Gambaran Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kematian Janin Dalam Kandungan Di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN
DI RSU dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
NORA NABABAN
NIM : 075102056
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2 0 0 8
(2)
Judul : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN DI RSU dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007.
Nama : NORA NABABAN
NIM : 075102056
Program Studi : D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU
Pembimbing,
(dr. MURNIATI MANIK, MSc, SpKK) NIP. 130 810 201
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN DI RSU dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2007
Karya Tulis Ilmiah
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya
orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain
atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis
Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2008 Yang Menyatakan,
(4)
Program Studi : D-IV Kebidanan Tahun Akademik : 2007 / 2008
ABSTRAK
Angka kematian perinatal merupakan salah satu tolak ukur yang paling peka untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor kelainan tali pusat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian janin dalam kandungan di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kasus kematian janin dalam kandungan Tahun 2007 sebanyak 69 kasus, dan seluruhnya dijadikan sampel.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu dengan kasus kematian janin dalam kandungan berumur 20-35 tahun (46,8%). Paritas / jumlah anak ibu paling banyak yaitu paritas 2-5 orang (75,4%). Frekuensi Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) ibu hanya melakukan kunjungan < 4 kali (91,3%). Dari 69 kasus kematian janin dalam kandungan, paling banyak disebabkan karena faktor janin (kelainan kongenital dan infeksi intranatal) sebanyak 33 kasus (47,82%).
Kepada RSU Dr. Pirngadi Medan diharapkan memberikan akses yang lebih luas kepada mahasiswa yang ingin mengumpulkan data dari data rekam medik. Kepada bidan diharapkan untuk
Kata kunci: Kematian janin dalam kandungan, faktor ibu, faktor janin, faktor kelainan tali pusat.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat KasihNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul : “Gambaran Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kematian Janin Dalam Kandungan Di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2007”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah, terutama kepada yang terhormat :
1. Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sekaligus
sebagai dosen pembimbing pengganti yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dewi Elizadiani Suza, SKp, MNS, selaku Pembimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh staf pengajar pada Program Studi D-IV Bidan Pendidik yang telah
(6)
6. Teman-teman satu angkatan yang telah banyak membantu penulis, dan selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua dan segala budi
baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha
Esa. Amin Ya Robbal Alamin.
Medan, Juni 2008
Penulis
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Definisi Kematian Janin Dalam Kandungan ... 5
2.2. Etiologi ... 6
2.3. Diagnosis ... 6
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Kandungan ... 7
2.4.1. Faktor Ibu ... 7
2.4.2. Faktor Janin ... 14
2.4.3. Kelainan Tali Pusat ... 15
2.5. Pemeriksaan Penunjang ... 17
2.6. Penanganan Kematian Janin Dalam Kandungan ... 17
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 19
3.1. Kerangka Konseptual ... 19
3.2. Definisi Operasional ... 19
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 22
4.1. Desain Penelitian ... 22
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22
4.2.1. Populasi ... 22
(8)
4.6. Pengumpulan Data ... 24
4.7. Pengolahan Data ... 24
4.8. Analisis Data ... 25
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
5.1. Hasil Penelitian ... 26
5.1.1. Umur Ibu ... 26
5.1.2. Paritas / Jumlah Anak ... 27
5.1.3. Frekuensi ANC ... 27
5.1.4. Penyakit / Penyulit Ibu ... 28
5.1.5. Faktor Janin ... 29
5.1.6. Faktor Kelainan Tali Pusat ... 30
5.2. Pembahasan ... 30
5.2.1. Faktor ibu ... 30
5.2.2. Faktor Janin ... 34
5.2.3. Faktor Kelainan Tali Pusat ... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
6.1. Kesimpulan ... 41
6.2. Saran-Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1. Distribusi Umur Ibu Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2007 ... 26
Tabel 5.2. Distribusi Paritas / Jumlah Anak Ibu Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 27
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi ANC Ibu Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 28
Tabel 5.4. Distribusi Penyakit / Penyulit Ibu Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007 ... 28
Tabel 5.5. Distribusi Faktor Janin Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2007 ... 29
Tabel 5.6. Distribusi Kelainan Tali Pusat Pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr.
(10)
1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
2. Data Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di RSU Dr. Pirngadi
Tahun 2007
3. Output SPSS
4. Jadwal Kegiatan (Time Table)
5. Rencana Biaya Penelitian
6. Surat Izin Penelitian dari D-IV Bidan Pendidik
7. Surat Balasan Penelitian dari RSU Dr. Pirngadi Medan
8. Lembar Konsul
(11)
CURRICULUM VITAE
I. Data Pribadi
Nama : HAMIDAH PURBA
Tempat/Tanggal Lahir : Meriah Padang, 1 Januari 1970 Jenis Kelamin : Perempuan
Anak : Ke 1 dari 3 bersaudara Agama : Islam
Pekerjaan : Staff Akbid Pemko Tebing Tinggi Alamat : Jl. Bawang Putih I-A Tebing Tinggi
II. Data Orang tua
Nama Ayah : N. PURBA Pekerjaan : Wiraswasta Nama Ibu : S. Saragih
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. K.F. Tendean No. 105 Tebing Tinggi
III. Data Keluarga
Nama Suami : Adicawarman, BSc
Tempat / Tanggal Lahir : Tebing Tinggi / 21 April 1964 Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Rumah Sakit Sri Pamela T. Tinggi Jumlah anak : 3 (tiga) orang (2 putra, 1 putri)
IV. Data Pendidikan
1. Tahun 1977 – 1983 : SD Negeri Tebing Tinggi 2. Tahun 1983 – 1986 : SMP Negeri 5 Rambutan 3. Tahun 1986 – 1989 : SPK Pemko Tebing Tinggi 4. Tahun 1990 – 1991 : Program Pendidikan Bidan
Pemko Tebing Tinggi
5. Tahun 2003 – 2005 : Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi 6. Tahun 2007 – 2008 : Program D-IV Bidan Pendidik
Propinsi Sumatera Utara
V. Data Pekerjaan
1. Tahun 1992 – 1993 : Bidan Desa di Sei Siur Pangkalan Susu (Langkat)
2. Tahun 1993 – 2000 : Bidan Desa Meriah Padang Kecamatan Tebing Tinggi (Serdang Bedagai)
3. Tahun 2000 – 2007 : Staf Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebing Tinggi (Serdang Bedagai)
(12)
Program Studi : D-IV Kebidanan Tahun Akademik : 2007 / 2008
ABSTRAK
Angka kematian perinatal merupakan salah satu tolak ukur yang paling peka untuk menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor kelainan tali pusat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian janin dalam kandungan di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kasus kematian janin dalam kandungan Tahun 2007 sebanyak 69 kasus, dan seluruhnya dijadikan sampel.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu dengan kasus kematian janin dalam kandungan berumur 20-35 tahun (46,8%). Paritas / jumlah anak ibu paling banyak yaitu paritas 2-5 orang (75,4%). Frekuensi Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) ibu hanya melakukan kunjungan < 4 kali (91,3%). Dari 69 kasus kematian janin dalam kandungan, paling banyak disebabkan karena faktor janin (kelainan kongenital dan infeksi intranatal) sebanyak 33 kasus (47,82%).
