Pada dasarnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, baik bagi penulissendiri maupun bagi siapa saja yang
membacanya. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain : 1.
Secara teoritis a.
Sebagai bahan informasi yang berguna bagi akademisi maupun bahan perbandingan bagi para penulis yang hendak melaksanakan penelitian
lanjutan. b.
Memberikan informasi mengenai peranan kantor pertanahan dan kesadaran hokum masyarakat terhadap pendaftaran tanah.
c. Memberikan kontribusisumbangan dalam pengembangan ilmu hukum
khususnya dalam pendaftaran tanah. 2. Secara Praktis :
a. Memberikan masukan dan menjadi pedoman bagi instansi terkait dan
pihak-pihak lain yang terlibat dalam pendaftaran tanah. b.
Mencari solusi atau upaya untuk dapat melakukan perbaikan-perbaikan kebijakan maupun pelaksanaan dalam hal pendaftaran tanah dan
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang nilai masih kurang dibidang pendaftaran tanah.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan ini dilakukan oleh penulis sendiri dengan berbagai masukan dari berbagai pihak yang membantu demi kelengkapan penulisan ini. Pendaftaran
tanah adalah hal yang sangat penting dilakukan oleh pemilik tanah, namun pada
Universitas Sumatera Utara
kenyataannya sangat banyak pemilik tanah yang kurang menyadari akan pentingnya pendaftaran tanah untuk kepastian hukum terhadap kepemilikan
tanahnya. Masyarakat awam pada umumnya beranggapan bahwa dengan surat atau akta biasa saja misalnya tanah yang akta camat, surat perjanjian jual beli
tanah dan lain lain sudah cukup menunjukkan bahwa mereka adalah pemilik tanah yang sah secara hukum. Diketahui benar adanya bahwa tindak kriminalitas
penipuan akan pemalsuan ataupun perampasan hak lebih tinggi terjadi di daerah perkotaan dari pada daerah yang tempatnya belum terlalu terjamah oleh
pembangunan, namum masyarakat dihimbau untuk selalu waspada dan hati hati. Hal seperti yang tersebutkan sebelumnyalah yang memaksa masyarakat untuk
melakukan perlindungan terhadap hak nya dengan cara mendaftarkan tanah yang dianggap miliknya ke kantor pertanahan, dengan demikian kepastian hukum akan
kepemilikan hak atas tanah dapat lebih terjamin. Kurangnya sosialisasi dan kesadaran masyarakat terhadap pendaftaran
tanah inilah yang melatar belakangi penulisan ini. Penulisan ini belum ada sebelumnya, namun bila ada kesamaan hal tersebut pastilah dilakukan dengan
tidak sengaja. Penulisan ini juga dilengkapi dengan adanya kutipan kutipan dari beberapa
sumber yang telah disebutkan di atas dengan tidak bermaksud untuk mengurangi manfaat, tujuan dan keaslian dari penulisan ini.
Universitas Sumatera Utara
E. Tinjauan Pustaka 1. Tijauan Umum Tentang Pendaftaran Tanah
a. Pengertian Pendaftaran Tanah
Pendaftaran berasal dari kata cadastre bahasa Belanda kadaster suatu istilah teknis untuk suatu record rekaman menunjuk kepada luas, nilai dan
kemilikan misalnya atas sebidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa Latin “capitastrum” yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat
untuk pajak tanah Romawi Capotatio Terreus. Dalam artian yang tegas cadastre adalah record rekaman daripada lahan, nilai daripada tanah dan pemegang
haknya dan untuk kepentingan perpajakan
7
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara teru-menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan data mengenai bidang-bidang tanah
dan satuan rumah susun, termasuk p.emberian surat tanda bukti haknya bagi bidang –bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya .
8
1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah,
. Ketentuan pokok yang tertuang dalam UUPA tidak menetapkan secara
defenitif apa yang dimaksud dengan pendaftaran tanah . Namun dalam pasal 19 ayat 2 UUPA ditegaskan pendaftaran tanah meliputi :
2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut,
7
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit., hal.24.
8
Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Universitas Sumatera Utara
3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat bukti yang
kuat. Dari ketentuan pokok tersebut sudah tergambar kegiatan pendaftaran tanah
yang harus dilakukan, diawali pengukuran sampai dengan adanya tanda bukti hak atau biasa disebut sertifikat hak.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sebagai peraturan pelaksana dari UUPA khususnya dibidang pendaftaran tanah ada dicantumkan
defenisi pendaftaran tanah dimaksud. Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 :
“ Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan data mengenai bidang-bidang tanah
dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak
tertentu yang membebaninya”. Penjabaran terinci dari ketentuan pokok tentang pendaftaran tanah dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 diatas memberi pengertian sebagai berikut :
1. Bahwa pendaftaran tanah itu bukan hanya sekali kegiatan tetapi kegiatan yang
berkesinambungan sesuai dengan perbuatan kebutuhan hukum. 2.
