika sedang menangani perkara. 86 Pasal 28 undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan: 87 1. Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. 2. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memerhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa. Selanjutnya Pasal 193 ayat 1 KUHAP menyatakan bahwa Jika Pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana. 88 Agustina sebagaimana mengutip pendapat Bagir Manan menyatakan bahwa suatu putusan hakim akan bermutu, hal ini tergantung pada tujuh hal, yakni: 89 1. Pengetahuan hakim yang mencakup tentang pemahaman Konsep Keadilan dan Kebenaran; 2. Integritas hakim yang meliputi nilai-nilai kejujuran dan harus dapat dipercaya; 3. Independensi kekuasaan kehakiman yang bebas dari pengaruh dari pihak- pihak berpekara maupun tekanan publik; 4. Tatanan politik, tatanan sosial, hukum sebagai alat kekuasaan maka hukum sebagai persyaratan tatanan politik dan hukum mempunyai kekuatan moral; 5. Fasilitas di lingkungan badan peradilan; 86 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya, Bandung: Alumni, 2007, hal. 75. 87 Lebih lanjut lihat Pasal 28 undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. 88 Lihat Pasal 193 ayat 1 KUHAP 89 Agustina Wati Nainggolan, Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba, Medan : USU, 2009, hal.91 Universitas Sumatera Utara 6. Sistem kerja yang berkaitan dengan sistem manajemen lainnya termasuk fungsi pengawasan dari masyarakat untuk menghindari hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan di daerah; 7. Kondisi aturan hukum didalam aturan hukum formil dan materiil masih mengandung kelemahan. Suatu putusan pidana sedapat mungkin harus bersifat futuristik, artinya menggambarkan apa yang diperoleh darinya. Keputusan pidana selain merupakan pemidanaan tetapi juga menjadi dasar untuk memasyarakatkan kembali si terpidana agar dapat diharapkan baginya untuk tidak melakukan kejahatan lagi di kemudian hari sehingga bahaya terhadap masyarakat dapat dihindari. 90 Putusan hakim juga pada dasarnya haruslah dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku tindak pidana. Khususnya pelaku tindak pidana perdagangan manusia. Sejauh ini putusan hakim yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana perdagangan manusia masih terkesan ringan. Bahkan saat ini belum didapati putusan Hakim terhadap pelaku pidana perdagangan manusia dengan batas maksimum hukuman yang ditentukan oleh Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Dari 10 sepuluh putusan yang menjadi penelitian dalam tesis ini terhadap pelaku tindak pidana perdagangan orang tidak ada satupun putusan hakim Pengadilan Negeri yang menjatuhkan pidana dengan batas maksimum yang ditentukan oleh Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Bahkan, masih terdapat putusan 90 Soedjono, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 1995, hal. 40-41. Universitas Sumatera Utara yang tidak sesuai dengan ketentuan batas minimal sebagaimana telah disebutkan dalam aturan perundang-undangan. Hal ini dapat kita lihat dalam putusan pengadilan sebagai berikut : 1. Putusan Nomor : 1166Pid.B2008PN.Mdn dinyatakan pula bahwa terdakwa Zainal Abidin Pakpahan telah terbukti melanggar ketentuan Pasal 2 Undang- Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yakni “ penampungan dan penerimaan seseorang dengan penjeratan hutang yang bertujuan Eksploitasi”. Hakim Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan pidana 6 enam tahun penjara dan denda Rp. 120.000.000,-Seratus Dua Puluh Juta Rupiah. 2. Putusan Nomor : 1642Pid. B2009PN.Mdn dinyatakan bahwa terdakwa Jelisman Br. Siringo Ringo telah terbukti melanggar ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yakni “membantu atau melakukan percobaan memperdagangkan orang”. Hakim Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan pidana 3 tiga tahun penjara dan denda Rp. 120.000.000,-Seratus Dua Puluh Juta Rupiah dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan kurungan selama 2 dua bulan. 3. Putusan Nomor :71Pid.Sus2012PN.KLB dinyatakan bahwa terdakwa Suriya Mau alias Surya telah terbukti melanggar ketentuan pasal 2 ayat 1 dan Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP yakni “Perdagangan orang yang dilakukan secara bersama- sama dan percobaan perdagangan orang”. Hakim Pengadilan Negeri Kalabahi menjatuhkan Pidana penjara selama 3tiga Tahun dan denda sebesar Rp. 120.000.000,- Seratus dua puluh juta rupiah, dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan Pidana Kurungan selama 3tiga bulan; 4. Putusan Nomor : 75 PID.B 2011 PN. DOM. dinyatakan bahwa terdakwa Juleha Binti Mansyur Alias Leha Alias Lahu; telah terbukti melanggar ketentuan pasal 6 Jo pasal 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP, yakni telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “bersama-sama melakukan tindak pidana perdagangan orang” Hakim Pengadilan Negeri Dompu menjatuhkan Pidana penjara selama 4 empat tahun dan denda sebesar Rp. 120.000.000,-seratus dua puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar harus diganti dengan pidana kurungan selama 2 dua bulan. 5. Putusan No. 217PID.B2011 PN.BTM dinyatakan bahwa terdakwa Uli Basana Barus; telah terbukti melanggar ketentuan pasal 4 Jo Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yakni terbukti secara sah Universitas Sumatera Utara dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Membantu Dalam Melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang“. Hakim Pengadilan Negeri Batam menjatuhkan Pidana Penjara selama 3 Tiga tahun dan 4 empat bulan dan denda sebanyak Rp. 150.000.000 , - Seratus Lima Puluh Juta Rupiah . 6. Putusan No. 1554Pid. B2012PN.Mdn dinyatakan bahwa terdakwa Andreas Ginting Alias Ucok telah terbukti melanggar ketentuan Pasal 2 Undang- Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yakni “Melakukan Perdagangan Orang”. Hakim Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan pidana 3 tiga tahun penjara dan denda Rp. 120.000.000,-Seratus Dua Puluh Juta Rupiah. 