Kepada RSU Dr. Pirngadi Medan diharapkan memberikan akses yang lebih luas kepada mahasiswa yang ingin mengumpulkan data dari data rekam medik. Kepada bidan diharapkan untuk
Kata kunci: Kematian janin dalam kandungan, faktor ibu, faktor janin, faktor kelainan tali pusat.
(13)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat. Dalam hal ini terdapat beberapa indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, khususnya indikator kesehatan ibu dan anak, yaitu angka kematian ibu dan anak, usia harapan hidup, jumlah cakupan pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Salah satu tolak ukur yang paling peka untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian perinatal (Manuaba, 2003).
Kematian perinatal yaitu kematian janin setelah 20 minggu kehamilan, tetapi sebelum permulaan persalinan (Hacker, 2004). Di Amerika Serikat, angka kematian perinatal tercatat 3-8 per 1000.
Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survey yang menyeluruh. Angka yang ada adalah angka kematian perinatal di rumah sakit besar sehingga tidak memberikan gambaran yang mendekati angka kematian perinatal secara keseluruhan. Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan menyolok, tapi angka kematian perinatal dalam sepuluh tahun terakhir kurang lebih menetap. Angka kematian perinatal di rumah sakit pada umumnya berkisar antara 77 sampai 137 per 1000 (Monintja, 2006).
(14)
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan periode Januari – Desember 2006 menunjukkan bahwa jumlah kasus kematian janin dalam kandungan sebanyak 30 kasus dari 992 persalinan atau terjadi sebesar 0,45% setiap bulan, sedangkan untuk periode 01 Januari 2007 – 31 Desember 2007 sebanyak 69 kasus dari 1.395 persalinan atau terjadi sebesar 1,12% setiap bulan.
Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor kelainan tali pusat. Faktor ibu meliputi umur, paritas, pemeriksaan antenatal, dan penyakit yang diderita oleh ibu (anemia, pre-eklampsi dan eklampsia, solusio plasenta, diabetes melitus, rhesus iso-imunisasi, infeksi dalam kehamilan, ketuban pecah dini, dan letak lintang). Faktor janin yaitu kelainan kongenital, dan infeksi intranatal). Faktor kelainan tali pusat yaitu kelainan insersi tali pusat, simpul tali pusat, dan lilitan tali pusat (Manuaba, 2003; Wiknjosastro, 2005)
Angka kematian janin dalam kandungan dapat diturunkan melalui pengawasan antenatal pada semua ibu hamil dengan menemukan dan mendeteksi dini faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus. Selain melakukan pengawasan pada ibu hamil, untuk menurunkan angka kematian perinatal dapat dilakukan dengan memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi, perbaikan kesehatan ibu, memperbaiki teknik diagnosis gawat janin, memperbaiki sarana pelayanan kesehatan, dan pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh (Wiknjosastro, 2005).
(15)
3
Berdasarkan uraian dan data-data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan di RSU Dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya Gambaran faktor yang menyebabkan terjadinya kematian janin dalam kandungan di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor yang menyebabkan terjadinya kematian janin dalam kandungan di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor dari ibu yang menyebabkan terjadinya kematian dalam janin di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007.
b. Untuk mengetahui faktor dari janin yang menyebabkan terjadinya kematian dalam janin di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007.
(16)
c. Untuk mengetahui faktor kelainan tali pusat yang menyebabkan terjadinya kematian dalam janin di RSU dr. Pirngadi Medan periode Januari 2007-Desember 2007
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Institusi RSU dr. Pirngadi Medan
Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan, khususnya deteksi dini dengan penanganan kasus kematian janin dalam kandungan dan juga dapat menjadi informasi dan masukan untuk membuat rancangan program pelayanan kesehatan.
1.4.2. Bagi Profesi Kebidanan
Sebagai salah satu pedoman dalam upaya pencegahan terjadinya kematian janin dalam kandungan melalui informasi dan edukasi yang tepat.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Sebagai salah satu sumber informasi agar masyarakat dapat mengetahui faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan kejadian kematian janin dalam kandungan.
1.4.4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang sama.
(17)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kematian Janin Dalam Kandungan
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Achadiat, 2004).
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2005)
Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin pada waktu lahir dengan berat badan <1000 gram.
Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu :
1. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.
2. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu. 3. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu
(late foetal death)
4. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas.
(18)
2.2. Etiologi
Menurut Mochtar (2004), lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin dalam kandungan tidak ditemukan atau belum diketahui penyebabnya dengan pasti. Beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, antara lain.
a. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta. b. Preeklampsi dan eklampsia
c. Penyakit-penyakit kelainan darah. d. Penyakit infeksi dan penyakit menular e. Penyakit saluran kencing
f. Penyakit endokrin: diabetes melitus g. Malnutrisi
2.3. Diagnosis 2.3.1. Anamnesis
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang.
b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasa.
c. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa sakit-sakit seperti mau melahirkan.
2.3.2. Inspeksi
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
(19)
7
2.3.3. Palpasi
a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin.
b. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
2.3.4. Auskultasi
Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar denyut jantung janin (DJJ)
2.3.5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Kandungan
2.4.1. Faktor Ibu 1. Umur
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang baik untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun (Wiknjosastro, 2005).
(20)
Pada umur ibu yang masih muda organ-organ reproduksi dan emosi belum cukup matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ reproduksi secara umum (Wiknjosastro, 2005).
2. Paritas
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa, dan lain-lain yang akan dapat mengakibatkan kematian janin (Saifuddin, 2002).
3. Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa, oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal.