Pengumpulan, pengolahan, pembukuan, penyajian dan pemeliharaan data pendaftaran tanah merupakan inti pokok kegiatan pendaftaran tanah.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemberian surat tanda bukti hak sertifikat bagi yang mendaftarkan tanahnya
adalah wujud konkret bahwa tanahnya telah terdaftar. 4.
Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang terdaftar, termasuk keterangan mengenai adanya
bangunan atau bagian bangunan diatasnya. 5.
Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta
beban-beban lain yang membebaninya. 6.
Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang terbatas.
7. Peta dasar adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah
untuk keperluan pembukuan tanah. 8.
Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran.
9. Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan
mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah susun oleh
orang perseorangan atau badan hukum tertentu
9
.
9
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit., hal.25
.
Universitas Sumatera Utara
b. Pendaftaran Tanah 1 Pendaftaran Tanah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961
Sebagai ketentuan pelaksana dari Pasal 19 ayat 1 UUPA, diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah.
Pendaftaran tanah tersebut tetap dalam kerangka dan prinsip-prinsip yang termuat dalam Pasal 19 UUPA.
Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang dibangun oleh Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 meliputi kadaster dan pendaftaran hak.
Pendaftaran hak-hak atas tanah dalam daftar-daftar umum harus dilakukan setelah bidang-bidang tanah yang menjadi objek hak-hak diukur dan
dipetakan. Selama bidang tanah belum diukur dan dipetakan, maka hak-hak yang bersangkutan belum dapat didaftarkan dalam daftar-daftar
umum.sehubungan dengan hal tersebut, apabila pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah yang terletak dalam wilayah Indonesia dilakukan secara
tahap demi tahap atau daerah, maka pendaftaran hak-hak dengan sendirinya hanya dapat dilakukan didaerah-daerah yang telah mendapat giliran,
sedangkan pengukuran dan pemetaan didaerah lainnya harus ditunda sampai bidang-bidang tanah dalam daerah-daerah itu mendapat giliran diukur dan
dipetakan. Penundaan pendaftaran hak-hak atas tanah disuatu daerah akan
menimbulkan kesulitan bagi pengalihan hak atas tanah didaerah itu.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat hal tersebut, UUPA telah menjadikan pendaftaran tanah sebagai syarat peralihan hak atas tanah
10
Oleh karena Peraturan Pemerintah dinilai tidak memadai lagi dalam mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dan tuntutan pembangunan, maka peraturan tersebut mengalami perlakuan penyempurnaan, dengan membuat aturan yang lebih lengkap. Untuk
itulah terbitnya revisi Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Bahkan 10
tahun setelah berlakunya Peraturan Pemerintah tentang pendaftaran tanah ini .
2 Pendaftaran Tanah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Selama lebih dari 37 tahun dalam pelaksanaan UUPA pendaftaran tanah dengan landasan kerja dan landasan hukum Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1961 hanya dapat mendaftar sebanyak 16,5 juta bidang tanah 30 dari bidang-bidang tanah yang diperkirakan sebanyak 55 juta bidang tanah,
sehingga perlu terobosan baru dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut termasuk meninjau perangkat hukumnya. Terlebih lagi akselerasi
pembangunan sangat memerlukan dukungan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan.
10
Yamin Lubis dan Rahim Lubis, Op.Cit., hal.84-85
Universitas Sumatera Utara
semakin terdengar pula banyak permasalahan mengenai tanah yang bersumber dari pendaftaran tanah
11
Tugas untuk melakukan pendaftaan tanah di seluruh Indonesian dibebankan kepada Pemerintah yang oleh Pasal 19 ayat 1 UUPA ditentukan
bertujuan tunggal yaitu untuk menjamin kepastian hukum. Menurut penjelasan dari UUPA, pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari
Pemerintah bertujuan menjamin kepastian hukum yang bersifat rechtscadaster. Rechtscadaster artinya untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya
mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya, bukan untuk kepentingan lain seperti perpajakan
.
c. Tujuan Pendaftaran Tanah
12
1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hokum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak- hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan ; .
