4. Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Tabel 5.4
Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
No Informan Jumlah Kata Sapaan Jabatan = 6
Frekuensi Pergeseran Kata
Sapaan Jabatan Persentase Pergeseran Kata
Sapaan Jabatan
1 Anak keluarga I
6 66 x 100 = 100
2 Anak keluarga II
6 66 x 100 = 100
3 Anak keluarga III
6 66 x 100 = 100
4 Anak keluarga IV
2 26 x 100 = 33,33
5 Anak keluarga V
5 56 x 100 = 83,33
6 Anak keluarga VI
6 66 x 100 = 100
7 Anak keluarga VII
3 36 x 100 = 50
8 Anak keluarga VIII
6 66 x 100 = 100
9 Anak keluarga IX
06 x 100 = 0,00 Jumlah
40 666,66
Rata – rata Pergeseran Kata Sapaan Umum
409 = 4,444 4,446 x 100 = 74,07
atau 666,66 9 = 74,07
Untuk kata sapaan dalam jabatan ini yang terendah melakukan pergeseran adalah anak Keluarga IX,
yaitu 0 pergeseran tidak ada pergeseran, dan yang tertinggi dilakukan oleh anak Keluarga I, II, III, VI, dan VIII sebanyak 6 pergeseran kata
sapaan dari 6 jumlah kata sapaan jabatan 100 . Dari data diperoleh bahwa anak Keluarga IX ini berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia 40 tahun, dan dari hasil
wawancara mendalam diketahui bahwa yang bersangkutan melanjutkan sekolah
Universitas Sumatera Utara
menengah atasnya di Bukit Tinggi. Di samping itu yang bersangkutan juga berprofesi sebagai staf pengajar, aktif ikutserta dalam perkumpulan asal kampungnya, dan
ayahnya adalah ketua perkumpulan tersebut. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut adalah wajar jika yang bersangkutan mengetahui semua kata
sapaan dalam jabatan ini, karena selama bermukim di Bukit Tinggi selama 3 tahun
tentu yang bersangkutan menggunakan kata sapaan ini dalam kehidupan sehari-
harinya. Untuk anak dalam Keluarga I, II, III, VI, dan VIII mengikuti pola menyapa seperti yang ada di lingkungannya. Ini artinya terjadi pergeseran kata sapaan jabatan
sebesar 100 persen. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena urbanisasi. Sementara pada anak Keluarga IV terjadi pergeseran
ada 2 dua kata sapaan dari 6 enam atau 33,33 persen. Jadi untuk kata sapaan jabatan ini terjadinya pergeseran kata sapaan karena faktor lingkungan. Dan dari data
kuesioner yang lainnya didapatkan bahwa Keluarga IV ini sering urbanisasi ke berbagai tempat. Jadi sesuai dengan teori Fishman faktor pergeseran kata sapaan
jabatan pada keluarga ini karena faktor urbanisasi. Dan pada anak Keluarga V ini
membuat pergeseran kata sapaan sebanyak 5 dari 6 enam kata sapaan yang ditanyakan atau 83,33 persen. Dan bila dianalisis lebih lanjut secara umum terjadinya
pergeseran kata sapaan jabatan ini disesuaikan karena anak ini menggunakan kata sapaan yang berlaku di lingkungannya. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman
terjadinya pergeseran kata sapaan karena faktor urbanisasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari 4 empat tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata kata sapaan yang terendah mengalami pergeseran adalah kata sapaan dalam agama sebesar 48,48
persen, ini disebabkan karena kata sapaan agama dalam hal ini agama Islam boleh
dikatakan secara umum tiap-tiap daerah sama seperti 1 panggilan untuk petugas
agama yang mengawinkan orang tuan kadi, angku kali ; 2 p
anggilan untuk menyapa
orang yang mengetahui ajaran agama ulama buya, angku labai, ustad; 3 panggilan kepada orang yang memimpin shalat di mesjid atau surau imam, angku
imam; 4 panggilan kepada orang yang memberi khotbah Jum’at katik angku, khatib; 5 panggilan untuk ulama wanita umi, ibu, ustazah; dan 6 panggilan
terhadap orang yang telah menunaikan rukun Islam kelima haji, aji , pak haji, bu hajjah.
Kata sapaan kedua terendah adalah kata sapaan umum sebesar 59,93 persen.
Hal ini disebabkan karena beberapa kata sapaan ini sama dengan yang ada di tempat tinggalnya sekarang seperti
1 panggilan terhadap adik laki-laki kandung adiak, panggil nama;
2 panggilan terhadap kakak perempuan kandung kakak, uni, panggil nama; 3 panggilan terhadap adik perempuan kandung adiak, panggil
nama; dan 4 panggilan terhadap istri panggil nama, amaknyo, uwai, iya.
Pada urutan ketiga terendah adalah kata sapaan dalam jabatan sebesar 74,07 persen. Hal ini
disebabkan karena untuk kata sapaan ini dapat menggunakan cara penyapaan yang sopan, yaitu dengan menyapa orang yang lebih tua dengan Bapak dan Ibu. Dan cara
menyapa seperti ini berlaku tidak hanya di tempat tinggal informan sekarang tetapi juga di tempat asal yang bersangkutan. Dan yang tertinggi mengalami pergeseran
Universitas Sumatera Utara
adalah kata sapaan adat menurut kaum yaitu sebesar 93,05 persen. Hal ini disebabkan karena kata sapaan dalam adat berlaku tetap dan tidak dapat digantikan dengan kata-
kata yang lain. Untuk keempat kata sapaan tersebut data besarnya pergeseran tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 5.5 Rata-rata Pergeseran Kata Sapaan
Pergeseran Kata Sapaan Rata-rata Persentase Pergeseran
dari Jumlah Kata Sapaan Kata Sapaan Umum
59,93 dari 19 Kata sapaan Kata Sapaan Adat
93,05 dari 8 Kata Sapaan Kata Sapaan Agama
48,48 dari 11 Kata Sapaan Kata Sapaan Jabatan
74,07 dari 6 Kata Sapaan
5.2 Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan Faktor-faktor Penyebab Pergeseran Kata Sapaan untuk Masing-masing Keluarga Informan
Pembahasan berikut ini merupakan jawaban atas rumusan masalah kedua dalam
penelitiannya ini. Berdasarkan 4 empat tabel yang telah ditampilkan sebelumnya Tabel 14,15,16, dan 17 yang diperoleh dari 9 sembilan anak dari 9 sembilan
keluarga sebagai informan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut. 5.2.1 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga I
Berikut ini dijabarkan hasil temuan penelitian untuk keluarga I secara berturut- turut mulai dari pergeseran kata sapaan umum, kata sapaan adat menurut kaum, kata
sapaan agama, dan kata sapaan jabatan.
Universitas Sumatera Utara
5.2.1.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Dari data yang diperoleh Lihat Lampiran 2 dapat dianalisis sebagai berikut. Kata sapaan umum ayah dan ibu hampir sama kecuali untuk panggilan terhadap
ibunya ibu; tetapi kata panggilan ini keduanya baik inyiak maupun nenek merupakan kata sapaan dalam BMA. Sementara pada anak terjadi pergeseran kata sapaan dari 19
sembilan belas kata sapaan umum yang mengalami pergeseran adalah sebanyak 12
kata sapaan atau 63,16 persen. Sementara kata sapaan seperti panggilan terhadap 1 ibu dari amak menjadi mama begitu juga dengan kata sapaan terhadap 2 ayah dari
abak menjadi papa mengalami pergeseran sesuai dengan teori Fishman hal ini disebabkan karena kata sapaan yang sekarang digunakan lebih prestise. Untuk kata
panggilan terhadap 3 kakak dan adik perempuan ayah anak menyapa dengan mami;
karena anak menggunakan kata sapaan yang sama dengan sepupu-sepupunya. Hal
ini memang tak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Fishman. Sementara kata sapaan terhadap 4 kakak laki-laki anak menyapa dengan abang –terjadinya
pergeseran ini juga berdasarkan teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu disebabkan karena faktor urbanisasi – berpindahnya dari tempat asalnya ke
tempat yang baru mengakibatkan panggilannya pun mengalami pergeseran. Di samping itu ternyata anak dalam Keluarga I ini tidak mengetahui kata sapaan umum
sebanyak 8 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan umum yang tidak diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap 5 adik laki-laki
kandung, 6 adik kandung perempuan; 7 istri, 8 suami, 9 anak kandung laki-laki,
Universitas Sumatera Utara
10 anak kandung perempuan, 11 cucu kandung laki-laki, dan 12 cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan 5 dan 6 karena yang bersangkutan tidak
memilikinya, dan untuk 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 karena sebagaimana diketahui informan belum menikah, jadi yang bersangkutan belum menggunakan kata sapaan
ini.
5.2.1.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Dari data yang ditampilkan Lihat Lampiran 2 ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini terjadi pergeseran 100 persen semakin mempertegas teori
Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-
istiadat daerah asalnya. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajarinya juga. Tetapi untuk ayah dan ibu kata sapaan adat ini telah dipahami
dan dipraktikkan dalam kehidupannya sehari-hari.
5.2.1.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama
Dari sebelas 11 kata sapaan agama yang mengalami pergeseran adalah sebanyak lima 5 atau sebesar 45,46 persen. Ini artinya bahwa anak hanya
mengetahui kata sapaan agama ini lebih kurang separuhnya saja. Faktor urbanisasi menyebabkan anak tidak mengetahui kata sapaan agama dalam bahasa ibunya,
disamping itu dari data yang diperoleh anak ini pun jarang pulang kampung. Ini sesuai dengan teori Fishman salah satu penyebab terjadinya pergeseran bahasa karena faktor
Universitas Sumatera Utara
urbanisasi. Sementara kata sapaan agama untuk kedua orang tua anak ini tidak mengalami pergeseran atau masih sama dengan ketika mereka berada di kampungnya.
Ini juga semakin memperkuat teori Fishman yang lainnya bahwa terjadinya pergeseran bahasa terjadi karena faktor antargenerasi.
5.2.1.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti ibunya, tetapi dengan menggunakan bahasa yang lebih sopan. Dan bila dianalisis lebih lanjut
secara umum terjadi pergeseran untuk kata sapaan jabatan ini mengalami pergeseran 100 persen disesuaikan dengan kata sapaan yang berlaku di lingkungannya. Jadi
dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena urbanisasi.
5.2.2 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga II 5.2.2.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Dari data yang diperoleh Lihat Lampiran 2 dapat dianalisis sebagai berikut: kata sapaan umum ayah dan ibu hampir sama kecuali untuk panggilan terhadap ibu
dan ayah; tetapi kata panggilan ini keduanya baik amai maupun amak; apak dan ayah merupakan kata sapaan dalam BMA. Sementara pada anak terjadi pergeseran kata
sapaan sebanyak 10 sepuluh atau 54,63 persen dari 19 sembilan belas kata sapaan yang anak gunakan, yaitu pergeseran untuk kata sapaan terhadap 1 ibu dan 2 ayah
kandung – anak menyapa dengan mama dan papa. Hal ini sesuai dengan teori Fishman, yaitu bergesernya kata sapaan ini karena kata sapaan yang anak gunakan
Universitas Sumatera Utara
sekarang lebih prestise. Dan ternyata anak dalam Keluarga II ini tidak mengetahui kata sapaan umum atau terjadi pergeseran kata sapaan lainnya sebanyak 8 kata sapaan,
dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan umum yang tidak diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap 3 kakak laki-laki kandung, 4 adik
laki-laki kandung, 5 istri, 6 suami, 7 anak kandung laki-laki, 8 anak kandung perempuan, 9 cucu kandung laki-laki, dan 10 cucu kandung perempuan.
Pergeseran kata sapaan 3 dan 4 karena yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 karena sebagaimana diketahui informan
belum menikah, jadi yang bersangkutan belum menggunakan kata sapaan ini.
5.2.2.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Dari data yang ditampilkan pada Lampiran 2 ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian
ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antar- generasi terjadi pergeseran 100 persen; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah
asalnya. Selain itu dari data yang diperoleh diketahui anak ini tidak pernah pulang kampung. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajari
adat-istiadat daerah asalnya.
5.2.2.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama
Dari sebelas 11 kata sapaan agama yang mengalami pergeseran adalah sebanyak dua 2 atau sebesar lebih kurang 19 sembilan belas persen. Ini artinya
bahwa kata sapaan agama anak hanya berbeda untuk dua kata sapaan saja dengan
Universitas Sumatera Utara
orang tuanya. Faktor urbanisasi menyebabkan anak tidak mengetahui kata sapaan
agama dalam bahasa ibunya, disamping itu dari data yang diperoleh anak ini pun tidak pernah pulang kampung. Ini sesuai dengan teori Fishman salah satu penyebab
terjadinya pergeseran bahasa karena faktor urbanisasi. Sementara kata sapaan agama untuk kedua orang tua anak ini tidak mengalami pergeseran atau masih sama dengan
ketika mereka berada di kampungnya. Ini juga semakin memperkuat teori Fishman yang lainnya bahwa terjadinya pergeseran bahasa terjadi karena faktor antargenerasi.
5.2.2.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Dari data yang ditampilkan pada Lampiran 2 kata sapaan jabatan dalam keluarga
kedua ini telah mengalami pergeseran, kecuali untuk kata sapaan kepada camat dan lurah yang digunakan oleh ayah. Jadi pergeseran kata sapaan jabatan pada anak dalam
keluarga ini adalah sebesar 100 persen. Hal ini terjadi sesuai dengan teori Fishman yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu faktor urbanisasi. Keluarga ini telah lama
bermuukim di Medan dan tidak pernah pulang kampung; sehingga yang digunakan adalah kata sapaan jabatan yang berlaku di lingkungannya sekarang ini.
5.2.3 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga III 5.2.3.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Berdasarkan data pada Lampiran 2 dapat dianalisis sebagai berikut: kata sapaan umum yang dipakai oleh anak dalam keluarga ini hanya empat 4 dari sembilan belas
19 yang ditanyakan dan dari hasil wawancara secara tidak langsung anak dalam
Universitas Sumatera Utara
keluarga ini tidak memiliki baik adik laki-laki maupun perempuan. Dan dari pihak ibunya -- ibu anak ini memanggil kakak dan adik perempuan dari pihak ibunya
dengan umi. Ini artinya dari pihak ibu pun telah terjadi pergeseran kata sapaan. Sementara kata sapaan yang tidak diketahuinya adalah sebanyak 7 tujuh kata sapaan.
Jadi terjadi pergeseran sebanyak 12 dua belas kata sapaan atau 63,16 persen, yaitu 1 pergeseran kata sapaan terhadap suami, anak menyapa dengan mas karena
suaminya berasal dari suku Jawa.; 2 pergeseran kata sapaan terhadap adik perempuan ibu dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori
Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek.; 3 pergeseran kata sapaan ayah kandung dari abak, apa, menjadi papa.
Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya abak maupun apa; 4 pergeseran kata sapaan kakak dan
adik perempuan ayah dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa
ibunya etek; dan 5 pergeseran kata sapaan kakak laki-laki kandung dari memanggil nama ataupun uda menjadi abang + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman
bahwa kata sapaan ini bergeser karena faktor urbanisasi. Dan 7 tujuh kata sapaan yang tidak diketahui informan, yaitu untuk kata sapaan 6 kakak dan adik laki-laki
ibu, 7 adik laki-laki kandung, 8 adik kandung perempuan; 9 istri- karena yang bersangkutan wanita, 10 anak kandung perempuan, 11 cucu kandung laki-laki,
dan 12 cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan 6, 7, dan 8, karena
Universitas Sumatera Utara
yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk 10, 11, dan 12 karena yang bersangkutan belum memilikinya.
5.2.3.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Dari data yang ditampilkan pada Lampiran 2 ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian
ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi terjadi pergeseran 100 persen; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah
asalnya. Selain itu dari data yang diperoleh diketahui anak ini tidak pernah pulang kampung. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajari
adat-istiadat daerah asalnya.