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan 1-3 bulan)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin pada seorang wanita hamil penting sekali sehingga kelainan-kelainan
(21)
9
yang mungkin terdapat pada ibu hamil dapat diobati dan ditangani dengan segera.
Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi fungus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut jantung janin (Saifuddin, 2002).
4. Penyulit / Penyakit a. Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan kelima sampai bulan keenam kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan (Mochtar, 2004).
Menurut Manuaba (2003), pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai berikut :
(22)
- Normal : 11 gr% - Anemia ringan : 9-10 gr% - Anemia sedang : 7-8 gr% - Anemia berat : <7 gr%.
b. Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin (Mochtar, 2004).
c. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio plasenta dapat terjadi akibat turunnya darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini terjadi nekrotis, spasme hilang darah kembali mengalir ke dalam intervilli, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuh, mudah pecah terjadinya hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim.
(23)
11
Sehingga aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian janin (Wiknjosastro, 2005).
d. Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri kekurangan atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah yang tinggi dan mempengaruhi metabolisme tubuh secara menyeluruh dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Umumnya wanita penderita diabetes melarikan bayi yang besar (makrosomia). Makrosomia dapat terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pancreas yang menghasilkan lebih banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang tinggi. Glukosa berubah menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi besar atau makrosomia menimbulkan masalah sewaktu melahirkan dan kadang-kadang mati sebelum lahir (Stridje, 2000).
e. Rhesus Iso-Imunisasi
Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus positif, maka antigen rhesus akan membuat penerima darah membentuk antibodi antirhesus. Jika transfusi darah rhesus positif yang kedua diberikan, maka antibodi mencari dan menempel pada sel darah rhesus negatif dan memecahnya sehingga terjadi anemia ini disebut rhesus iso-imunisasi. Hal
(24)
lahan sesuai perkembangan kehamilan. Dalam aliran darah, antibodi antihresus bertemu dengan sel darah merah rhesus positif normal dan menyelimuti sehingga pecah melepaskan zat bernama bilirubin, yang menumpuk dalam darah, dan sebagian dieklaurkan ke kantong ketuban bersama urine bayi. Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi anemia sampai akhirnya mati (Llewelyn, 2005).
f. Infeksi dalam kehamilan
Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap infeksi, namun keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya terhadap janin. Infeksi mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada janin. Efek tidak langsung timbul karena mengurangi oksigen darah ke plasenta. Efek langsung tergantung pada kemampuan organisme penyebab menembus plasenta dan menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian janin in utero (Llewellyn, 2001).
g. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dan kematian janin dalam kandungan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% semua
(25)
13
persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 mninggu, kejadiannya sekitar 4%.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2003).
h. Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin. Bahu masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian ini makin lama
(26)
makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik sehingga dapat mengakibatkan kematian janin (Wiknjosastro, 2005).
2.4.2. Faktor Janin
1. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya kematian janin dalam kandungan, atau lahir mati. Bayi dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.
Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat berbentuk suatu deformitas atau bentuk malformitas. Suatu kelainan kongenital yang berbentuk deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion. Sedangkan bentuk kelainan kongenital malformitas, susunan anatomik maupun bentuknya akan berubah.
Kelainan kongenital dapat dikenali melalui pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan darah janin (Kadri, 2005).
(27)
15
2. Infeksi intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah dini mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman yang memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan oral thrush (Monintja, 2006).
2.4.3. Kelainan Tali Pusat
Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan.
1. Kelainan insersi tali pusat
Insersi tali pusat pada umumnya parasentral atau sentral. Dalam keadaan tertentu terjadi insersi tali pusat plasenta battledore dan
(28)
insersi velamentosa. Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vase previa mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan waktu (Wiknjosastro, 2005).
2. Simpul tali pusat
Pernah ditemui kasus kematian janin dalam rahim akibat terjadi peluntiran pembuluh darah umblikalis, karena selei Whartonnya sangat tipis. Peluntiran pembuluh darah tersebut menghentikan aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin dalam rahim. Gerakan janin yang begitu aktif dapat menimbulkan simpul sejati sering juga dijumpai (Manuaba, 2002).
3. Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat pada leher sangat berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. Tali pusat yang panjang berbahaya karena dapat menyebabkan tali pusat menumbung, atau tali pusat terkemuka. Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju dan dari janin sehingga dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan (Wiknjosastro, 2005).
(29)
17
2.5. Pemeriksaan Penunjang 2.5.1. Ultrasonografi
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, seringkali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang. 2.5.2. Rontgen foto abdomen
1. Tanda Spalding
Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.
2. Tanda Nojosk
Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting (hiperpleksi).
3. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. 4. Tampak udema di sekitar tulang kepala
2.5.3. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen (Achadiat 2004).
2.6. Penanganan Kematian Janin Dalam Kandungan 2.6.1. Penanganan Pasif
1. Menunggu persalinan spontan dalam waktu 2-4 minggu 2. Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap minggu
(30)
2.6.2. Penanganan Aktif
1. Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi atau kuretase.
2. Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Untuk oksitosin diperlukan pembukaan serviks dengan pemasangan kateter foley intra uterus selama 24 jam (Achdiat, 2004)
(31)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
3.2. Defenisi Operasional
1. Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin yang terjadi sebelum kelahiran, sesuai dengan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007.
2. Faktor ibu adalah sebab-sebab terjadinya kematian janin dalam Kematian Janin Dalam Kandungan Faktor Ibu
- Umur - Paritas
- Pemeriksaan Antenatal - Penyakit / Penyulit
Faktor Janin
- Kelainan Kongenital - Infeksi Intranatal
Faktor kelainan Tali Pusat
- Kelainan Insersi Tali pusat
- Simpul tali pusat - Lilitan tali pusat
(32)
a. Umur adalah umur ketika ibu mengalami kematian janin dalam kandungan, sesuai dengan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007.
Alat ukur : Lembar checklist
b. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik yang hidup maupun yang mati sampai dengan kematian janin dalam kandungan, sesuai dengan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007.
Alat ukur : Lembar checklist
c. Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan selama masa kehamilan terakhir, berdasarkan catatan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2007.
Alat ukur : Lembar checklist
d. Penyakit / penyulit adalah penyakit yang dialami oleh ibu atau adanya penyulit dalam kehamilan hingga terjadinya kematian janin dalam kandungan.