Tujuan pokok tersebut dijabarkan lebih lanjut pada pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sebagai berikut :
“ Pendaftaran tanah bertujuan :
2. Untuk menyediakan informasi kepada hukum mengada pihak-pihak
yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
11
Ibid, hal.91.
12
Ibid, hal.167.
Universitas Sumatera Utara
hokum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar ;
3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Tujuan untuk memberikan kepastian hukum itu kepada pemegang hak atas tanah dapat diukur dari kekuatan hokum perbuatan sertifikat sebagai alat
pembuktian yang kuat, kebenaran dari data dan kesempatan penuntutan dari pihak-pihak lain yang merasa lebih berhak atas tanah tersebut.
Sebagai ilustrasi A.P. Parlindungan 1990 : 6-7 menyatakan bahwa dalam kalangan para ahli disebutkan pendaftaran tanah itu bertujuan untuk kepastian hak
seseorang, pengelakan suatu sengketa perbatasan karena ada surat ukurnya yang teliti dan cermat dan juga untuk penetapan suatu perpajakan. Namun dalam
konteks yang lebih luas lagi pendaftaran itu selain memberi informasi mengenai suatu bidang tanah, baik penggunaannya, pemanfaatannya, maupun informasi
mengenai untuk apa tanah itu sebaiknya digunakan, demikian pula informasi mengenai kemampuan apa yang terkandung di dalamnya dan demikian pula
informasi mengenai bangunan itu sendiri, harga bangunan dan tanahnya dan pajak yang ditetapkan untuk tanahbangunannya. Hal inilah yang merupakan usaha yang
lebih modern dari suatu pendaftaran tanah yang komprehensif, yang kita kenal dengan Land Information System, kadang kala juga disebut Geographic
Information System
13
13
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit., hal.36.
Universitas Sumatera Utara
c. Azas dan Ciri-Ciri Pendaftaran Tanah
Pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa:
“ Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka”. Dalam penjelasannya pasal ini diuraikan
sebagai berikut : Azas Sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentua-
ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah.
Azas Aman dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat
memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri Azas Terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihakyang memerlukan.
Azas Mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang
tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-
perubahan yang terjadi di kemudian hari. Asas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga
Universitas Sumatera Utara
data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan.
Azas Terbuka dimasudkan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data pendaftaran tanah yang benar setiap saat.
Menurut AP. Parlindungan, dengan mengacu kepada ketentuan Pasal 19 UUPA, dikenal beberapa cirri khusus pendaftaran tanah di Indonesia yang disebut
juga sebagai azas dalam pendaftaran tanah, sungguhpun sebenarnya azas tersebut hanya secara implicit tersirat dalam pasal-pasal dari Perturan Pemerintah Nomor
10 Tahun 1961. Ciri-Ciri tersebut adalah :
1. Torrens System adalah system pendaftaran tanah yang berlaku di seantero
asia dengan sistem pendaftaran yang sederhana, efisien dan murah dan selalu dapat diteliti pada akta pejabatnya siapa-siapa yang bertanda tangan
pada akta PPAT-nya dan juga pada sertifikat hak atas tanahnya, demikian juga apabila terjadi mutasi hak nama dari pemilik sebelumnya dicoret
dengan tinta halus, dan menulis pada bagian bawahnya nama pemilik yang baru disertai dengan alas haknya.
2. Asas Negatif artinya belum tentu seseorang yang tertulis namanya pada
sertifikat tanahnya adalah sebagai pemilik yang mutlak, namun di kembangkan asas negatif bertendensi positif yakni setelah lima tahun terbit
sertifikat, maka tidak dapat lagi diajukan gugatan ke pengadilan. 3.
Asas Publisitas adalah bahwa data pendaftaran tanah terbuka umum dan dapat di berikan informasi kepada pemerintah dan kepada masyarakat
Universitas Sumatera Utara
yang berkepentingan dengan menerbitkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT.
4. Asas Specialitas adalah pendaftaran tanah itu menyediakan surat ukur
yang menjelaskan letak dan luas bidang tanah tersebut dan dengan mudah ditelusuri tempatnya.
5. Rechtskadaster adalah pendaftaran tanah hanya bertujuan untuk kepastian
hokum tidak ada tujuan lain, sungguhpun kegiatan pendaftaran tanah sekarang ini juga sudah ditujukan untuk tujuan lain seperti kepentingan
penarikan pajak. 6.
Kepastian Hukum dan Pelindungan Hukum adalah pendaftaran tanah itu untuk kepastian dan perlindungan hokum bagi yang empunya.
