Analisis Rasio Keuangan Pada PT. Mopoli Raya Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT. MOPOLI RAYA MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
SEPTIAN ABDI PRATAMA 122101004
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT serta selawat beriring salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat serta hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis
Rasio Keuangan Pada PT. Mopoli Raya Medan” ini dengan sebaik-baiknya. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, peneliti telah banyak menerima dukungan berupa moril dan materil. Dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Kedua orangtua tercinta Ayahanda M. Syukur dan almarhumah Ibunda
Musyarofah, dengan segala usaha dan kasih sayang yang telah diberikan kepada peneliti dalam melaksanakan kuliah hingga menyelesaikan program diploma ini. 2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan pengetahuan dan juga bimbingan untuk terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.
(4)
5. Untuk adik tercinta almarhum Ferdi Dwi Prastiawan dan adik-adik sepupu, peneliti ucapkan terimakasih karena telah mendukung peneliti selama kuliah hingga menyelesaikan program Diploma ini.
6. Untuk seluruh keluarga karena telah memberikan bantuan dukungan baik moril maupun materil.
7. Buat teman-teman dekat yang berada di Medan dan yang berada di Banda Aceh terimakasih untuk dukungan dan semangat yang selalu kalian berikan.
Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk membangun kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya, peneliti berharap agar Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi saya dan kita semua.
Medan, 23 Juni 2015 Peneliti
Septian Abdi Pratama NIM : 122101004
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian... 3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Mopoli Raya ... 4
B. Struktur Organisasi ... 6
C. Uraian Pekerjaan ... 9
D. Kinerja Terkini ... 18
BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Rasio Likuiditas ... 19
B. Analisis Rasio Leverage ... 25
C. Analisis Rasio Profitabilitas ... 30
D. Analisis Rasio Aktivitas ... 36
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA... 44
(6)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 3.1 Current Ratio PT. Mopoli Raya ... 20
Tabel 3.2 Quick Ratio PT. Mopoli Raya ... 22
Tabel 3.3 Cash RatioPT. Mopoli Raya ... 24
Tabel 3.4 Total Debt to AssetRatio PT. Mopoli Raya... 27
Tabel 3.5 Total Debt to Equity Ratio PT. Mopoli Raya... 29
Tabel 3.6 Net Profit Margin PT. Mopoli Raya ... 31
Tabel 3.7 Gross Profit Margin PT. Mopoli Raya ... 33
Tabel 3.8 Operating Profit Margin PT. Mopoli Raya ... 34
Tabel 3.9 Total Assets Turnover PT. Mopoli Raya ... 37
(7)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Setiap perusahaan yang didirikan dalam bentuk perusahaan dagang, jasa dan industri baik skala besar maupun kecil, mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang sebesar-besarnya serta terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan sampai masa yang akan datang. Untuk mengetahui kekayaan atau kondisi keuangan perusahaan yang bersangkut-an, dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan.
Laporan keuangan perusahaan umumnya terdiri dari laporan neraca dan laporan rugi-laba. Laporan neraca menggambarkan kondisi dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun saat penutupan buku. Sedangkan laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Namun untuk menilai operasi perusahaan apakah efisien dan efektif dalam mempergunakan sumber-sumber dananya, diperlukan analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangannya.
Analisis keuangan melibatkan penilaian terhadap keuangan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Penilaian tersebut dimaksudkan untuk menemukan kelemahan-kelemahan yang terjadi di dalam keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan masalah-masalah yang ada pada perusahaan. Kelemahan
(9)
tersebut dapat diperbaiki, kemudian hasil-hasil yang dipandang sudah cukup baik di waktu yang lalu harus dipertahankan untuk waktu yang akan datang.
Dalam menganalisis data keuangan tersebut perlu adanya ukuran tertentu dan ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan ialah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kegiatan analisis ini dapat menggali dan mengungkapkan berbagai hal yang belum diketahui secara rinci dalam laporan keuangan biasa. Hasil analisis ini dapat memberikan informasi dengan tujuan menggambarkan, menyimpulkan, evaluasi, dan prediksi keadaan ekonomi perusahaan.
Untuk menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan tersebut, dapat digunakan Analisis Rasio Keuangan. Dengan menggunakan analisis rasio keuangan, dapat diketahui tingkat likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas dari suatu perusahaan.
Melihat pentingnya analisis rasio keuangan sebagaimana yang telah diuraikan diatas dan untuk mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan selama ini, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian terhadap PT. Mopoli Raya dan menuliskannya dalam Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Pada PT. Mopoli Raya”
B. Perumusan Masalah
Dalam menulis Tugas Akhir ini, peneliti membatasi ruang lingkup yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun yang menjadi perumusan masalah sehubungan dengan analisis rasio keuangan perusahaan yang
(10)
Raya dilihat dari Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas pada periode 2011 sampai dengan 2014?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kondisi dan kinerja keuangan pada PT. Mopoli Raya yang dilihat dari rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas pada periode 2011 sampai dengan 2014.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan pola pikir peneliti dengan cara mengimplementasikan teori-teori manajemen keuangan, khususnya mengenai penilaian kondisi, dan kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan kinerja keuangan PT. Mopoli Raya di masa mendatang.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai masukan serta bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama di masa mendatang.
(11)
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat PT. Mopoli Raya
PT. Mopoli Raya merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya. PT. Mopoli Raya didirikan pada tanggal 17 Desember 1980 atas 3 (tiga) pendiri utama, yaitu:
1. H. A. Basyah Ibrahim (Alm) 2. H. Muhammad Sati (Alm) 3. Mustafa Sulaiman (Alm)
Sejak pendiriannya, PT. Mopoli Raya terus berkembang dan berkembang. Hal ini dapat dilihat dari areal perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Mopoli Raya dan anak-anak perusahaannya yang semakin luas. Areal perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Mopoli Raya dan anak-anak perusahaannya tersebar di 2 (dua) Provinsi yaitu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya di kabupaten Aceh Timur, Aceh Barat, dan Aceh Selatan serta di Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten Langkat. Luas perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Mopoli Raya dan anak-anak perusahaanya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam seluas 6.678,76 Ha dan di Provinsi Sumatera Utara seluas 3.053,57 Ha. Areal tersebut bernaung di bawah beberapa perusahaan yang tergabung dalam group usaha PT. Mopoli Raya.
Adapun perusahaan-perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan berada dibawah koordinasi PT. Mopoli Raya antara lain:
1. PT. Sulaiman Saleh, yang mengelola perkebunan Damar Condong. 2. PT. Perapen, yang mengelola perkebunan Perapen.
(12)
3. PT. Mazdah, yang mengelola perkebunan Serang Jaya. 4. PT. Surya Mata Ie, yang mengelola perkebunan Upah.
5. PT. Sumber Asih, yang mengelola perkebunan Biara dan Paya Rambe. 6. PT. Tenggulon Raya, yang mengelola perkebunan Tenggulon.
7. PT. Darma Agung, yang mengelola perkebunan Mopoli. 8. PT. Puga Raya, yang mengelola perkebunan Sawit Rambe. 9. PT. Aloer Timur, yang mengelola perkebunan Aloer The. 10. PT. Gading Bhakti, yang mengelola perkebunan Alue Kuyun. 11. PT. Watu Gede Utama, yang mengelola kebun Kreung Semayam.
Apa yang telah dicapai oleh PT. Mopoli Raya sebenarnya merupakan kerjasama dari banyak pihak terutama dengan pemerintah melalui program rehabilitasi PBSN dengan penyaluran kredit investasi Bank Indonesia melalui Bank Ekspor Impor, yang telah banyak membantu dalam proses pendirian pabrik kelapa sawit perusahaan ini.
Dengan adanya kredit Free Financing (jenis kredit modal kerja yang diberikan kepada pemilik perusahaan) dari Bank Exim sebelum kredit investasi keluar, maka pada bulan April 1984 mulai dilaksanakan persiapan-persiapan pelaksanaan dan pengaturan pelaksanaan pembangunan pabrik kelapa sawit. Pada tanggal 26 Agustus 1985 dimulai secara resmi pembangunan pabrik kelapa sawit ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Bapak Gubernur Daerah Istimewa Aceh pada saat itu dan disaksikan oleh pihak-pihak yang terkait.
Pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Mopoli Raya terletak di desa Gedong Biara Kec. Seruway Kabupaten Aceh Timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Areal yang digunakan untuk pabrik adalah seluas 6 Ha dan terletak
(13)
di daerah berbukit dengan ketinggian antara 20-55m diatas permukaan laut, karena pabrik kelapa sawit tersebut terletak di desa Gedong Biara, maka pabrik kelapa sawit PT. Mopoli Raya ini sering disebut pabrik kelapa sawit Gedong Biara. Pabrik yang berlokasi di Blok 53 perkebunan Gedong Biara Kuala Simpang ini berkapasitas awal 30 ton TBS per jam. Pada tahun 1991 kapasitas pabrik kelapa sawit tersebut diperluas sehingga menjadi 60 ton TBS per jam, suatu kapasitas yang cukup untuk dapat menampung hasil produksi sampai dengan 9.985 Ha areal kelapa sawit.
Pabrik kelapa sawit merupakan tempat pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) untuk mendapatkan minyak sawit dan hasil-hasil produksi seperti bahan bakar boiler dan pupuk. Kedua hasil terakhir dapat dikategorikan sebagai hasil sampingan atau by product yang berguna untuk proses produksi selanjutnya.
B. Struktur Organisasi
Kunci utama untuk menciptakan sistem operasional yang baik dalam suatu perusahaan atau suatu organisasi adalah struktur daripada organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi maka setiap individu atau anggota dari organisasi tersebut dapat mengetahui tentang posisinya, wewenang dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Selain itu struktur organisasi juga menjelaskan tentang hubungan antara unit-unit terkait dalam perusahaan atau organisasi.
Struktur organisasi sebuah perusahaan sangat mungkin akan berbeda dengan struktur organisasi pada perusahaan atau organisasi lain. Perbedaan ini muncul karena struktur organisasi suatu perusahaan akan sangat tergantung pada kondisi perusahaan, kebijakan-kebijakan strategis perusahaan dan tujuan perusahaan di masa yang akan datang.
(14)
Dengan melihat kondisi perusahaan dan kondisi pasar yang kian berkembang PT. Mopoli Raya menerapkan struktur organisasi garis atau staf, dengan struktur ini akan terdapat pucuk pimpinan sebagai pemegang komando tertinggi dan juga terdapat para manajer-manajer bagian yang bertugas menjalankan dan mengawasi aktivitas di setiap bagian yang menjadi wewenangnya. Para manajer ini juga diharapkan bisa memberikan masukan dan nasehat kepada pihak yang berada di atasnya atau pihak yang menjadi bawahannya yang bertujuan untuk menjalankan roda bisnis perusahaan secara baik. Adapun struktur organisasi yang diterapkan pada PT. Mopoli Raya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
(15)
RUPS Biro Komisaris Dewan Komisaris Direktur Utama Fauzi Yusuf Direktur Komersial Darma Sucipto
Direktur Produksi dan Pengembangan Hanif Soekasman
Bagian Internal Audit
Bagian Keuangan dan Akuntansi
Mu’arifin
Bagian Pemasaran dan Pengadaan Teuku Ambiya
Bagian SDM & Umum M.Usman Nasution Bagian Pengolahan dan Teknik Majusman Purba Urusan Pembukuan Mukhtar Urusan Pajak Urusan Anggaran M. Hasan Basri
Urusan Pengelolaan Kas Nuraini Urusan Pemasaran Rasimah AM Urusan Personalia dan Pengembangan SDM Sayed Ismed Assagaf
Urusan Umum dan Agraria Nyak Jamaludin Urusan Pengadaan Bustanil Hanafi Urusan Pembelian TBS T. Amir Hamzah
Urusan Investasi Azmi P. Alamsyah
Urusan Tanaman Menghasilkan
Ismail AR
Urusan Kajian dan Pengembangan
Syahmirdan Bagian Tanaman
Bustami
Urusan PMP dan LH Fuadi
Urusan Sipil dan Alat Berat
Struktur Kantor Direksi
Ditetapkan, Medan,01 Januari 2015
Direktur Utama Direktur SDM dan Umum
Suwandi
Bagian Sekretaris Perusahaan
Urusan Sekretariat Tetti Eva Melly
Urusan MIS Faisal Firdaus
Urusan Legal dan Humas
Hanif Soekasman Darma Sucipto Suwandi Fauzi Yusuf
Direktur SDM dan Umum Direktur Komersil
Dir Produksi dan Pengembangan Sumber : PT. Mopoli Raya (2015)
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Mopoli Raya C. Uraian Pekerjaan
a) Dewan Komisaris
Tugas Dewan Komisaris:
1. Mengawasi jalannya pengurusan oleh Direksi, untuk itu Anggota Dewan komisaris baik secara sendiri maupun bersama-sama berhak memasuki
(16)
bangunan dan pekarangan Perseroan, memeriksa buku, memeriksa persediaan, memeriksa uang kas dan surat berharga lainnya serta mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi.
2. Mengadakan rapat umum tahunan dan rapat umum luar biasa para pemegang saham.
3. Jika suatu sebab ada kekosongan salah satu jabatan direksi atau dewan komisaris maka paling lama satu bulan setelah terjadinya kekosongan tersebut, Dewan Komisaris berkewajiban mengundang para pemegang saham dan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk memutuskan siapa yang akan mengisi kekosongan tersebut.
4. Memberikan persetujuan terhadap hal-hal sebagai berikut: a. Pembagian tugas antara para anggota direksi.
b. Rencana perseroan sebagai penanggung jawab.
c. Membeli, menjual, memberatkan atau dengan cara lain mendapatkan atau melepaskan hak atas barang tidak bergerak/harta tetap perusahaan dan surat ijin/lisensinya.
d. Menggadaikan barang-barang tak bergerak yang merupakan milik Perseroan.
5. Memberikan pengesahan atas RAPB tahunan.
6. Memberikan pengesahan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atas neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan yang merupakan laporan pertanggung jawaban Direksi.
b) Biro Komisaris
(17)
Membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasannya di Perseroan. Biro komisaris dipimpin oleh Kepala Biro Komisaris.
Kepala Biro Komisaris
Tugas Kepala Biro Komisaris:
1. Membuat pembagian tugas para anggota Biro Komisaris.
2. Bersama-sama anggota menyusun usulan anggaran tahunan Biro Komisaris.
3. Mengevaluasi apakah kinerja perusahaan telah sesuai dengan rencana, baik fisik/keuangan maupun prosedurnya.
4. Bertanggung jawab atas keselamatan harta perusahaan dan arsip-arsip yang ada pada Biro Komisaris.
5. Memberikan laporan kepada Dewan Komisaris tentang perkembangan perusahaan berdasarkan hasil evaluasi.
6. Menampung masukan-masukan dari bawahan.
7. Menunjukkan salah satu anggota Biro Komisaris sebagai pejabat Kepala Biro berdasarkan persetujuan Komisaris, apabila kepala Biro berhalangan dalam waktu yang relatif lama atau menjalani cuti.
c) Direktur Utama
Tugas Direktur Utama:
1. Mewakili Perseroan di dalam dan di luar pengadilan.
2. Mempertanggung jawabkan tugasnya kepada Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham.
(18)
3. Mengkoordinir anggota Direksi lainnya untuk mencapai tujuan perusahaan seperti yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan yang telah disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
d) Internal Audit
Tugas Internal Audit:
1. Menyusun rencana kerja dan langkah-langkah pemeriksaan yang akan menjadi pedoman bagi para audit.
2. Menyusun pembagian tugas para auditor dalam melaksanaan tugas-tugas pemeriksaan.
3. Memonitor penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap anggaran. 4. Mengevaluasi usulan tentang penyempurnaan sistem prosedur yang ada.
e) Direktur Produksi dan Pengembangan
Tugas Direktur Produksi dan Pengembangan:
1. Mengkoordinir jajaran yang berada di bawahnya sesuai dengan struktur organisasi yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien. 2. Menjalankan segala tindakan dengan cara memanfaatkan secara optimal
semua sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan produktifitas dengan memperhatikan kelangsungan jangka panjang perusahaan.
3. Melaksanakan manajemen tanaman dan pengolahan yang baik, tertib, dan teratur serta berkesinambungan.
4. Membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama Perseroan dalam memimpin perusahaan sesuai dengan bidangnya.
f) Direktur SDM dan Umum
(19)
1. Merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi di bidang pengelolaan dan pengembangan SDM (termasuk perekrutan dan pemilihan kebijakan, disiplin, keluhan, konseling, upah dan persyaratannya, kontrak-kontrak, pelatihan dan pengembangan, perencanaan sukses, moril dan motivasi, kultur dan pengembangan sikap dan moral kerja, manajemen penimbangan prestasi dan hal seputar manajemen mutu, dan lain-lain (ditambahkan selama masih relevan). 2. Menetapkan dan memelihara sistem yang sesuai untuk mengukur aspek
penting dari pengembangan HR.
