d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut Penjabaran pasal tersebut di atas, dimaksudkan agar konsumen sendiri
dapat memperoleh hasil yang optimal atas perlindungan danatau jasa kepastian hukum bagi dirinya.
23
C. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia
Sejarah perkembangan perlindungan konsumen sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia. Perkembangan perekonomian yang pesat
telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang danatau jasa yang dapat dikonsumsi. Barang danatau jasa tersebut umumnya
merupakan barang danatau jasa yang sejenis maupun yang bersifat komplementer satu terhadap yang lainnya. Dengan diversifikasi produk yang sedemikian luasnya
dan dengan dukungan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika, di mana terjadi perluasan ruang gerak arus transaksi barang danatau jasa melintasi
batas-batas wilayah suatu negara, konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai jenis barang danatau jasa yang ditawarkan secara variatif, baik yang
berasal dari produksi domestik di mana konsumen berkediaman maupun yang berasal dari luar negeri.
Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas, dengan strata yang sangat bervariasi menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan
distribusi produk barang atau jasa dengan cara-cara yang sefektif mungkin agar
23
Ibid, Hal. 184
Universitas Sumatera Utara
dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut. Pada situasi ekonomi global dan menuju era perdagangan bebas, upaya untuk mempertahankan pasar
atau memperoleh kawasan pasar baru yang lebih luas merupakan dambaan setiap produsen, mengingat makin ketatnya persaingan untuk berusaha. Persaingan yang
makin ketat ini juga dapat memberikan dampak negatif terhadap konsumen pada umumnya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan
konsumen menjadi tidak seimbang, dimana konsumen berada dalam posisi yang lemah. Konsumen menjadi obyek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang
sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.
Masalah perlindungan konsumen di Indonesia baru dimulai pada tahun 1970, hal ini ditandai dengan lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen YLK pada
bulan Mei 1973. Pendirian yayasan ini dikarenakan adanya rasa mawas diri dari masyarakat sebagai konsumen terhadap promosi untuk memperlancar barang-
barang dalam negeri. Atas desakan dari masyarakat, maka kegiatan promosi ini harus diimbangi dengan langkah-langkah pengawasan agar masyarakat tidak
dirugikan serta kualitas terjamin.
24
Adanya keinginan dan desakan dari masyarakat untuk melindungi dari barang yang rendah kualitasnya telah memacu pihak pemerintah untuk
memikirkan secara sungguh-sungguh usaha dalam memberikan perlindungan kepada konsumen, maka dimulailah suatu usaha untuk merealisasikannya. Puncak
dari perealisasian usaha ini adalah lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen, dengan
24
Mohammad Siddik, 2001, Filsafat Ilmu Dikaitkan dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen, Majalah Citra Justitia Fakultas Hukum Universitas Asahan Kisaran, Hal.
20
Universitas Sumatera Utara
motto melindungi konsumen, menjaga martabat konsumen dan membantu pemerintah. Motto ini telah menjadi landasan dan arah perjuangan bagi Yayasan
Lembaga Konsumen. Yayasan Lembaga Konsumen secara konsisten telah memberdayakan
konsumen melalui ceramah-ceramah, seminar ataupun tulisan-tulisan di media massa. Usaha Yayasan Lembaga Konsumen ini telah mendorong pemerintah
untuk mengeluarkan UUPK yang diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pelaku usaha dan konsumen serta dapat bermanfaat bagi kedua belah
pihak tersebut. Dalam pengaturan UUPK telah melibatkan empat pihak, yaitu konsumen
yang baik, pelaku usaha yang baik, konsumen yang nakal dan pelaku usaha yang nakal. Hal tersebut dapat dipahami, karena konsumen dan pelaku usaha bukanlah
lawan melainkan pasangan yang saling membutuhkan. Masa depan dari pelaku usaha sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi dari konsumennya, jika
konsumen dan perekonomian dalam kondisi yang baik maka pelaku usaha juga memiliki masa depan yang baik begitu pula sebaliknya. Apabila pelaku usaha
berbuat curang maka yang dirugikan tidak hanya pihak konsumen saja tetapi juga pelaku usaha yang baik. Demikian juga jika ada konsumen yang nakal, hal itu
tidak hanya akan merugikan pelaku usaha saja tetapi juga merugikan konsumen yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum diundangkannya UUPK di Indonesia, ada beberapa peraturan yang dapat dijadikan dasar bagi penegakan hukum perlindungan konsumen.
Peraturan-peraturan tersebut adalah:
25
a. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Barang menjadi Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah
Daerah c.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal d.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan e.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian f.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan g.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri h.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan i.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Agreement Establishing the World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia j.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang sekarang telah diganti dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas k.
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang sekarang telah diganti dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
25
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Hukum tentang Perlindungan Konsumen,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.20-21
Universitas Sumatera Utara
l. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
m. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta n.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1967 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Hak Paten dan telah direvisi menjadi
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 o.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang - undang Nomor 19 Tahun 1989 tentang Hak Merek dan telah direvisi
menjadi Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 p.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
q. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran
r. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan yang
telah direvisi menjadi Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997.
s. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dengan diundangkannya UUPK, maka peraturan-peraturan mengenai
perlindungan konsumen yang lainnya telah diunifikasi.
26
26
Endang Sri Wahyuni, 2001, Hukum Perlindungan Konsumen, Citra Aditya Bakti,
Bandung, Hal. 89
Universitas Sumatera Utara
D. Asas, Tujuan dan Manfaat Perlindungan Konsumen