5.2.3.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama
Dari 11 kata sapaan agama yang ditanyakan kepada anak dalam keluarga III ini yang mengalami pergeseran adalah sebanyak 9 kata sapaan atau 82 persen, yaitu untuk
kata sapaan terhadap 1 orang yang menjaga mesjid atau surau, 2 orang yang membaca doa, 3 orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat, 4
petugas agama yang mengawinkan orang, 5 orang yang mengetahui ajaran agama ulama, 6 orang yang bertugas sebagai tukang azan muadzin di mesjid atau surau,
7 orang yang memimpin shalat di mesjid atau surau, 8 orang yang memberi khotbah Jum’at, dan 9 alim ulama yang telah dekat dengan masyarakat setempat
yang sering memberikan pengajian agama. Dan bila diperhatikan penyebab pergeseran
Universitas Sumatera Utara
ini karena pengaruh lingkungan tempat anak bermukim faktor urbanisasi, dan dari hasil wawancara mendalam diketahui anak ini tak pernah pulang kampung .
5.2.3.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
Berdasarkan data yang diperoleh ternyata anak dalam keluarga ini mengalami pergeseran kata sapaan jabatan sebesar 100 persen. Semua kata sapaan yang
digunakan telah mengalami pergeseran. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan. Anak ini menyapa sesuai dengan lingkungan dimana tempat dia bermukim. Dari hasil
wawancara yang mendalam diketahui anak ini tidak pernah pulang kampung. Jadi faktor urbanisasi penyebab utama pergeseran kata sapaan jabatan ini.
5.2.4 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga IV 5.2.4.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Berdasarkan data yang diperoleh Lihat Lampiran 2 dapat dianalisis sebagai berikut: kata sapaan umum yang dipakai oleh anak dalam keluarga ini hanya delapan
8 dari sembilan belas 19 yang ditanyakan dan dari hasil wawancara secara tidak langsung anak tidak mempunyai saudara perempuan baik kakak mau pun adik; juga
tak memiliki adik laki-laki. Dan dari pihak ibunya - ibu anak ini tidak memiliki kakak perempuan dan juga kakak dan adik laki-laki. Jadi dari 19 sembilan belas
kata sapaan yang ditanyakan yang mengalami pergeseran adalah sebanyak 17 tujuh belas kata sapaan atau 90 persen, yaitu 1 pergeseran kata sapaan terhadap ibu
kandung, anak menyapa dengan mama. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa
Universitas Sumatera Utara
kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya emak ataupun amak; 2 pergeseran kata sapaan terhadap adik perempuan ibu dari etek menjadi tante
+ nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek.; 3 pergeseran kata sapaan ayah
kandung dari abak, apa, menjadi papa. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya abak maupun
apa; 4 pergeseran kata sapaan kakak dan adik perempuan ayah dari etek menjadi tante + nama kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini lebih
prestise daripada kata sapaan dalam bahasa ibunya etek; 5 pergeseran kata sapaan kakak laki-laki kandung dari memanggil nama. ataupun uda menjadi abang + nama
kecil. Hal ini sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini bergeser karena faktor urbanisasi; 6 pergeseran kata sapaan ayah kandung ibu maupun ayah dari
inyiak menjadi kakek. Hal ini terjadi sesuai dengan teori Fishman bahwa kata sapaan ini bergeser karena faktor urbanisasi. Sementara kata sapaan antan merupakan kata
sapaan dalam BMA juga. Dan bila ditelusuri lebih lanjut dari data isian kuesioner diketahui keluarga ini sering berpindah tempat melakukan urbanisasi. Begitu pun
untuk data ayah dan ibu – ada hal yang menarik; baik ayah dan ibu dalam Keluarga IV ini menyapa kepada istri atau pun suami dengan mama dan papa; kepada anak
laki-lakinya dengan abang; dan anak perempuannya dengan adek. Dari hasil wawancara mendalam diketahui hal itu memang secara sengaja dilakukan baik oleh
ayah maupun ibu dalam keluarga ini untuk mengajarkan kepada anak-anaknya agar
Universitas Sumatera Utara
menyapa dengan kata-kata yang serupa. Dan kata sapaan ini bukan kata sapaan dari daerah asalnya. Jadi sesuai dengan teori Fishman pergeseran kata sapaan dalam
keluarga ini terjadi karena faktor urbanisasi. Dan ternyata anak dalam Keluarga IV ini tidak mengetahui kata sapaan umum atau terjadi pergeseran kata sapaan lainnya
sebanyak 11 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan umum yang tidak diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap 7 kakak
perempuan kandung, 8 adik laki-laki kandung, 9 kakak perempuan kandung, 11 adik perempuan kandung, 12 istri karena yang bersangkutan wanita jadi tidak
menggunakan kata sapaan ini, 13 suami, 14 anak kandung laki-laki, 15 anak kandung perempuan, 16 cucu kandung laki-laki, dan 17 cucu kandung
perempuan. Pergeseran kata sapaan 7, 8, 9, 10, dan 11 karena yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk 13, 14, 15, 16, dan 17, karena
sebagaimana diketahui informan belum menikah.
5.2.4.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Dari data yang ditampilkan di atas ketidaktahuan anak atau terjadi pergeseran sebesar 100 persen terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman
yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat
daerah asalnya. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajarinya juga.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama
Berdasarkan data yang diperoleh Lihat Lampiran 2 dapat dianalisis sebagai berikut anak pada dasarnya mengetahui kata sapaan yang lazim digunakan dalam kata
sapaan agama dan secara kebetulan kata sapaan agama tersebut sama dengan kata sapaan agama dari tempat asalnya. Jadi ada lima 5 kata sapaan agama yang tidak
diketahui anak ini dalam bahasa ibunya atau bahasa lainnya atau sebesar 45,46 persen dari sebelas 11 kata sapaan agama yang ditanyakan. Walaupun anak ini sering
pulang kampung tetapi karena usianya yang masih muda belum mengetahui secara mendalam perihal kata sapaan dalam agama ini. Sementara kedua orang tua dalam
keluarga ketiga ini masih mengenal kata sapaan agama dalam bahasa ibunya walaupun keluarga ini telah lama urbanisasi. Dari data yang diperoleh diketahui keluarga ini
sering pulang kampung. Jadi terjadinya ketidaktahuan anak perihal beberapa kata sapaan sesuai dengan teori Fishman karena faktor urbanisasi.