3. Memonitor, mengukur dan melaporkan tentang permasalahan, peluang, rencana pengembangan yang berhubungan dengan SDM dan pencapaiannya dalam skala waktu dan bentuk/format yang sudah disepakati.
4. Mengatur dan mengembangkan staf langsung (yang melakukan direct report kepadanya).
5. Mengelola dan mengendalikan pembelanjaan SDM per departemen sesuai anggaran-anggaran yang disetujui.
6. Bertindak sebagai penghubung dengan para manajer functional/manajer departmen yang lain agar memahami semua aspek-aspek penting dalam pengembangan SDM, dan untuk memastikan mereka telah mendapatkan informasi yang tepat dan mencukupi tentang sasaran, tujuan, dan pencapaian-pencapaian dari pengembangan SDM.
(20)
7. Memelihara kesadaran dan pengetahuan tentang teori pengembangan HR yang sesuai zaman dan metode-metode dan menyediakan penafsiran yang pantas untuk para direktur, para manajer dan staf di dalam organisasi. 8. Berperan untuk evaluasi dan pengembangan strategi pengelolaan SDM
dan kinerja dalam pengimplementasian strategi tersebut, dengan bekerja sama dengan tim eksekutif.
9. Memastikan setiap aktivitas mempunyai benang merah serta terintegrasikan dengan persyaratan-persyaratan organisasi (organizational requirements) untuk bidang-bidang manajemen mutu, kesehatan dan keselamatan kerja, syarat-syarat hukum, kebijakan-kebijakan dan tugas umum kepedulian lingkungan.
g) Direktur Komersial
Tugas Direktur Komersial:
1. Mengkoordinir jajaran yang berada di bawahnya sesuai dengan struktur organisasi yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien. 2. Menjalankan segala tindakan dengan cara memanfaatkan secara optimal
semua sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara yang sesuai dengan peraturan-peraturan perusahaan yang berlaku.
3. Melaksanakan manajemen keuangan.
4. Mengadakan koordinasi dengan Direktur Produksi mengenai administrasi kepegawaian, keuangan, dan pengadaan pada unit/bagian yang berada di bawah Direktur Produksi.
(21)
5. Membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama Perseroan dalam memimpin perusahaan sesuai dengan bidangnya.
h) Bagian Keuangan dan Akuntansi
Tugas Bagian Keuangan dan Akuntansi:
1. Membuat rencana penjualan bulanan berdasarkan rencana pabrik dan kebun.
2. Menjamin kelancaran pemasaran komoditi-komoditi yang dihasilkan perusahaan dengan harga yang maksimal.
3. Membuat laporan penjualan dan laporan realisasi pembelian secara bulanan untuk diserahkan kepada atasan dan bagian-bagian yang memerlukannya.
i) Bagian Pemasaran dan Pengadaan
Tugas Bagian Pemasaran dan Pengadaan:
1. Memastikan seluruh proses penjualan produk sesuai dengan prosedur. 2. Memastikan kualitas produk barang yang akan dijual.
3. Merencanakan penjualan produk bulanan (CPO, inti & karet)
4. Memastikan seluruh proses pengadaan barang dan jasa sesuai dengan prosedur.
5. Memastikan kualitas pengadaan barang dan jasa sesuai dengan spesifikasi yang diminta unit kerja.
6. Memastikan tersedianya supplier/rekanan yang terkini. 7. Memastikan tersedianya data harga barang dan jasa.
8. Melakukan survey harga dari semua supplier yang ada dan melaksanakan proses pengadaan sesuai prosedur.
(22)
j) Bagian SDM dan Umum
Tugas Bagian SDM dan Umum:
1. Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan pemberdayaan pegawai (man power planning), sesuai kebutuhan Perusahaan.
2. Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan dan pengembangan pegawai.
3. Mengkoordinasikan perumusan sistem dan kebijakan imbal jasa pegawai dengan mempertimbangkan internal/external equity.
4. Bersama manajemen merumuskan pola pengembangan
organisasi perusahaan.
5. Menyelenggarakan sistem informasi SDM dalam suatu data kepegawaian. 6. Tersusunnya kebijakan perencanaan, pengorganisasian dan administrasi
program Pendidikan dan Latihan (Diklat).
7. Tersusunnya program penelusuran bakat dan pembinaan
kepribadian pegawai.
8. Tersedianya kajian dan evaluasi terhadap efektifitas program dan kontribusi peraturan bagi perkembangan perusahaan.
9. Menindak lanjuti hasil penilaian kinerja seluruh Pegawai.
10.Dilaksanakannya pengembangan yang berkelanjutan terhadap sasaran mutu Unit Kerja dan Prosedur Mutu Unit Kerja yang mengacu kepada Kebijakan Mutu Perusahaan yang telah ditetapkan.
k) Bagian Tanaman
Tugas Bagian Tanaman:
(23)
2. Memonitor penerimaan dan pendistribusian laporan-laporan kebun dan proyek perkebunan.
3. Mengatur pelaksanaan survey dan pemetaan tanah apabila ada rencana pembukuan lahan baru.
4. Membuat perencanaan tentang pengendalian serangan hama dan penyakit. 5. Membuat perencanaan tentang pemupukan tahunan berdasarkan hasil
analisis daun dari tanah.
6. Membuat perencanaan estimasi produksi dan pembangunan tanaman baru (perluasan, peremajaan, dan konversi).
7. Membantu Direktur Produksi dalam memonitor pelaksanaan proyek perkebunan milik perusahaan.
l) Bagian Pengolahan dan Teknik
Tugas Bagian Pengolahan dan Teknik:
1. Memastikan PKS beroperasi pada kapasitas optimal, rendemen maksimal dan losses yang minimal.
2. Melakukan perencanaan dalam proses pengolahan untuk untuk memperoleh kinerja kapasitas optimal, rendemen maksimal dan losses yang minimal.
3. Melakukan sortasi buah kebun sendiri maupun pihak ketiga sesuai dengan standar mutu buah yang telah ditentukan.
4. Menjaga kebersihan lingkungan pabrik sesuai dengan persyaratan lingkungan yang telah ditetapkan.
5. Melakukan pengolahan limbah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan BLH, sehingga dipastikan tidak mencemari lingkungan.
(24)
6. Melakukan pemeliharaan dan perawatan mesin pabrik dan bangunan pabrik agar pabrik dapat beroperasi secara efektif dan efisien.
m) Bagian Sekretaris Perusahaan
Tugas Bagian Sekretaris Perusahaan:
1. Membuat usulan mengenai standar penomoran dan bentuk surat-surat yang akan diterapkan.
2. Membuat/mengetik surat-surat keluar Direksi dan membuat registrasinya. 3. Mengetik SK & SE Direksi, membuat registrasinya dan
mendistribusikannya.
4. Menerima/membuat registrasi surat-surat masuk dan mendistribusikannya. 5. Memberikan masukan-masukan tentang penyempurnaan surat menyurat
perusahaan.
6. Membuat jadwal rapat direksi berdasarkan waktu yang telah ditetapkan. 7. Mengurus kebutuhan alat-alat kantor atau perlengkapan kerja Direksi.
D. Kinerja Terkini
Kinerja usaha pada dasarnya merupakan tolak ukur dalam menilai suatu perusahaan baik atau tidak. Kinerja usaha dapat dilihat dari banyak faktor dan tergantung dari sudut pandang pihak yang melakukan penilaian.
PT. Mopoli Raya merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pengelohan kelapa sawit dan karet. PT. Mopoli Raya memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit yang berfungsi untuk mengolah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi Crued Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS) yang menjadi produk inti dari kelapa sawit.
(25)
PT. Mopoli Raya tidak memiliki perkebunan kelapa sawit, oleh sebab itu Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit didapat dengan cara membeli dari anak perusahaan PT. Mopoli Raya. Setelah TBS diperoleh lalu diolah menjadi CPO dan IKS yang selanjutnya dijual kepada pihak ketiga.
Selain pengolahan kelapa sawit, PT. Mopoli Raya juga menjalankan usaha pengolahan karet. Getah karet diperoleh dengan membeli dari anak perusahaan yaitu, PT. Mazdah. Setelah itu getah karet diolah untuk dijual kepada pihak ketiga.
