Stoppages Losses yang merupakan faktor yang dominan yang mengakibatkan rendahnya efektivitas mesin yang digunakan sehingga merupakan prioritas
perusahaan untuk dilakukan perbaikan sebagai langakah awal dalam usaha perningkatan produktivitas dan efisiensi mesin Sheeter. Adapun usulan
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan antara lain: -
Untuk Breakdown Loss dapat dilihat pada tabel 6.2. -
Untuk IdlingMinor Stoppages Losses dapat dilihat pada tabel 6.3.
6.5.2. Usulan Penyelesaian MasalahPerbaikan OEE Overall Equipment Effectiveness Rendah
Overall Equipment Effectiveness OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat produktivitas mesinperalatan dan kinerja secara
teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitasnya ataupun efisiensi mesinperalatan.
TPM mereduksi rugi-rugi mesinperalatan equipment dengan cara meningkatkan availability, performance, efficiency, dan Rate of quality product.
Sejalan dengan meningkatnya ketiga faktor yang terdapat dalam OEE maka efektivitas mesin Sheeter meningkat. Dengan meningkatnya efektivitas mesin
Sheeter maka efisiensi produksi perusahaan juga meningkat. Untuk dapat menerapkan TPM dalam usaha meningkatkan efektivitas mesin Sheeter dan
mencapai efisiensi produksi yang optimal, dibutuhkan usaha untuk yaitu 1.
Meminimalkan waktu kerusakan mesin Breakdown mesin Sheeter sehingga nilai Availability mesin Sheeter meningkat maka nilai OEE mesin Sheeter yang
ideal yang diharapkan sebesar ≥ 85 akan tercapai. Untuk meminimalkan
Universitas Sumatera Utara
waktu kerusakan mesin Sheeter perlu dilakukan pemeliharaan mesin yaitu autonomous maintenance Pemeliharaan Mandiri.
2. Meningkatkan jumlah produksi sehingga akan meningkatkan performance
Efficiency mesin Sheeter maka nilai OEE mesin Sheeter yang ideal yang diharapkan sebesar
≥ 85 akan tercapai juga. 3.
Meminimalkan jumlah produk reject sehingga akan meningkatkan nilai Rate of Quality Product maka nilai OEE mesin Sheeter yang ideal yang diharapkan
sebesar ≥ 85 akan tercapai juga.
6.5.3. Penerapan Total Productive Maintenance TPM
Perbedaan Total Productive Maintenance TPM dengan Planned Maintenance PM yang utama adalah kegiatan pemeliharaan mandiri
autonomous maintenance dan kunci kesuksesan TPM juga tergantung pada kesuksesan program autonomous maintenance. Kegiatan autonomous
maintenance ini melibatkan seluruh karyawan mulai dari pimpinan sampai dengan operator.
Dengan adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka setiap operator akan terlibat dalam perawatan dan penanganan setiap masalah yang
terjadi pada mesinperalatan mereka sendiri di bagian produksi. Sistem pelaksanaan kegiatan maintenance yang diterapkan oleh Pabrik
RSS PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Batang serangan merupakan sistem pemeliharaan terencana Planned Maintenance, mulai
perencanaan sampai dengan penggantian. Penanganan kerusakan mesin yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi pada mesin Sheeter merupakan tanggung jawab pada bagian departemen teknik. Rendahnya efisiensi mesin juga dipengaruhi oleh karena keahlian dari
operator yang rendah sehingga tidak cepat tanggap terhadap masalah yang timbul pada mesin yang dioperasikan yang dapat dilihat pada analisa diagram sebab
akibat terhadap faktor six big losses yang dominan. Penerapan pemeliharaan mandiri dilakukan dengan tujuan agar pola pikir
operator yang berpikir bahwa operator menggunakan mesinperalatan dan orang lain yang akan memperbaikinya dapat diubah sehingga perawatan mesin
diperusahan ini dapat berjalan dengan baik dan kerusakan dapat dicegah. Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk melatih operator
agar kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan autonomous maintenance dapat ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan pemeliharaan mandiri yang
dapat dilakukan oleh operator sebagai usaha peningkatan efektivitas dan efisiensi mesin produksi sesuai dengan prinsip TPM adalah :
1. Membersihkan dan memeriksa pada mesin Sheeter untuk membersihkan debu
dan kotoran pada mesin dan melakukan pelumasan dan pengencangan mur yang longgar.
2. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau dengan
menemukan cara yang tepat untuk membersihkan pada bagian-bagian yang sukar dijangkau.
3. Membuat standar pembersihan dan pelumasan yang tepat sehingga dapat
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan memeriksa dengan tahapan yang teratur.
Universitas Sumatera Utara
4. Pemeliharaan mandiri dengan menggunakan check sheet pemeriksaan yang
dikeluarkan oleh bagian teknik dan tetap memperbaiki dan mengembangkan kegiatan yang dilakukan.
5. Melaksanakan pemeriksaan menyeluruh sesuai dengan instruksi yang terdapat
pada petunjuk pemeriksaan pada mesin Sheeter yang diperoleh pada bagian teknik.
6. Pemeliharaan mandiri secara penuh fully autonomous maintenance yaitu
pengembangan kebijakan dan tujuan perusahaan untuk tahap lebih lanjut secara teratur.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.2. Usulan Perbaikan Masalah untuk Faktor Breakdown Loss
Faktor Penyelesaian Masalah
1. ManusiaOperator
- Kurang inspeksi
- Kurang pahamnya
- Kurang pengetahuan
- Pemahaman dan pengawasan terhadap bagian
teknikbengkel pada setiap dilakukannya perbaikan kerusakan mesin Sheeter.
- Pelatihan terhadap bagian teknikbengkel
dilakukan secara berkala 2 dua kali dalam setahun untuk merawat mesin.
- Pelatihan bagian teknikbengkel 2 dua kali
dalam setahun untuk memperbaiki kerusakan mesin.
2. Mesinperalatan
- Mesin susah diperbaiki
- Mesin sudah tua
- Tingkat kerusakan
mesin yang sulit -
Jenis kerusakan mesin yang bervariasi
- Penyediaan suku cadang mesin harus tetap ada
tersedia di bengkel bagian teknik seperti per block stelan, pinion gear, dll.
- Penggantian mesin maksimal dilakukan 10
tahun sekali. -
Penggantian mesin maksimal dilakukan 10 tahun sekali.
- Penggantian mesin maksimal dilakukan 10
tahun sekali 3.
Metode -
Perbaikan tidak standar -
Melakukan perbaikan mesin Sheeter berdasarkan standar yang ada pada katalog
mesin Sheeter yang sudah ada.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.3. Usulan Perbaikan Masalah untuk Faktor IdlingMinor Stoppages Losses
Faktor Penyelesaian Masalah
1. ManusiaOperator
- Kurang inspeksi
- Kurang
pengetahuan -
Pengawasan terhadap operator dilakukan pada setiap mesin beroperasi.
- Pelatihan operator dilakukan secara berkala 2
dua kali dalam setahun untuk merawat mesin. 2.
Mesinperalatan -
Mesin berhenti secara berulang-
ulang -
Penggantian spare part mesin yang mengalami kehausan secepatnya dilakukan sebelum
kerusakan spare part mesin Sheeter tersebut benar-benar rusak.
- Penggantian mesin maksimal dilakukan 10 tahun
sekali.
3. Metode
- Pemeliharaan tidak
standar -
Melakukan standar pelaksanaan pemeliharaan mesin dilakukan secara berkala dengan
melakukan perawatanpemeliharaan mesin 1 satu kali dalam sehari.
4. Bahan
- Koagulum lengket
dan menggumpal pada poros mesin
Sheeter -
Membersihkan koagulum yang lengket dan yang menggumpal pada poros mesin Sheeter dan operator
harus secara terus-menerus mengontrol koagulum yang masuk ke mesin Sheeter untuk menghindari
sering terjadinya gangguan tiba-tiba.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN