disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap
anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukan bahwa
dalam pembelajaran
kooperatif perlu
ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun nontes. c.
Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, proses kerja sama
perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar p[erlu membantu yang kurang
pintar. d.
Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang proses belajar mengajar menggunakan ceramah. Guru
memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Sedangkan peranan siswa adalah
mendengarkan apa yang telah dijelaskan oleh guru.
Dalam pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah ini guru mendominasi kegiatan pembelajaran penjelasan materi dilakukan sendiri
oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka meniru cara
kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Jadi dalam hal ini menyebabkan kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Tri Wahyuni 2010 yang berjudul “ Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Structured Number Head SNH terhadap motivasi belajar matematika siswa” Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Strutured Number Head SNH berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika siswa dan motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Number Head
SNH lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran konvensional metode ekspositori.
33
Penelitian Iyke Navy Samudra Nur Zet 2011 yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Penalaran
Matematika Siswa” Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukan bahwa
rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan
penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
34
Penelitian Muhammad Nur 2008 yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Terhada\p Motivasi Berprestasi Matematika Siswa di
33
Tri wahyuni, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Sructured Number Head SNH Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010, h. 63.
34
Iyke Navy Samudra Nur Zet, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa
”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2011, h. 57.
Mta. Sa’Adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik ” Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menunjukan bahwa rata-rata motivasi berprestasi matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode jigsaw lebih tinggi dari pada
motivasi berprestasi matematika siswa yang menggunakan metode ekspositori.
35
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori maka dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut:
Pada penelitian ini proses pembelajaran dibagi kedalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dengan diberi perlakuan melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa, sedangkan kelas kontrol tanpa mendapat perlakuan khusus seperti kelas eksperimen yaitu model
pembelajaran konvensional. Keaktifan siswa selama pembelajaran matematika di kelas dapat ditingkatkan, salah satunya dengan melakukan model STAD. Model
STAD akan menjadikan pembelajaran di kelas lebih efektif. Keaktifan siswa diharapkan berpengaruh pada hasil belajar matematika, karena model ini membagi
siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok membahas sub pokok bahasan yang sama. Tiap anggota satu tim telah mempelajari materinya dan bagi
anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam satu tim mengerti. Setelah setiap kelompok menyelesaikan
tugas yang diberikan guru kemudian mempresentasikan hasil kerjanya. Kegiatan presentasi dari tiap kelompok tersebut akan membuat siswa aktif dan saling
bertukar pikiran. Setelah dilakukannya perlakuan berupa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan sebuah post-test untuk mengetahui
seberapa jauh siswa memahami pokok bahasan tersebut.
35
Muhammad Nur, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi
Berprestasi Matematika siswa di Mts. Sa’adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik Pamulang”, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2008, h. 5o.