Dalam hal ini PT. Mopoli Raya yang merupakan perusahaan dagang, dimana lahannya membeli bahan mentah dari pemasok yang merupakan anak perusahaannya, lalu diolah untuk dijual kepada pihak ketiga.
(26)
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Rasio Likuiditas
Manahan (2004:35), menyatakan bahwa “Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. Menentukan tingkat likuiditas korporasi dipergunakan rasio likuiditas, antara lain: Current Ratio, Quick Ratio dan Absolute Liquidity Ratio”.
Menurut Syahyunan (2013:92), “Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio yang biasa untuk digunakan untuk mengukur likuiditas, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, dan Net Working Capital”.
Menurut Sitanggang (2012:21), “Likuiditas merupakan ukuran kinerja perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang segera harus dilunasi yaitu kewajiban keuangan yang jatuh temponya sampai dengan 1 tahun. Ada tiga ukuran yang digunakan dalam mengukur likuiditas perusahaan, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio”.
Untuk mengukur likuiditas dari perusahaan PT. Mopoli akan digunakan perhitungan current ratio, quick ratio, dan cash ratio.
(27)
1. Current Ratio
Digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:
Current Ratio = 10000
Lancar Hutang
Lancar
Aktiva
Pada tahun 2011, current ratio perusahaan menunjukkan 109,9%, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 1,09 aktiva lancar. Hal ini menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu untuk menutup hutang lancarnya.
Pada tahun 2012, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 104,1% artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 1,04. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami penurunan rasio sebesar 5,8%. Adapun penyebab dari turunnya rasio dikarenakan penurunan piutang usaha sebesar Rp. 1.733.922.320 atau 30,7%, piutang lain-lain sebesar Rp. 1.449.765.315 atau 47,5%, uang dibayar dimuka sebesar Rp. 65.500.450 atau 29,1%, biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 631.260.311 atau 84,6%, pada tahun 2011 terdapat aktiva lancar lainnya sebesar Rp. 391.589.857, namun pada tahun
Tabel 3.1
Current Ratio
PT. Mopoli Raya Tahun 2011-2014
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio (%)
2011 201.080.706.372 182.862.886.733 109,9
2012 223.354.467.626 214.437.095.064 104,1
2013 254.914.114.875 258.238.586.263 98,7
2014 75.209.800.547 117.373.888.475 64,0
(28)
2012 tidak ada. Pada tahun 2012 jumlah aktiva lancar sebesar Rp. 223.354.467.626 mengalami kenaikan dari tahun 2011 sebesar Rp. 22.273.761.254. Jadi, walaupun rasio mengalami penurunan dari tahun sebelumnya namun kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang lancarnya masih berjalan dengan baik.
Pada tahun 2013, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 98,7% artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 0,98. Hal ini menunjukkan keuangan perusahaan tidak likuid, dikarenakan aktiva lancar tidak mampu menutupi hutang lancar yang ada. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami penurunan rasio sebesar 5,4%. Adapun penyebab dari penurunan rasio ini dikarenakan adanya penurunan kas dan setara kas sebesar Rp. 6.696.457.166 atau 26,7%, persediaan sebesar Rp. 10.649.757.970 atau 49,1%, biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 58.585.250 atau 51,2%, pada tahun 2012 terdapatnya piutang usaha sebesar Rp. 3.903.001.250 namun pada tahun 2013 tidak ada. Dilihat rasio yang terjadi pada tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,4%, dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya tidak berjalan dengan baik, karena aktiva lancar tidak mampu menutupi hutang lancar.
Pada tahun 2014, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 64%, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 0,64. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami penurunan rasio sebesar 34,6%. Penyebab dari penurunan rasio ini dikarenakan adanya penurunan persediaan sebesar Rp. 551.133.497 atau 5%, uang dibayar dimuka Rp. 429.920.070 atau 67,7%, pada tahun 2013 terdapat piutang pihak ketiga sebesar
(29)
Rp. 1.049.353.096 dan piutang pihak berelasi sebesar Rp. 219.317.583.482, namun pada tahun 2014 tidak ada. Dilihat rasio yang terjadi pada tahun 2014 terjadi penurunan sebesar 34,6% dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya tidak berjalan dengan baik, karena aktiva lancar tidak mampu menutupi hutang lancar.
Current ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 terus mengalami penurunan dari tahun ketahun, dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya belum dapat dikatakan berjalan dengan baik, meskipun tahun 2011-2012 aktiva lancar dapat menutupi hutang lancar.
2. Quick ratio
Perbandingan aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dengan tidak memperhitungkan persediaan. Suatu perusahaan dikatakan likuid menurut ukuran quick ratio apabila total jumlah uang kas, bank, cek, wesel tagih dan piutang adalah sama atau lebih besar dari total hutang lancar. Dengan menggunakan rumus:
Quick Ratio =
Lancar Hutang
Persediaan
-Lancar Aktiva
x 100%
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Tabel 3.2
Quick Ratio
PT. Mopoli Raya Tahun 2011-2014
Tahun Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar Rasio (%)
2011 191.455.167.996 182.862.886.733 104
2012 201.693.443.983 214.437.095.064 94
2013 245.314.499.214 258.238.586.263 95
(30)
Pada tahun 2011 quick ratio perusahaan 104%, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar dikurangi persediaan Rp. 1,04. Hal ini menunjukkan bahwa aktiva lancar walau dikurangi persediaan, perusahaan tetap mampu menutupi hutang lancar.
Pada tahun 2012 quick ratio perusahaan menunjukkan 94% artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,94 dari aktiva lancar - persediaan. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami penurunan rasio sebesar 10%. Dengan penurunan piutang usaha sebesar Rp. 1.733.922.320, meningkatnya jumlah persediaan sebesar Rp. 12.035.485.267 atau 55%, sehingga aktiva lancar dikurang persediaan tidak mampu menutup hutang lancar. Dilihat dari analisis quick ratio tahun 2012, kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang lancar tidak berjalan dengan baik.
Pada tahun 2013 quick ratio perusahaan menunjukkan 95% artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,95 dari aktiva lancar - persediaan. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami kenaikan rasio sebesar 1%. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan piutang sebesar Rp. 48.451.391.110, dan hutang lancar pun naik sebesar Rp. 29.314.088.189. Meskipun quick ratio meningkat, akan tetapi perusahaan belum mampu menutupi hutang lancarnya.
Pada tahun 2014 quick ratio perusahaan menunjukkan 55% artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,55 dari aktiva lancar - persediaan. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami penurunan rasio sebesar 40%. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah aktiva lancar – persediaan sebesar Rp. 179.704.314.328. Hutang lancar pun mengalami penurunan sebesar
(31)
Rp. 140.864.697.788. Dari penghitungan quick ratio di tahun 2014, dapat dilihat bahwa perusahaan masih belum mampu dalam menutupi hutang lancarnya.
Quick ratio PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya berjalan baik. Akan tetapi, pada tahun selanjutnya terus mengalami penurunan rasio. Pada tahun 2012 hingga 2014 perusahaan tidak berjalan dengan baik, dikarenakan belum mampu menutupi hutang lancarnya.
3. Cash Ratio
Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar dengan kas yang tersedia dan surat berharga (efek) yang segera dapat diuangkan. Dengan menggunakan rumus:
Cash Ratio x 100%
Lancar Hutang
Efek Kas
Tabel 3.3
Cash Ratio
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Kas+Efek Hutang Lancar Rasio (%)
2011 23.386.094.783 182.862.886.733 12,8
2012 25.053.513.029 214.437.095.064 11,7
2013 18.357.055.863 258.238.586.263 7,1
2014 24.587.083.197 117.373.888.475 20,9
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Pada tahun 2011, cash ratio perusahaan menunjukkan 12,8% yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan kas Rp. 0,12. Hal ini menunjukkan kas perusahaan belum mampu untuk menutup hutang lancar.
Pada tahun 2012, cash ratio perusahaan sebesar 11,7%, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan kas Rp. 0,11. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami penurunan rasio 1,1%, karena adanya kenaikan kas
(32)
sebesar Rp. 1.667.418.246 atau 6%, dan kenaikan juga terjadi pada hutang lancar sebesar Rp. 31.574.208.331 atau 14,7%. Meskipun kas meningkat, hutang lancar juga sangat meningkat. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kas perusahaan masih belum mampu untuk menutup hutang lancar.