5.2.4.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
Dari data yang diperoleh Lihat Lampiran 2 dapat dijelaskan sebagai berikut: kata sapaan jabatan baik pada ayah, ibu mau pun anak tidak banyak perbedaannya.
Dari enam 6 kata sapaan jabatan yang mengalami pergeseran ada 2 dua atau 33,33 persen. Jadi untuk kata sapaan jabatan ini terjadinya pergeseran kata sapaan karena
kata sapaan tersebut sama dengan kata sapaan yang ada di lingkungannya di sini. Dan bila diteliti lebih lanjut ternyata kata sapaan kedua orang tua dari keluarga ini telah
mengalami pergeseran juga, sebagai contoh untuk kata sapaan jabatan nomor lima 5
Universitas Sumatera Utara
biasanya disapa dengan pakbu doktor, tetapi bukan pakbu dokter. Dari data kuesioner yang lainnya didapatkan informasi bahwa keluarga ini sering urbanisasi ke
berbagai tempat. Jadi sesuai dengan teori Fishman faktor pergeseran kata sapaan jabatan pada keluarga ini karena faktor urbanisasi.
5.2.5 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga V 5.2.5.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Pergeseran kata sapaan umum anak dalam keluarga V ini terjadi sebanyak 6 dari 19 kata sapaan yang digunakannya atau terjadi pergeseran sebesar 31,58 persen, yaitu
untuk kata sapaan terhadap 1 istri, 2 suami karena yang bersangkut pria, 3 anak kandung laki-laki, 4 anak kandung perempuan, 5 cucu kandung laki-laki, dan 6
cucu kandung perempuan. Pergeseran kata sapaan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 karena sebagaimana diketahui informan belum menikah.
5.2.5.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Dari data yang ditampilkan di atas pengetahuan anak terhadap kata sapaan adat ini mengalami sebesar 50 persen atau anak mengetahui 4 kata sapaan dalam adat dari
8 kata sapaan adat yang ditanyakan. Kata sapaan adat menurut kaum ini yang tidak diketahui oleh anak dalam keluarga V ini adalah untuk kata sapaan 1 terhadap
menantu laki-laki, 2 bisan orang tua ibu dan ayah dari istri atau suami anak kandung, 3 mintuo ibu dan ayah kandung dari istri atau suami, dan 4 minantu
istri atau suami anak kandung. Hal ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antar
Universitas Sumatera Utara
generasi; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. Biasanya dengan pertambahan usia yang bersangkutan akan mempelajarinya
juga. Tetapi untuk ayah dalam keluarga V ini kata sapaan adat ini telah dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupannya sehari-hari. Ternyata ibu dalam keluarga ini
memiliki pengetahuan yang sama dengan anaknya. Jadi dapat disimpulkan ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan ini karena ibu dalam keluarga ini juga tidak
mengetahui. Seperti yang telah diketahui bahwa sesungguhnya anak banyak belajar
sesuatu dari ibunya, termasuk untuk bahasa ibunya. 5.2.5.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama
Dari sebelas 11 kata sapaan agama yang bergeser artinya kata sapaan tersebut tidak diketahui oleh generasi berikutnya dalam hal ini anak adalah 3 tiga atau sama
juga 27,3 persen. Ini artinya bahwa anak mengetahui kata sapaan agama ini lebih dari separuhnya atau 72,7 persen. Hal ini disebabkan karena anak dalam keluarga V
ini selama satu tahun belajar mengaji di kampung halamannya. Sementara kata sapaan agama untuk kedua orang tua ini tetap bertahan masih sama dengan ketika
berada di kampungnya. Ini juga semakin memperkuat teori Fishman yang lainnya bahwa terjadinya pergeseran bahasa karena faktor antargenerasi.
5.2.5.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti ibunya. Dan bila dianalisis lebih lanjut secara umum terjadinya pergeseran kata sapaan
jabatan ini disesuaikan dengan kata sapaan yang berlaku di lingkungannya. Jadi
Universitas Sumatera Utara
dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena urbanisasi dan yang mengalami pergeseran adalah sebesar 83,33 persen.
5.2.6 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VI 5.2.6.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Dari 19 kata sapaan yang ditanyakan kepada anak dalam Keluarga VI ini ternyata yang mengalami pergeseran ataupun tidak diketahuinya adalah sebanyak 4 kata sapaan
atau 21 persen, yaitu untuk kata sapaan terhadap 1 kakak laki-laki kandung. Pergeseran kata sapaan 1 disebabkan karena faktor lingkungan; anak menyapa
dengan abang terhadap kakak laki-laki kandung. Sementara 2 kata sapaan yang belum digunakannya karena yang bersangkutan belum memilikinya, yaitu untuk kata sapaan
terhadap 2 cucu kandung laki-laki, dan 3 cucu kandung perempuan. Dan kata sapaan terhadap 4 istri yang bersangkutan tidak menggunakannya karena informan
ini berjenis kelamin wanita.