7. Pemastian Lembaga adalah bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah itu
adalah Kantor Pertanahan yang dibantu oleh PPAT
14
d. Sistem Pendaftaran Tanah
. Pemastian lembaga dimaksudkan bahwa lembaga PPAT adalah satu-satunya pejabat yang
berwenang membuat akta peralihan, pendirian hak baru dan pengikat tanah sebagai jaminan recording of deeds of conveyance dan Badan Pertanahan
Nasional sebagai satu-satunya secara khusus yang melakukan pendaftaran tanah recording of title dan continious recording.
Beberapa ahli Agraria Indonesia menyebutkan bahwa system pendaftaran tanah yang berlaku di Negara ini menganut sistem Torrens. System ini dapat
diidentifikasi dari:
14
Yamin Lubis dan Rahim Lubis, Op.Cit., hal.394.
Universitas Sumatera Utara
1. Orang yang berhak atas tanahnya harus memohon dilakukannya pendaftaran
tanah itu agar Negara dapat memberikan bukti hak atas permohonan pendaftaran yang diajukan.
2. Dilakukan penelitian atas alas hak dan obyek bidang tanah yang diajukan
permohonan pendaftaran tanah untuk pertamakali yang bersifat sporadis. Keberadaan sistem pendaftaran tanah model Torrens ini, persis apa yang
disebutkan atas permohonan seseorang untuk memperoleh hak milik sebagaimana disebutkan dalam Pasal 22 UUPA :
1. Terjadinya hak milik menurut hak adat diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Selain menurut cara sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini Hak
Milik terjadi : a.
Penetapan Pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
b. Ketentuan Undang-undang.
Dengan kata lain setiap akan terjadinya hak milik diproses pendaftaran untuk hak miliknya harus melalui penetapan pemerintah, agar permohonan dapat
disetujui untuk dikeluarkan bukti haknya, setelah diajukan seseorang ke kantor pertanahan setempat.
Pada saat masih berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, jelas-jelas sama sekali ketentuan ini tidak dapat dibenarkan atau diakui untuk
dijadikan alas hak memperoleh hak milik atas tanah di Indonesia. Sekalipun pada akhirnya dianggap kembali diakui oleh Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 atas tanah secara fisik dikuasai secara terus menerus tanah itu selama
Universitas Sumatera Utara
20 tahun, namun tetap harus dengan mengajukan permohonan hak nya ke Kantor Pertanahan. Dua puluh tahun tersebut bukan menimbulkan hak tetapi bagi yang
meninggalkan tanah kehilangan haknya karena tanah dibiarkan rechtsverwerking
15
e. Obyek Pendaftaran Tanah
. Dengan demikian untuk memperoleh hak milik atas tanah, baik melalui
konversi pengakuan hak dan penegasan hak maupun dengan permohonan baru atas tanah Negara tetap harus melalui suatu proses untuk didaftarkan menjadi hak
milik seseorang tersebut. Inilah ketelitian yang disebutkan dalam Sistem Torrens tersebut.
Obyek pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 meliputi :
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak pakai, 2.
Tanah hak pengelolaan, 3.
Tanah wakaf, 4.
Hak milik atas satuan rumah susun, 5.
Hak tanggungan, 6.
Tanah Negara.
15
Ibid, hal.116.
Universitas Sumatera Utara
Dari ketentuan diatas ada beberapa pengertian sebagai berikut : 1.
Khusus tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah, pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukannya dalam buku tanah tidak sampai
menerbitkan sertifikat. 2.
Obyek pendaftaran tanah selain tanah Negara harus dipahamkan “akan atau telah” menjadi suatu hak, dalam pengertian harus didaftarkan untuk
mendapatkan hak dan seterusnya harus didaftar lagi jika terjadi perbuatan hukum atasnya atau hapus haknya.
3. Hak ulayat tidak tercantum sebagai obyek pendaftaran tanah sekalipun
menurut ketentuan pasal 3 UUPA hak ulayat itu eksistensinya diakui sepanjang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
4. Satuan wilayah tata usaha pendaftaran hak milik, hak guna bangunan, hak
pakai, tanah wakaf dan hak milik atas satuan rumah susun adalah desakelurahan, sementara hak pengelolaan, hak tanggungan dan tanah Negara
adalah kabupatenkota
16
.
f. Hak-Hak Atas Tanah Menurut Sistem UUPA No.5 Tahun 1960
Jenis-jenis hak atas tanah telah diatur di dalam UUPA tetapi tidak bersifat limitatif. Namun di dalamnya tidak tercantum secara eksplisit tanah hak ulayat.