Alat ukur : Lembar checklist
3. Faktor janin adalah penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan oleh keadaan janin, yaitu :
a. Kelainan Kongenital yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan kelainan kongenital janin.
(33)
21
b. Infeksi intranatal yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan infeksi dalam kehamilan.
Alat ukur : Lembar checklist
4. Faktor kelainan tali pusat yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan oleh kelainan tali pusat, dengan kategori :
a. Kelainan insersi tali pusat yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan kelainan insersi tali pusat. Alat ukur : Lembar checklist
b. Simpul tali pusat yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan simpul tali pusat.
Alat ukur : Lembar checklist
c. Lilitan tali pusat yaitu terjadinya kematian janin dalam kandungan yang disebabkan janin terlilit tali pusat.
(34)
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin dalam kandungan berdasarkan catatan rekam medik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan periode Januari – Desember 2007.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kasus pasien ibu bersalin yang mengalami kematian janin dalam kandungan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan periode Januari – Desember 2007 yaitu sebanyak 69 kasus dari 1.395 persalinan.
4.2.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari total populasi yaitu sebanyak 69 kasus.
4.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dengan alasan :
(35)
23
1. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Pendidikan.
2. Lokasi Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan yang strategis berada di tengah-tengah kota sehingga mudah untuk mengakses fasilitas kesehatan tersebut.
3. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit tipe A. 4. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit rujukan
dari rumah sakit-rumah sakit daerah.
4.4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian ini, penulis meminta izin dari Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan mengajukan izin kepada Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian. Peneliti juga menjaga kerahasiaan data-data yang diperoleh dengan membuat surat pernyataan penelitian (informed consent) yang ditujukan kepada Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa lembar checklist yang diperoleh dari status rekam medik ibu yang melahirkan dengan kasus kematian janin dalam kandungan untuk periode satu tahun yaitu Januari – Desember 2007.
(36)
4.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Peneliti mengajukan surat persetujuan (informed consent) kepada Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dan Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan untuk pengambilan data sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Peneliti mencari data dari rekam medik, dengan dibantu oleh 2 orang staf Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.
3. Mengisi lembar checklist yang telah disediakan sesuai dengan data yang ada pada rekam medik Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
4.7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, dan tabulating.
a. Editing, dilakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila
terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data, diperiksa, diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang.
b. Coding data dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap
kategori yang telah ada.
c. Tabulating dilakukan dengan menyusun dan menghitung hasil data serta
(37)
25
4.8. Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif, dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan melihat persentase data yang terkumpul lalu membahas hasil penelitian dengan menggunakan serta membandingkan dengan teori dan kepustakaan yang ada.
(38)
5.1. Hasil Penelitian
Kasus kematian janin dalam kandungan yang diteliti dalam penelitian
ini meliputi faktor ibu (umur ibu, paritas/jumlah anak, pemeriksaan
antenatal, penyakit/ penyulit), faktor janin (kelainan kongenital, infeksi
intranatal), faktor kelainan tali pusat (kelainan insersi tali pusat, simpul tali
pusat, lilitan tali pusat).
5.1.1. Umur Ibu
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
berdasarkan umur ibu, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1.
Distribusi Umur Ibu pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
No Umur Ibu Jumlah Persentase
1 2 3
<20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun
2 53 14
2,9 46,8 20,3
Jumlah 69 100,0
Dari hasil penelitian, umur ibu dengan kejadian kematian janin dalam
kandungan pada rentang umur 17 tahun – 46 tahun yang dikelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu umur <20 tahun, 20-35 tahun, dan >35 tahun.
Sebagian besar ibu berumur 20-35 tahun sebanyak 53 orang (46,8%), dan
(39)
27
5.1.2. Paritas / Jumlah Anak
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
berdasarkan paritas / jumlah anak, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.2.
Distribusi Paritas / Jumlah Anak Ibu pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007
No Jumlah Anak / Paritas Jumlah Persentase
1 2 3
Primipara (1 orang) multipara (2 -5 orang) grandemultipara (>5 orang)
4 52 13
5,8 75,4 18,8
Jumlah 69 100,0
Paritas atau jumlah anak ibu dengan kejadian kematian janin dalam
kandungan yaitu antara 1 – 6 orang, yang dikelompokkan dengan 1 orang
(primipara), 2-5 orang (multipara), >5 orang (grandemultipara). Sebagian
besar ibu dengan paritas multipara (jumlah anak 2-5 orang) sebanyak 52
orang (75,4%), dan paling sedikit primipara (jumlah anak 1 orang) sebanyak
4 orang (5,8%).
5.1.3. Frekuensi ANC
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
(40)
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi ANC Ibu pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007
No Frekuensi ANC Jumlah Persentase
1 2
< 4 kali ≥ 4 kali
63 6
91,3 8,7
Jumlah 69 100,0
Frekuensi ANC (jumlah kunjungan) ibu ke fasilitas kesehatan dengan
kategori < 4 kali dan ≥ 4 kali. Sebagian besar ibu dengan kejadian kematian janin dalam kandungan melakukan kunjungan ANC <4 kali sebanyak 63
orang (91,3%), dan paling sedikit ibu melakukan kunjungan 4 kali sebanyak
6 orang (8,7%).
5.1.4. Penyakit / Penyulit Ibu
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
berdasarkan penyakit / penyulit ibu, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.4.
Distribusi Penyakit / Penyulit Ibu pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007
No Penyakit / Penyulit Jumlah Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8
Preeklampsia dan eklampsia Anemia
Letak lintang Solusio plasenta Diabetes melitus
Infeksi dalam kehamilan Ketuban pecah dini Rhesus iso-imunisasi 9 7 5 3 2 2 2 1 29,0 22,6 16,1 9,7 6,5 6,5 6,5 3,2
(41)
29
Penyakit / penyulit yang dialami ibu dengan kejadian kematian janin
dalam kandungan dikategorikan dengan 8 jenis penyakit / penyulit. Dari 69
kasus kematian janin dalam kandungan, data penyakit/penyulit pada ibu
yaitu sebanyak 31 kasus (44,9%). Sebagian besar penyakit / penyulit yang
menyertai ibu dengan kematian janin dalam kandungan adalah preeklampsia
dan eklampsia sebanyak 9 orang (13,0%), sedangkan paling sedikit adalah
Rhesus–iso imunisasi sebanyak 1 kasus 1,4%).
5.1.5. Kelainan Kongenital
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
berdasarkan kelainan kongenital, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.5.