5.2.6.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum Anak dalam keluarga ini menggunakan kata sapaan adat menurut kaum yang
berbeda dengan kedua orng tuanya sebanyak 3 tiga kata sapaan dari 8 delapan yang ditanyakan atau 37,5 persen, yaitu untuk 1 panggilan terhadap penghulu, 2
Mintuo ibu dan ayah kandung dari istri atau suami, dan 3 para pendatang yang menikah dengan wanita setempat. Tetapi bila diteliti lebih mendalam, ternyata baik
kedua orang tua maupun anak dalam keluarga ini tidak mengalami pergeseran kata
Universitas Sumatera Utara
sapaan tetapi anak dalam keluarga ini memakai varian yang berbeda. Dari hasil wawancara mendalam ternyata anak dalam keluarga ini cukup lama bermukim di
kampung sekitar 20 tahun. Jadi sebenarnya tidak terjadi pergeseran kata sapaan atau 0 persen pergeseran kata sapaan adat menurut kaum dalam keluarga ini.
5.2.6.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama Dari data yang ditampilkan untuk kata sapaan agama ini, ternyata
perbendaharaan kata sapaan anak lebih lengkap dari kedua orang tuanya. Kedua orang tua dalam keluarga VI ini lupa untuk 2 kata sapaan, yaitu 1 terhadap orang yang
menjaga mesjid atau surau, dan 2 terhadap orang yang membaca doa. Jadi anak dalam keluarga ini mengetahui semua kata sapaan agama atau terjadi pergeseran 0
persen.
5.2.6.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan Bila diperhatikan kata sapaan jabatan anak dalam keluarga ini telah mengalami
pergeseran sebanyak 4 empat kata sapaan atau 66,67 persen dari 6 kata sapaan jabatan yang ditanyakan, 1 kata sapaan jabatan terhadap Ketua Lingkungan tidak
diketahuinya, dan 1 kata sapaan terhadap lurah merupakan varian dari kata sapaan yang digunakan orang tua dalam keluarga ini. Pergeseran keempat kata sapaan
tersebut bila diteliti lebih lanjut disebabkan oleh faktor urbanisasi. Anak dalam keluarga VI ini terpengaruh dengan kata sapaan yang digunakan di lingkungannya
sekarang ini dimana dia bermukim. Ini sesuai dengan teori Fishman yang dirujuk dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
5.2.7 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VII 5.2.7.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Dari 19 kata sapaan yang ditanyakan kepada anak dalam keluarga VII ini yang mengalami pergeseran adalah sebanyak 15 kata sapaan atau 79 persen, yaitu untuk
kata sapaan terhadap 1 ibu kandung, 2 ayah kandung, 3 kakak laki-laki kandung, 4 kakak perempuan kandung, dan 5 ayah kandung ibu atau ayah. Pergeseran kata
sapaan 1 dan 2 disebabkan karena faktor prestise anak menyapa dengan mama terhadap ibu kandung dan papa terhadap ayah kandung. Pergeseran kata sapaan 3
dan 4 diakibatkan karena faktor lingkungan – anak dalam keluarga ini menyapa baik kakak laki-laki kandung maupun kakak perempuan kandung dengan sapaan yang
dipakai di lingkungannya yaitu abang dan kakak. Ini sesuai dengan teori Fishman pergeseran yang terjadi karena faktor urbanisasi. Sementara untuk 5 pergeseran
terjadi karena anak dalam keluarga ini menciptakan kata sapaan sendiri yang mudah untuk diingatnya. Hal ini tak dapat dijelaskan berdasarkan teori Fishman. Anak
dalam Keluarga VII ini tidak mengetahui kata sapaan umum sebanyak 11 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan umum yang tidak
diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap 6 kakak dan adik perempuan ibu, 7 kakak dan adik laki-laki ibu, 8 adik laki-laki kandung, 9 adik kandung perempuan;
10 istri, 11 suami karena yang bersangkutan pria, 12 anak kandung laki-laki, 13 anak kandung perempuan, 14 cucu kandung laki-laki, dan 15 cucu kandung
perempuan. Pergeseran kata sapaan 6, 7, 8, 9 karena yang bersangkutan tidak
Universitas Sumatera Utara
memilikinya, dan untuk 10, 12, 13, 14, dan 15 karena sebagaimana diketahui informan belum menikah.
5.2.7.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Dari data yang ditampilkan di atas ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa
terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi; anak karena usianya masih muda belum mempelajari adat-istiadat daerah asalnya. Biasanya dengan pertambahan usia
yang bersangkutan akan mempelajarinya juga. Anak dalam keluarga ini hanya mengetahui kata sapaan terhadap penghulu itupun mengalami pergeseran. Dari hasil
wawancara mendalam anak ini menyamaratakan semua laki-laki tua dengan sapaan inyiak. Jadi untuk kata sapaan dalam adat ini terjadi pergeseran sebesar 100 persen.
5.2.7.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama
Berdasarkan data yang diperoleh dari anak keluarga VII ini kata sapaan agama yang tidak diketahui atau mengalami pergeseran sebanyak 3 kata sapaan dari 11 kata
sapaan yang ditanyakan atau 27,27 persen, yaitu untuk kata sapaan 1 terhadap orang yang menjaga mesjid atau surau, 2 terhadap orang yang membaca doa, dan 3
terhadap orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat. Hal ini disebabkan karena dalam lingkungan anak ini sekarang berada sapaan secara khusus
terhadap ketiga kelompok ini tidak ditemukan. Jadi hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi, anak dalam keluarga ini tak mengenali kata sapaan tersebut.
5.2.7.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
Universitas Sumatera Utara
Dari data yang diperoleh Lihat Lampiran 2 dapat dijelaskan sebagai berikut: kata sapaan jabatan baik pada ayah, ibu mau pun anak tidak banyak perbedaannya.