Hal ini merupakan sinyal bahwa pengaturan tanah hak ulayat secara tuntas masih memerlukan waktu setelah diberlakukan UUPA tersebut
17
.
16
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit., hal.40-41.
17
Ibid, hal.13.
Universitas Sumatera Utara
2. Tinjauan Umum Tentang Badan Pertanahan Nasional a. Badan Pertanahan Nasional
Sebelum diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia No.26 Tahun 1988 tugas dibidang pertanahan berada pada Departeme Dalam Negeri
yang mana dilaksanakan oleh Direktoral Jenderal Agraria, setelah diterbitkannya Keppres 26 Tahun 1988 tersebut, maka tugas dibidang pertanahan berada pada
Badan Pertanahan Nasional. Badan Pertanahan Nasional BPN adalah lembaga departemen yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden mengganti Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri.
Dalam Pasal 2 Keppres tersebut ditegaskan bahwa Badan Pertanahan bertugas membantu Presiden dalam mengelola dan mengembangkan administrasi
pertanahan yang baik berdasarkan UUPA maupun Peraturan Perundang-undangan lainnya yang meliputi :
a. Pengaturan, penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah;
b. Pengurusan hak-hak atas tanah;
c. Pengukuran dan pendaftaran tanah;
d. Lain-lain yang berkaitan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Presiden.
Sedangkan terhadap tanah-tanah yang dikelola oleh Badan Pertanahan dapat dilihat dari :
a. Sifat dan jenis tanah, jika dilihat dari sifat dan jenis tanah maka berarti
berkaitan dengan fungsi tata guna tanah atau pengaturan pengguna tanah.
Universitas Sumatera Utara
b. Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan, jika dilihat dari status
hukum atas tanah maka berarti masuk kepada pengaturan, penguasaan dan pemilikan tanah.
c. Status hukum atas tanah, jika dilihat dari status huku atas tanah maka berarti
kita sudah berkaitan dengan fungsi Pengurusan Hak Atas Tanah. d.
Kepastian hak atas tanah , jika dilihat dari kepastian hak atas tanah maka berarti sudah berkaitan dengan fungsi pendaftaran tanah.
Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden dan dipimpin oleh
kepala sesuai dengan Perpres No.10 Tahun 2006
18
Badan Pertanahan Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang melaksanakan tugas pemerintah dibidang pertanahan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BPN memiliki 32 Kantor Wilayah dan 364 Kantor Pertanahan KabupatenKota
.
19
18
http:www.bpn.go.id
19
Peraturan Presiden No.11 Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Presiden No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.
.
b. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi mengganti Kantor Direktorat Agraria Provinsi.
Pada Pasal 2 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.1 Tahun 1989 disebutkan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
“ Kanwil BPN mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Provinsi yang bersangkutan.”
Pasal 3 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.1 Tahun 1989 : “ untuk melaksanakan tugas … Kanwil BPN mempunyai fungsi :
1. Melaksanakan penyusunan program pelaksanaan tugas dibidang
pertanahan 2.
Mengkoordinasikan pengaturan penguasaan dan pemilikan tanah, penatagunaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah serta pengukuran dan
pendaftaran tanahan. 3.
Melaksanakan bimbingan dan pengendalian serta melakukan tugas dibidang pengaturan penguasaan dan pemilikan tanah, pengurusan hak-hak
serta pengukuran dan pendaftaran tanah 4.
Melaksanakan urusan tata usaha dan perundang-undangan.
F. Metode Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa : a.
Studi Pustaka Library Research Studi ini dilakukan dengan mempelajari, mengumpulkan danatau
mengutip bahan-bahan bacaan yang bersifat teoritis ilmiah dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendaftaran tanah.
Dalam penelitian dibedakan antara data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari
Kantor Pertanahan. Sedangkan data sekunder adalah data yang mencakup
Universitas Sumatera Utara
dokumen-dokumen resmi, buku, karya ilmiah dan hasil penelitian, dan juga berbagai artikel serta data yang terdapat di internet.
b. Wawancara dan Observasi Field Research
Dilakukan dengan cara wawancara langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan program pendaftaran tanah serta segala hal yang
berkaitan dengan pendaftaran tanah kepada pejabat dari instansi yang berwenang.
c. Quisioner
Cara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat yang dikemas dalam bentuk pertanyaan yang telah dipersiapkan sebanyak 50
bagian untuk 50 orang.
G. Sistematika Penulisan