Distribusi Kelainan Kongenital pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2007
No Kelainan Kongenital Jumlah Persentase
1 2
Deformitas Malformitas
11 2
84,6 15,4
Jumlah 13 100,0
Kelainan kongenital yang merupakan faktor Janin penyebab terjadinya
kematian janin dalam kandungan dikategorikan dengan 2 yaitu deformitas dan
malformitas. Dari 69 kasus kematian janin dalam kandungan, data tentang
kelainan kongenital yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan
sebanyak 13 kasus (18,8%). Sebagian besar kelainan kongenital yang
menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah deformitas sebanyak
(42)
5.1.6. Infeksi Intranatal
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
berdasarkan infeksi intranatal, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.6.
Distribusi Infeksi Intranatal pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007
No Infeksi Intranatal Jumlah Persentase
1 2
Ketuban pecah dini Pemeriksaan vaginal
17 3
85,0 15,0
Jumlah 20 100,0
Infeksi intranatal yang merupakan faktor Janin penyebab terjadinya
kematian janin dalam kandungan dikategorikan dengan 2 yaitu ketuban pecah
dini dan pemeriksaan vaginal. Dari 69 kasus kematian janin dalam kandungan,
data tentang infeksi intranatal yang menjadi penyebab kematian janin dalam
kandungan sebanyak 20 kasus (29,0%). Sebagian besar kelainan kongenital
yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah ketuban pecah
dini sebanyak 17 kasus (85,0%), dan pemeriksaan vaginal sebanyak 3 kasus
(15,0%).
5.1.7. Kelainan Insersi Tali Pusat
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
(43)
31
Tabel 5.7.
Distribusi Kelainan Insersi Tali Pusat pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007
No Kelainan Insersi Tali Pusat Jumlah Persentase
1
2
Insersi tali pusat plasenta battledore Insersi velamentosa - 1 - 100,0
Jumlah 1 100,0
Faktor kelainan tali pusat karena kelainan insersi tali pusat yang
menyebabkan terjadinya kematian janin dalam kandungan dibagi menjadi 2
yaitu insersi tali pusat plasenta battledore dan insersi velamentosa. Dari 69
kasus kematian janin dalam kandungan, data tentang kelainan insersi tali
pusat yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan sebanyak 1
kasus (1,4%). Berdasarkan hasil penelitian, insersi velamentosa merupakan
penyebab kematian janin dalam kandungan (100%).
5.1.7. Simpul Tali Pusat
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
berdasarkan simpul tali pusat, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.8.
Distribusi Simpul Tali Pusat pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007
No Simpul Tali Pusat Jumlah Persentase
1 2
Peluntiran Pembuluh darah Simpul sejati
1 -
100,0 -
(44)
Faktor kelainan tali pusat karena simpul tali pusat yang menyebabkan
terjadinya kematian janin dalam kandungan dibagi menjadi 2 yaitu
peluntiran pembuluh darah dan simpul sejati. Dari 69 kasus kematian janin
dalam kandungan, data tentang simpul tali pusat yang menjadi penyebab
kematian janin dalam kandungan sebanyak 1 kasus (1,4%). Berdasarkan
hasil penelitian, peluntiran pembuluh darah merupakan penyebab kematian
janin dalam kandungan (100%).
5.1.9. Lilitan Tali Pusat
Berdasarkan hasil penelitian kasus kematian janin dalam kandungan
berdasarkan lilitan tali pusat, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.9.
Distribusi Lilitan Tali Pusat pada Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2007
No Lilitan Tali Pusat Jumlah Persentase
1
2
Tali pusat menumbung
Tali pusat terkemuka
3
-
100,0
-
Jumlah 3 100,0
Faktor kelainan tali pusat karena lilitan tali pusat yang menyebabkan
terjadinya kematian janin dalam kandungan dibagi menjadi 2 yaitu tali pusat
menumbung dan tali pusat terkemuka. Dari 69 kasus kematian janin dalam
kandungan, data tentang simpul tali pusat yang menjadi penyebab kematian
janin dalam kandungan sebanyak 3 kasus (4,3%). Berdasarkan hasil
penelitian, seluruh kematian janin dalam kandungan disebabkan karena tali
(45)
33
5.2. Pembahasan 5.2.1. Umur Ibu
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
berumur 20-35 tahun sebanyak 53 orang (76,8%), dan paling sedikit ibu
berumur <20 tahun sebanyak 2 orang (2,9%).
Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2006) menunjukkan hasil
yang sama yaitu umur ibu dengan kejadian kematian janin dalam kandungan
paling banyak yaitu pada umur 20-35 tahun sebesar 78,4%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Roeshadi (2004)
yang menyatakan bahwa usia 20-35 tahun merupakan masa reproduksi sehat.
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2005), bertambahnya usia ibu, maka
terjadi juga perubahan perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ
reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat
mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung dapat mempengaruhi
kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang baik untuk seorang ibu
hamil adalah usia 20-30 tahun.
Pada penelitian ini, umur ibu memiliki kontribusi terhadap terjadinya
kematian janin dalam kandungan. Umur dianggap penting karena ikut
menentukan prognosa dalam kehamilan karena dapat mengakibatkan
kesakitan baik pada ibu maupun janin. Terlihat bahwa walaupun ibu dalam
usia reproduksi sehat namun dapat mengalami terjadinya kematian janin
(46)
5.2.2. Paritas / Jumlah Anak
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
jumlah anak ibu dengan kasus kematian janin dalam kandungan adalah 2-5
orang (75,4%), paling sedikit pada jumlah anak 1 orang (5,8%).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indriyani (2006) yang menemukan kasus kematian janin dalam kandungan
pada ibu dengan jumlah anak 1 orang dan jumlah anak >5 orang
masing-masing 60,8%.
Menurut Saifuddin (2002), paritas yang baik adalah 2-3 anak,
merupakan paritas yang aman terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas
baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil yang telah melahirkan lebih dari
5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan yang
akan dapat mengakibatkan kematian janin.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa ibu dengan paritas multipara (2-5
orang) lebih banyak yang mengalami kematian janin dalam kandungan
diduga karena ibu menderita penyakit baik akibat langsung dari kehamilan
maupun tidak langsung karena penyakit yang dideritanya.
5.2.3. Frekuensi ANC
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
dengan kejadian kematian janin dalam kandungan melakukan kunjungan
ANC sebanyak <4 kali (91,3%),dan paling sedikit ibu melakukan kunjungan
(47)
35
Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan antenatal yang baik minimal
4 kali selama kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam
kandungan berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi fundus uteri dan terdengar
atau tidaknya denyut jantung janin.
Pemeriksaan antenatal penting untuk deteksi dini komplikasi
kehamilan dan pendidikan tentang kehamilan. Di Republik Kongo,
pelayanan antenatal terbukti berkontribusi pada penurunan kematian janin
dalam kandungan.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar kasus kematian
janin dalam kandungan, ibu hanya memeriksakan kehamilan sebanyak 1 kali
saja. Keadaan ini karena frekuensi pemeriksaan antenatal yang sangat
sedikit sehingga tidak mampu mendeteksi komplikasi kehamilan yang bisa
terjadi setiap saat. Dalam penelitian ini juga masih ditemukan ibu yang
melakukan kunjungan ANC sebanyak ≥ kali (8,7%) tetap mengalami kematian janin dalam kandungan. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan
antenatal yang dilakukan tidak mampu mendeteksi komplikasi kehamilan
dan persalinan yang akan terjadi.
5.2.4. Penyakit / Penyulit Ibu
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 kematian
janin dalam kandungan yang disebabkan penyakit/penyulit ibu, sebagian
(48)
kandungan adalah preeklampsi dan eklampsia (29,0%), sedangkan paling
sedikit adalah Rhesus–iso imunisasi (1,4%).
Menurut Mochtar (2004), pada pre-eklampsia terjadi spasme
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola
dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat
dicukupi menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin.
Di Indonesia, preeklampsia / eklampsia masih merupakan penyakit
pada kehamilan yang menimbulkan banyak korban baik ibu maupun bayi.
Kematian ibu akibat preeklampsia / eklampsia berkisar antara 9,8%-25,5%
sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi yakni 42,2%-48,9%
(Wiknjosastro, 2005).
Dalam penelitian ini terlihat kejadian preeklampsia/eklampsia
merupakan penyebab tertinggi terjadinya kematian janin dalam kandungan.
Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi (meningkatnya tekanan darah)
pada wanita hamil yang sebelumnya mempunyai tensi normal, atau dapat
memperberat hipertensinya pada ibu hamil yang sebelumnya sudah
menderita hipertensi. Pada beberapa penelitian, mendapati bahwa hipertensi
dalam kehamilan dianggap sebagai penyebab kematian dan morbiditas
(49)
37
5.2.5. Kelainan Kongenital
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 kasus
kematian karena kelainan kongenital, sebagian besar faktor kelainan
kongenital yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah
deformitas (84,6%).
Menurut Kadri (2005), suatu kelainan kongenital yang berbentuk
deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya
yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan
faktor penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion.
Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa jumlah janin
deformitas lebih banyak dibandingkan dengan janin dalam bentuk
malformitas, diduga janin di dalam kandungan dengan bentuk deformitas
memiliki susunan yang belum sempurna (tidak normal) sehingga dapat
mempengaruhi fungsi pernafasan janin di dalam kandungan.
5.2.6. Infeksi Intranatal
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 kasus
kematian karena infeksi intranatal, sebagian besar faktor infeksi intranatal
yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan adalah ketuban pecah
dini (84,6%).
Menurut Monintja (2006), infeksi kuman dari vagina naik dan masuk ke
dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Infeksi dapat pula terjadi
(50)
dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor
yang septik, sehingga terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman
yang memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia.
Menurut Wiknjosastro (2005), infeksi pada neonatus di Indonesia masih
merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta, khususnya di Rumah Sakit Dr.
Ciptomangunkusmo, infeksi merupakan penyebab 10-15% dari morbiditas
perinatal.
Dari penelitian ini terlihat bahwa, faktor infeksi intranatal yang
disebabkan oleh ketuban pecah dini menjadi penyebab sebagian besar
kematian janin dalam kandungan dibandingkan dengan penyebab
pemeriksaan vaginal. Hal ini disebabkan pada kasus ketuban pecah dini,
keterlambatan penanganan menyebabkan kuman mudah masuk melalui
cairan yang merembes keluar.
5.2.7. Kelainan Insersi Tali Pusat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelainan insersi tali
pusat yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan sebanyak 1
kasus (1,4%). Insersi velamentosa merupakan penyebab kematian janin
dalam kandungan karena kelainan insersi tali pusat (100%).
Menurut Wiknjosastro (2005), bahaya insersi velamentosa bila terjadi
vasa previa, yaitu pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga
saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah.
(51)
39
pembukaan masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan
waktu.
Berdasarkan penelitian ini sejalan dengan pendapat Wiknjosastro di
atas, yang menunjukkan bahwa kematian janin dalam kandungan disebabkan
insersi velamentosa diduga ibu belum sempat untuk dilakukan operasi seksio
sesarea.
5.2.7. Simpul Tali Pusat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa simpul tali pusat
yang menjadi penyebab kematian janin dalam kandungan sebanyak 1 kasus
(1,4%). Peluntiran pembuluh darah merupakan penyebab kematian janin
dalam kandungan karena simpul tali pusat(100%).
Menurut Manuaba (2002), peluntiran pembuluh darah umbilikalis
menghentikan aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin dalam
rahim. Gerakan janin yang begitu aktif dapat menimbulkan simpul sejati sering
juga dijumpai.
Dari hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Manuaba tersebut.
Terjadinya peluntiran pembuluh darah disebabkan karena selei Whartonnya
sangat tipis sehingga aliran darah dari ibu ke janin mengalami hambatan
(penyempitan).
5.2.8. Lilitan Tali Pusat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lilitan tali pusat
(52)
(4,3%). Tali pusat menumbung merupakan penyebab kematian janin dalam
kandungan karena lilitan tali pusat (100%).
Menurut Wiknjosastro (2005) gerakan janin dalam rahim yang aktif
pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat.
Tali pusat yang panjang berbahaya karena dapat menyebabkan tali pusat
menumbung, atau tali pusat terkemuka. Dapat diperkirakan bahwa makin
masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin
terganggu aliran darah menuju dan dari janin sehingga dapat menyebabkan
kematian janin dalam kandungan
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Manuaba tersebut di atas.