Dari enam 6 kata sapaan jabatan yang mengalami pergeseran boleh dikatakan tidak ada karena anak juga menyapa dengan pak camat sementara kedua orang tuanya
dengan pak camaik. Jadi untuk kata sapaan jabatan tidak mengalami pergeseran karena kata sapaan tersebut sama dengan kata sapaan yang ada di lingkungannya di
sini. Dan bila diteliti lebih lanjut ternyata kata sapaan kedua orang tua dari keluarga ini telah mengalami pergeseran juga, sebagai contoh untuk kata sapaan jabatan nomor
lima5 biasanya disapa dengan pakbu doktor, tetapi bukan pakbu dokter. Dari data kuesioner yang lainnya didapatkan informasi bahwa keluarga ini sering urbanisasi ke
berbagai tempat. Sesuai dengan teori Fishman faktor pergeseran kata sapaan jabatan pada keluarga ini karena faktor urbanisasi. Jadi dalam keluarga ini terjadi pergeseran
kata sapaan jabatan sebanyak 3 tiga atau 50 persen dari 6 kata sapaan jabatan yang ditanyakan. Dan penyebab pergeseran tersebut karena faktor urbanisasi.
5.2.8 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga VIII 5.2.8.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Dari 19 sembilan kata sapaan umum yang diketahui anak dalam keluarga VIII
ternyata yang mengalami pergeseran adalah 14 kata sapaan atau 73,68 persen, yaitu panggilan terhadap 1 ibu kandung, 2 ayah kandung, dan 3 kakak dan adik
perempuan ayah. Penyebab pergeseran 1, 2, dan 3 karena faktor prestise. Anak dalam keluarga ini juga melakukan pergeseran kata sapaan terhadap 4 kakak laki-
Universitas Sumatera Utara
laki kandung – yang bersangkutan menyapa dengan nama panggilan. Hal ini tak dapat dijelaskan berdasarkan teori yang dirujuk dalam penelitian ini, yaitu teori pergeseran
Fishman. Anak dalam Keluarga VIII ini juga tidak mengetahui kata sapaan umum
sebanyak 10 kata sapaan, dan hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kata sapaan umum yang tidak diketahuinya, yaitu untuk kata sapaan terhadap 5 kakak dan adik
laki-laki ibu, 6 adik laki-laki kandung, 7 kakak perempuan kandung, 8 adik kandung perempuan; 9 istri karena yang bersangkutan wanita, 10 suami karena
yang bersangkutan pria, 11 anak kandung laki-laki, 12 anak kandung perempuan, 13 cucu kandung laki-laki, dan 14 cucu kandung perempuan. Pergeseran kata
sapaan 5, 6, 7, dan 8 karena yang bersangkutan tidak memilikinya, dan untuk 10, 11, 12, 13, dan 14 karena sebagaimana diketahui informan belum
menikah. 5.2.8.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Dari hasil wawancara mendalam diketahui ayah dalam keluarga ini dalam usia yang masih belia telah pindah ke kota lain, sementara ibu dalam keluarga ini setelah
lulus SMA melanjutkan sekolah ke kota lain juga. Jadi urbanisasi menjadi penyebab utama ketidaktahuan kata sapaan adat menurut kaum bagi kedua orang tua ini.
Sementara anakpun tidak memiliki pengetahuan terhadap kata sapaan adat menurut kaum artinya kata sapaan ini mengalami pergeseran sebesar 100 persen . Ini semakin
mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian ini bahwa terjadinya hal tersebut karena faktor urbanisasi.
Universitas Sumatera Utara
5.2.8.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama
Dari 11 kata sapaan agama yang diketahui anak dalam keluarga VIII ini ternyata 6 kata sapaan atau 54,55 persen mengalami pergeseran, yaitu untuk kata sapaan
terhadap 1 orang yang menjaga mesjid atau surau, 2 orang yang membaca doa, 3 orang yang tahu tentang agama dalam penyelenggaraan mayat, 4 petugas agama
yang mengawinkan orang, 5 orang yang mengetahui ajaran agama ulama, dan 6
orang yang bertugas sebagai tukang azan muadzin di mesjid atau surau. Dan bila
diperhatikan penyebab pergeseran tersebut karena anak dalam keluarga ini menggunakan kata sapaan yang digunakan di lingkungannya atau dengan kata lain
disebabkan oleh faktor urbanisasi. 5.2.8.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti yang ada di lingkungannya. Ini artinya terjadi pergeseran kata sapaan jabatan sebesar 100
persen. Jadi dalam hal ini berlaku teori Fishman terjadinya pergeseran kata sapaan karena urbanisasi.