7. Putusan No.331 Pid. B 2011 PN. MDO dinyatakan bahwa terdakwa Sri Siska Wati Nani Giasi alias Tata ; telah terbukti melanggar ketentuan pasal pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP, yakni terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Perdagangan Orang. Hakim Pengadilan Negeri Manado menjatuhkan Pidana Penjara selama 3 Tiga tahun bulan dan denda sebesar Rp. 120.000.000,-seratus dua puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar harus diganti dengan pidana kurungan selama 6 enam bulan. Universitas Sumatera Utara 8. Putusan Nomor : 277Pid.B2011PN-Bj, dinyatakan bahwa terdakwa Erlina Als Erlin.; telah terbukti melanggar ketentuan pasal pasal 2 ayat 1 Undang- Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP, yakni terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Perdagangan Orang. Hakim Pengadilan Negeri Binjai menjatuhkan Pidana Penjara selama 3 Tiga tahun bulan dan denda sebesar Rp. 120.000.000,-seratus dua puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar harus diganti dengan pidana kurungan selama 6 enam bulan. 9. Putusan Nomor : 184Akta.Pid2012PN-MDN.-dinyatakan bahwa terdakwa Lissen Reni Panggabean Als. Ester Panggabean; telah terbukti melanggar ketentuan pasal pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yakni “melakukan perekrutan calon TKI yang dipekerjakan pada Pengguna perseorangan belum berusia 21 Tahun dan tidak lulus dalam uji kompetensi kerja”. Hakim Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan Pidana Penjara selama 1 satu tahun 6 enam bulan dan pidana denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah dengan ketentuan jika denda tersebut tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama : 3 tiga bulan. 10. Putusan Nomor : 235Pid.Sus2012PN.BGL. dinyatakan bahwa terdakwa Sri Nur’aini Alias Nuril telah terbukti melanggar ketentuan pasal pasal 2 ayat Universitas Sumatera Utara 1 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yakni “Membantu menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikannya sebagai pencarian”. Hakim Pengadilan Negeri Pasuruan menjatuhkan Pidana Penjara selama 5 lima bulan dan 20 dua puluh hari. Dengan Menetapkan bahwa masa penahan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Dari 10 sepuluh putusan di atas tidak satupun putusan yang menghukum terdakwa dengan pidana maksimal baik laki-laki maupun perempuan. Semua putusan di atas menunjukkan pelaku tindak pidana perdagangan orang terkesan tidak merasa takut akan pidana yang dijatuhkan terhadapnya. Adanya disparitas penjatuhan pidana akan berdampak negatif terhadap terpidana yang merasa dirugikan terhadap putusan hakim tersebut. Apabila terpidana itu membandingkannya dengan terpidana lain yang dijatuhi hukuman lebih ringan padahal tindak pidana yang dilakukan adalah sama, maka terpidana yang dijatuhi hukuman lebih berat akan menjadi korban ketidakadilan hukum sehingga terpidana tersebut tidak percaya dan tidak menghargai hukum. Sedangkan terpidana yang diputus lebih ringan akan ada anggapan bahwa melanggar hukum bukanlah hal yang menakutkan karena hukumannya ringan yang berakibat bisa saja kelak sesudah selesai menjalani pidana ia berbuat kejahatan lagi sehingga tujuan pemidanaan yang menimbulkan efek jera tidak tercapai. Universitas Sumatera Utara B. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam Beberapa Putusan Di Indonesia. Pasal 1 angka 8 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengatakan Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Selanjutnya Pasal 1 ayat 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyatakan putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang- undang. 91 Sebagai penegak hukum, hakim mempunyai tugas pokok di bidang judisial, yaitu menerima, memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam mengemban tugas penegakan hukum dan keadilan, hakim mempunyai kewajiban-kewajiban berat yang harus ditunaikan demi tercapainya tujuan yang ditentukan yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur. 92 Dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana perdagangan orang, hakim akan membuat pertimbangan-pertimbangan hukum. Menurut pengamatan dari 10 sepuluh kasus yang diteliti, Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana perdagangan orang cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan yang bersifat yudiris dibandingkan yang bersifat non- yudiris. 91 Lihat Pasal 1 angka 8 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 92 Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 49. Universitas Sumatera Utara Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh undang - undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan. Pertimbangan yang bersifat yuridis di antaranya: 1. Dakwaan jaksa penuntut umum. 2. Keterangan saksi. 3. Keterangan terdakwa. 4. Barang-barang bukti. 5. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Perdagangan Orang. Dari sepuluh putusan pengadilan yang diteliti, akan diuraikan satu – persatu mengenai pertimbangan hakim pada tingkat Pengadilan Negeri Republik Indonesia dalam memutuskan perkara tindak pidana perdagangan orang sebagai berikut :

1. Pertimbangan Hakim Ditinjau Dari Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

2 67 120

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi di Pengadilan Negeri Medan)

1 78 149

ANALISIS YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BERDASARKAN HUKUM POSITIF INDONESIA

2 19 21

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU GRATIFIKASI (STUDI KASUS PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN NEGERI DENPASAR).

1 4 13

PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN Nomor : 19Pid.Sus 11PN.Klt)

0 0 12

BAB II SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PERDAGANGAN ORANG A. Sanksi Pidana 1. Pengertian Sanksi Pidana - Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

0 0 23

Penerapan Sanksi Tindakan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana (Studi Putusan Raju di Pengadilan Negeri Stabat)

0 1 100