Pada tahun 2013 cash ratio perusahaan sebesar 7,1%, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan kas sebesar Rp. 0,07. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami penurunan rasio 4,6%. Hal ini disebabkan karena menurunnya kas sebesar Rp. 6.696.457.166 atau 27%, dan meningkatnya hutang lancar sebesar Rp. 43.801.491.199 atau 16,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kas perusahaan masih belum mampu untuk menutup hutang lancar.
Pada tahun 2014 cash ratio perusahaan sebesar 20,9%, artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan kas sebesar Rp. 0,20. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami kenaikan rasio 13,8%. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan kas sebesar Rp. 6.230.027.334 atau 25,3%, dan menurunnya hutang lancar sebesar Rp. 140.864.697.788 atau 54,5%. Meskipun mengalami peningkatan, akan tetapi kas perusahaan masih belum mampu untuk menutup hutang lancar.
Cash ratio PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 mengalami penurunan dan juga peningkatan, namun dari jumlah masing-masing rasio per tahun belum mampu menutup hutang lancarnya.
B. Analisis Rasio Leverage
Menurut Harahap (2006:303), “Rasio leverage ialah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya
(33)
dengan aktiva yang dimilikinya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Adapun rasio-rasio yang tergabung dalam rasio solvabilitas adalah Debt to Equity Ratio, Total Assets to Total Debt Ratio, Total Net Worth to Total Debt Ratio, dan Total Debt to Total Assets Ratio”.
Menurut Syahyunan (2013:92), “Beberapa pihak lebih suka dengan istilah solvabilitas atau gearing. Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas. Rasio leverage yang umumnya dipakai antara lain adalah Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, Fixed Charge Coverage Ratio, dan Debt Service Coverage”.
Menurut Sitanggang (2012:25), “Rasio leverage merupakan ukuran seberapa besar perusahaan dibiayai dari unsur hutang, dan seberapa besar kemampuan perusahaan dari hasil operasi perusahaan untuk melunasi beban pembayaran bunga dan pokok pinjaman tersebut. Untuk menentukannya umumnya memakai Debt To Total Assets Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Equity Multiplier”.
Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Rasio ini biasa dianggap sebagai bagian dari rasio solvabilitas. Untuk mengukur leverage dari perusahaan PT. Mopoli akan digunakan perhitungan Debt To Asset Ratio, dan Debt to Equity Ratio.
(34)
1. Debt To Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva (Debt To Asset Ratio) merupakan perbandingan total hutang dengan total aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal sendiri. Hutang tersebut mencakup baik kewajiban lancar maupun kewajiban jangka panjang. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Debt To Asset Ratio =
Aktiva Total
Hutang Total
x 100%
Tabel 3.4
Total Debt to Asset Ratio
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Total Hutang Total Aktiva Rasio (%)
2011 182.862.886.733 400.848.727.374 46
2012 214.437.095.064 438.131.279.028 49
2013 258.238.586.263 499.005.014.466 52
2014 117.373.888.475 626.689.240.730 19
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total debt to total assets ratio pada PT. Mopoli Raya dari tahun 2011 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan rasio, namun terjadi penurunan pada tahun 2014. Pada tahun 2011 rasio menunjukkan 46%, artinya bahwa setiap Rp. 0,46 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sangat solvabel karena dapat menutup hutang dengan aset yang dimilikinya.
Rasio tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 sebesar 3%, artinya bahwa setiap Rp. 0,49 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya total hutang sebesar Rp. 31.574.208.331 atau 17,2% dan meningkatnya total aktiva sebesar Rp. 37.282.551.654 atau 9,3%.
(35)
Pada tahun 2013 total debt to total assets ratio sebesar 52% yang artinya bahwa setiap Rp. 0,52 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya total hutang sebesar Rp. 43.801.491.199 atau 20,4% dan meningkatnya total aktiva sebesar Rp. 60.873.735.438 atau 13,8%.
Pada tahun 2014 mengalami penurunan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana total debt to total assets ratio menjadi sebesar 19% yang artinya bahwa setiap Rp. 0,19 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sangat solvabel. Penurunan tersebut disebabkan oleh meningkatnya total aktiva sebesar Rp. 127.684.226.264 atau 25,5%, dan menurunnya total hutang sebesar Rp. 140.864.697.788 atau 54,4%.
Total Debt to Total Assets Ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 menunjukkan perusahaan mampu menutup total hutang dengan aset yang dimilikinya.
2. Debt To Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.
Debt To Equity Ratio x 100%
Sendiri Modal
Total
Hutang Total
(36)
Tabel 3.5
Total Debt to Equity Ratio
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Total Hutang Total Modal Sendiri Rasio (%)
2011 182.862.886.733 198.037.776.959 92,0
2012 214.437.095.064 215.214.867.446 99,6
2013 258.238.586.263 238.866.032.724 108,0
2014 117.373.888.475 259.248.118.149 45,0
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total debt to equity ratio pada PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan 92%. Ini dapat diartikan bahwa setiap Rp. 0,92 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 modal perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keuangan perusahaan cukup solvabel untuk menutup hutang dengan modal yang dimilikinya.
Pada tahun 2012 total debt to equity ratio menunjukkan 99,6%, yang artinya bahwa setiap Rp. 0,99 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 modal perusahaan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rasio tahun 2012 meningkat. Hal ini disebabkan meningkatnya total hutang sebesar Rp. 31.574.208.331 atau 15% dan total modal sebesar Rp. 17.177.090.487 atau 8%. Meskipun meningkat, perusahaan masih dapat menutup hutang dengan modal yang dimiliki.
Pada tahun 2013 total debt to equity ratio menunjukkan 108%, yang artinya bahwa setiap Rp. 1,08 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 modal perusahaan. Tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan meningkatnya total hutang sebesar Rp. 43.801.491.199 atau 17% dan total modal sebesar Rp. 23.651.165.278 atau 10%. Dari perhitungan tersebut, pada tahun 2013 perusahaan tidak dapat menutup hutang dengan modal yang dimiliki.
(37)
Pada tahun 2014 total debt to equity ratio menunjukkan 45%, yang artinya bahwa setiap Rp. 0,45 hutang dijamin oleh Rp 1,00 modal perusahaan. Tahun 2014 mengalami penurunan dibanding tahun 2013. Pada tahun 2013 perusahaan menunjukkan tidak solvabel, sedangkan di tahun 2014 perusahaan kembali dapat menutup hutang dengan modal yang dimiliki dan menunjukkan bahwa perusahaan solvabel. Hal ini disebabkan menurunnya total hutang sebesar Rp. 140.864.697.788 atau 55% dan meningkatnya modal sebesar Rp. 20.382.085.425 atau 8%.
Total Debt to Equity Ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014,hanya tahun 2013 yang menunjukkan perusahaan tidak solvabel, sedangkan tahun 2011, 2012, dan 2014 menunjukkan perusahaan solvabel.
C. Analisis Rasio Profitabilitas
Munawir (2002:27), “Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, yaitu dengan melalui perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Untuk menentukannya digunakan Net Profit Margin, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Return on Equity”.
Menurut Manahan (2004:39), “Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat Return on Invesment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta para investor dalam pasar modal. Jika return yang diharapkan lebih besar daripada return yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan. Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu, profitabilitas dalam konteks analisis rasio untuk mengukur pendapatan
(38)
menurut laporan rugi laba dengan nilai buku investasi. Rasio profitabilitas yang digunakan pada umumnya adalah Net Profit Margin, Return on Invesment, dan Return on Net Worth”.
Menurut Syahyunan (2013:92), “Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaaan perusahaan oleh manajemen. Rasio profitabilitas yang sering digunakan, yaitu Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Invesment, dan Return on Equity”.
Untuk mengetahui rasio profitabilitas PT. Mopoli Raya digunakan perhitungan Net Profit Margin, Gross Profit Margin, dan Operating Profit Margin.
1. Net Profit Margin
Untuk mengukur laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Dengan rumus:
Net Profit Margin =
Penjualan Bersih Laba
x 100%
Tabel 3.6
Net Profit Margin
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Laba Bersih Penjualan Rasio (%)
2011 16.464.704.987 420.639.239.108 4,0
2012 20.023.687.041 396.184.703.589 5,0
2013 22.074.701.951 470.533.313.744 4,7
2014 23.402.578.196 548.176.431.404 4,2
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Pada tahun 2011 net profit margin perusahaan menunjukkan 4%, artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sesudah pajak sebesar Rp. 0,04.
(39)
Pada tahun 2012 net profit margin perusahaan menunjukkan 5%, artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sesudah pajak sebesar Rp. 0,05. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 1%. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 3.558.982.054 dan penurunan penjualan sebesar Rp. 24.454.535.519.