5.2.9 Pembahasan Hasil Temuan Penelitian untuk Keluarga IX 5.2.9.1 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Umum
Dari data yang diperoleh Lihat Lampiran 2 dapat dianalisis sebagai berikut: kata sapaan umum ayah dan ibu sama kecuali untuk beberapa kata sapaan karena baik
ayah maupun ibu dalam keluarga ini memang tidak memiliki hubungan kekerabatan tersebut. Sebagai contoh karena semua saudara dari pihak ayah laki-laki semua maka
Universitas Sumatera Utara
tak digunakan kata sapaan kepada saudara perempuan; begitupun dari pihak ibu – karena beliau anak paling kecil dalam keluarganya maka kata sapaan terhadap adik
baik laki-laki maupun perempuan tidak ditemukan. Sementara pada anak terjadi pergeseran kata sapaan dari 19 kata sapaan umum yang ditanyakan terjadi pergeseran
sebanyak 12 kata sapaan atau 63,16 persen kata sapaan umum, yaitu kata sapaan terhadap 1 ibunya ibu, 2 kata sapaan terhadap ibu kandung – anak dalam keluarga
ini menyapa dengan mama sementara kedua orang tuanya menyapa dengan amai, 3 kata sapaan terhadap ayah kandung – anak menyapa dengan papa sementara kedua
orang tuanya menyapa dengan apak. Jadi bergesernya kata sapaan ini sesuai dengan teori Fishman hal ini disebabkan karena kata sapaan yang sekarang digunakan lebih
prestise; 4 adik perempuan ibu, 5 kakak dan adik perempuan ayah, 6 kakak laki- laki kandung, 7 adik laki-laki kandung, 8 kakak perempuan kandung, 9 istri, 10
suami- karena yang bersangkutan pria, 11 cucu kandung laki-laki, dan 12 cucu kandung perempuan. Untuk kata sapaan 4, 5, dan 6 informan atau anak dalam
keluarga ini tidak memilikinya. Sementara untuk 7, 8, 9 informan menyapa dengan kata sapaan yang lebih akrab, yaitu dengan memanggil nama yang
bersangkutan terhadap 7, dan 8, dan memanggil adik terhadap 9. Dan untuk kata sapaan terhadap 11, dan 12 yang bersangkutan tidak menggunakannya karena
belum memilikinya.
Universitas Sumatera Utara
5.2.9.2 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Adat Menurut Kaum
Dari data yang ditampilkan pada Lampiran 2 ketidaktahuan anak terhadap kata sapaan adat ini semakin mempertegas teori Fishman yang digunakan dalam penelitian
ini bahwa terjadinya hal itu karena peralihan antargenerasi, selain itu salah satu penyebab terjadinya pergeseran kata sapaan adat ini karena yang bersangkutan
menikah dengan orang yang berasal dari daerah lain sehingga beberapa kata sapaan adat mengalami pergeseran disesuaikan dengan kata sapaan yang berlaku dari asal
daerah istrinya seperti kata sapaan terhadap Ipa saudara kakak dan adik istri atau suami seharusnya disapa dengan ipa nama kecilpanggilan, tetapi karena tidak
berasal dari daerah yang sama maka anak Keluarga IX menyapa dengan kakak dan adik. Tetapi ada istilah adat yang diketahui oleh anak dalam keluarga ini datuak. Dari
hasil wawancara mendalam ternyata orang tua laki-laki ibunya adalah datuak. Karena yang bersangkutan juga telah menikah kebetulan bukan dengan orang sekampungnya
maka kata sapaan terhadap saudara kakak dan adik istri juga mengalami pergeseran. Ini juga dapat dijelaskan atau sesuai dengan teori Fishman karena faktor urbanisasi.
Untuk kata sapaan pada bagian ini anak dalam keluarga ini yang tidak mengalami pergeseran dan diketahuinya hanya 1 satu kata sapaan saja atau 12,5 persen atau 87,5
persen kata sapaan adat menurut kaum yang mengalami pergeseran.
5.2.9.3 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Agama
Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti kedua orang tuanya. Dan bila dianalisis lebih lanjut hal ini terjadi karena yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
berada dan menggunakan kata sapaan tersebut secara langsung. Dari wawancara mendalam dengan anak dalam Keluarga IX ini didapati bahwa si anak melanjutkan
sekolahnya SMA di Bukit Tinggi. Jadi untuk kata sapaan ini tidak terjadi pergeseran
0 persen atau 100 persen sama dengan orang tuanya. 5.2.9.4 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan Jabatan
Pada bagian ini kalau diperhatikan anak mengikuti pola menyapa seperti kedua orang tuanya. Dan bila dianalisis lebih lanjut hal ini terjadi karena yang bersangkutan
berada dan menggunakan kata sapaan tersebut secara langsung. Dari wawancara mendalam dengan anak dalam Keluarga IX ini didapati bahwa si anak melanjutkan
sekolahnya SMA di Bukit Tinggi. Jadi untuk kata sapaan ini tidak terjadi pergeseran 0 persen atau 100 persen sama dengan kedua orang tuanya.
Dari pembahasan-pembahasan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan anak Keluarga VI yang paling rendah melakukan pergeseran kata sapaan umum, yaitu
sebesar 21 persen, dan yang paling tinggi adalah anak Keluarga IV sebesar 90 persen. Untuk kata sapaan adat menurut kaum anak Keluarga V terendah membuat
pergeseran, yaitu 50 persen, dan 7 keluarga lain anak-anaknya tidak mengetahui kata sapaan kelompok ini, yaitu Keluarga I, II, III, IV, VI, VII, dan VIII.
Kata sapaan dalam agama anak Keluarga IX melakukan pergeseran terendah, yaitu 0 persen, dan yang tertinggi dilakukan oleh anak Keluarga III sebesar 90,1
persen.
Universitas Sumatera Utara
Anak Keluarga IX melakukan pergeseran kata sapaan jabatan terendah atau sebesar 0 persen, dan anak-anak dari Keluarga I, II, III, VI, dan VIII melakukan
pergeseran tertinggi, yaitu sebesar 100 persen.
5.2.10 Pembahasan Pergeseran Kata Sapaan
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Informan
Dari tabel berikut ini akan tampak apakah tingkat pendidikan informan memiliki
arti yang signifikan terhadap pergeseran kata sapaan dalam BMA.
1. Pergeseran Kata Sapaan Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan Informan