Dari 3 kasus dengan penyebab lilitan tali pusat, seluruhnya disebabkan
karena tali pusat menumbung. Tali pusat menumbung yaitu tali pusat berada
di samping atau lebih rendah dari bagian depan janin, pada ketuban yang
telah pecah. Sedangkan pada tali pusat terkemuka, jika ketuban masih
(53)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan karena faktor ibu
di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 yaitu : umur ibu
dengan kasus kematian janin dalam kandungan, dalam masa reproduksi
sehat (20-35 tahun), paritas / jumlah anak ibu paling banyak yaitu
paritas 2-4 orang, frekuensi Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) ibu
hanya melakukan kunjungan sebanyak < 4 kali. Dari 31 kasus kematian
janin dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit / penyulit ibu,
paling banyak karena ibu mengalami preeklampsia dan eklampsia.
2. Penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan karena faktor
janin yaitu : Dari 13 kasus kematian janin dalam kandungan yang
disebabkan oleh kelainan kongenital, sebagian besar karena deformitas.
Dari 20 kasus kematian janin dalam kandungan yang disebabkan oleh
infeksi intranatal, sebagian besar karena ketuban pecah dini.
3. Penyebab terjadinya kematian janin dalam kandungan karena faktor
kelainan tali pusat yaitu : Dari 1 kasus kematian janin dalam kandungan
yang disebabkan kelainan insersi tali pusat, seluruhnya disebabkan
(54)
disebabkan simpul tali pusat, seluruhnya disebabkan peluntiran
pembuluh darah. Dari 3 kasus kematian janin dalam kandungan yang
disebabkan lilitan tali pusat, seluruhnya disebabkan tali pusat
menumbung.
6.2. Saran-Saran
1. Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Diharapkan memberikan akses yang lebih luas kepada mahasiswa
yang ingin mengumpulkan data dari data rekam medik.
2. Bidan
Diharapkan mengurangi pemeriksaan vaginal untuk mencegah
terjadinya infeksi intranatal, dan melakukan penyuluhan pada ibu
tentang ANC.
3. Peneliti lainnya
Agar melakukan penelitian lanjutan tentang kematian janin dalam
kandungan dengan variabel yang berbeda atau menambahkan variabel
(55)
43
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Achadiat, C.M. (2004), Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta.
Depkes RI, (2002), Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta.
_________, (2004), Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan, Edisi baru Dengan Resusitasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Hacker, N.F., J. George M. (2004), Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2, Alih Bahasa Edi Nugroho, Hipokrates, Jakarta.
Hakimi, M., (2003), Ilmu Kebidanan: Fisiologi dan Patologi Persalinan, Yayasan Essentia Medica, Jakarta.
Hidayat, A.A., (2007), Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.
Kadri, N. (2005), Kelainan Kongenital, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Llewellyn, J. (2001), Setiap Wanita, Delapratasa, Jakarta.
________, (2005), Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6, EGC, Jakarta.
Manuaba, I.B.G. (2001), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
________, (2002), Konsep Obstetrik dan Ginekologi Sosial Indonesia, EGC, Jakarta.
________, (2003), Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta.
Mochtar, R. (2004), Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Edisi III, EGC, Jakarta.
(56)
Monintja, H.E. (2005), Penyakit-Penyakit Dalam Masa Neonatal, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
______. (2006), Kematian Perinatal, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan II, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
Pritchard, dan MacDonald, G. (2001), Obstetri Williams, Edisi Ketujuhbelas, Airlangga University Press, Jakarta.
Prawirohardjo, S. (2004), Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Roeshadi, R.H. (2004), Gangguan dan Penyulit Pada Masa Kehamilan, Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Saifuddin, A.B. (2002), Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta.
Sunarwan, A., (2006), 10 Bayi Meninggal Setiap Jam, www.pikiran-rakyat. com/cetak/2006/022006/13/0203.htm
Stridje, D. (2000), Kehamilan dan Diabetes, EGC, Jakarta.
Tjipta, G.D., (2003), Bayi Resiko Tinggi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wiknjosastro, H. (2005), Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Ketujuh, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Wiludjeng, R.L.K. (2006), Gambaran Penyebab Kematian Maternal di Rumah Sakit (Studi di RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD Sikka, RSUD Larantuka dan RSUD Serang 2005, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Surabaya.
(57)
2 2 1 - 1
-2 2 1 - 1
-2 2 1 3 -
-2 2 1 4 -
-2 2 1 8 -
-2 2 1 - 1
-2 2 1 - 2
-2 2 1 - 1
-3 3 1 7 -
-2 2 1 - 2
-3 3 1 1 -
-3 2 1 8 -
-1 1 2 5 -
-3 2 1 - 2
-2 2 1 - 2
-2 2 1 - 1
-2 2 1 7 -
-2 2 1 - 2
-2 2 1 3 -
-2 2 1 - 2
-2 2 1 8 -
-2 2 1 1 -
-2 3 1 - 1
-2 1 2 - 1
-2 2 1 - 2
-2 3 1 - 2
-2 3 1 1 -
-3 2 1 - - 1
2 2 1 - 1
-2 2 1 2 -
-2 2 1 8 -
-2 3 1 6 -
-2 2 2 - 2
-2 2 1 - 2
-3 3 1 1 -
-2 2 1 - 1
-2 2 1 4 -
-3 3 1 1 -
-2 2 1 - 2
-3 3 1 - 2
-2 2 1 2 -
-2 2 1 - - 3
3 2 1 - 1
-2 2 1 - - 3
2 1 2 - 2
-1 1 2 - 2
-3 3 1 - 2
-3 2 1 - - 2
2 2 1 - 2
-3 3 1 2 -
-2 2 1 - 1
-2 2 1 1 -
-2 2 1 - - 3
(58)
-2 2 1 2 -
-2 2 1 - 2
-2 2 1 6 -
-2 2 1 - 1
-2 2 1 2 -
-2 3 1 1 -
-2 3 1 - 2
-2 2 1 2 -
-2 2 1 - 2
(59)
-DUMMY TABLE
No.