Pada tahun 2013 net profit margin perusahaan menunjukkan 4,7%, artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sesudah pajak sebesar Rp. 0,04. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,3%. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 2.051.014.910 dan kenaikan penjualan sebesar Rp. 74.348.610.155.
Pada tahun 2014 net profit margin perusahaan menunjukkan sebesar 4,2%, artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sesudah pajak sebesar Rp. 0,04. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,5%. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kenaikan laba bersih sesudah pajak sebesar Rp. 1.327.876.245 dan kenaikan penjualan sebesar Rp. 77.643.117.660.
Net profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba dari penjualan, dan secara keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada tahun 2012. 2. Gross Profit Margin
Gross profit margin digunakan untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi), mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
(40)
berproduksi secara efisien. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Dengan rumus:
Gross Profit Margin =
Penjualan Kotor Laba
x 100%
Tabel 3.7
Gross Profit Margin
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Laba Kotor Penjualan Rasio (%)
2011 54.496.379.172 420.639.239.108 13
2012 60.424.484.427 396.184.703.589 15
2013 57.511.820.455 470.533.313.744 12
2014 60.872.141.466 548.176.431.404 11
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Pada tahun 2011, PT. Mopoli Raya memiliki gross profit margin sebesar 13%. Ini berarti dalam setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,13. Pada tahun 2012, memiliki gross profit margin sebesar 15%, yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,15. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 2%. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah laba kotor sebesar Rp. 5.928.105.255, dan menurunnya penjualan sebesar Rp. 24.454.535.519. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam keadaan baik.
Pada tahun 2013, memiliki gross profit margin sebesar 12%, yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,12. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 3%. Hal ini disebabkan menurunnya laba kotor sebesar Rp. 2.912.663.972, dan meningkatnya penjualan sebesar Rp. 74.348.610.155. Ini menunjukkan kondisi perusahaan dalam keadaan tidak baik, dikarenakan menurunnya gross profit margin.
(41)
Pada tahun 2014, memiliki gross profit margin sebesar 11%, yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,11. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 1%. Hal ini disebabkan meningkatnya laba kotor sebesar Rp. 3.360.321.011, dan meningkatnya penjualan sebesar Rp. 77.643.117.660. Ini menunjukkan bahwa kondisi perusahan belum mengalami peningkatan dalam perhitungan gross profit margin, dan kondisi perusahaan belum dikatakan baik.
Gross profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba kotor dari penjualan, dan secara keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada tahun 2012.
3. Operating Profit Margin
Operating profit margin atau marjin laba usaha digunakan untuk mengukur tingkat laba operasi yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan volume penjualan. Makin besar rasio ini berarti semakin buruk. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Operating Profit Margin =
Penjualan Usaha Laba
x 100%
Tabel 3.8
Operating Profit Margin
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Laba Usaha Penjualan Rasio (%)
2011 23.402.578.196 420.639.239.108 5,5
2012 28.003.162.078 396.184.703.589 7,0
2013 29.359.811.599 470.533.313.744 6,2
2014 31.388.847.787 548.176.431.404 5,7
(42)
Pada tahun 2011, PT. Mopoli Raya memiliki operating profit margin sebesar 5,5%. Ini berarti dalam setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,05. Pada tahun 2012, memiliki operating profit margin sebesar 7%, yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,07. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 1,5%. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah laba usaha sebesar Rp. 4.600.583.882, dan menurunnya penjualan sebesar Rp. 24.454.535.519. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam keadaan baik.
Pada tahun 2013 memiliki operating profit margin sebesar 6,2%, yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,06. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,8%. Hal ini disebabkan peningkatan laba usaha sebesar Rp. 1.356.649.521 dan meningkatnya penjualan sebesar Rp. 74.348.610.155. Ini menunjukkan kondisi perusahaan dalam keadaan tidak baik, dikarenakan menurunnya operating profit margin.
Pada tahun 2014, memiliki operating profit margin sebesar 5,7%, yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 0,05. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,5%. Hal ini disebabkan meningkatnya laba usaha sebesar Rp. 2.029.036.188, dan meningkatnya penjualan sebesar Rp. 77.643.117.660. Ini menunjukkan bahwa kondisi perusahan belum mengalami peningkatan dalam perhitungan operating profit margin, dan kondisi perusahaan belum dikatakan baik meskipun laba usaha mengalami peningkatan.
(43)
Operating profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba usaha dari penjualan, dan secara keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada tahun 2012.
D. Analisis Rasio Aktivitas
Syahyunan (2013:92), menyatakan bahwa “Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Rasio aktivitas yang umumnya digunakan, yaitu Average Collection Period, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, dan Total Asset Turnover”.
Menurut Sitanggang (2012:27), “Dalam kegiatan perusahaan seluruh aset harus diupayakan untuk memberi manfaat untuk mencapai tujuan perusahaan. Agar aset tersebut memberi manfaat, maka aset tersebut harus dioperasikan sesuai dengan tujuannya masing-masing yang pada umumnya diukur melalui perputarannya. Pengukuran dari perputaran masing-masing aset menggunakan Turnover inventory, Average Collection Period, Fixed Asset Turnover, dan Total Asset Turnover”.
Menurut Munawir (2002:240), “Rasio aktivitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki. Jenis rasio aktivitas yang dapat digunakan, yaitu Accounts Receivable Turnover, Days of Receivable Days of Receivable, Inventory Turnover, Fixed Assets Turnover, dan Total Assets Turnover”.
(44)
Untuk mengetahui rasio aktivitas PT. Mopoli Raya digunakan perhitungan Total Assets Turnover, dan Fixed Asset Turnover.
1. Total Assets Turnover
Mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aset dalam menghasilkan penjualan. Dengan menggunakan rumus:
Total Assets Turnover =
Aktiva Total
Penjualan
x 1 kali
Tabel 3.9
Total Assets Turnover
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Penjualan Total Aktiva Tingkat Perputaran
2011 420.639.239.108 400.848.727.374 1,00
2012 396.184.703.589 438.131.279.028 0,90
2013 470.533.313.744 499.005.014.466 0,94
2014 548.176.431.404 626.689.240.730 0,87
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Berdasarkan perhitungan diatas, PT. Mopoli Raya memiliki perputaran aktiva yang secara umum mengalami penurun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menggunakan dana yang ada dalam aktiva untuk meningkatkan penjualan, meskipun penjualan mengalami penurunan. Pada tahun 2011, dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 1 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,00. Pada tahun 2012, dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam tahun berputar 0,9 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan penjualan sebesar Rp. 0,90. Pada tahun 2013, dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva dalam tahun berputar 0,94 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan penjualan sebesar Rp. 0,94. Pada tahun 2014, dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva
(45)
dalam tahun berputar 0,87 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva selama satu tahun menghasilkan penjualan sebesar Rp. 0,87.
Dengan bertambahnya penjualan yang diimbangi dengan semakin tinggi tingkat efisiensi perusahaan dalam pemakaian aktiva, sehingga semakin meningkat pula persentase laba yang diperoleh.
2. Fixed Asset Turnover
Untuk mengukur penggunaan seluruh aktiva perusahaan, sekaligus mengukur jumlah penjualan yang diraih dari setiap aktiva tetap. Dengan menggunakan rumus:
Fixed Asset Turnover =
Tetap Aktiva
Penjualan
x 1 kali
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Dari hasil perhitungan tersebut, maka diketahui bahwa fixed asset turnover PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan keadaan 2 kali. Artinya dana yang tertanam pada aktiva tetap dalam satu tahun berputar 2 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva tetap selama satu tahun menghasilkan penjualan Rp. 2,00.
Pada tahun 2012 dana yang tertanam pada aktiva tetap dalam satu tahun perputarannya 1,7 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva tetap selama satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,70. Bila dibandingkan dengan tahun 2011,
Tabel 3.10
Fixed Asset Turnover
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Penjualan Aktiva Tetap Tingkat Perputaran
2011 420.639.239.108 201.080.706.372 2,0
2012 396.184.703.589 223.354.467.626 1,7
2013 470.533.313.744 254.914.114.875 1,8
(46)
tahun 2012 mengalami penurunan 0,3 kali, sehingga efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya juga menurun.
Pada tahun 2013 dana yang tertanam pada aktiva tetap dalam satu tahun perputarannya 1,8 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva tetap selama satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,80. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami peningkatan 0,1 kali. Hal ini mengakibatkan efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya meningkat.
Pada tahun 2014 dana yang tertanam pada aktiva tetap dalam satu tahun perputarannya 7 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva tetap selama satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp. 7,00. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu 5,2 kali. Hal ini mengakibatkan efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya meningkat dan semakin membaik.
Fixed asset turnover PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 secara umum mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2012 mengalami penurunan perputaran.
(47)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah menganalisis rasio keuangan pada PT. Mopoli Raya Medan, maka peneliti mengambil kesimpulan mengenai kondisi keuangan yang dimiliki perusahaan dan saran-saran berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Rasio Likuiditas PT. Mopoli Raya
Current ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 terus mengalami penurunan dari tahun ketahun, dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya belum dapat dikatakan berjalan dengan baik, meskipun tahun 2011-2012 aktiva lancar dapat menutupi hutang lancar. Quick ratio PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya berjalan baik. Akan tetapi, pada tahun selanjutnya terus mengalami penurunan rasio. Pada tahun 2012 hingga 2014 perusahaan tidak berjalan dengan baik, dikarenakan belum mampu menutupi hutang lancarnya.
Cash ratio PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 mengalami penurunan dan juga peningkatan, namun dari jumlah masing-masing rasio pertahun belum mampu menutup hutang lancarnya. Secara keseluruhan perusahaan belum bisa dikatakan likuid.
(48)
2. Analisis Rasio Leverage
Total debt to total assets ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 menunjukkan perusahaan mampu menutup total hutang dengan aset yang dimilikinya.
Total debt to equity ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014, hanya tahun 2013 yang menunjukkan perusahaan tidak solvabel, sedangkan tahun 2011, 2012, dan 2014 menunjukkan perusahaan solvabel. Secara keseluruhan perusahan dapan dikatakan solvabel.
3. Analisis Rasio Profitabilitas
Net profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba dari penjualan, dan secara keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada tahun 2012. Gross profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba kotor dari penjualan, dan secara keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada tahun 2012.
Operating profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba usaha dari penjualan, dan secara keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada tahun 2012.
4. Analisis Rasio Aktivitas
Berdasarkan total assets turnover PT. Mopoli Raya memiliki perputaran aktiva yang semakin meningkat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Peningkatan ini sudah baik, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil
(49)
menggunakan dana yang ada dalam aktiva untuk meningkatkan penjualan, meskipun penjualan mengalami penurunan pada tahun 2012.
Fixed asset turn over PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 secara umum mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2012 mengalami penurunan perputaran. Hal ini menunjukkan tingkat perputaran perusahaan baik.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan, maka disarankan sebagai berikut: 1. Analisis Rasio Likuiditas
PT. Mopoli Raya untuk tahun yang akan datang hendaknya lebih meningkatkan persentase Cash Ratio, Current Rati, dan Quick Ratio dengan mengurangi hutang lancar dan memperbesar kenaikan kas, agar dapat memenuhi hutang lancarnya dan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid.
2. Analisis Rasio Leverage
Dalam meningkatkan solvabilitasnya PT. Mopoli Raya perlu menambah modal sendiri agar keadaan perusahaan menjadi lebih baik.
3. Analisis Rasio Profitabilitas
Untuk meningkatkan profitabilitas, sebaiknya PT. Mopoli Raya memperketat pengawasan terhadap pengeluaran biaya-biaya yang kurang efisien atau menekan biaya operasi perusahaan seminimal mungkin dengan tidak mempengaruhi kelancaran operasi perusahaan.
4. Analisis Rasio Aktivitas
Untuk meningkatkan efektifitas dalam mengelola sumber dana yang dimiliki, perusahaan dapat melakukan dengan menempatkan dana tersebut ke dalam
(50)
aktiva-aktiva yang mempunyai produktifitas tinggi, sehingga dapat diharapkan penjualan bersihnya meningkat. Dengan asumsi bahwa peningkatan penjualan bersih lebih tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan total aktiva dan modal kerja, maka rasio yang dihasilkan akan semakin meningkat atau perputarannya semakin efektif.
(51)
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan S. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Rajawali. Jakarta
Munawir. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Najir. M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Sitanggang, J. P. 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Syahyunan. 2013. Manajemen Keuangan. USU Press. Medan.
Tampubolon, Manahan P. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta.
(52)
LAMPIRAN
Laporan Posisi Keuangan (NERACA) PT. Mopoli Raya Periode 2011 – 2014
Uraian 2011 2012 2013 2014
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas dan Setara Kas 23.386.094.783 25.053.513.029 18.357.055.863 24.587.083.197 Piutang Usaha 5.636.923.570 3.903.001.250
- 4.167.318.800
Pihak Ketiga
-
- 1.049.353.096
- Pihak Berelasi
158.023.296.378 170.866.192.372 219.317.583.482
- Piutang Karyawan - -
- 424.841.091 Piutang Pemegang Saham
-
-
- 2.282.679.600 Piutang Lain-lain 3.046.745.410 1.596.980.095 3.077.134.242 19.773.467.792 Persediaan 9.625.538.376 21.661.023.643 11.011.265.673 10.460.132.176 Uang Dibayar Dimuka 225.000.000 159.499.550 634.400.070 204.480.000 Pajak Dibayar Dimuka
-
- 1.411.650.012 12.792.971.303 Biaya Dibayar Dimuka 745.517.998 114.257.687 55.672.437 516.826.588 Aktiva Lancar Lainnya 391.589.857
- - -
Total Aktiva Lancar 201.080.706.372 223.354.467.626 254.914.114.875 75.209.800.547
Aktiva Tidak Lancar
Piutang Afiliasi - -
- 286.335.014.170 Investasi 49.265.600.000 62.732.422.350 62.732.422.350 62.838.971.600
Tanaman Perkebunan
Tanaman Telah Menghasilkan
- 43.667.868.475 40.250.004.916 36.996.561.271 Tanaman Belum Menghasilkan
- 17.928.462.834 47.364.481.024 63.243.976.536 Tanaman Baru - -
- 9.430.785.318 Aktiva Tetap 129.738.617.286 73.035.815.940 75.088.577.947 76.569.954.329 Aktiva Lain-lain 20.763.803.716 17.412.241.803 18.655.413.354 16.064.176.959
Total Aktiva Tidak Lancar 199.768.021.002 214.776.811.402 244.090.899.591 551.479.440.183
TOTAL AKTIVA 400.848.727.374 438.131.279.028 499.005.014.466 626.689.240.730
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
(53)
Hutang Usaha 154.323.846.349 146.458.622.873 129.204.473.549 113.252.948.557 Hutang Pihak Berelasi 23.349.960.843 55.735.476.861 121.245.538.800
- Hutang Pajak 3.092.331.106 3.260.497.761 2.039.203.544 1.877.651.979 Uang Diterima Dimuka
- 1.772.536.846 2.742.382.200
- Biaya Yang Masih Harus
Dibayar 1.609.613.154 2.104.529.999 2.682.493.429 2.204.470.611 Kewajiban Lancar Lainnya 487.135.281 5.105.430.724 37.272.569 38.817.328 Hutang bank jangka panjang
jatuh tempo kurang 1 tahun
- - 287.222.172 -
Total Kewajiban Lancar
182.862.886.733
214.437.095.064 258.238.586.263
117.373.888.475
Kewajiban Tidak Lancar
Hutang Leasing 105.605.048 21.121.018
- 278.691.320 Hutang Bank
- 816.976.480 242.532.136 107.990.000.000 Kewajiban Pajak Tangguhan 1.626.547.666 1.457.578.860 1.657.863.343 2.687.873.501 Hutang Afiliasi - -
- 139.110.669.285 Kewajiban Imbalan Kerja 18.215.910.968 6.183.640.160
-
-
Total Kewajiban Tidak
Lancar 19.948.063.682 8.479.316.518 1.900.395.479 250.067.234.106
Ekuitas
Modal Yang Telah
Ditempatkan
dan Disetor Penuh 68.000.000.000 68.000.000.000 68.000.000.000 68.000.000.000 Tambahan Setoran Modal 7.224.346.881 7.224.346.881 7.224.346.881 7.224.346.881 Saldo Laba 122.813.430.078 139.990.520.565 163.641.685.843 184.023.771.268
Total Ekuitas 198.037.776.959 215.214.867.446 238.866.032.724 259.248.118.149
TOTAL KEWAJIBAN
(54)
Laporan Laba Rugi PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Uraian 2011 2012 2013 2014
Pendapatan Usaha 420.639.239.108
396.184.703.589 470.533.313.744 548.176.431.404
Harga Pokok Penjualan 366.142.859.936
335.760.219.162 413.021.493.289 487.304.289.938
Laba Kotor 54.496.379.172 60.424.484.427 57.511.820.455 60.872.141.466
Beban Usaha
Beban Pemasaran 13.705.188.168
14.965.933.955
18.078.014.482 Beban Administrasi dan
Umum 14.188.556.573
17.455.388.394 10.073.994.374 29.483.293.679
Jumlah Beban Usaha 27.893.744.741 32.421.322.349 28.152.008.856 29.483.293.679
Laba (Rugi) Usaha 26.602.634.431 28.003.162.078 29.359.811.599 31.388.847.787
Pendapatan dan Beban
Lain-lain
Pendapatan Lain-lain 3.752.238.110
4.891.540.160 7.262.628.976 9.599.945.659 Beban Lain-lain (8.362.350.561)
(6.619.797.253) (7.192.544.141) (9.353.834.931)
Jumlah Pendapatan dan
Beban Lain-lain 4.610.112.451 1.728.257.093 70.084.835 246.110.728
Laba (Rugi) Sebelum
Pajak Penghasilan 21.992.521.980 26.274.904.985 29.429.896.434 31.634.958.515
Taksiran Pajak Penghasilan (5.200.712.250)
(6.420.186.750) (7.154.910.000) (7.815.605.250) Pajak Tangguhan (327.104.743)
(168.968.806) (200.284.483) (416.775.069)
Laba (Rugi) Bersih Setelah
Pajak 16.464.704.987 20.023.687.041 22.074.701.951 23.402.578.196
(1)
menggunakan dana yang ada dalam aktiva untuk meningkatkan penjualan,
meskipun penjualan mengalami penurunan pada tahun 2012.