No. Rekam
Medik
Faktor Ibu
Faktor Janin
Faktor Kelainan Tali Pusat Umur
Ibu (Thn)
Jumlah anak
Frekuensi Antenatal
(ANC)
(60)
No Umur Jumlah Persentase 1
2 3
< 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun
Jumlah
JUMLAH ANAK (PARITAS)
No Paritas Jumlah Persentase
1 2 3
1 orang (primipara) 3 -4 orang (multipara)
> 4 orang (grandemultipara)
Jumlah
FREKUENSI ANC
No Frekuensi ANC Jumlah Persentase
1 2 3 4 5
1 Kali 2 kali 3 kali 4 kali > 4 kali
(61)
PENYAKIT / PENYULIT PADA IBU
No Penyakit / Penyulit Ibu Jumlah Persentase 1
2 3 4 5 6 7 8
Anemia
Preeklampsi dan eklampsia Solusio plasenta
Diabetes Melitus Rhesus Iso-Imunisasi Infeksi dalam kehamilan Ketuban pecah dini Letak Lintang
Jumlah
FAKTOR JANIN
No FAKTOR JANIN Jumlah Persentase
1 2
Kelainan Kongenital Infeksi Intranatal
Jumlah
FAKTOR KELAINAN TALI PUSAT
No Faktor Kelainan Tali Pusat Jumlah Persentase 1
2 3
Kelainan Insersi Tali pusat Simpul Tali Pusat
Lilitan Tali Pusat
(62)
No Uraian Banyaknya Satuan Biaya satuan
Jumlah biaya 1 Biaya personal
Peneliti Utama 1 Orang -
-Asisten peneliti 2 Orang 50.000 100.000 Operator Komputer 1 Orang 200.000 200.000
2 Biaya Operasional a. Penelusuran pustaka
(fotocopy buku sumber)
1 set 600.000 600.000
b. Alat Tulis Kantor
(Kertas, tinta, flash disk, CD)
1 Set 500.000 500.000
c. Pengetikan proposal 1 Set 150.000 150.000 d. Penggandaan/penjilidan
proposal
1 Set 200.000 200.000
e. Seminar proposal (power point)
1 Set 150.000 150.000
f. Sidang KTI 1 set 200.000 200.000
g. Penggandaan KTI 1 Set 200.000 200.000 i. Akomodasi Penelitian 1 Set 200.000 200.000 Total... 2.500.000 Terbilang : Dua juta lima ratus ribu rupiah
Peneliti,
(1)
2 2 1 - 1
-2 2 1 - 1
-2 2 1 3 -
-2 2 1 4 -
-2 2 1 8 -
-2 2 1 - 1
-2 2 1 - 2
-2 2 1 - 1
-3 3 1 7 -
-2 2 1 - 2
-3 3 1 1 -
-3 2 1 8 -
-1 1 2 5 -
-3 2 1 - 2
-2 2 1 - 2
-2 2 1 - 1
-2 2 1 7 -
-2 2 1 - 2
-2 2 1 3 -
-2 2 1 - 2
-2 2 1 8 -
-2 2 1 1 -
-2 3 1 - 1
-2 1 2 - 1
-2 2 1 - 2
-2 3 1 - 2
-2 3 1 1 -
-3 2 1 - - 1
2 2 1 - 1
-2 2 1 2 -
-2 2 1 8 -
-2 3 1 6 -
-2 2 2 - 2
-2 2 1 - 2
-3 3 1 1 -
-2 2 1 - 1
-2 2 1 4 -
-3 3 1 1 -
-2 2 1 - 2
-3 3 1 - 2
-2 2 1 2 -
-2 2 1 - - 3
3 2 1 - 1
-2 2 1 - - 3
2 1 2 - 2
-1 1 2 - 2
-3 3 1 - 2
-3 2 1 - - 2
2 2 1 - 2
-3 3 1 2 -
-2 2 1 - 1
-2 2 1 1 -
-2 2 1 - - 3
3 2 1 2 -
(2)
-2 2 1 8 -
-3 2 1 2 -
-2 2 2 2 -
-2 2 1 3 -
-2 2 1 2 -
-2 2 1 - 2
-2 2 1 6 -
-2 2 1 - 1
-2 2 1 2 -
-2 3 1 1 -
-2 3 1 - 2
-2 2 1 2 -
-2 2 1 - 2
(3)
-DUMMY TABLE
No.
No. Rekam
Medik
Faktor Ibu
Faktor Janin
Faktor Kelainan Tali Pusat Umur
Ibu (Thn)
Jumlah anak
Frekuensi Antenatal
(ANC)
(4)
LEMBAR CHECKLIST (INSTRUMEN PENELITIAN)
UMUR IBU
No Umur Jumlah Persentase
1 2 3
< 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun
Jumlah
JUMLAH ANAK (PARITAS)
No Paritas Jumlah Persentase
1 2 3
1 orang (primipara) 3 -4 orang (multipara)
> 4 orang (grandemultipara)
Jumlah
FREKUENSI ANC
No Frekuensi ANC Jumlah Persentase
1 2 3 4 5
1 Kali 2 kali 3 kali 4 kali > 4 kali
(5)
PENYAKIT / PENYULIT PADA IBU
No Penyakit / Penyulit Ibu Jumlah Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8
Anemia
Preeklampsi dan eklampsia Solusio plasenta
Diabetes Melitus Rhesus Iso-Imunisasi Infeksi dalam kehamilan Ketuban pecah dini Letak Lintang
Jumlah
FAKTOR JANIN
No FAKTOR JANIN Jumlah Persentase
1 2
Kelainan Kongenital Infeksi Intranatal
Jumlah
FAKTOR KELAINAN TALI PUSAT
No Faktor Kelainan Tali Pusat Jumlah Persentase
1 2 3
Kelainan Insersi Tali pusat Simpul Tali Pusat
Lilitan Tali Pusat
(6)
RANCANGAN / ANGGARAN BIAYA PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU TAHUN 2007/2008
No Uraian Banyaknya Satuan Biaya satuan
Jumlah biaya 1 Biaya personal
Peneliti Utama 1 Orang -
-Asisten peneliti 2 Orang 50.000 100.000
Operator Komputer 1 Orang 200.000 200.000
2 Biaya Operasional
a. Penelusuran pustaka (fotocopy buku sumber)
1 set 600.000 600.000
b. Alat Tulis Kantor
(Kertas, tinta, flash disk, CD)
1 Set 500.000 500.000
c. Pengetikan proposal 1 Set 150.000 150.000
d. Penggandaan/penjilidan proposal
1 Set 200.000 200.000
e. Seminar proposal (power point)
1 Set 150.000 150.000
f. Sidang KTI 1 set 200.000 200.000
g. Penggandaan KTI 1 Set 200.000 200.000
i. Akomodasi Penelitian 1 Set 200.000 200.000
Total... 2.500.000 Terbilang : Dua juta lima ratus ribu rupiah
Peneliti,