Fixed asset turn over
PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 secara umum
mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2012 mengalami penurunan
perputaran. Hal ini menunjukkan tingkat perputaran perusahaan baik.
B.
Saran
Dari hasil kesimpulan, maka disarankan sebagai berikut:
1.
Analisis Rasio Likuiditas
PT. Mopoli Raya untuk tahun yang akan datang hendaknya lebih
meningkatkan persentase
Cash Ratio
,
Current Rati,
dan
Quick Ratio
dengan
mengurangi hutang lancar dan memperbesar kenaikan kas, agar dapat
memenuhi hutang lancarnya dan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang
likuid.
2.
Analisis Rasio
Leverage
Dalam meningkatkan solvabilitasnya PT. Mopoli Raya perlu menambah
modal sendiri agar keadaan perusahaan menjadi lebih baik.
3.
Analisis Rasio Profitabilitas
Untuk meningkatkan profitabilitas, sebaiknya PT. Mopoli Raya memperketat
pengawasan terhadap pengeluaran biaya-biaya yang kurang efisien atau
menekan biaya operasi perusahaan seminimal mungkin dengan tidak
mempengaruhi kelancaran operasi perusahaan.
4.
Analisis Rasio Aktivitas
Untuk meningkatkan efektifitas dalam mengelola sumber dana yang dimiliki,
perusahaan dapat melakukan dengan menempatkan dana tersebut ke dalam
(2)
aktiva-aktiva yang mempunyai produktifitas tinggi, sehingga dapat
diharapkan penjualan bersihnya meningkat. Dengan asumsi bahwa
peningkatan penjualan bersih lebih tinggi bila dibandingkan dengan
peningkatan total aktiva dan modal kerja, maka rasio yang dihasilkan akan
semakin meningkat atau perputarannya semakin efektif.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan S. 2006.
Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan
. Edisi Pertama.
Rajawali. Jakarta
Munawir. 2002.
Analisis Laporan Keuangan.
Liberty. Yogyakarta.
Najir. M. 2005.
Metode Penelitian
. Ghalia Indonesia. Bogor.
Sitanggang, J. P. 2012.
Manajemen Keuangan Perusahaan
. Mitra Wacana Media.
Jakarta.
Sugiyono. 2002.
Metode Penelitian
. CV Alfabeta. Bandung.
Syahyunan. 2013.
Manajemen Keuangan.
USU Press. Medan.
Tampubolon, Manahan P. 2004.
Manajemen Keuangan
. Edisi Pertama. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
(4)
LAMPIRAN
Laporan Posisi Keuangan (NERACA) PT. Mopoli Raya
Periode 2011
–
2014
Uraian 2011 2012 2013 2014
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas dan Setara Kas 23.386.094.783 25.053.513.029 18.357.055.863 24.587.083.197
Piutang Usaha 5.636.923.570 3.903.001.250
- 4.167.318.800
Pihak Ketiga
-
- 1.049.353.096
- Pihak Berelasi
158.023.296.378 170.866.192.372 219.317.583.482
- Piutang Karyawan - -
- 424.841.091
Piutang Pemegang Saham
-
-
- 2.282.679.600
Piutang Lain-lain 3.046.745.410 1.596.980.095 3.077.134.242 19.773.467.792
Persediaan 9.625.538.376 21.661.023.643 11.011.265.673 10.460.132.176
Uang Dibayar Dimuka 225.000.000 159.499.550 634.400.070 204.480.000
Pajak Dibayar Dimuka
-
- 1.411.650.012 12.792.971.303
Biaya Dibayar Dimuka 745.517.998 114.257.687 55.672.437 516.826.588
Aktiva Lancar Lainnya 391.589.857
- - -
Total Aktiva Lancar 201.080.706.372 223.354.467.626 254.914.114.875 75.209.800.547
Aktiva Tidak Lancar
Piutang Afiliasi - -
- 286.335.014.170
Investasi 49.265.600.000 62.732.422.350 62.732.422.350 62.838.971.600
Tanaman Perkebunan
Tanaman Telah Menghasilkan
- 43.667.868.475 40.250.004.916 36.996.561.271 Tanaman Belum Menghasilkan
- 17.928.462.834 47.364.481.024 63.243.976.536 Tanaman Baru - -
- 9.430.785.318
Aktiva Tetap 129.738.617.286 73.035.815.940 75.088.577.947 76.569.954.329
Aktiva Lain-lain 20.763.803.716 17.412.241.803 18.655.413.354 16.064.176.959
Total Aktiva Tidak Lancar 199.768.021.002 214.776.811.402 244.090.899.591 551.479.440.183
TOTAL AKTIVA 400.848.727.374 438.131.279.028 499.005.014.466 626.689.240.730
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
(5)
Hutang Usaha 154.323.846.349 146.458.622.873 129.204.473.549 113.252.948.557
Hutang Pihak Berelasi 23.349.960.843 55.735.476.861 121.245.538.800
-
Hutang Pajak 3.092.331.106 3.260.497.761 2.039.203.544 1.877.651.979
Uang Diterima Dimuka
- 1.772.536.846 2.742.382.200
- Biaya Yang Masih Harus
Dibayar 1.609.613.154 2.104.529.999 2.682.493.429 2.204.470.611
Kewajiban Lancar Lainnya 487.135.281 5.105.430.724 37.272.569 38.817.328
Hutang bank jangka panjang jatuh tempo kurang 1 tahun
-
-
287.222.172
- Total Kewajiban Lancar
182.862.886.733
214.437.095.064 258.238.586.263
117.373.888.475
Kewajiban Tidak Lancar
Hutang Leasing 105.605.048 21.121.018
- 278.691.320
Hutang Bank
- 816.976.480 242.532.136 107.990.000.000
Kewajiban Pajak Tangguhan 1.626.547.666 1.457.578.860 1.657.863.343 2.687.873.501
Hutang Afiliasi
-
-
- 139.110.669.285
Kewajiban Imbalan Kerja 18.215.910.968 6.183.640.160
-
- Total Kewajiban Tidak
Lancar 19.948.063.682 8.479.316.518 1.900.395.479 250.067.234.106
Ekuitas
Modal Yang Telah
Ditempatkan
dan Disetor Penuh 68.000.000.000 68.000.000.000 68.000.000.000 68.000.000.000
Tambahan Setoran Modal 7.224.346.881 7.224.346.881 7.224.346.881 7.224.346.881
Saldo Laba 122.813.430.078 139.990.520.565 163.641.685.843 184.023.771.268
Total Ekuitas 198.037.776.959 215.214.867.446 238.866.032.724 259.248.118.149
TOTAL KEWAJIBAN
(6)